Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Stunting

a. Definisi

Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang sangat

pendek hingga melampau deficit -2 SD dibawah median panjang atau

tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional (Gibney,

2004).

Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan

umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebihh pendek

dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (MCN, 2009).

Stunting digunakan sebagai indikator malnutrisi kronik yang

menggambarkan riwayat kurang gizi anak dalam jangka waktu lama

sehingga kejadian ini menunjukkan bagaimana keadaan gizi

sebelumnya (Kartikawati, 2011)

Stunting merupakan suatu keadaan dimana tinggi badan anak

yang terlalu rendah. Stunting atau terlalu pendek berdasarkan umur

adalah tinggi badan yang berada di bawah minus dua standar deviasi

(<-2SD) dari tabel status gizi WHO child growth standard (WHO,

2012).

Balita Pendek (Stunting) adalah status gizi yang didasarkan

pada indeks PB/U atau TB/U dimana dalam standar antropometri

penilaian status gizi anak, hasil pengukuran tersebut berada pada

ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai dengan -3 SD (pendek/

stunted) dan <-3 SD (sangat pendek / severely stunted) (Kemenkes

6
7

R.I, 2012). Stunting digunakan sebagai indikator malnutrisi kronik

yang menggambarkan riwayat kurang gizi anak dalam jangka waktu

lama sehingga kejadian ini menunjukkan bagaimana keadaan gizi

sebelumnya (Kartikawati, 2011).

b. Penyebab Stunting

1) Pendidikan Ibu

Penelitian mengenai hubungan antara pendidikan ibu dengan

kejadian stunting yang dilakukan di Kenya memberikan hasil

bahwa anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang berpendidikan

beresiko lebih kecil untuk mengalami malnutrisi yang

dimanifestasikan sebagai wasting atau stunting daripada anak-

anak yang dilahirkan daripada ibu yang tidak berpendidikan.

Hasil yang sama juga diperlihatkan dari hasil penelitian di Mesir,

dimana semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, resiko anak yang

di lahirkan Stunted semakin kecil. Glewwe (1999) menjelaksan

mengenai mekanisme hubungan antara pendidikan ibu dengan

kesehatan anak. Glewwe berpendapat bahwa mekanisme

hubungan pendidikan ibu dengan kesehatan anak terdiri dari tiga

yaitu pengetahuan tentang kesehatan, pendidikan formal yang

diperoleh ibu dapat memberikan pegetahuan atau informasi yang

berhubungan dengan kesehatan, kemampuan menghitung huruf

dan angka diperoleh dari pendidikan formal memberikan

kemampan kepada ibu dalam membaca masalah kesehatan

yang di alami oleh anak dan melakukan perawatan, pendidikan

formal menjadikan ibu lebih dapat menerima pengobatan

modern. Dalam masyarakat dimana proporsi ibu berpendidikan


8

tinggi memungkinkan untuk menyediakan sanitasi yang lebih

baik, pelayanan kesehatan dan saling berbagi pengetahuan,

informasi kesehatan dibandingkan dengan ibu yang tidak

berpendidikan (Abuya et al, 2012).

2) Umur Anak

Penyakit kurang energy dan protein merupakan bentuk

malnutrisi terutama terdapat pada anak-anak dibawah umur lima

tahun dan kebanyakan di negara-negara berkembang. Umur

yang paling rawan adalah balita. Oleh karena itu, pada masa itu

anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi. Disamping itu,

masa balita merupakan dasar pembentukan kepribadian anak

sehingga diperlukan perhatian khusus (Soetjiningsih, 2004),

umur merupakan faktor gizi internal yang menentukan bahwa

umur dibawah 6 bulan kebanyakan bayi masih dalam keadaan

status gizi yang baik sedangkan golongan umur setelah 6 bulan

jumlah balita yang berstatus gizi baik tampak jelas menurun

sampai 50%.

Setelah itu, ada kecendrungan anak umur 24-59 bulan

menderita status gizi kurang disebabkan oleh asupan gizi yang

diperlukan untuk anak seusia ini meningkat. Secara

kemungkinan lainya adalah keterpaparan anak dengan faktor

lingkungan sehingga akan lebih mudah sakit. Selain itu, pada

umur ini balita belum dapat menentukan makananya sendiri dan

sering makan anak balita sudah ditentukan jumlahnya dan tidak

ditambah lagi.

Laju pertumbuhan pada tahun pertama kehidupan adalah

lebih cepat dibandingkan pada usia lainnya. Antara kelahiran dan


9

usia 1 tahun, panjang badan anak-anak rata-rata meningkat

panjang badan denga 50%, menjadi tiga kali berat lahir mereka.

Lingkar kepala meningkat sepertiga. Selama tahun kedua

kehidupan laju pertumbuhan melambat terjadi perubahan bentuk

yaitu anak ramping dan lebih berotot (Rudolf dan Levene, 2006).

Setelah usia 1 tahun, tingkat pertumbuhan anak melambat.

Anak – anak umumnya menjadi lebih ramping antara usia 6

bulan dan 6 tahun, ada peningkatan secara bertahap dalam

ketebalan lemak pada laki-laki dan perempuan sampai pubertas.

Wanita memiliki kandungan lemak tubuh yang lebih besar

daripada laki-laki pada tahap perkembangan. Kebutuhan energy

anak-anak ditentukan oleh metabolisme individu basal tingkat,

pola aktivitas dan tingkat pertumbuhan (Boyle dan Roth, 2010).

Anak-anak yang mengalami Stunting lebih awal yaitu

sebelum usia enam bulan, akan mengalami Stunting lebih

berat menjelang usia dua tahun. Stunting yang parah pada

anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang dalam

perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk

belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan anak- anak

dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan Stunting

cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen

dari sekolah dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik.

Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan anak

dalam kehidupannya dimasa yang akan datang (Harahap,

2014).
10

3) Jenis Kelamin

Jenis kelamin menentukan pula besar kecilnya kebutuhan

gizi bagi seseorang. Pria lebih banyak membutuhkan zat tenaga

dan protein dibandingkan wanita. Pria lebih sanggup

mengerjakan pekerjaan berat yang biasanya tidak biasa

dilakukan oleh wanita.tetapi dalam kebutuhan zat besi, wanita

jelas membutuhkan lebih banyak daripada pria.

Anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan anak

perempuan tetapi belum diketahui secara pasti kenapa demikian.

Pada masyarakat tradisional, wanita jelas mempunyai status

lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak laki-laki sehingga

angka kematian bayi dan malnutrisi masih tinggi pada wanita

(Soetjiningsih, 2004).

Laki - laki lebih cenderung menjadi terhambat pada tahun

pertama, sedangkan perempuan lebih mungkin untuk menjadi

terhambat pada tahun kedua kehidupan. Karena stunting sangat

terkait dengan gangguan perkembangan intelektual selama

masa kanak, dan perawakan pendek pada masa dewasa, hasil

ini menekankan perlunya pencegahan retardasi pertumbuhan

melalui promosi dari perawatan pra kehamilan dan menyusui,

serta pengendalian penyakit infeksi (Andair dan Guilkey, 1997).

4) Berat Badan lahir

Berat badan lahir adalah berat badan bayi ketika lahir

atau paling lambat sampai bayi berumur 1 hari dilihat dari KMS

(Kartu Menuju Sehat) dimana bila berat badan lahir kurang dari

2500 gram berarti berat badan lahir rendah dan bila lebih dari
11

atau sama dengan 2500 gram berarti normal. Berat badan lahir

rendah banyak dihubungkan dengan tinggi badan yang kurang

atau stuntingpada balita (Kusharisupeni, 2002).

Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh

WHO (2012) yaitu berat lahir kurang dari 2500 gr. Anak yang

BBLR kedepannya akan memiliki ukuran antropometri yang

kurang di masa dewasa. Bagi perempuan yang lahir dengan

berat rendah, memiliki risiko besar untuk menjadi ibu yang

Stunting sehingga akan cenderung melahirkan bayi dengan berat

lahir rendah seperti dirinya. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

Stunting tersebut akan menjadi perempuan dewasa yang

Stunting juga, dan akan membentuk siklus sama seperti

sebelumnya (Soetjiningsih, 2014).

5) ASI Ekslusif

ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi

sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa menambah dan atau

mengganti dengan makanan atau minuman lain (Kemenkes RI,

2012).

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia ASI eksklusif

didefinisikan sebagai pemberian ASI tanpa suplementasi

makanan maupun minuman lain, baik berupa air putih, jus,

ataupun susu selain ASI. Pemberian vitamin, mineral, dan obat-

obatan diperbolehkan selama pemberian ASI eksklusif (IDAI,

2008).

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi tanpa

tambahan makanan lainnya seperti susu formula, jeruk, madu,


12

teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat apapun

seperti pisang, papaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan tim

sampai usia enam bulan (Roesli,2007).

Pemenuhan kebutuhan bayi 0-6 bulan telah dapat

terpenuhi dengan pemberian ASI saja. Menyusui eksklusif juga

penting karena pada usia ini, makanan selain ASI belum mampu

dicerna oleh enzim-enzim yang ada di dalam usus selain itu

pengeluaran sisa pembakaran makanan belum bisa dilakukan

dengan baik karena ginjal belum sempurna (Kemenkes R.I,

2012). Banyak manfaat yang didapat dari pemberian ASI ekslusif

yaitu sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua

kebutuhan pertumbuhan bayi sampai 6 bulan, meningkatkan

daya tahan tubuh bayi karena mengandung berbagai zat anti

kekebalan sehingga akan jarang menderita sakit, melindungi

anak dari serangan alergi, mengandung asam lemak yang

diperlukan untuk pertumbuhan otak, meningkatkan daya

penglihatan dan kepandaian berbicara, membantu pembentukan

rahang yang bagus, mengurangi resiko terkena penyakit kencing

manis, kanker ada anak, dan diduga mengurangi kemungkinan

menderita penyakit jantung, menunjang perkembangan motorik

sehingga bayi ASI ekslusif akan lebih cepat bisa jalan,

menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan, emosional,

kematangan spiritual, dan hubungan social yang baik (Roesli,

2000).
13

6) Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Kebutuhan anak balita akan pemenuhan nutrisi bertambah

seiring pertambahan umurnya. ASI eksklusif hanya dapat

memenuhi kebutuhan nutrisi balita sampai usia 6 bulan,

selanjutnya ASI hanya mampu memenuhi kebutuhan energi

sekitar 60-70% dan sangat sedikit mengandung mikronutrien

sehingga memerlukan tambahan makanan lain yang biasa

disebut makanan pendamping ASI (MP-ASI). Pengertian dari

MP-ASI menurut WHO adalah makanan/minuman selain ASI

yang mengandung zat gizi yang diberikan selama pemberian

makanan peralihan yaitu pada saat makanan/ minuman lain yang

diberikan bersamaan dengan pemberian ASI kepada bayi

(Muhilal dkk, 2009).

Pemberian MP-ASI merupakan proses transisi dimulainya

pemberian makanan khusus selain ASI secara bertahap jenis,

jumlah, frekuensi maupun tekstur dan kosistensinya sampai

seluruh kebutuhan gizi anak dipenuhi oleh makanan keluarga.

Jenis MP-ASI ada dua yaitu MP-ASI yang dibuat secara khusus

baik buatan rumah tangga atau pabrik dan makanan biasa

dimakan keluarga yang dimodifikasi agar mudah dimakan oleh

bayi. MP-ASI yang tepat diberikan secara bertahap sesuai

dengan usia anak baik jenis maupun jumlahnya. Resiko terkena

penyakit infeksi akibat pemberian MP-ASI terlalu dini disebabkan

karena usus yang belum siap menerima makanan serta

kebersihan yang kurang (Meilyasari dan Isnawati, 2014).


14

Pemberian makanan padat atau tambahan terlalu dini

dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan

angka kesakitan pada bayi, selain itu tidak ditemukan bukti yang

menyoko ng bahwa pemberian makanan padat atau tambahan

pada usia 4 atau 5 bulan lebih menguntungkan, bahkan

sebaliknya hal ini akan mempunyai dampak negatif terhadap

kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk

perkembangan pertumbuhannya (Pudjiadi, 2001).

Pemberian makanan pendamping ASI harus diberikan

tepat pada waktunya, artinya adalah bahwa semua bayi harus

mulai menerima makanan pendamping sebagai tambahan ASI

mulai dari usia 6 bulan keatas dan diberikan dalam jumlah cukup,

artinya makanan pendamping harus diberikan dalam jumlah,

frekuensi, konsistensi yang cukup serta jenis makanan yang

bervariasi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama masa

pertumbuhan (WHO, 2011).

c. Dampak Terjadinya Stunting

Stunting merupakan indikator keberhasilan kesejahteraan,

pendidikan dan pendapatan masyarakat. Dampaknya sangat luas

mulai dari dimensi ekonomi, kecerdasan, kualitas, dan dimensi bangsa

yang berefek pada masa depan anak.

Hampir 70% pembentukan sel otak terjadi sejak janin masih dalam

kandungan sampai anak berusia 2 tahun. Jika otak mengalami

hamatan pertumbuhan, jumlah sel otak, serabut otak, dan penghubung

sel otak berkurang. Hal ini mengakibatkan penururnan intelegentsi

(IQ), sehingga prestasi belajar anak rendah dan tidak dapat


15

melanjutkan sekolah. Karena itu anak yang menderita

stuntingberdampat tidak hanya fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga

pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelaksetelah dewasa,

sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu aspek estika,

seseorang yang tumbuh proposional akan kelihatan lebih menarik dari

yang tumbuh penderk.

Stunting pada anak merupakan salah satu indikator terbaik

untuk menilai kualitas modal manusia dimasa mendatang. Kerusakan

yang diderita pada awal kehidupan, yang terkait dengan proses

stunting, menyebabkan kerusakan permanen. Salah satu konsekuensi

utama dari ukuran tubuh dewasa dari masa kanak-kanak yang stunting

yaitu berkurangnya kapasitas kerja, yang pada akhirnya memilii

dampak pada produktivitas ekonomi (WHO, 2011).

Hanum (2012) menyatakan terdapat hubungan yang

signifikan antara kejadian stunting dengan perkembangan bahasa

bakita usia 30-50 bulan. Perkembangan bahasa yang lambat pada

balita akan mempengaruhi proses belajar sehingga akan terjadi

gangguan perkembangan kognitif. Menurut Adair (2004), skor kognitif

pada anak yang pendek lebih rendah dari anak dengan tinggi badan

normal.

Selain itu anak dengan kondisi sangat pendek memiliki IQ

11 poin lebih rendah dari anak normal (UNICEF 2001). Menurut

penelitian Hoddinott et al (2013) menunjukkan bahwa stunting pada

usia 2 tahun memberikan dampak yang buruk berupa nilai sekolah

yang lebih rendah, berhenti sekolah, akan memiliki tinggi badan yang

lebih pendek, dan berkurangnya kekuatan genggaman tangan sebesar

22%. Stunting pada usia 2 tahun juga memberikan dampak ketika


16

dewasa berupa pendapatan perkapita yang rendah dan juga

meningkatnya probabilitas untuk menjadi miskin. Stunting juga

berhubungan terhadap meningkatnya jumlah kehamilan dan anak

dikemudian hari, sehingga Hoddinott menyimpulan bahwa

pertumbuhan yang terhambat di kehidupan awal dapat memberikan

dampak buruk terhadap kehidupan, sosial, dan ekonomi seseorang.

d. Pencegahan Stunting

Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin

dalam kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat

gizi bagi ibu hamil, artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan

makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet

fe) dan terpantau kesehatannya (Depkes RI, 2009)

Pencegahan dapat dilakukan dengan caramemberikan ASI secara

eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya

pengembangan potensial kecerdasan anak secara optimal. Hal ini

karena selain sebagai nutrisi yang ideal dengan komposisi yang tepat

serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung

nutrisi khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal

(Almatsier, 2011). Saat bayi berusia 6-12 bulan maka sebaiknya

diberikan MP ASI (Makanan Pendamping ASI) karena ASI saja tidak

akan memenuhi kebutuhan zat gizi bayi. Ketika anak menginjak usia 1

tahun, sebaiknya diberikan makanan beragam yang terdiri dari sumber

karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran dan buah (Susanty

dkk, 2012).

Depkes RI (2009) menganjurkan anak usia 2-3 tahun diberi

makanan keluarga dengan frekuensi tiga kali sehari (porsi setenga


17

piring) serta dua kali makan selingan. Balita sebaiknya tidak

dibiasakan mengonsumsi pangan jajanan seperti snack yang tinggi

kandungan garam dan rendah energi, goreng-gorengan dan kue basah

dengan pemanis buatan.

Untuk pengerapan perilaku hidup bersih dan sehat keluarga,

biasakan mencuci tangan sebelum mengolah makanan, sebelum

makan dan sebelum memberikan makanan pada balita agar makanan

yang diberikan tidak terkontaminasi dengan bakteri dan kuman

ditangan, sedangkan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat pada

balita dapat dilakukan mulai dari membiasakan sarapan pagi, balita

diberi imunisasi lengkap, serta berat badan dan tinggi badan diukur

secara rutin untuk memantau pertumbuhan balita (Batam Post, 2013).

e. Penilaian Stunted secara Antropometri

Untuk menentukan stunted pada anak dilakukan dengan cara

pengukuran. Antropometri merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan

antropometri gizi adalah jenis pengukuran dari beberapa bentuk tubuh

dan komposisi tubuh menurut umur dan tingkatan gizi, yang digunakan

untuk mngetahui ketidakseimbangan protein dan energy. Antropometri

dilakukan untuk pengukuran pertumbuhan tinggi badan dan berat

badan (Gibson, 2005).

Standar digunakan untuk standarisasi pengukuran berdasarkan

rekomendasi NCHS dan WHO. Standarisasi pengukuran ini

membandingkan pengukuran anak dengan median, dan standar

deviasi atau Z-score untuk usia dan jenis kelamin yang sama pada

anak-anak. Z-score adalah unit standar deviasi untuk mengetahui

perbedaan antara nilai individu dan nilai tengah (median) populasi


18

referent untuk usia/tinggi yang sama, dibagi dengan standar deviasi

dari nilai popilasi rujukan.

Bebrapa keuntungan penggunaan Z-score antara lain untuk

mengidentifikasi nilai yang dapat dalam distribusi perbedaan indeks

dan perbedaan usia, juga memberikan manfaat untuk menarik

kesimpulan secara statistik dari pengukuran antropometri. Indikator

antropometrik seperti tinggi badan menurut umur (stunted) adalah

penting dalam mengevaluasi kesehatan dan status gizi anak-anak

pada wilayah dengan banyak masalah gizi buruk. Dalam menentukan

klasifikasi gizi kurang dengan stunted sesuai dengan “Cut off point”,

dengan penilaian Z-score, dan pengukuran pada anak balita

berdasarkan tinggi badan menurut umur (TB/U) Standar baku WHO-

NCHS berikut (WHO, 2006).

Tabel 2.1 Klasifikasi Gizi Kurang dengan Stunting

Indikator PertumbuhanCut off point

Stunting < - 2 SD

Severely stunting < - 3 SD

2. Balita

a. Pengertian

Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan

karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1

tahun dimana umur 5 bulan berat badan naik 2x berat lahir dan 3x

berat badan lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada pada umur

2 tahun. Pertumbuhan mulai melambat pada masa sekolah dengan


19

kenaikan berat badan kurang lebih 2 kg pertahun, kemudian

pertumbuhan konstan mulai berakhir (Septiari, 2012).

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas 1 tahun

atau lebih popular dengan pengertian usia anak dibawah 5 tahun

(Septiari, 2012).

b. Karakteristik Balita

Karakterikstik balita dibagi menjadi 2 yaitu :

1) Anak usia 1-3 tahun (Batita)

Batita adalah istilah umum bagi anak yang berusia 1-3

tahun. Saat usia batita, anak masih bergantung penuh kepada

orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi,

buang air dan makan. Laju pertumbuhan masa batita lebih

besar dari masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah

makanan yang relatif besar. Namun perut yang masih lebih

kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya

dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih

besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi

kecil dengan frekuensi sering pada usia pra-sekolah anak

menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih makanan

yang disukainya. Pada masa ini berat badan anak cenderung

mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak

dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan.

Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relative lebih banyak

mengalami gangguan status gizi bila dibandingkan dengan

anak laki-laki (Uripi, 2004).


20

2) Anak usia pra sekolah (3-5 tahun)

Pada usia prasekolah anak menjadi konsumen aktif.

Mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada

usia ini anak mulai bergaul dengan lingkungan atau sekolah

playgroup. Pada fase ini anak mencapai fase gemar memprotes.

Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami

penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak, dan pemilihan

penolakan terhadap makanan (septiari, 2012).

c. Tumbuh kembang balita

Menurut Wheley dan Wong pertumbuhan sebagai suatu

peningkatan jumlah atau ukuran sel tubuh yang ditunjukan dengan

adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian tubuh

(Maryunami, 2010).

Menurut Wheley dan Wong perkembangan menitik beratkan pada

perubahan yang terjadi secara bertahap tingkat yang paling rendak

ke tingkat paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan

pembelajaran (Maryunami, 2010).

Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-berbeda

tetapi prosesnya senantiasa melalui tiga pola yang sama, yaitu :

1) Pertumbuhan dimulai dari tumbuh bagian atas menuju bagian

bawah.

2) Perkembangan dimulai dari batang tubuh kearah luar.

3) Setelah kedua diatas dikuasai barulah anak belajar

mengeksplorasi keterampilan-keterampilan lain seperti

melempar, menendang, berlari dan lain-lain.


21

d. Motorik Kasar

Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan

keseimbangan dan koordinasi antara anggota tubuh, dengan

mengunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh.

Contohnya berjalan, berlari dan sebagainya (Septiari, 2012).

e. Motorik Halus

Motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan

keterampilan fisik yang melibatkan otot-otot kecil, koordinasi mata

dan tangan. Syaraf motorik halus ini dapat dilatih dikembangkan

melalui kegiatan dan rangsangan secara rutin. Seperti bermain

menyusun balok, membuat garis, melipat kertas dan sebagainya

(Septiari,2012).
22

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan

dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan

secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah.

Singkatnya, kerangka konsep membahas saling ketergantungan antara

variable yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang

sedang atau akan diteliti.

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Riwayat berat badan lahir


Kejadian Stunting
4. Riwayat Pemberian ASI Esklusif
Pada balita
5. Riwayat Waktu Pemberian

Makanan Pendamping ASI (MP-

ASI)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Anda mungkin juga menyukai