Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan

dalam satu kesatuan dan mempunyai kepentingan yang sama. Kepentingan

yang sama dalam masyarakat yakni keluarga, sekolah, dan negara. Masyarakat

mempunyai peranan penting dalam membentuk hubungan sosial dan turut serta

memikul tanggung jawab pendidikan di lingkungan tempat tinggalnya. Secara

sederhana masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan individu dan

kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan, dan agama. Setiap

masyarkat mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan

tertentu.1

Penyelengaraan lembaga pendidikan hendaknya melibatkan partisipasi

orang tua dan masyarakat mulai dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan

dan pengawasan, sehingga hasil pendidikan yang diharapkan bersama dapat

diwujudkan. Semakin tinggi partisipasi masyarakat, maka semakin

mempelancar pencapaian tujuan sekolah. Kepala sekolah selaku manajer harus

mampu mengelola kegiatan sekolah secara terencana yang dibantu para guru

tersebut dengan mengusahakan berbagai hal, termasuk dalam upaya

mempengaruhi masyarakat agar lebih dapat mensukseskan program-program

sekolah.2

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 44.
1

M Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: PT REMAJA


2

ROSDAKARYA, 2010), 95–97.


2

Partisipasi yang diharapkan pihak sekolah sangat dipengaruhi

bagaimana kepala sekolah berkomunikasi dengan masyarakat, baik dalam

unsur organisasi atau luar organisasi dengan memberi peluang waktu yang

tersedia dan menerima kritik dan saran dari yang lain sehubungan dengan

kegiatan sekolah dan melakukan kerja sama yang baik antara sekolah, guru,

dan masyarakat.

Di dalam UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,

pasal 56 ayat (3) tersirat bahwa : Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga

mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan

memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana,

serta pengawasan pendidikan pada satuan pendidikan.3

Komite Sekolah merupakan badan yang bersifat mandiri, tidak

mempunyai hubungan hierarkis dengan sekolah maupun lembaga pemerintah

lainnya. Komite Sekolah dan sekolah memiliki kemandirian masing-masing,

tetapi tetap sebagai mitra yang harus saling bekerja sama sejalan dengan

konsep manajemen berbasis sekolah (MBS).

Salah satu tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah meningkatkan

tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan

pendidikan di satuan pendidikan. Hal ini berarti peran serta masyarakat sangat

dibutuhkan dalam peningkatan mutu pendidikan, bukan hanya sekedar

memberikan bantuan berwujud material saja, namun juga diperlukan bantuan

yang berupa pemikiran, ide, dan gagasan inovatif demi kemajuan sekolah.

Deviyantoro Amarul, Efektivitas Kinerja Komite Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di
3

Kabupaten Serang Provinsi Banten, Jurnal Sawala Administrasi Negara, 2017), h. 2 lihat juga
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidkan Nasional
3

Komite sekolah sebagai lembaga yang mandiri berperan meningkatkan

mutu pelayanan baik dalam memberikan pertimbangan, arahan, dukungan

sarana prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

Komite diharapkan bekerjasama dengan kepala sekolah sebagai partner

untuk mengembangkan kualitas sekolah dengan menggunakan konsep

manajemen berbasis sekolah dan masyarakat yang demokratis, transparan, dan

akuntabel. Pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah memiliki

landasan teoretis yang cukup kuat.

Komite sekolah merupakan salah satu jalur yang ditempuh dalam

pengembangan sistem komunikasi dan hal ini merupakan salah satu upaya

memberdayakan sekolah dan masyarakat dengan melaksanakan kegiatan

sehingga pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) pendidikan terlibat

langsung dalam memikirkan, membahas, membuat keputusan serta melakukan

evaluasi yang berkelanjutan terkait dengan program-program yang dibuat oleh

sekolah.4

Dengan adanya hubungan sekolah dengan masyarakat melalui komite

sekolah dapat mengetahui sumber-sumber yang ada dalam masyarakat untuk

kemudian di daya gunakan untuk kepentingan kemajuan pendidikan anak di

sekolah. Dipihak lain, masyarakat juga dapat mengambil manfaat dengan turut

mengenyam dan menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai oleh

sekolah. Maka kehidupan masyarakat akan di tingkatkan oleh karenanya,

masyarakat dapat memahami dan mengerti tujuan pendidikan, kebutuhan-

4
Zulkifli, “Komite Sekolah Diantara Cita dan Realita,” UIN Suska Riau, n.d., 4.
4

kebutuan pendidikan, pelaksanaan pendidikan dan kemajuan pendidikan yang

berlangsung di sekolah tersebut.5

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan pada

tanggal 19 november 2018 SMP Negeri 3 Trimurjo terdapat beberapa

permasalahan yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan diantaranya masih ada sebagian masyarakat yang

kurang mendukung dengan kegiatan yang berbasis keagamaan, akan tetapi

masyarakat khususnya walimurid dari siswa lebih mendukung didalam bidang

komite sekolah akan tetapi juga belum maksimal dan ada beberapa masyarakat

yang beranggapan bahwa pendidikan itu merupakan tanggung jawab dari

pemerintah atau sekolah.

Masyarakat yang mendukung di bidang komite sekolah akan tetapi

belum maksimal, masyarakat hanya bersifat sukarela dalam membantu peranan

komite sekolah. Tugas dari komite sekolah adalah memberikan pertimbangan,

memberikan dukungan, melakukan pengawasan, dan menjadi mediator, dengan

masyarakat dan pemerintah. Peran tersebut pada dasarnya sudah banyak

dilakukan oleh pengurus komite sekolah, namun belum optimal. Lembaga

Komite sekolah telah ada dan dibentuk di setiap sekolah di Indonesia. Tetapi

keberadaan komite sekolah terutama di daerah tertinggal masih banyak

menghadapi beberapa kendala.

Ada beberapa masalah pokok yang sering ditemui di lapangan tentang

komite ini yang akhirnya perannya dikatakan belum optimal. Permasalahan

tersebut antara lain seperti masalah pemahaman mengenai komite sekolah yang
5
Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2007), 35.
5

sangat beragam, tentang perannya yang belum sepenuhnya dipahami apalagi

menjalankan peran tersebut secara maksimal. Proses pembentukannya pun

mungkin belum berdasarkan acuan yang ada. Keterwakilannya dalam susunan

anggota komite juga belum meluas (belum mengikutsertakan dunia usaha

ataupun dunia industri) di sekitarnya. Di samping itu masih langka

keterwakilan perempuan dalam komite.

Pola pikir lainnya adalah sekolah bagi anak-anak adalah pilihan masa

depan. Dengan demikian masyarakat yang mampu, menyekolahkan anaknya di

sekolah yang berkualitas. Apalagi jika anaknya mempunyai prestasi.

Bagaimana dengan masyarakat yang miskin, jelas sekolah bukan menjadi

prioritas yang utama, sekolah bukan merupakan tanggung jawabnya sehingga

sekolah mempunyai urutan prioritas di bawah kebutuhan utama (sandang,

pangan, dan papan).

Masalah Sosial Ekonomi Belum optimalnya peran komite sekolah

disebabkan juga oleh kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah. Segala

upaya yang dilakukan oleh masyarakat masih difokuskan mencari jalan keluar

(solusi) ekonomi rumah tangga, sehingga walaupun terlibat dalam

kepengurusan komite, partisipasinya belumlah optimal (besar) dianggap

sebagai beban sampingan, apalagi didalam komite bersifat sukarelawan.

Masalah kemiskinan itu sendiri sudah menyulitkan mereka untuk

terlihat dalam komite sekolah dan sekolah juga menanggung akibatny karena

berbagai ide untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan prasarana sekolah

menjadi lamban. Dari beberapa masalah tersebut di atas jika kita perhatikan
6

dan ditelusuri secara lebih operasional banyak permasalahan yang dihadapi

pemerintah daerah dalam rangka pemberdayaan komite sekolah diantaranya

adalah, pemahaman tentang komite sekolah belum tersosialisasikan dengan

efektif di tengah masyarakat.

SMP Negeri 3 Trimurjo terletak di desa Pujo Basuki. SMP Negeri 3

Trimurjo sudah dilengkapi berbagai sarana/fasilitas seperti 9 unit ruang kelas, 2

unit kantor, 1 unit perpustakaan, 1 unit ruang tata usaha, 1 unit laboratorium

bahasa, 1 unit laboratorium IPA, dan 1 unit mushola dengan keseluruhan

keadaannya permanen. Pelaksanaan KBM berlaku pada pagi hari masuk pukul

07.30 WIB dan pulang pada pukul 13.30 WIB dengan jumlah belajar 6 jam

dengan menggunakan sistem K13 atau Kurikulum 2013.

Berdasarkan gambaran serta paparan dari latar belakang masalah di

atas, maka Penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Partisispasi

Masyarakat Dalam Upaya Mengembangkan Pendidikan Agama Islam di SMP

Negeri 3 Trimurjo”.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana bentuk partisipasi dari masyarakat dalam mendukung partisipasi

masyarakat dalam upaya mengembangkan pendidikan agama Islam di SMP

Negeri 3 Trimurjo?
7

2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam proses partisipasi masyarakat

dalam upaya mengembangkan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 3

Trimurjo?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk memberikan gambaran secara konkrit serta arah yang jelas

berdasarkan pokok permasalahan tersebut, dalam pelaksanaan penelitian ini

maka peneliti perlu merumuskan tujuan yang ingin dicapai, adapun tujuan

penelitian ini sebagai berikut :

a. Untuk mendiskripsikan bentuk partisipasi masyrakat dalam upaya

mengembangkan Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Trimurjo.

b. Untuk mendiskripsikan faktor pendukung dan penghambat proses

partisipasi masyarakat dalam upaya mengembangkan Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 3 Trimurjo.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu

pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan agama Islam.

b. Secara praktis, penelitian ini mampu meningkatkan rasa kepedulian

masyarakat dengan lingkungan sekitar serta memberikan rasa

kenyamanan dan ketentraman di lingkungan masyarakat.

D. Penelitian Relevan

Penelitian relevan merupakan bagian yang memuat uraian secara

sistematis mengenai hasil penelitian terdahulu (prior research) tentang


8

persoalan yang akan dikaji dalam proposal ini. Peneliti mengemukakan dan

menunjukkan dengan tegas bahwa masalah yang akan dibahas belum pernah

diteliti sebelumnya. Sehingga dapat ditentukan di mana posisi penelitian yang

akan dilakukan berada. 6

1. Penelitian dengan judul “Partisipasi masyarakat dalam penyeleggaraan

Pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Ahlussunah Wal jama’ah Desa Sungai

Pinang KecamatanKubu Babussalam KabupatenRokan Hilir Tahun 2012”.

Hasil penelitian tersebut adanya peran serta masyarakat dalam

terselenggaranya Pendidikan di MTs Ahlussunah Wal jamaa’ah Desa

Sungai Pinang KecamatanKubu Babussalam KabupatenRokan Hilir.7

Persamaan penelitian di atas denganpenelitian ini terlihat dari kajian

tentang partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan agama

islam di sekolah/MTs. Adapun perbedaannya terlihat dari metode dan obyek

penelitian. Fokus penelitian di atas lebih ditujukan kepada masyarakat.

Dalam penelitian di atas, metode yang digunakan adalah metode kualitatif

dan presentase sedangkan dalam penelitian ini metode yang digunakan

adalah metode kualitatif, dan fokus penelitian lebih ditujukan kepada

masyarakat dan sekolah dalam pengembangan Pendidikan Agama Islam.

2. Penelitian dengan judul “Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Mutu

Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01,

Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2016”.


6
STAIN Jurai Siwo Metro, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, N.D.), 39.
7
Alimuddin, “Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan di Madrasah
Tsanawiyah Ahlussunah Wal Jamaa’ah Desa Sungai Pinang Kecamatan Kubu Babussalam
Kabupaten Rokan Hilir,” Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, n.d.
9

Hasil penelitian tersebut adanya peran serta masyarakat dalam

terselenggaranya pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur

01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.8

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian ini terlihat dari kajian

tentang partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan agama

islam di sekolah/MTs. Adapun perbedaannya terlihat dari metode dan obyek

penelitian. Fokus penelitian di atas lebih ditujukan kepada masyarakat.

Dalam penelitian di atas, metode yang digunakan adalah metode kualitatif,

dan fokus penelitian lebih ditujukan kepada masyarakat dan sekolah dalam

pengembangan pendidikan agama Islam.

3. Penelitian dengan judul “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan

Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas Tahun

2017”. Hasil penelitian tersebut adanya peran serta masyarakat dalam

terselenggaranya pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Purwojati

Kabupaten Banyumas. 9

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian ini terlihat dari kajian

tentang partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan agama

islam di sekolah/MTs. Adapun perbedaannya terlihat dari metode dan obyek

penelitian. Fokus penelitian di atas lebih ditujukan kepada sekolah dan

masyarakat. Dalam penelitian di atas, metode yang digunakan adalah

8
Umar, “Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam Di
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten
Semarang Tahun 2016,” 2016.
9
Siti Samroh, “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Madrasah Ibtidaiyah Di
Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas,” IAIN PURWOKERTO, 2017.
10

metode kualitatif, dan fokus penelitian lebih ditujukan kepada masyarakat

dan sekolah dalam pengembangan pendidikan agama Islam.

Anda mungkin juga menyukai