Anda di halaman 1dari 60

PROPOSAL

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA


DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH
LITERATURE REVIEW
TAHUN 2021

Oleh :

DIAH NOVIANA EFENDI


2017.02.057

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2021

i
PROPOSAL

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA


DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH
LITERATURE REVIEW
TAHUN 2021

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Pada Program Studi S1 Keperawatan STIKes Banyuwangi

Oleh :

DIAH NOVIANA EFENDI


2017.02.057

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2021

i
PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS
Proposal Literature Review ini adalah hasil karya tulis ilmiah saya sendiri, dan
saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan proposal saya yang
berjudul :

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA


DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH
LITERATURE REVIEW
TAHUN 2021

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagiat, maka saya akan

menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Banyuwangi,21 Februari 2021

Yang membuat pernyataan

DIAH NOVANA EFENDI


2017.02.057

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL SKRIPSI DENGAN JUDUL :

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA


DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH
LITERATURE REVIEW
TAHUN
2021

Nama : DIAH NOVIANA EFENDI


Nim : 201702057

Proposal skripsi telah disetujui


Pada Tanggal, 10 Februari 2021

Oleh :
Pembimbing I

Ns, Rudiyanto, S.Kep, M.Kep.


NIK : 06.098.0815

Pembimbing II

Ns, Essy Sonontiko S, S.Kep.


NIK : 06.013.0907

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Ns, Anita Dwi Ariyani, S.Kep, M.Kep


NIK : 06.058.0510

iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI

Proposal Skripsi dengan Judul :

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA


DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH
LITERATURE REVIEW
TAHUN
2021

Diajukan oleh :
Nama : DIAH NOVIANA EFENDI
Nim : 201702057

Telah Duiji di Hadapan Tim Penguji pada


Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi

Pada Tanggal, 21 Februari 2021

TIM PENGUJI

Penguji I : Ns, Diana Kusumawati, S.Kep, M.Kes.


…………….
Penguji II : Ns, Fajri Andi Rachmawan,, S.Kep, M.Kep.
…………….
Penguji III : Ns, Rudiyanto, S.Kep, M.Kep.
…………….

Mengetahui
Ketua
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi

DR.H.SOEKARDJO
NUPN. 9907159603

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi

dengan judul “Hubungan Status Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi

Pada Anak Sekolah Literature Review Tahun 2021”.

Penulis sadar bahwa proposal skripsi ini dapat terselesaikan berkat

dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu penulis dengan

setulus hati menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Bapak Dr. H. Soedkardjo, S.Kep., MM., selaku Ketua STIKES

Banyuwangi.

2. Ibu Ns, Anita Dwi Ariyani, S.Kep, M.Kep., selaku Ketua Prodi Studi S1

Keperawatan STIKES Banyuwangi.

3. Bapak Ns, Rudiyanto, S.Kep, M.Kep, selaku pembimbing I yang telah

berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan.

4. Ibu Ns, Essy Sonontiko S,S.Kep, selaku pembimbing II yang telah

berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan.

5. Keluarga tercinta yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam

penyusunan proposal skripsi ini.

6. Teman-teman kelas seperjuangan S1 Keperawatan dan semua pihak yang

banyak membantu dalam penyusunan proposal skripsi ini.

v
Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan

dalam penyusunan proposal Literature Review ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu masukan dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis

perlukan untuk menyempurnakan proposal skripsi ini.

Banyuwangi, 10 februari

2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Lembar Sampul .......................................................................................................... i


Lembar Persetujuan ............................................................................................ii
Lembar Pengesahan Panitia Penguji .........................................................................iii
Kata Pengantar ....................................................................................................iv
Daftar Isi........................................................................................................................vi
Daftar Tabel................................................................................................................viii
Daftar Singkatan .........................................................................................................ix
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................3
1.4.1 Bagi orang tua .....................................................................................3
1.4.2 Bagi Pihak profesi keperawatan ..........................................................4
1.4.3 Bagi Peneliti.................................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................5
2.1 Konsep Status Sosial Ekonomi Keluarga..................................................5
2.1.1 Definisi Status Sosial Ekonomi Keluarga........................................5
2.1.2 Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Status Sosial Ekonomi..........6
2.2 Konsep Status Gizi Anak ........................................................................8
2.2.1 Pengertian Status Gizi ....................................................................8
2.2.2 Jenis-Jenis Penilaian Status Gizi ..................................................11
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi ..........................14
2.2.4 Hubungan Asupan Gizi Dengan Masalah Gizi.............................20
2.3 Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi
Pada Anak Sekolah ................................................................................30
BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................32
3.1 Strategi Pencarian Literature .................................................................32
3.1.1 Framework Yang Di Gunakan ......................................................32
3.1.2 Kata Kunci Yang Di Gunakan ......................................................32

vii
3.1.3 Database Atau Searchengine Yang Di Gunkan ............................32
3.2 Kriteria Inklusi Dan Eksklusi.................................................................33
3.2.1 Kriteria Inklusi .............................................................................33
3.2.2 Kriteria Eksklusi............................................................................33
3.3 Seleksi Studi Dan Penilaian Kualitas ...................................................33
3.3.1 Hasil Pencarian Dan Seleksi Studi ..............................................33
3.4 Daftar Artikel Hasil Pencarian .............................................................35
Daftar Pustaka

viii
DAFTAR TABEL

3.1 Tabel Picot Question .............................................................................32


3.4 Tabel Daftar Artikel Hasil Pencarian ...................................................35
3.5 Tabel Matrix 33......................................................................................45

ix
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World How Organization

PMT : Pemberian Makanan Tambahan

BMR : Basal Metabolic Rate

BPS : Biro Pusat Statistik

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Persetujuan Pengambilan Judul.....................................................36

Lampiran 2 Lembar Konsultasi........................................................................37

xi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan tubuh

akan zat gizi untuk pemeliharaan kehidupan, pertumbuhan, perkembangan,

pemeliharaan fungsi normal tubuh dan untuk produksi energi dan intake zat

gizi lainnya. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh

memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga

memungkinkan pertumbuhan fisik, kemampuan kerja dan kesehatan secara

umum pada tingkat setinggi mungkin(Almatsier, 2016). Masalah gizi slalu

berhubungan dengan dan tidak pernah lepas dari masalah kekurangan pangan,

kemampuan keluarga untuk dapat mencukupi kebutuhan makan semua

anggota keluarganya. Dalam kontek ini, masalah gizi semata – mata tidak lagi

masalah kesehatan, tapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, masalah

kesempatan kerja (Supariasa DKK, 2018). Status sosial ekonomi dalam hal

ini juga berperan penting dalam pemenuhan gizi dan masalah gizi. Keluarga

dengan jumlah anak yang banyak dan jarak kelahiran yang sangat dekat akan

menimbulkan lebih banyak masalah, yakni pendapatan keluarga pas-pasan

sedangkan anak banyak maka pemerataan dan kecukupan di dalam keluarga

akan sulit dipenuhi (Adriani DKK 2017).

Pengertian sosial ekonomi merupakan status kedudukan individu dalam

suatu kelompok masyarakat berdasarkan jenis kegiatan ekonomi, pendapatan

dan pendidikan mereka. Status sosial ekonomi yang dimiliki menunjukkan

adanya ketidakseimbangan tertentu dalam masyarakat akibat pekerjaan yang

1
2

setiap individu miliki dengan perbedaan prestasi, serta kemampuan individu

dalam mencapai jabatan yang lebih tinggi dari orang lain; perbedaan jenjang

pendidikan, besarnya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang jauh

lebih baik dari orang lain; perbedaan sumber daya ekonomi yang dimiliki

serta otoritas mempengaruhi kelompok masyarakat, kemampuan

mempengaruhi sumber daya dan keikut sertaan yang berbeda dalam

masyarakat menyebabkan ketidaksetaraan peluang yang dimiliki. Faktor

sosial ekonomi keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan

untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan. Hal ini

dapat terlihat anak dengan sosial ekonomi tinggi tentunya pemenuhan

kebutuhan gizi sangat cukup baik dibandingkan dengan anak dengan status

sosial ekonomi rendah (Marimbi, 2016). Demikian juga dengan status

pendidikan ibu, misalnya tingkat pendidikan rendah akan sulit untuk

menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau

tidak meyakini pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi atau pentingnya

pelayanan kesehatan lain yang menunjang dalam membantu pertumbuhan dan

perkembangan anak (Gerungan, 2016). Pudjiadi (2018) memberikan

gambaran bahwa semakin tinggi pendidikan ibu, menunjukkan semakin

tingginya status sosial ekonomi keluarga tersebut.

World How Organization (WHO, 2015) menyatakan prevalensi kurus

pada anak diseluruh dunia sekitar 14,0 % dengan jumlah anak yang

mengalami sangat kurus sebanyak 95,2 juta anak. Di Indonesia dari tahun

2013 sampai tahun 2018 terdapat penurunan gizi buruk sebesar 17,7 %

(Riskesdas 2018) Saat ini diperkirakan setengah rakyat Indonesia atau 100
3

juta mengalami kekurangan gizi, padahal disadari bahwa faktor gizi akan bisa

menentukan kualitas bangsa (Karyadi, 2017). Sedangkan menurut dari

beberapa jurnal yang di temui Menurut sumber data Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah dari 484.389 orang anak yang menderita gizi buruk

adalah 15.500 atau sekitar 3,2% dan gizi kurang sebesar 164.692 atau sekitar

34,7% (Khomsan, 2016). Status gizi di Sulawesi Utara tahun 2017 umur 6-12

tahun terdiri atas sangat kurus 2,1 %, kurus 5,4%,gemuk 6,4% sedangkan

tahun 2013 meningkat yaitu sangat kurus 4%, kurus 7,2% gemuk 10,8% dan

sangat gemuk 8,8% data dari anak yang mengalami gizi buruk akibat dari

faktor ekonomi sebesar 70,0%. Data Dinas Kesehatan Jawa Timur pada tahun

2015 sampai 2016 mengalami peningkatan gizi buruk sebesar dari 53,83

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi cenderung

mengalami penurunan 0,49 %.( Dinkes Kab Banyuwangi,2019 )

Menurut Sebataraja (2016), faktor kecukupan gizi ditentukan oleh

kecukupan konsumsi pangan dan kondisi keluarga. (Anggraeni, dkk, 2015)

membuat model interelasi tumbuh kembang anak dengan melihat penyebab

langsung, sebab tidak langsung, dan penyebab dasar, serta struktur ekonomi

yang dilandasi oleh potensi sumber daya. Disamping itu, berbagai faktor

sosial ekonomi ikut mempengaruhi pertumbuhan anak. Faktor faktor tersebut

berinteraksi satu dengan yang lainnya sehingga dapat mempengaruhi

masukan zat gizi dan infeksi pada anak. Pada akhirnya ketersediaan zat gizi

pada tingkat seluler rendah dan mengakibatkan pertumbuhan

terganggu.Seperti yang diketahui tingkat ekonomi sosial ini berpengaruh

sangat besar karena berkaitan dengan porsi dan jenis makanan yang
4

diberikan. Porsi dan jenis makanan yang tidak memenuhi kebutuhan gizi

dalam waktu lama akan menyebabkan anak kekurangan asupan nutrisi.

Sehingga perkembangan anak menjadi terhambat. Adapun dampak masalah

status gizi pada anak sekolah yaitu kemampuan motoric mengalami

keterlambatan, daya tahan tubuh menurun, terhambatnya pertumbuhan fisik

dan pertumbuhan otak terhambat. ( Ahmad,2016 ).

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah status gizi yaitu

dengan mengacu pada buku pedoman yang telah ditetapkan (Juknis Program

Gizi, 2016). Upaya yang dilakukan diantaranya melalui pelacakan atau

kunjungan rumah, penilaian antrophometri, recall, memberikan pemberian

makanan tambahan (PMT) yang terdiri dari PMT pemulihan dan PMT

penyuluhan. PMT pemulihan khusus diberikan pada anak yang menderita gizi

buruk dan pada keluarga dengan pendidikan mandiri dan gangguan tumbuh

kembang anak. Memberikan asupan gizi yang sehat dan seimbang akan

membantu anak mendapatkan tumbuh kembang yang sempurna. ( Riskesdas,

2018 ).

Dari latar belakang diatas peneliti tertarik melakukan penelusuran

literatur tentang “ Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Keluarga Dengan

Status Gizi Pada Anak Sekolah “

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis merumuskan masalah

apakah ada Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status

Gizi Pada Anak Sekolah


5

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan dalam penelitian literature review ini adalah untuk melihat

Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Pada

Anak Sekolah

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian literature review yang hendak dicapai,

maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam praltik

keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung, adapun manfaat

penelitian ini sebagai berikut :

1.4.1 Bagi Orang Tua

Penelitian literature review ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan dan informasi bagi orang tua responden tentang

pentingnya status gizi dan memberikan asupan gizi yang sehat dan

seimbang akan membantu anak mendapatkan tumbuh kembang yang

sempurna

1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan

Penelitian literature review ini dapat memberikan informasi pada

profesi keperawatan tentang hubungan antara status sosial ekonomi

keluarga dengan status gizi pada anak sekolah, sehigga pihak profesi

keperawatan dapat lebih meningkatkan partisipasinya dalam

memberikan pelayanan keperawatan anak sekolah


6

1.4.5 Bagi Peneliti

Penelitian literature review ini menjadi acuan proses belajar

dalam menerapkan ilmu yng telah diperoleh selama perkuliahan melalui

proses pengumpulan data-data dan informasi-informasi ilmiah untuk

kemudian dikaji, diteliti, dan disusun dalam sebuah karya tulis yang

ilmiah, informative, bermanfaat, serta menambah kekayaan intelektual

dan mengembangkan pengetahuan bagi peneliti.


7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Status Sosial Ekonomi Keluarga

2.1.1 Definisi Status Sosial Ekonomi Keluarga

status sosial ekonomi merupakan posisi yang ditempati individu

atau keluarga yang berkenaan dengan ukuran rata-rata yang umum

berlaku tentang kepemilikan kultural, pendapatan efektif, pemilikan

barang dan partisipasi dalam aktifitas kelompok dari komunitasnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa status sosial ekonomi adalah tinggi

rendahnya prestise yang dimiliki seseorang berdasarkan kedudukan

yang dipegangnya dalam suatu masyarakat berdasarkan pada pekerjaan

untuk memenuhi kebutuhannya atau keadaan yang menggambarkan

posisi atau kedudukan suatu keluarga masyarakat berdasarkan

kepemilikan materi. (Kaare, 2018)

Tidak hanya di Indonesia namun juga di luar negeri status

sosial ekonomi seseorang berpengaruh dalam kehidupan

bermasyarakat, pekerjaan, bahkan pendidikan. Menurut Polak

(Abdulsyani,2017) status (kedudukan) memiliki dua aspek yaitu aspek

yang pertama yaitu aspek struktural, aspek struktural ini bersifat

hierarkis yang artinya aspek ini secara relatif mengandung

perbandingan tinggi atau rendahnya terhadap status-status lain,

sedangkan aspek status yang kedua yaitu aspek fungsional atau

peranan sosial

7
8

Menurut pendapat Junaidi (2018), keluarga adalah individu

dengan jati diri yang khas yang memiliki karakteristik tersendiri.

Karakteristik adalah sifat individu yang relatif tidak berubah, atau

yang dipengaruhi lingkungan seperti umur, jenis kelamin, suku

bangsa, kebangsaan, pendidikan dan lain-lain. Perkembangan

intelektual akan kesadaran lingkungan seorang individu seringkali

dilepaskan dan bahkan dipisahkan dengan masalah keluarga. Hal – hal

semacam inilah yang sering menimbulkan masalah-masalah sosial,

karena kehilangan pijakan. Oleh karena itu adalah bijaksana kalau

dilihat dan dikembalikan peranan keluarga dan proporsi yang

sebenarnya dengan skala prioritas yang pas. Fungsi ekonomi yaitu :

1). kebutuhan makan dan minum,

2). kebutuhan pakaian untuk menutup tubuh,

3). Kebutuhan tempat tinggal. Sehubungan dengan fungsi tersebut

maka orang tua diwajibkan untuk berusaha keras agar supaya

setiap anggota keluarga dapat cukup makan dan minum, cukup

pakaian serta tempat tinggal.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Sosial Ekonomi

Soekanto (2016) memiliki ukuran atau kriteria dalam menggolongkan

anggota masyarakat dalam suatu lapisan sosial, kriteria tersebut

diantaranya ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan

dan ukuran ilmu pengetehuan. Namun status sosial ekonomi keluarga

juga dapat dilihat dari beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu:


9

1. Pekerjaan

Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari

bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaan tidak

hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk

mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah,

berupa barang dan jasa akan terpenuhi kebutuhan hidupnya.

Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kemampuan

ekonominya, untuk itu bekerja merupakan suatu keharusan bagi

setiap individu sebab dalam bekerja mengandung dua segi,

kepuasan jasmani dan terpenuhinya kebutuhan hidup.

2. Pendidikan

Pendidikan berperan penting dalam kehidupan manusia,

pendidikan dapat bermanfaat seumur hidup manusia. Dengan

pendidikan, diharapkan seseorang dapat membuka pikiran untuk

menerima hal-hal baru baik berupa teknologi, materi, sistem

teknologi maupun berupa ide-ide baru serta bagaimana cara

berpikir secara alamiah untuk kelangsungan hidup dan

kesejahteraan dirinya, masyarakat dan tanah airnya. (Ngadiyono

2016 ). Tingkat pendidikan orang tua bergerak dari tamat D3-

sarjana, tamat SMA, Tamat SMP dan Tamat SD. Seseorang yang

telah mendapatkan pendidikan diharapkan dapat lebih baik dalam

kepribadian, kemampuan dan ketrampilannya agar bisa lebih baik

dalam bergaul dan beradaptasi di tengah-tengah kehidupan


10

masyarakat, sehingga mempermudah seseorang dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya (Abdullah, 2016)

3. Pendapatan

Christoper dalam Sumardi (2017) mendefinisikan pendapatan

berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang diterima oleh

seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga, laba dan lain

sebagainya.

4. Jumlah Tanggungan Orang Tua

Pendidikan anak dipengaruhi oleh keadaan keluarga sebagai

berikut: pertama adalah ekonomi orang tua yang banyak membantu

perkembangan dan pendidikan anak. Keduaadalah kebutuhan

keluarga, kebutuhan keluarga yang dimaksud adalah kebutuhan

dalam struktur keluarga yaitu adanya ayah, ibu dan anak. Ketiga

adalah status anak, apakah anak tunggal, anak kedua, anak bungsu,

anak tiri, atau anak angkat .Jumlah tanggungan orang tua yaitu

berapa banyak anggota keluarga yang masih bersekolah dan

membutuhkan biaya pendidikan, yaitu 1 orang, 2 orang, 3 orang,

lebih dari 4 orang (Lilik,2018)

2.2 Konsep Status Gizi Pada Anak

2.2.1 Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh

seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan

penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga

kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih
11

(Almatsier, 2015).

Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana

terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam

tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan

kebutuhan individu. Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal

dari karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya (Nix, 2015). Status

gizi normal merupakan keadaan yang sangat diinginkan oleh semua

orang.

Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition

merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk

lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena

jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan

individu (Wardlaw, 2018).

Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi

seseorang dimana jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih

besar dari jumlah energi yang dikeluarkan (Nix, 2015). Hal ini terjadi

karena jumlah energi yang masuk melebihi kecukupan energi yang

dianjurkan untuk seseorang, akhirnya kelebihan zat gizi disimpan

dalam bentuk lemak yang dapat mengakibatkan seseorang menjadi

gemuk (Apriadji, 2017).

Menurut SK tersebut penentuan gizi status gizi tidak lagi

menggunakan persen terhadap median, melainkan nilai Z-score

padabaku WHO-NCHS. Secara umum kategori dan ambang batas

status gizi anak berdasarkan indeks adalah


12

Tabel 1. Kategori dan Ambang Batas Status


Gizi Anak Berdasarkan
Indeks *
INDEKS AMBANG
BATAS (Z-
KATE SCORE)
GORI
STATU
S GIZI
Berat badan menurut Gizi Buruk < -3 SD
Umur (BB/U) Gizi Kurang -3 SD sampai < -2 SD
Anak Umur 0-60 bulan Gizi Baik Gizi -2 SD sampai 2 SD
Lebih > 2 SD

Panjang Badan menurut < -3 SD


Umur (PB/U)atau Tinggi Sangat -3 SD sampai < -2 SD
Badan menurut Umur pendek -2 SD sampai 2 SD
(TB/U) Pendek > 2 SD
Anak Umur 0-60 bulan Normal
Tinggi < -3 SD
Berat badan menurut -3 SD sampai < -2 SD
Panjang Badan (BB/PB) Sangat -2 SD sampai 2 SD
atau Kurus > 2 SD
Kurus
Berat badan menurut
Normal
Tinggi Badan (BB/TB) Gemuk < -3 SD
Anak Umur 0-60 bulan
-3 SD sampai < -2 SD
Indeks Masa Tubuh Sangat -2 SD sampai 2 SD
menurut Umur ( IMT/U ) kurus > 2 SD
Anak Umur 0- 60 bulan Kurus
< -3 SD
Normal
-3 SD sampai < -2 SD
Gemuk
Indeks Masa Tubuh -2 SD sampai 2 SD
menurut Umur ( IMT/U ) > 2 SD
Sangat
Anak Umur 5 – 18 tahun kurus
Kurus
Normal .
Gemuk
*) Sumber : SK Menkes 1995/Menkes/SK/XII/2010.
13

2.2.2 Jenis – Jenis Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal

dari data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam

cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki

risiko status gizi kurang maupun gizi lebih (Hartriyanti dan

Triyanti, 2016). Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu :

1. Penilaian Langsung

a. Antropometri

Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status

gizi yang berhubungan dengan ukuran tubuh yang

disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada

umumnya antropometri mengukur dimensi dan komposisi

tubuh seseorang (Supariasa, 2017). Metode antropometri

sangat berguna untuk melihat ketidakseimbangan energi

dan protein. Akan tetapi, antropometri tidak dapat

digunakan untuk mengidentifikasi zat-zat gizi yang spesifik

(Gibson, 2015).

b. Klinis

Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi

berdasarkan perubahan yang terjadi yang berhubungan erat

dengan kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi.

Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang

terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut, dan organ

yang dekat dengan permukaan tubuh (kelenjar tiroid)


14

(Hartriyanti dan Triyanti, 2016).

c. Biokimia

Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium.

Pemeriksaan biokimia pemeriksaan yang digunakan untuk

mendeteksi adanya defisiensi zat gizi pada kasus yang lebih

parah lagi, dimana dilakukan pemeriksaan dalam suatu

bahan biopsi sehingga dapat diketahui kadar zat gizi atau

adanya simpanan di jaringan yang paling sensitif terhadap

deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis. Cara lain adalah

dengan menggunakan uji gangguan fungsional yang

berfungsi untuk mengukur besarnya konsekuensi

fungsional daru suatu zat gizi yang spesifik Untuk

pemeriksaan biokimia sebaiknya digunakan perpaduan

antara uji biokimia statis dan uji gangguan fungsional

(Baliwati, 2016).

d. Biofisik

Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status

gizi dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan

melihat perubahan struktur jaringan yang dapat digunakan

dalam keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja

(Supariasa, 2015).

2. Penilaian Tidak Langsung

a. Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian


15

status gizi dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang

dikonsumsi oleh individu maupun keluarga. Data yang

didapat dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif.

Data kuantitatif dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan

yang dikonsumsi, sedangkan data kualitatif dapat diketahui

frekuensi makan dan cara seseorang maupun keluarga

dalam memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhan gizi

(Baliwati, 2018).

b. Statistik Vital

Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status

gizi melalui data-data mengenai statistik kesehatan yang

berhubungan dengan gizi, seperti angka kematian menurut

umur tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian,

statistik pelayanan kesehatan, dan angka penyakit infeksi

yang berkaitan dengan kekurangan gizi (Hartriyanti 2015).

c. Faktor Ekologi

Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi

karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa

faktor ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik, dan

lingkungan budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi

digunakan untuk mengetahui penyebab kejadian gizi salah

(malnutrition) di suatu masyarakat yang nantinya akan

sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi (Supariasa,

2018).
16

2.2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Menurut Unicef (2018) gizi kurang pada anak

disebabkan oleh beberapa faktor yang kemudian

diklasifikasikan sebagai penyebab langsung, penyebab tidak

langsung, pokok masalah dan akar masalah.

Gizi kurang secara langsung disebabkan oleh

kurangnya konsumsi makanan dan adanya penyakit infeksi.

Makin bertambah usia anak maka makin bertambah pula

kebutuhannya. Konsumsi makanan dalam keluarga

dipengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan,

distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara

perorangan. Konsumsi juga tergantung pada pendapatan,

agama, adat istiadat, dan pendidikan keluarga yang

bersangkutan (Almatsier, 2018).

Timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan

yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat

makanan yang cukup baik tetapi sering diserang diare atau

demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya

anak yang makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya

(imunitas) dapat melemah, sehingga mudah diserang penyakit

infeksi, kurang nafsu makan dan akhirnya mudah terkena gizi

kurang (Soekirman, 2017). Sehingga disini terlihat interaksi

antara konsumsi makanan yang kurang dan infeksi merupakan

dua hal yang saling mempengaruhi.


17

Menurut Schaible & Kauffman (2017) hubungan antara

kurang gizi dengan penyakit infeksi tergantung dari besarnya

dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap

status gizi itu sendiri. Beberapa contoh bagaimana infeksi bisa

berkontribusi terhadap kurang gizi seperti infeksi pencernaan

dapat menyebabkan diare, HIV/AIDS,tuberculosis, dan

beberapa penyakit infeksi kronis lainnya bisa menyebabkan

anemia dan parasit pada usus dapat menyebabkan anemia.

Penyakit Infeksi disebabkan oleh kurangnya sanitasi dan

bersih, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai, dan

pola asuh anak yang tidak memadai (Soekirman, 2019).

Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di

keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan

dan kesehatan lingkungan. Rendahnya ketahanan pangan

rumah tangga, pola asuh anak yang tidak memadai, kurangnya

sanitasi lingkungan serta pelayanan kesehatan yang tidak

memadai merupakan tiga faktor yang saling berhubungan.

Makin tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga serta

makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan

sarana kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang

kesehatan, makin kecil resiko anak terkena penyakit dan

kekurangan gizi (Unicef, 2017).

Sedangkan penyebab mendasar atau akar masalah gizi


18

di atas adalah terjadinya krisis ekonomi, politik dan sosial

termasuk bencana alam, yang mempengaruhi ketidak-

seimbangan antara asupan makanan dan adanya penyakit

infeksi, yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi balita

(Soekirman, 2018).

Berikut Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

terdiri dari penyebab langsung dan tidak langsung.

1. Penyebab langsung, yaitu :

a. Frekuensi makan

Frekuensi konsumsi makanan dapat menggambarkan

berapa banyak makanan yang dikonsumsi seseorang.

Menurut Hui (2018), sebagian besar anak melewatkan satu

atau lebih waktu makan, yaitu sarapan. Sarapan adalah

waktu makan yang paling banyak dilewatkan, disusul oleh

makan siang. Ada beberapa alasan yang menyebabkan

seseorang malas untuk sarapan, antara lain mereka sedang

dalam keadaan terburu-buru, menghemat waktu, tidak

lapar, menjaga berat badan dan tidak tersedianya makanan

yang akan dimakan. Melewatkan waktu makan dapat

menyebabkan penurunan konsumsi energi, protein dan zat

gizi lain (Brown et al, 2015). Pada bangsa-bangsa yang

frekuensi makannya dua kali dalam sehari lebih banyak

orang yang gemuk dibandingkan bangsa dengan frekuensi

makan sebanyak tiga kali dalam sehari. Hal ini berarti


19

bahwa frekuensi makan sering dengan jumlah yang sedikit

lebih baik daripada jarang makan tetapi sekali makan dalam

jumlah yang banyak (Suyono, 2016).

b. Asupan Energi

Energi merupakan asupan utama yang sangant diperlukan

oleh tubuh. Kebutuhan energi yang tidak tercukupi dapat

menyebabkan protein, vitamin, dan mineral tidak dapat

digunakan secara efektif. Untuk beberapa fungsi

metabolisme tubuh, kebutuhan energi dipengaruhi oleh

BMR (Basal Metabolic Rate), kecepatan pertumbuhan,

komposisi tubuh dan aktivitas fisik (Krummel & Etherton,

2015 ). Energi yang diperlukan oleh tubuh berasal dari

energi kimia yang terdapat dalam makanan yang

dikonsumsi. Energi diukur dalam satuan kalori. Energi

yang berasal dari protein menghasilkan 4 kkal/gram, lemak

9 kkal/gram, dan karbohidrat 4 kkal/ gram (Baliwati, 2015)

c. Asupan protein

Protein merupakan zat gizi yang paling banyak terdapat

dalam tubuh. Fungsi utama protein adalah membangun serta

memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2016).

Fungsi lain dari protein adalah menyediakan asam amino

yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan

metabolisme, mengatur keseimbangan air, dan

mempertahankan kenetralan asam basa tubuh. Pertumbuhan,


20

kehamilan, dan infeksi penyakit meningkatkan kebutuhan

protein seseorang (Baliwati, 2016).

Sumber makanan yang paling banyak mengandung protein

berasal dari bahan makanan hewani, seperti telur, susu,

daging, unggas, ikan dan kerang. Sedangkan sumber protein

nabati berasal dari tempe, tahu, dan kacang-kacangan.

Catatan Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015,

menunjukkan secara nasional konsumsi protein sehari rata-

rata penduduk Indonesia adalah 48,7 gram sehari (Almatsier,

217). Anjuran asupan protein berkisar antara 10 – 15% dari

total energi (WKNPG, 2017).

d. Asupan karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi

kehidupan manusia yang dapat diperoleh dari alam,

sehingga harganya pun relatif murah (Djunaedi, 2015).

Sumber karbohidrat berasal dari padi-padian atau serealia,

umbi-umbian, kacang- kacangan dan gula. Sumber

karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi oleh

masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok adalah beras,

singkong, ubi, jagung, taslas, dan sagu (Almatsier, 2015).

Karbohidrat menghasilkan 4 kkal / gram. Angka kecukupan

karbohidrat sebesar 50-65% dari total energi. (WKNPG,

2015). WHO (2015) menganjurkan agar 55 – 75%

konsumsi energi total berasal dari karbohidrat kompleks.


21

Karbohidrat yang tidak mencukupi di dalam tubuh akan

digantikan dengan protein untuk memenuhi kecukupan

energi. Apabila karbohidrat tercukupi, maka protein akan

tetap berfungsi sebagai zat pembangun (Almatsier, 2015).

2. Penyebab Tidak Langsung

a. Ketahanan pangan keluarga,

kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan

seluruh anggota keluarga dengan baik secara kuntitas

maupun kualitas.

b. Pola pengasuhan anak,

sikap ibu atau pengasuh lain dalam hal berhubungan

dengan anak, memberikan makan, merawat, menjaga

kebersihan, memberi kasih sayang dan sebagainya

c. Pendapatan

Pendapatan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi

status gizi, besarnya nya gaji yang diperoleh orang tua

terkadang tidak sesuai dengan banyaknya jenis pekerjaan

yang dilakukan. Pendapatan akan menentukan kemampuan

orang tua dalam memenuhi kebutuhan makanan anaknya.

Apabila makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi jumlah

zat-zat gizi dibutuhkan oleh tubuh, maka dapat

mengakibatkan perubahan pada status gizi (Apriadji,

2016).

2.2.4 Hubungan Asupan Gizi dengan Masalah Gizi


22

Riwayat alamiah terjadinya masalah (defisiensi

gizi), dimulai dari tahap pre pathogenesis yaitu proses

interaksi antara penjamu dengan penyebab (agent = zat-zat

gizi) serta lingkungan. Pada tahap ini terjadi keseimbangan

antar ketiga komponen yaitu tubuh manusia, zat gizi dan

lingkungan dimana manusia dan zat-zat gizi makanan

berada (konsep John Gordon). Empat kemungkinan

terjadinya patogenesis penyakit defisiensi gizi yaitu

makanan yang dikonsumsi kurang baik dari segi kualitas

maupun kuantitas, peningkatan kepekaan tubuh terhadap

kebutuhan gizi misalnya kebutuhan yang meningkat

karena sakit, pergeseran lingkungan yang memungkinkan

kekurangan pangan, misalnya karena gagal panen, dan

perubahan lingkungan yang meningkatkan kerentanan

tubuh misalnya kepadatan penduduk di daerah kumuh (Ali,

2019). Bila salah satu kemungkinan terjadinya patogenesis

penyakit defisiensi gizi tersebut di atas maka tahap

pertama yang terjadi adalah simpanan berkurang yaitu zat-

zat gizi dalam tubuh terutama simpanan dalam bentuk

lemak termasuk unsure-unsur biokatalisnya akan

menggantikan kebutuhan energi dari karbohidrat yang

kurang. Apabila hal ini terus terjadi maka simpanan habis

yaitu titik kritis, tubuh akan menyesuaikan dua

kemungkinan yaitu menunggu asupan gizi yang memadai


23

atau menggunakan protein tubuh untuk keperluan energi.

Bila menggunakan protein tubuh maka perubahan faal dan

metabolik akan terjadi. Pada tahap awal akan terlihat

seseorang tidak sakit dan tidak sehat sebagai batas klinis

terjadinya penyakit defisiensi gizi, bukan saja terjadi pada

zat gizi penghasil energi tetapi juga vitamin, mineral dan

air termasuk serat (Ali, 2019).

Zat gizi dipergunakan oleh sel tubuh untuk dipergunakan

berbagai aktifitas, bila zat gizi kurang maka sel tubuh akan

mengambil cadangan zat gizi (depot), bila zat gizi yang

dikonsumsi berlebihan maka akan disimpan dalam tubuh.

Bila depot simpanan habis dan konsumsi zat gizi kurang

maka akan terjdi proses biokimia untuk mengubah unsur-

unsur pembangun struktur tubuh, ini artinya telah terjadi

gangguan biokimia tubuh misalnya kadar Hb dan serum

yang turun. Bila tidak segera diatasi dengan konsumsi gizi

yang adekuat maka secara anatomi sel-sel, jaringan dan

organ tubuh akan terlihat mengalami kerusakan misalnya

saja pada penyakit defisiensi gizi kwashiorkor dan

marasmus. Gangguan anatomi dengan kerusakan jaringan

yang parah dapat berakhir dengan kematian (Ali, 2020).

1. Kurang Energi Protein ( KEP )


24

a. Pengertian Kurang Energi Protein

Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang

kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya

komsumsi energi dan protein dalam makanan sehari

– hari atau gangguan penyakit – penyakit tertentu.

Anak tersebut kurang energi protein (KEP) apabila

berat badannya kurang dari 80 % indek berat

badan/umur baku standar WHO –NCHS (Depkes,

2021).

b. Klasifikasi Kurang Energi Protein (KEP)

Penentuan KEP di Puskesmas dilakukan dengan

menimbang berat badan anak dibandingkan umur

dengan menggunakan KMS dan tabel BB/U Baku

Median WHO – NCHS.

1. KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan

pada KMS terletak pada pita kuning.

2. KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan

pada KMS terletak di Bawah Garis Merah

( BGM ).

3. KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan

BB/U < 60 % baku median WHO-NCHS. Pada

KMS tidak ada garis pemisah KEP berat/gizi

buruk dan KEP sedang, sehingga untuk

menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan


25

tabel BB/U Baku median WHO-NCHS.

c. Gejala klinis Balita KEP berat/Gizi buruk

Gejala klinis untuk KEP ringan dan sedang, yang

ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis

KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat

dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor atau

marasmickwashiokor. Tanpa mengukur/melihat BB

bila disertai oudema yang bukan karena penyakit

lain adalah KEP berat/gizi buruk tipe kwashiorkor.

1. Kwashiokor

a) Oedema,umumnya seluruh tubuh,

terutama pada pada punggung kaki

(dorsum pedis ).

b) Wajah membulat dan sembab.

c) Pandangan mata sayu.

d) Rambut tipis, kemerahan seperti

warna rambut jagung, mudah dicabut

tanpa rasa sakit, rontok.

e) Perubahan status mental, apatis dan

rewel.

f) Pembesaran hati.

g) Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata

bila diperiksa pada posisi berdiri atau

duduk.
26

h) Kelainan kulit berupa bercak merah

muda yang meluas dan berubah

warna menjadi coklat kehitaman dan

terkelupas.

i) Sering disertai penyakit infeksi,

umumnya akut,anemia dan diare.

2. Marasmus

a) Tampak sangat kurus,tinggal tulang terbungkus

kulit.

b) Wajah seperti orang tua.

c) Cengeng rewel.

d) Kulit keriput,jaringan lemak subkutis

sangat sedikit sampai tidak ada (pakai

celana longgar ).

e) Perut cekung.

f) Iga gambang.

g) Sering disertai , penyakit

infeksi( umumnya kronis berulang),

diare kronis atau konstipasi/susah

buang air.
27

3. Marasmik- kwashiorkor

Gambaran klinik merupakan campuran dari

beberapa gejala klinik kwashiorkor dan

marasmus, dengan BB/U< 60 % baku median

WHO-NCHS disertai oedema yang tidak

mencolok (Depkes, 2017).

Kekurangan zat gizi makro ( energi dan protein )

dalam waktu besar dapat mengakibatkan menurunnya

status gizi individu dalam waktu beberapa hari atau

minggu saja yang ditandai dengan penurunan berat badan

yang cepat. Keadaan yang diakibatkan oleh kekurangan zat

gizi sering disebut dengan istilah gizi kurang atau gizi

buruk. Kejadian kekurusan ( kurang berat terhadap tinggi

badan) pada tingkat sedang dan berat pada anak kecil

maupun kekurusan pada individu yang lebih tua dapat

mudah dikenali dengan mata . Demikian pula halnya

dengan kasus kekurangan energi berat (marasmus) dan

kekurangan protein berat (kwasiokor) serta kasus

kombinasi marasmik-kwassiokor dapat dikenali tanda-

tandanya dengan mudah (Soekirman, 2019).

Epidemilogi gangguan pertumbuhan atau kurang

gizi pada anak balita selalu berhubungan erat dengan

keterbelakangan dalam pembangunan social ekonomi.

Kekurangan gizi tidak terjadi secara acak dan tidak


28

terdistribusi secara merata ditingkat masyarakat, tetapi

kekurangan gizi sangat erat hubungannya dengan sindroma

kemiskinan (Gopalan, 2019).

Tanda – tanda sindroma, antara lain berupa :

penghasilan yang amat rendah sehingga tidak dapat

mencukupi kebutuhan sandang, pangan, dan perumahan,

kuantitas dan kualitas gizi makanan yang rendah sanitasi

lingkungan yang jelek dan sumber air bersih yang kurang,

akses terhadap pelayanan kesehatan yang amat terbatas,

jumlah anggota keluarga yang terlalu besar, dan tingkat

buta aksara tinggi (Gopalan, 2019).

Status gizi terutama ditentukan ketersediaan dalam

jumlah yang cukup dan dalam kombinasi pada waktu yang

tepat ditingkat sel semua zat gizi yang diperlukan tubuh

untuk pertumbuhan, perkembangan, dan berfungsi normal

semua anggota badan. Oleh karena itu prinsipnya status

gizi di tentukan oleh dua hal – terpenuhinya dari makanan

semua zat-zat gizi yang diperlukan tubuh, dan peranan

faktor-faktor yang menentukan besarnya kebutuhan,

penyerapan dan penggunaan zat gizi tersebut. Terhadap

kedua hal ini, faktor genetik dan faktor sosial ekonomi

berperan (Martorell and Habicht, 2018).


29

2. Formula 100

Gizi buruk dan gizi kurang merupakan suatu bentuk

penyakit defisiensi gizi yaitu hasil dari kekurangan zat-zat gizi

dalam makanan seperti karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, air

dan serat yang diperlukan seorang anak. Di Indonesia, karbohidrat

adalah komponen utama makanan baik berasal dari serealia, ubi-

ubian ataupun buah (Sunawang, 2017).

Padahal pada penelitian pemberian makanan pada anak

umur kurang dari 6 tahun yang mengandung kalori dari lemak <

22% dan rendahnya masukan protein hewani, maka anak tersebut

akan mengalami hambatan pertumbuhan (Nugroho, 2018).

Pemberian makanan tambahan dimaksudkan untuk

meningkatkan asupan gizi sehingga dapat mengurangi kejadian

hambatan pertumbuhan. Banyak penelitian yang telah dilakukan

dengan pemberian tambahan makanan untuk meningkatkan

pertumbuhan anak balita,antara lain penelitian di Jamaica tahun

1991 pada anak umur 24 bulan dengan menggunakan susu

formula dengan kandungan kalori 750 kkal dan 20 gram protein

perhari mampu meningkatkan berat badan 380 g dan tinggi badan

1,0 cm setiap bulan lebih banyak dibanding kontrol. Penelitian di

Thailand tahun 2018 pada anak umur 36 bulan dengan

menggunakan biskuit tinggi energi, vitamin dan mineral dengan

kandungan kalori 300 kkal dan 6 gram protein perhari mampu

meningkatkan berat badan 100 gram dan tinggi badan 0,1 cm per
30

bulan dibanding kontrol. Penelitian di Jawa Barat Indonesia pada

tahun1991 untuk anak umur 6 – 20 bulan dengan menggunakan

snack tinggi kalori dengan kecukupan kalori 400 kkal dan 5 gram

protein perhari mampu meningkatkan WAZ 0,3 SD selama 3

bulan (Sunawang, 2020). Makanan/minuman berkalori tinggi juga

telah dikembangkan di bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR /

RS dr Sutomo Surabaya dengan nama MODISCO ( Modified

Disco) yang merupakan modifikasi dari DISCO 150 dari Uganda,

penggunaannya pada balita di pedesaan Kediri memberikan

peningkatan berat badan berkisar 150 – 600 gram selama 10 hari

pemberian (Narendra,2016).

Penelitian di Italia dengan memakai Rinforza, suatu susu

formula dengan kandungan gizi kalori 103 kkal dan protein 3,1

gram per 100 ml serta ditambah minyak sayur dan mineral untuk

anak kurang gizi antara 1 – 10 tahun mampu menurunkan anak

kurus, WHZ < persentil 25 dari 56% menjadi 45 % dalam waktu 2

bulan ( Nugroho, 2019).

Penelitian – penelitian yang telah dilakukan

menunjukkan hasil bahwa pemberian makanan tambahan berupa

susu lebih mudah diterima oleh anak-anak sehingga

dikembangkanlah suatu formula yang berasal dari susu yang

mengandung berbagai macam zat gizi yang dibutuhkan balita

KEP. Formula 100 merupakan minuman tinggi kalori yang terbuat

dari susu full cream, gula, minyak dan mineral mix, formula ini
31

sering digunakan di Rumah Sakit maupun pemulihan gizi di

Puskesmas untuk penderita gizi buruk pada tahap lanjut maupun

anak lain yang memerlukan asupan makanan dengan kalori dan

protein tinggi. Formula 100 sebanyak

100 ml mengandung kalori sebesar 100 kkal dan 2,9 gram


protein.

Formula 100 dibandingkan susu formula di pasaran yang memiliki

kandungan gizi yang setara misalnya Pediasure@ dengan kalori

103 kkal dan protein 3,1 gram per 100 ml, harganya jauh lebih

murah dan bahannya mudah didapatkan masyarakat (WHO,

2017).

Resep Formula 100 menurut WHO 2017 terdiri atas susu

full cream 80 gram, gula pasir 50 gram, minyak sayur 60 gram dan

mineral mix 20 ml, selanjutnya ditambah air matang sampai 1000

ml.

Menurut Asikin (2018), beberapa keluhan kesulitan

pemberian Modisco (termasuk Formula 100) antara lain karena

kebanyakan anak tidak suka minyak. Hal tersebut dapat dapat

diatasi dengan mengganti minyak dengan margarine. Keluhan lain

yang paling sering adalah karena anak tidak suka susu, dapat

diatasi dengan pemberian F 100 melalui sonde ( rawat inap), atau

dapat juga dilakukan dengan mencampurkan F 100 pada makanan

atau minuman yang disukai anak. Dijumpai pula keluhan nafsu

makan anak kurang sehingga porsi tidak habis. Disarankan untuk

memberikan F 100 dalam bentuk pekat kalori dengan jumlah yang


32

lebih sedikit atau dengan memberikan porsi yang tidak habis

melalui sonde. Kadang dijumpai pula gangguan pencernaan pada

anak yang mengkonsumsi F 100 (diare). Dalam hal ini bisa

menggunakan susu skim dengan pemberian mulai 2,5 – 5 7,5 – 10

% ditambah glukosa 5 % dan tepung 5 %. Adapula keluhan

tentang kesulitan mencari susu skim di pasaran. Pada dasarnya

semua jenis susu dapat digunakan sehingga tidak selalu harus

menggunakan susu skim. Untuk mengatasi daya beli masyarakat

yang kurang dianjurkan menggunakan jenis susu yang murah dan

sesuai dengan kemampuannya ( susu skim lebih murah daripada

susu fullcream).

2.3 Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status

Gizi Pada Anak Sekolah

Menurut Sebataraja (2016), faktor kecukupan gizi ditentukan oleh

kecukupan konsumsi pangan dan kondisi keluarga. (Anggraeni, dkk,

2015) membuat model interelasi tumbuh kembang anak dengan melihat

penyebab langsung, sebab tidak langsung, dan penyebab dasar, serta

struktur ekonomi yang dilandasi oleh potensi sumber daya. Disamping itu,

berbagai faktor sosial ekonomi ikut mempengaruhi pertumbuhan anak.

Faktor faktor tersebut berinteraksi satu dengan yang lainnya sehingga

dapat mempengaruhi masukan zat gizi dan infeksi pada anak. Pada

akhirnya ketersediaan zat gizi pada tingkat seluler rendah dan

mengakibatkan pertumbuhan terganggu. Seperti yang diketahui tingkat

ekonomi sosial ini berpengaruh sangat besar karena berkaitan dengan porsi
33

dan jenis makanan yang diberikan. Porsi dan jenis makanan yang tidak

memenuhi kebutuhan gizi dalam waktu lama akan menyebabkan anak

kekurangan asupan nutrisi. Sehingga perkembangan anak menjadi

terhambat. Adapun dampak masalah status gizi pada anak sekolah yaitu

kemampuan motoric mengalami keterlambatan, daya tahan tubuh

menurun, terhambatnya pertumbuhan fisik dan pertumbuhan otak

terhambat ( Ahmad,2016 ).

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah status gizi yaitu

dengan mengacu pada buku pedoman yang telah ditetapkan (Juknis

Program Gizi, 2016). Upaya yang dilakukan diantaranya melalui

pelacakan atau kunjungan rumah, penilaian antrophometri, recall,

memberikan pemberian makanan tambahan (PMT) yang terdiri dari PMT

pemulihan dan PMT penyuluhan. PMT pemulihan khusus diberikan pada

anak yang menderita gizi buruk dan pada keluarga dengan pendidikan

mandiri dan gangguan tumbuh kembang anak. Memberikan asupan gizi

yang sehat dan seimbang akan membantu anak mendapatkan tumbuh

kembang yang sempurna. ( Riskesdas, 2018 ).


34

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Strategi Pencarian Literature


3.1.1 Framework yang digunakn (PICO/PICOT quetions)

Tabel 3.1 PICO Quetion


No PICO Pertanyaa Klinis Strategi Pencarian Kata Kunci
1 Patient Population Anak sekolah Hubungan antara status sosial
ekonomi keluarga dengan status
gizi pada anak sekolah

2 Intervention - -
3 Comparison -
4 Outcome Ada atau tidak Ada atau tidak hubungan antara
hubungan antara status sosial ekonomi keluarga
status sosial ekonomi dengan status gizi pada anak
keluarga dengan sekolah
status gizi pada anak
sekolah

5 Type of quetion Lembar kuesioner -Status sosial ekonomi


-Status gizi pada anak
sekolah
6 Type of study Penelitian cross Semua artikel atau jurnal
Sectional publikasi bertipe cross sectional

3.1.2 Kata Kunci Yang Digunakan


Dalam penelitian ini melakukan pencarian jurnal

menggunakan kata kunci “hubungan antara status sosial ekonomi

keluarga ”,“dengan status gizi pada anak sekolah”.

3.1.3 Database atau Searchengine yang digunakan


Dalam penelitian ini peneliti melakukan pencarian data

melalui 2 database yaitu Portal Garuda Dan Google Scholar.

34
35

3.2 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Teknik pengambilan jurnal dalam penelitian ini adalah teknik

yang disesuaikan dengan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi.

3.2.1 Kriteria Inklusi


Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan dan akan

diteliti (Nursalam, 2016). Kriteria inklusi jurnal dalam penelitian

ini yaitu:

1. Jurnal diterbitkan dalam rentang waktu 5 Tahun (2016-2021)

2. Jurnal berbahasa Indonesia yang berkaitan dengan adanya

hubungan status sosial ekonomi keluarga dengan status gizi

pada anak sekolah

3. Responden dalam penelitian sebelumya yaitu anak sekolah

dasar – sekolah menengah pertama

3.2.2 Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang

tidak dapat diambil sebagai sampel (Soekdjo, 2018). Kriteria

ekslusi dalam penelitian ini adalah :

1. Jurnal tidak full text

2. Jurnal yang tidak berkaitan dengan variabel yang diambil

3.3 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas

3.3.1 Hasil Pencarian Dan Seleksi Studi

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Lilerature

Review. Ada beberapa tahap yang harus dilakukan, sehingga hasil


36

dari studi literature tersebut dapat diakui kredibilitasnya. Adapun

tahapan- tahapan tersebut digambarkan sebagai berikut :

Pencarian Artikel Jurnal :

Pencarian pada situs Pencarian pada situs


Scholar Google portal garuda (n=20)
(n=30)

Hasil jurnal secara keseluruhan (n=50)

Screening :

1. Rentang waktu 5 tahun (2016-2021) google


Screening scholar: 30, Portal Garuda : 20
(n=50) 2. Tipe (Research Articles, Full Text)

3. Jurnal menggunakan bahasa Indonesia dan


bahasa Inggris

4. Jurnal yang dapat di akses penuh

Jurnal yang dapat


Jurnal Full Text
diakses penuh
(Full text) (n=30) 1. google scholar: 20

2. Portal Garuda : 10

Kriteria Inklusi
Jurnal yang sesuai a) Jurnal diterbitkan dalam rentang waktu 5
dengan kriteria Tahun (2016-2021)
inklusi (n=10)
b) Jurnal berbahasa Indonesia yang berkaitan
dengan hubungan antara status sosial
ekonomi keluarga dengan status gizi pada
anak sekolah

Bagan 3.1 Seleksi Jurnal Studi Literature Review Hubungan Status Sosial
37

Ekonomi KeluargaDengan Status Gizi Pada Anak Sekolah


38

3.4 Daftar Artikel Hasil Pencarian

Tabel 3.2 Daftar Artikel Hasil Pencarian

No. Author Tahun Volume Judul Metode ( desain , Hasil Penelitian Database
Angka sampel , variabel ,
instrument ,
analisis )
1 Mada 2018 Vol 1 no Hubungan antara status D : pendekatan 1. Tidak terdapat hubungan antara Google
Rumende, 2 sosial ekonomi dengan Cross Sectional pendidikan ayah dengan status gizi BB/U, scolar
Nova H. status gizi pada anak S : anak usia 24-59 TB/U dan BB/TB pada anak usia 24-59
Kapantow, usia 24-59 bulan di bulan yang berada bulan
Maureen I. kecamatan tombatu di Kecamatan 2. Terdapat hubungan antara pendidikan ibu
Punuh utara kabupaten Tombatu Utara dengan status gizi BB/U serta tidak terdapat
minahasa tenggara Kabupaten hubungan antara pendidikan ibu dengan
Minahasa TB/U dan BB/TB pada anak usia 24-59
Tenggara, dengan bulan
jumlah 100 sampel 3. Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan
sesuai kriteria ibu dengan status gizi BB/U, TB/U dan
inklusi dan BB/TB pada anak usia 24-59 bulan 5. Tidak
eksklusi. Dasar terdapat hubungan antara pendapatan
teknik pengambilan keluarga dengan status gizi BB/U, TB/U dan
sampel yaitu BB/TB pada anak usia 24-59 bulan
dengan 4. Berkaitan dengan prevalensi pekerjaan
Nonprobability ibu, diketahui bahwa ibu yang tidak bekerja
Sampling, tenik pada anak dengan kelompok gizi kurang
pengambilan yaitu 9% sedangkan pada ibu yang bekerja
sampel dengan pada anak kelompok kurang yaitu 7%
39

Purposive Berdasarkan hasil Uji Chi Square tidak


Sampling. terdapat hubungan antara pekerjaan ibu
V : v1 : status dengan status gizi BB/U.
sosial ekonomi
V2 : status gizi
pada anak
I : Lembar
kuisioner
A : uji ChiSquare

2 Ratna Kusuma 2018 - Hubungan antara status D : pendekatan a.Pendidikan Ibu Hasil uji korelasi dengan Google
Astuti1 , sosial ekonomi cross sectional, menggunakan Chi-Square (χ²), nilai χ²hitung scolar
Ganik Sakitri2 keluarga dengan status S : .Sampel dalam > nilai χ²tabel dan nilai ρ < 0,05 maka Ho
gizi anak usia sekolah penelitian ini ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat
diambil dengan dikatakan bahwa ada hubungan antara status
menggunakan sosial ekonomi keluarga ditinjau dari
teknik proporsional pendidikan ibu dengan status gizi anak usia
stratified random sekolah di SD N Godog 1 Polokarto,
sampling. Sukoharjo.
V : v1 : status b. Pekerjaan Ibu Hasil uji korelasi dengan
sosial ekonomi menggunakan Chi-Square (χ²), nilai χ²hitung
v2 : status gizi > nilai χ²tabel dan nilai ρ < 0,05 maka Ho
pada anak ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat
I : lembar kuisioner dikatakan bahwa ada hubungan antara status
A : Uji Chi Square sosial ekonomi keluarga ditinjau dari
pekerjaan ibu dengan status gizi anak usia
sekolah di SD N Godog 1 Polokarto,
Sukoharjo.
40

c. Pendapatan Orang Tua Hasil uji korelasi


dengan menggunakan Chi-Square (χ²), nilai
χ²hitung > nilai χ²tabel dan nilai ρ < 0,05
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga
dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara
status sosial ekonomi keluarga ditinjau dari
pendapatan orang tua dengan status gizi
anak usia sekolah di SD N Godog 1
Polokarto, Sukoharjo.
3 Dessy 2018 - Hubungan antara D : penelitian 1. Tidak ada hubungan antara pendapatan Google
Fauziyah tingkat sosial ekonomi korelasional orang tua dengan status gizi pada siswa scolar
Ma’ruf orang tua dengan status S : SDN Lowayu kelas bawah SDN Lowayu Kecamatan
gizi siswa (Studi Pada Kecamatan Dukun Dukun Kabupaten Gresik.
Siswa Kelas Bawah Kabupaten Gresik 2. Tidak ada hubungan antara pendidikan
SDN Lowayu sebanyak 168 siswa orang tua dengan status gizi pada siswa
Kecamatan Dukun V : v1 : status kelas bawah SDN Lowayu Kecamatan
Kabupaten Gresik) sosial ekonomi Dukun Kabupaten Gresik.
v2 : status gizi 3. Hasil uji hubungan antara tingkat sosial
pada anak ekonomi orang tua adalah tidak ada
I : lembar kuisioner hubungan yang bermakna, karena nilai yang
A : Tabulasi Silang diperoleh dengan menggunakan Regresi
Logistik memiliki hasil sig (0,855) > α
(0,05) artinya Ha ditolak dan Ho diterima
sehingga tidak ada hubungan antara tingkat
sosial ekonomi dengan status gizi siswa.
Karla F. 2016 Vol. 5 Hubungan antara sosial D : penelitian cross 1. Sebagian besar subjek penelitian memiliki Portal
Rompas, No. 4 ekonomi keluarga sectional. status gizi normal sebanyak 79 orang (84%), garuda
Maureen I. dengan status gizi pada S : Sampel dalam status gizi gemuk sebanyak 3 orang (3,2%),
41

Punuh, Nova pelajar di smp wilayah penelitian ini di status gizi obesitas sebanyak 8 orang (8,5%),
H. Kapantow kecamatan malalayang ambil dari seluruh status gizi kurus sebanyak 3 orang (3,2%)
1 kota manado pada Pelajar di dan status gizi sangat kurus 1 orang (1,1%).
SMP Spektrum 2. Tidak terdapat hubungan antara tingkat
Malalayang Kota pendidikan ayah dengan status gizi pada
Manado dan SMP pelajar di SMP Spektrum Malalayang Kota
Kristen Lahai Roi Manado dan SMP Kristen Lahai Roi
Malalayang Kota Malalayang Kota Manado
Manado. 3. Tidak terdapat hubungan antara tingkat
V : v1 : status pendidikan ibu dengan status gizi pada
sosial ekonomi pelajar di SMP Spektrum Malalayang Kota
v2 : status gizi Manado
pada anak
I : lembar quisioner
A : uji chi square
5 Aprilita 2019 Vol. 8 Hubungan antara status D : penelitian cross 1. Terdapat hubungan antara pendidikan Portal
Paulina No. 2 sosial ekonomi sectional. (potong ayah dengan status gizi (IMT/U). garuda
Rorong keluarga dengan status lintang) 2. Terdapat hubungan antara pendidikan ibu
gizi anak sekolah dasar S : sampel dengan status gizi (IMT/U).
kelurahan bailing sebanyak 105 anak 3. Tidak ada hubungan antara pekerjaan
kecamatan bunaken dari kelas 4 – 6 di ayah dengan status gizi (IMT/U).
kota manado dua sekolah yang 4. Tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu
ada yaitu Sekolah dengan status gizi (IMT/U).
Dasar GMIM 92 5. Berdasarkan hasil uji chi-square dengan
Bailang dan di tingkat kemaknaan 95% (α=0,05)
Sekolah Dasar menunjukkan bahwa nilai signifikan ρ =
Yayasan Rapi 0,789 menunjukan bahwa tidak ada
Manado Kelurahan hubungan antara pekerjaan ayah dengan
42

Bailang Kecamatan status gizi menuru Indeks Massa Tubuh


Bunaken Kota Menurut Umur
Manado beserta 6. Berdasarkan hasil uji chi-square dengan
orang tuanya tingkat kemaknaan 95% (α=0,05)
V : v1 : status menunjukkan bahwa nilai signifikan ρ =
sosial ekonomi 0,606 menunjukan bahwa tidak ada
v2 : status gizi hubungan antara pekerjaan ibu dengan status
pada anak gizi menuru Indeks Massa Tubuh Menurut
I : lembar kuisioner Umur
A : uji statistic Chi
Square

6 Ellena 2019 Vol. 8, Hubungan antara status D : pendekatan 1. Status gizi anak berdasarkan indeks BB/U Google
Wulanta, No. 5 sosial ekonomi dengan Cross-Sectional terdapat 5,6% anak termasuk kategori status scolar
Marsella D. status gizi pada anak S : Sampel dalam gizi kurang dan anak dengan kategori status
AmisiMauree 24- 59 bulan di desa penelitian ini gizi baik sebanyak 94,4% anak. Terdapat
n I. Punu kima bajo kecamatan adalah seluruh 12,5% anak yang termasuk kategori status
wori kabupaten populasi yang gizi pendek dan 87,5% anak dengan kategori
minahasa utara berjumlah 72 anak status gizi normal berdasarkan indeks TB/U.
V : v1 : status Terdapat 1,9% anak yang memiliki status
sosial ekonomi gizi kurus, 83,3% anak dengan status gizi
v2 : status gizi normal dan 2,8% anak yang memiliki status
pada anak gizi gemuk
I : lembar 2. Berdasarkan hasil Fisher Exact Test,
kuisioner diperoleh nilai p = 0,002, menunjukan
A : uji chi square bahwa adanya hubungan antara pendidikan
ayah dengan status gizi anak usia 24-59
bulan di Desa Kima Bajo
43

3.Terdapat hubungan antara pendidikan


ayah dengan status gizi anak berdasarkan
indeks IMT/U (p = 0,002).
4. Terdapat hubungan antara pendidikan Ibu
dengan status gizi anak bersarkan indeks
IMT/U (p = 0,025).
7 Carolina 2016 Vol. 5 Hubungan antara status D : penelitian Cross 1. Sebagian besar subjek penelitian memiliki Google
Kaunang , No. 1 sosial ekonomi Sectional (potong status gizi normal yaitu berjumlah 95 orang scolar
Nancy S.H keluarga dengan status lintang). (81%), status gizi kurus yaitu berjumlah 3
Malonda, gizi pada siswasmp S : sampel orang (3%), status gizi gemuk yaitu
Shirley E.S Kristen tateli penelitian dari total berjumlah 15 orang (13%), status gizi obes
Kawengian kecamatan mandolang populasi berjumlah yaitu berjumlah 4 orang (3%), dan untuk
kabupaten minahasa 117 orang status gizi sangat kurus yaitu berjumlah 0
V : v1 : status (0%) pada siswa SMP Kristen Tateli
sosial ekonomi Kecamatan Mandolang Kabupaten
v2 : status gizi Minahasa.
pada anak 2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna
I : lembar kuisioner antara tingkat pendidikan ayah, tingkat
A : uji chi square pendidikan ibu dan jumlah tanggungan
keluarga dengan status gizi pada siswa SMP
Kristen Tateli Kecamatan Mandolang
Kabupaten Minahasa.
3. berdasarkan uji Fisher’s Exact di peroleh
p= 0,001 sehingga Ho di tolak atau
Probabilitas > 0,005 artinya tidak terdapat
hubungan antara pendidikan kategori ayah
dengan status gizi anak di Taman kanak-
kanak GMIM BathaniKoha.
44

8 Trully 2018 - .Hubungan antara D : penelitian cross 1/ Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan Google
Momuat, status sosial ekonomi sectional ibu dengan status gizi (BB/U,PB/U dan scolar
Grace D. dengan status gizi anak S : Sampel dalam BB/PB). Terdapat hubungan antara
Kandou, di desa tatelu penelitian ini yaitu pendidikan ibu dengan status gizi anak
Nancy S.H. kecamatan dimembe total sampling berdasarkan indeks antropometri BB/U,
Malonda kabupaten minahasa V : v1 : status indeks antropometri PB/U dan BB/PB tidak
utara sosial ekonomi terdapat hubngan yang signifikan.
v2 : status gizi 2. Tidak terdapat hubungan antara
pada anak pendapatan keluarga dengan status gizi
I : lembar kuisioner (BB/U, PB/U dan BB/PB). Tidak terdapat
A : uji chi square hubungan antara jumlah anggota keluarga
dengan status gizi anak
3. Berdasarkan uji statistik fisher’s Exact ,
(α = 0,05). nilai p value sebesar 0,509.
Artinya tidak terdapat hubungan antara
pendapatan keluarga dengan status gizi
(BB/U).

9 Myrnawati , 2016 Volume Pengaruh pengetahuan D : pendekatan 1Terdapat pengaruh langsung positif Portal
anita 10 Edisi gizi, status sosial kuantitatif pengetahuan gizi terhadap status gizi anak garuda
2 ekonomi , gaya hidup S : metode survei usia dini
dan pola makan V : v1 : status 2 Terdapat pengaruh langsung positif status
terhadap status gizi sosial ekonomi sosial ekonomi terhadap status gizi anak usia
anak (Studi Kausal di v2 : status gizi dini
Pos PAUD Kota pada anak 3Terdapat pengaruh langsung positif pola
Semarang Tahun 2015) I : pengumpulan makan terhadap status gizi anak usia dini ,
data 4Terdapat pengaruh langsung positif
45

A : analisis jalur pengetahuan gizi terhadap pola makan,


10 Ratih 2018 Vol 9 Hubungan antara D : penelitian cross 1. Berdasarkan uji statistik fisher’s Exact , Google
Dwilestari No 1 Pendidikan , pekerjaan sectional (α = 0,05). nilai p value sebesar 0,509. scolar
Puji Utami, dan ekonomi orang tua S : sampel Artinya tidak terdapat hubungan antara
Frederikus dengan status gizi pada sebanyak 69 pendapatan keluarga dengan status gizi
Xaverius anak usia pra sekolah responden dari 83 (BB/U).
Nggadjo, orang tua yang 2. pendapatan keluarga dan kepedulian
Atiek memenuhi kriteria keluarga terhadap pemenuhan gizi
Murharyati inklusi dan kriteria anggotanya berhubungan dengan status gizi
eksklusi anak.
V : v1 : status
sosial ekonomi
v2 : status gizi
pada anak
I : accidental
sampling
A : uji statistik
dengan Spearman
Rank dengan p-
value 0,5
46

DAFTAR PUSTAKA
Achadi. (2015). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Almatsier, Sunita. (2017). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Anonim. (2015). Pola Asuh Orang Tua Pengaruhi Status Gizi.
http://m.okezone.com diakses 23 Desember 2016.
Anwar, Mahdin Husaini. (2018). Peranan Gizi dan Pola Asuh dalam
Meningkatkan kualitas Tumbuh Kembang

Anak. http://anak.i2.co.id/beritabaru/berita.asp?id=169 diakses tanggal 25


Oktober 2019.

Arifin, Tohar. (2015). Gizi Buruk Ancaman Generasi yang Hilang.


http://oi.ppi- jepang.org.php?id=113 diakses tanggal 2 November
2010.
Arikunto, Suharsini. (2017). Prosedur Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Ariyana, Irawati. (2017). Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua
Pada Anak. http://info.balitacerdas.com/mod.php?
mod=publiser&op=viewarticleid=9 diakses tanggal 15 Maret
2018.

Baliwati, Yayuk Farida. (2017). Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta:


Penebar Swadaya.
Biro Pusat Statistik. (20018). Statistik Sosial dan Kependudukan Jawa
Timur.

Hasil Susenas. Jakarta: PS.

Budiyanto. (2015). Gizi dan Kesehatan. Malang: Bayu Media.

Budiarto, Eko. (2015). Biostatistika Untuk Kedokteran dan


Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Chandra, Budiman. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Departemen gizi dan kesehatan masyarakat FKM UI. (2017). Gizi dan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Gerungan, W.A. (2016). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama
47

Gumala, Ni Made Yuni. (2018). Perbedaan Tingkat Konsumsi Energi,


Protein dan Status Gizi Balita Menurut Peran Ibu di Kabupaten
Gianyar. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Tesis.

Hadi, Soetrisno. (2016). Statistik. Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Hadju, Veni. (2015). Diklat Penentuan Status Gizi. Ujung Pandang:


Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS.
Handayani. (2016). Ibu bekerja dan Dampaknya Pada Perkembangan
Anak. http://info.balitacerdas.com/mod.php?
mod=publiser&op=viewarticleid=7 diakses tanggal 2 November
2017.
Karyadi, Darwin. (2018). Visi Bangsa Sehat Melalui Sistem Kesehatan
Nasional. http://www.tenagakesehatan.or.id.detail.php?id=15
diakses tanggal 20 November 2019.

Khomsan, Ali. (2017). Sehat dengan Makanan Berkasiat. Jakarta: PT.


Kompas Media Nusantara.
Latief, D. (2017). Penelitian Gizi di Desa Kebun Cau Kabupaten
Tangerang.

Bogor: IPB.
Lestari, Sri. (2015). Hubungan Antara Status Gizi dengan Tumbuh
Kembang Anak. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Skripsi.
Madanijah. (2015). Pendidikan Gizi Dalam Pengantar Pengadaan
Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Marimbi, Hanum. (2018). Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi
Dasar Pada Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Masdiarti. (2017). Gambaran Status Gizi Anak Balita Ditinjau Dari Pola
Pengasuh Pada Ibu Pekerja Dan Bukan Pekerja. Medan:
Universitas Sumatera Utara. Skripsi.
48

Anda mungkin juga menyukai