1, JANUARI 2016:355-362
marniyatilisa@yahoo.com
Abstrak
Latar Belakang : Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang profesional
untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu hamil beserta janin yang dikandungnya. Pelayanan antenatal yang dilakukan secara
teratur dan komprehensif dapat mendeteksi secara dini kelainan dan risiko yang mungkin timbul selama kehamilan, sehingga
kelainan dan risiko tersebut dapat diatasi dengan cepat dan tepat (Hardianti et al., 2013). Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kualitas pelayanan antenatal di Puskesmas Sako, Sosial, Sei Baung dan Sei Selincah di Kota Palembang.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian dilakukan
sejak 30 Maret sampai dengan 30 Mei 2015 dengan teknik wawancara mendalam dan observasi. Informan penelitian adalah 8
(delapan) orang bidan (koordinator dan KIA) di Puskesmas Sako, Sosial, Sei Baung dan Sei Selincah di Kota Palembang, 4
(empat) orang Kepala Puskesmas di tempat bidan tersebut bertugas, 8 (delapan) orang ibu hamil dan 2 (dua) orang dokter
spesialis Kebidanan RSMH. Data dianalisis dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Hasil Penelitian : Hasil analisis menunjukkan bahwa belum semua bidan mendapatkan pelatihan atau sosialisasi pelayanan
antenatal, bidan mengetahui tujuan dan manfaat dilakukan pelayanan antenatal sesuai standar, belum semua bidan mematuhi
standar pelayanan antenatal yang sudah ditetapkan, masih terdapat sarana dan prasarana yang belum memadai untuk melakukan
pelayanan antenatal sesuai standar, bidan telah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai deteksi risiko dan mampu
melakukan deteksi risiko pada ibu hamil.
Kesimpulan : Dinas kesehatan propinsi dan kota melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pelayanan antenatal
sesuai standar.
Abstract
Quality Of Antenatal Care Services In Increasing High Risk Detection Of Pregnant Women By Health Workers In Sako,
Sosial, Sei Baung And Sei Selincah Public Health Center In Palembang Background : Antenatal Care is health services
which is given by professional health workers to increase the health status of pregnant women and their fetus. Routinely and
comprehensively antenatal care can detect earlier the deviation and the risk which might be occured in pregnancy in order the
deviation and the risk could be overcomed fast and appropriately (Hardianti et. al, 2013). The purpose of this research is to
analyze the quality of antenatal care in Sako, Sosial, Sei Baung and Sei Selincah Public Health Center in Palembang.
Methods : This study was qualitative research, with purposive sampling method. The research began from 30 March until 30
May 2015. Depth interview and observation were the techniques of collecting data. The informants of research were 8 (eight)
coordinator health center midwives and maternal and child health midwives, 4 (four) chiefs of health center, 8 (eight) pregnant
women and 2 (two) obstetricians and ginecologists of Mohammad Hoesin Hospital. Data analysis consisted of data reduction,
data display, conclusion and verification.
Results : The analysis showed that not all of the midwives got antenatal training or socailization, midwives knew the goal and the
advantage of standardized of antenatal care services. Not all of the midwides obeyed the standard of antenatal care services, not
fulfiiiable facilities and antenatal care equipments, midwives had knowledge in detection the risk of pregnancy and competence
to do the screening in pregnant women.
Conclusion : Provincial and City Health Office facilitate and supervise the implementation of Antenatal care services
355
356 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO. 1, JANUARI 2016:355-362
Kemudian data mengenai deteksi risiko Sumber data berasal dari data primer dan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di kota data sekunder. Data primer diperoleh dengan
Palembang sebanyak 132%5. Adapun risiko dilakukan observasi pelaksanaan pelayanan
tinggi pada ibu hamil meliputi anemia (Hb < 8 antenatal di 4 (empat) Puskesmas tersebut di
gr %), tekanan darah tinggi (sistole> 140 Poli KIA. Kemudian dilanjutkan wawancara
mmHg, diastole> 90 mmHg), edema nyata, mendalam kepada 8 (delapan) orang bidan
eklampsia, perdarahan pervaginam, ketuban koordinator dan bidan KIA, 8 (delapan) orang
pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan> ibu hamil, dan triangulasi kepada 4 (empat)
32 minggu, letak sungsang pada primigravida, orang Kepala Puskesmas dan 2 (dua) orang
infeksi berat/sepsis, dan persalinan prematur6. dokter ahli kebidanan dan kandungan RSUP
Menurut Mutahar (2010), untuk meningkatkan Dr.Mohammad Hoesin Palembang. Data
pelayanan antenatal harus diikuti terpenuhinya sekunder diperoleh melalui pencatatan kohort
kualitas kunjungan pelayanan antenatal yaitu antenatal di Puskesmas mengenai pelayanan
5T bukan hanya mengandalkan frekuensi antenatal yang diberikan dan data kasus risiko
kunjungan kehamilan saja7. Studi yang tinggi yang dideteksi oleh bidan serta buku
dilakukan Naariyong et.al, (2012) menyatakan KIA yang dimiliki oleh ibu hamil. Serta data
bahwa lemahnya hubungan antara cakupan ANC dan deteksi risiko tinggi oleh
pemanfaatan pelayanan antenatal terhadap tenaga kesehatan pada laporan PWS KIA
hasil kesehatan ibu disebabkan karena Dinas kesehatan propinsi Sumatera selatan dan
kurangnya memperhatikan isi dan kualitas Dinas kesehatan kota Palembang tahun 2014.
pelayanan antenatal. Sehingga berdasarkan Instrumen Penelitian dalam penelitian ini
latar belakang tersebut, penulis merasa perlu adalah daftar tilik observasi, daftar pertanyaan
untuk dilakukan penelitian untuk digali lebih sebagai panduan wawancara mendalam dan
dalam mengenai kualitas pelayanan antenatal peneliti sendiri Analisis data dalam penelitian
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan
Puskesmas dengan cakupan antenatal K4 data berlangsung dan setelah selesai
tinggi dan rendah di kota Palembang. pengumpulan data dalam periode tertentu.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi
menganalisis kualitas pelayanan antenatal di data, penyajian data dan penarikan kesimpulan
Puskesmas Sako, Sosial, Sei Baung dan Sei dan verifikasi.
Selincah di Kota Palembang.
3. Hasil dan Pembahasan
2. Metode
A. Kompetensi teknis bidan dalam melakukan
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif pelayanan antenatal
dengan menggunakan metode purposive
sampling. Penelitian dilakukan sejak 30 Maret Kompetensi teknis menyangkut pengetahuan,
sampai dengan 30 Mei 2015 dengan teknik ketrampilan, kemampuan dan penampilan atau
wawancara mendalam dan observasi. Informan kinerja pemberi layanan kesehatan.
penelitian adalah 8 (delapan) orang bidan Kompetensi teknis ini berkaitan dengan cara
(koordinator dan KIA) di Puskesmas Sako, pemberi layanan kesehatan dalam mengikuti
Sosial, Sei Baung dan Sei Selincah di Kota standar pelayanan kesehatan yang telah
Palembang, 4 (empat) orang Kepala ditentukan, yang meliputi kepatuhan,
Puskesmas di tempat bidan tersebut bertugas, kebenaran dan konsistensi. Kompetensi teknis
8 (delapan) orang ibu hamil dan 2 (dua) orang yang tidak dipenuhi dapat menyebabkan
dokter spesialis Kebidanan RSMH. Data terjadinya penyimpangan terhadap standar
dianalisis dengan reduksi data, penyajian data pelayanan kesehatan, menurunnya mutu
dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
358 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO. 1, JANUARI 2016:355-362
bidan telah mengetahui standar pelayanan standar tidak tersurat, terdapat bagian yang
antenatal 10 T dan mengetahui tujuan dan sulit dilaksanakan yaitu asuhan kebidanan
manfaat dilaksanakannya pelayanan antenatal karena terlalu panjang dan rumit sehingga
sesuai standar tersebut. membutuhkan waktu yang lama sejak
pengkajian sampai dengan evaluasi.
c. Kemampuan, ketrampilan dan kepatuhan Penelitian yang dilakukan Guspianto
bidan dalam pelayanan antenatal (2012) menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan
Kepatuhan adalah ketaatan untuk bidan desa dalam menerapkan standar ANC
melakukan sesuatu yang dianjurkan dan masih rendah yaitu 74,28 % masih dibawah
berdisiplin. Kepatuhan berhubungan dengan standar minimal yang ditetapkan yaitu 80%.
perilaku seseorang terhadap suatu tatanan yang Berdasarkan komponen standar ANC, tingkat
telah ditetapkan. kepatuhan tertinggi adalah komponen
Berdasarkan hasil wawancara mendalam tindakan, dengan tingkat kepatuhan 84,04%
didapatkan bahwa semua bidan sudah patuh (SD=24,05%) sedangkan yang terendah adalah
terhadap standar pelayanan antenatal komponen konseling dengan tingkat kepatuhan
walaupun belum dilaksanakan secara optimal. 61,32% (SD=21,99%).
Dalam melaksanakan pelayanan antenatal Pelayanan antenatal sesuai standar
terdapat beberapa pelayanan yang belum meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum
dilaksanakan diantaranya pada anamnesis dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium
tidak ditanyakan mengenai riwayat penyakit rutin dan khusus, serta intervensi umum dan
yang diderita ibu hamil dan melaksanakan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam
temu wicara atau konseling sesuai dengan pemeriksaan).
kebutuhan ibu hamil sedangkan pada Dalam melakukan pemeriksaan antenatal,
pemeriksaan fisik yang tidak dilakukan adalah tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan
pengukuran Lila dan pengukuran tinggi badan. yang berkualitas sesuai standar (10 T)
Pemeriksaan laboratorium juga menjadi (Kemenkes RI, 2012).
kendala dikarenakan ada ibu hamil yang Berdasarkan penelitian yang dilakukan
menolak untuk dilakukan pemeriksaan oleh Andriani et.al (2012) di Puskesmas
laboratorium. Silungkang yaitu tenaga bidan yang ada secara
Menurut pernyataan yang diberikan oleh kualitas belum memadai dalam memberikan
Kepala Puskesmas bahwa bidan telah pelayanan antenatal (K4) sehingga perlu
melaksanakan pelayanan antenatal sesuai dilakukan pembinaan dalam bentuk penyeliaan
standar walaupun belum dilaksanakan secara fasilitatif oleh bidan koordinator tingkat kota
optimal terutama dalam anamnesis dan dan Puskesmas.
konseling dikarenakan membutuhkan waktu
yang cukup lama. Selain itu, ada pemeriksaan 2. Sarana dan Prasarana yang mendukung
fisik yang sulit untuk dilakukan dikarenakan pelayanan antenatal
alat yang rusak yaitu pemeriksaan Lila dan Sarana dan prasarana adalah kelengkapan
denyut jantung janin menggunakan alat digital fasilitas dan alat yang digunakan dalam
(Doppler portable). Kemudian, bidan juga pelayanan antenatal berupa ruangan
mengalami kesulitan dalam pencatatan dan pemeriksaan, bed pemeriksaan, alat kesehatan
pelaporan pelayanan antenatal dikarenakan (stetoskop, tensimeter, alat doppler/
banyak format pencatatan dan pelaporan yang monoscope, pita Lila, termometer), pita
harus diisi. meteran, timbangan, vaksin TT, tablet zat besi,
Hasil penelitian ini sejalan dengan buku KIA, kohort antenatal, buku pedoman
penelitian yang dilakukan oleh Ariyanti (2013) antenatal.
yang menyatakan bahwa bidan sudah Berdasarkan hasil wawancara mendalam
melaksanakan pelayanan antenatal walaupun didapatkan bahwa sarana dan prasarana yang
360 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO. 1, JANUARI 2016:355-362
menunjang pelayanan antenatal dirasakan anak. Semua bidan juga dapat menyebutkan
masih belum lengkap. Masih terdapat alat faktor risiko yang dapat membahayakan
yang belum tersedia dan rusak serta ruangan kehamilan.
tempat pemeriksaan tidak menimbulkan rasa Kegiatan deteksi dini risiko tinggi ibu
nyaman karena sempit, tidak tertata rapi dan hamil merupakan salah satu upaya untuk
dipakai bersama dengan pelayanan kesehatan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
lainnya. Kondisi keuangan Puskesmas tidak
memungkinkan Puskesmas untuk membeli dan 4. Tempat Pemeriksaan kehamilan
memperbaiki semua alat yang kurang dan Dari hasil wawancara mendalam
rusak sehingga harus mengajukan ke Dinas didapatkan dari 8 (delapan) orang informan
kesehatan dan alat tersebut dapat dipenuhi jika ibu hamil, 4 (empat) orang ibu hamil selalu
anggaran pada Dinas kesehatan juga tersedia memeriksakan kehamilan secara rutin di
serta baru diperoleh pada tahun berikutnya. Puskesmas dikarenakan merasa puas dengan
Penelitian yang dilakukan Solang et.al pelayanan di Puskesmas dan mendapatkan
(2012) menyatakan bahwa kurangnya fasilitas pemeriksaan kehamilan secara lengkap dan
yang tersedia di tempat pelayanan kesehatan tidak dipungut biaya. Sedangkan empat
dapat mempengaruhi motivasi ibu hamil untuk informan lainnya baru pertama kali
datang berkunjung memeriksakan memeriksakan kehamilan di Puskesmas karena
kehamilannya seperti kurangnya fasilitas dianjurkan oleh bidan praktek tempat
tempat duduk di ruang tunggu sehingga tingkat memeriksakan kehamilan, keluarga dan
frekuensi responden kurang dalam melakukan tetangga dengan maksud akan mudah
kunjungan ulang dan mempengaruhi tingkat mendapatkan surat rujukan untuk melahirkan
kepuasan ibu hamil. di Rumah Sakit.
Penelitian yang dilakukan oleh Andriani Menurut penelitian Yanuaria dan
et.al (2012) mengenai Implementasi pelayanan Wulandari (2013) di Puskesmas Pacarkeling,
ibu hamil (K4) oleh bidan berdasarkan SPM di ibu hamil mendatangi pusat pelayanan
Puskesmas Silungkang menyatakan bahwa kesehatan tidak hanya untuk memeriksakan
sarana dan prasarana yang mendukung keadaaan kesehatannya tetapi juga calon bayi
pelayanan antenatal (K4) sudah tersedia yang dikandungnya. Ibu hamil membutuhkan
seperti ANC kit, buku KIA, kartu ibu, kohort informasi yang komprehensif untuk
ibu dan alat transportasi roda dua petugas ke mengetahui perkembangan kehamilannya
lapangan. Namun hb sahli tidak tersedia di sehingga pemberi layanan harus mampu
puskesmas pembantu sehingga pemeriksaan berkomunikasi dengan baik kepada ibu hamil
kadar hbnya harus dirujuk ke Puskesmas. tersebut. Ibu hamil juga mengaharapkan
mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan
3. Pengetahuan bidan tentang deteksi risiko yang nyaman dan aman. Pemeriksaan ibu
Berdasarkan hasil wawancara mendalam hamil selama kehamilannya meliputi
diatas didapatkan bahwa semua bidan pemeriksaan fisik dan psikologis ibu hamil
mengetahui tujuan dan manfaat dilakukannya yang diberikan sesuai dengan umur kehamilan.
deteksi risiko pada ibu hamil serta mengetahui Berdasarkan hasil wawancara mendalam
bahwa pelayanan antenatal sesuai standar didapatkan bahwa semua ibu hamil
(10T) merupakan alat untuk melakukan mendapatkan pemeriksaan kehamilan secara
deteksi risiko tersebut. Semua bidan lengkap berupa anamnesis, pemeriksaan fisik
mengetahui faktor risiko apa saja yang dapat dan laboratorium. Pemeriksaan fisik yang
membahayakan kehamilan sehingga tidak dilakukan antara lain: pengukuran suhu
diharapkan bila diketahui dengan cepat maka tubuh, pengukuran Lila karena alat yang rusak,
dapat ditangani dengan cepat dan tepat mendengarkan denyut jantung janin
sehingga dapat menurunkan kematian ibu dan
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO. 1, JANJUARI 2016:355-362 361