Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326398140

KAJIAN KONSEP RESILIENT DESIGN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN


WADUK JATIBARANG KOTA SEMARANG

Article  in  MODUL · May 2018


DOI: 10.14710/mdl.18.1.2018.41-45

CITATIONS READS

0 178

1 author:

Indriastjario Indriastjario
Universitas Diponegoro
13 PUBLICATIONS   26 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Indriastjario Indriastjario on 22 March 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Available online through http://ejournal.undip.ac.id/index.php/modul
kajian konsep resilient design untuk pengembangan kawasan waduk jatibarang kota semarang

KAJIAN KONSEP RESILIENT DESIGN


UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN WADUK JATIBARANG
KOTA SEMARANG

Indriastjario *

*)Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Abstract
Environmental deterioration which is increasing the area’s vulnerability occured in the Area of Jatibarang Dam in
Semarang City. The deterioration is caused by the construction of the Dam. It is worsening the sustainability, disturbing
the harmony of the flora & fauna especially the macaca (long-tailed monkey) lost their food and access to the hill , the
main area of theirs ; and then due to be a tourism destination area, the development of the surrounding have gradually
demolished the landscape and worsening the ecosystem.
Therefore, the Dam Area requires an increased capacity to face the deterioration. It needs to be well designed to
achieve a state of area that is resistant to deterioration. To form a resilient area, resilient ways are required.
The purpose of this research is to find an innovative concept of resilience ways to actualize the sustainability of The
Area of Jatibarang Dam in Semarang City through resilience design.
The research uses descriptive analysis method based on the 4 factors of : spatial arrangement, technology innovation,
disaster mitigation, and disaster adaptation.
The results of the research found the integration of : 1. the enhancement of the adaptive capacity of society (local
wisdom of tradition & spiritual heritage), 2. the implementation of orderly spatial management through green
architecture and 3. a dynamic and planned urban systems which promote the access for all to actualize a resilient and
sustainable area, would be the effective resilient ways to promote the Resilience Design of the Dam Area.

Keywords: vulnerability, innovation, disaster,integration, resilience

Pendahuluan seringkali kurang memperhatikan lingkungan. Kawasan


Pembangunan perkotaan saat ini mengarah kepada suatu bukit dikepras sehingga menjadikan berkurangnya
konsep kota tangguh (resilient city concept). Dalam daerah resapan air. Perubahan guna lahan dari ruang
konsep ini, kota sebagai ruang aktivitas bagi terbuka hijau menjadi kawasan terbangun di bagian hulu
penduduknya diharapkan dapat menciptakan suatu sungai menyebabkan tingginya debit run off air. Salah
kondisi yang ramah lingkungan, yang dibangun satu dampak yang ditimbulkan adalah adanya
berdasarkan dimensi sosial, ekonomi dan permasalahan banjir pada pusat kota dan kawasan
lingkungannya. Pembangunan kota wajib Semarang bagian bawah.
memperhatikan kapasitas daya dukung lingkungan dan Berdasarkan permasalahan tersebut, Pemerintah
efisiensi dalam pengalokasian sumberdaya dan Kota Semarang telah merencanakan pembangunan
ruangnya. Dengan demikian tantangan pembangunan Waduk Jatibarang, sebagaimana tertuang didalam
yang dihadapi kota saat ini adalah bagaimana Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011
mengembangkan ketangguhan kota dengan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
mengendalikan pembangunan sebagai perimbangan Semarang Tahun 2011-2031. Kawasan Waduk
kegiatan sosial-ekonomi , ramah lingkungan dan Jatibarang ditetapkan sebagai kawasan strategis daya
berkelanjutan. dukung lingkungan hidup, dengan fungsi utama sebagai
Kota Semarang dihadapkan pada tantangan pengendali limpasan air ke kawasan dibawahnya dan
urbanisasi yang tinggi. Pertumbuhan kota yang semakin pengembangan wisata. Pembangunan Kawasan Waduk
pesat menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan bagi Jatibarang telah menjadi komitmen bersama dari
pemenuhan aktivitas dan sarana prasarana Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
pendukungnya. Di sisi lain, daya dukung lahan yang dan Pemerintah Kota Semarang dalam rangka
terbatas memicu adanya penurunan kualitas lingkungan. penanganan dan pengendalian banjir, pemenuhan
Pembangunan pada kawasan Semarang bagian atas kebutuhan air baku, penggerak kegiatan ekonomi

41
ISSN (P)0853-2877 (E) 2598-327X MODUL vol 18 no 1,issues period 2018

kawasan maupun wahana pendidikan lingkungan. Fungsi Pedoman Perencanaan Perancangan


Kawasan Waduk Jatibarang yang terletak pada BWK Arsitektur Bangunan & Lingkungan Binaan sebagai alat
VIII Kecamatan Gunungpati dan BWK IX Kecamatan pengendali pertumbuhan diharapkan dapat mewujudkan
Mijen ini memiliki fungsi kawasan konservasi dengan peran kawasan Waduk Jatibarang dalam mewadahi
pemanfaatan secara terbatas pada kawasan lindung. perkembangan kegiatan yang ada / eksisting dan
Adapun Kawasan Waduk Jatibarang ini memiliki perkembangannya, khususnya perkembangan kegiatan
karakteristik : wisata serta dalam rangka memberikan perlindungan
a) sebagai kawasan konservasi alam yang terdiri dari terhadap fungsi konservasi dan daya dukung lingkungan
hutan, sungai, waduk dengan flora dan faunanya, hidup bagian wilayah kota yang terdampak dan
b) keberadaan situs religi Gua Kreo dengan satwa khas khususnya kawasan sekitar waduk.
monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) sebagai
satwa penjaga gua dan tradisi prosesi sesaji Metode Penelitian
Rewandha Penelitian yang akan dilakukan merupakan
c) diapit dua akses jalan utama Semarang-Gunungpati penelitian tentang setting ruang terbuka publik yang
dan Semarang-Mijen yang ramai dikaitkan dengan budaya menghuni dan berkegiatan
d) pembangunan Waduk Jatibarang dan penetapannya masyarakat kampung sekitar kawasan Waduk Jatibarang
sebagai kawasan wisata akan menimbulkan Kota Semarang dan kajian tentang regulasi-regulasi
multiplier effect terhadap kawasan disekitarnya. yang berlaku untuk rekayasa kawasan wilayah waduk
Fungsi ekonomi diperkirakan akan berkembang tersebut. Langkah-langkah penelitian dilakukan dalam
dengan adanya fungsi pemanfaatan waduk sebagai wilayah paradigma penelitian sosial atau penelitian
kawasan wisata. kualitatif (Groat & Wang, 2002).
e) di wilayah catchment area Waduk Jatibarang mulai Dalam penelitian kualitatif dituntut kajian yang
terjadi alih fungsi lahan dan perubahan kegiatan. lebih komprehensif serta menukik ke kedalamannya.
Permasalahan di atas tentu saja sebagai indikator Oleh karena itu sampel penelitian tidak berjumlah
resiko kawasan waduk Jatibarang sebagai Bagian banyak berupa kasus-kasus yang dipilih dengan tujuan
Wilayah Kota dalam menghadapi kerentanannya tertentu dan mengarah pada didapatkannya keragaman
(vulnerability). Hal ini, dikarenakan oleh adanya karakter budaya, rona wilayah alamiah dan perubahan-
aktifitas populasi / manusia, barang dan jasa yang perubahannya. Tujuan penelitian tidak untuk
semakin hari semakin meningkat dalam proses menggeneralisir kesimpulan yang ada.
pemenuhan kebutuhan dasar manusia (sebagai kapasitas Lokus penelitian ini adalah Kawasan Waduk
suatu kota dalam menampung kegiatan masyarakat). Jatibarang Kota Semarang, yang terletak pada BWK
Permasalahan perubahan karakteristik wilayah baik fisik VIII Kecamatan Gunungpati dan BWK IX Kecamatan
maupun non-fisik memiliki hubungan dengan Mijen. Secara administrasi Kawasan Waduk Jatibarang
permasalahan pembangunan pada suatu bagian wilayah meliputi Kelurahan Kedungpane dan Kelurahan
kota. Keberhasilan pembangunan kota sangat Jatibarang di Kecamatan Mijen, serta Kelurahan Kandri
dipengaruhi oleh kemampuan kota itu untuk dan Kelurahan Jatirejo di Kecamatan Gunungpati. Luas
mempertahankan ketangguhan kotanya (Resilient City). total kawasan Waduk Jatibarang adalah 600,86 Ha yang
Untuk itu perlu adanya kajian yang inovativ terdiri atas luas genangan waduk sebesar 91,17 Ha, luas
tentang konsep dan strategi perencanaan pembangunan kawasan greenbelt konservasi adalah 128,80 Ha serta
yang mendorong terwujudnya ketangguhan kotanya luas kawasan diluar greenbelt adalah 380,71 Ha.
(Resilient City) guna menunjang pergerakan Data non-fisik berupa informasi tentang
pembangunan kota mendukung pertumbuhan ekonomi kegiatan-kegiatan bersama masyarakat kampung di
dan pembangunan kota yang berkelanjutan. Kelurahan Kedungpane dan Kelurahan Jatibarang di
Oleh karenanya dengan berbagai karakteristik itu, Kecamatan Mijen, serta Kelurahan Kandri dan
upaya pengendalian pertumbuhan kawasan terbangun Kelurahan Jatirejo di Kecamatan Gunungpati digali
pada kawasan disekitar waduk harus dilakukan guna dalam kaitannya dengan penggunaan ruang untuk
menjaga fungsi konservasi Waduk Jatibarang. kegiatan tersebut, bagaimana kebiasaan dan kegiatan
Konsep dan strategi sebagai Pedoman kesehariannya dilakukan serta bagaimana atau dimana
Perencanaan Perancangan Arsitektur Bangunan & tempat kegiatan tersebut berlangsung. Sementara pada
Lingkungan Binaan sebagai landasan pembangunan data fisik ruang publiknya akan dilihat susunan
kawasan Waduk Jatibarang Kota Semarang yang ruangnya dan bagaimana kegiatan keseharian
mendorong terwujudnya ketangguhan bagian wilayah berlangsung dalam ruang dan bagaimana kegiatan
kotanya (Resilient City) guna menunjang pergerakan tersebut membentuk ruang. Penggalian data dilakukan
pembangunan kota mendukung pertumbuhan ekonomi dengan cara wawancara mendalam dengan pelaku
dan pembangunan kota yang berkelanjutan. kegiatan serta mengeksplorasi wadah kegiatan tersebut.

42
ISSN (P)0853-2877 (E) 2598-327X MODUL vol 18 no 1,issues period 2018

Untuk itu akan diperlukan peralatan rekaman, sementara Konsep Ketangguhan Kota (Resilient City)
untuk eksplorasi fisik rumah diperlukan peralatan sketsa, Konsep ketangguhan kota merupakan konsep yang
alat ukur serta kamera. punya korelasi dengan konsep pembangunan
Data-data yang didapatkan di lapangan langsung berkelanjutan (sustainable development). Konsep ini
dianalisis dengan mengkaitkannya dengan kondisi bukan didorong akan tetai diadakan dengan dukungan
setting ruang sebelum terjadi perubahan. Bahasan inovasi, mitigasi dan adaptasi. Dalam konsep
kemudian dipilah-pilah sesuai dengan tema-tema yang ketangguhan kota (resilient city) terbagi ke dalam tiga
nantinya akan dikaitkan antar tema dan dimaknai konstelasi aspek yakni inovasi (inovation), mitigasi
mengarah pada penggalian konsep dibalik keragaman (mitigation) dan adaptasi (adaptation)
setting ruang publik yang ada. Adapun beberapa penjelasan dari masing-masing
konstelasi aspek Ketangguhan Kota (Resilient City )
Pembahasan & Hasil Kajian sebagai berikut:
Fokus Teori Ketangguhan Kota (Resilient City) dan · Mitigasi merupakan pengurangan resiko yang
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) disesuaikan dengan kapasitas objek yakni objek itu
Ketangguhan Kota (Resilient City) Konsep Resiko sendiri sesuai kapasitasnya.
(Risk) · Adaptasi merupakan penyesuaian (diri) terhadap
Resiko merupakan kondisi “merugikan” dari resiko, yang disesuaikan dengan bahaya dan
sebuah kemunculan (exsposure) sampai tekanan (stress) kerentanan yang ada pada objek.
terkait dengan perubahan lingkungan dan sosial karena · Inovasi merupakan time frame
kurang/tidak adanya kapasitas untuk beradaptasi. pengimplementasian kegiatan yang dianggap
(Adger, 2006). Dalam konsep resiko terbagi ke dalam “baru” dalam penanganan resiko yang sebenarnya
tiga konstelasi aspek yakni Bahaya (Hazard), diluar kebiasaan kapasitas yang ada pada objek.
Kerentanan (Vulnarability) dan Kapasitas. Dengan demikian, kota dikatakan tangguh ketika
Adapun beberapa penjelasan dari masing-masing memiliki hubungan yang erat diantara masing-masing
konstelasi aspek resiko sebagai berikut: aspek ketangguhan kota yakni “Semakin tangguh suatu
· Kerentanan (Vulnerability) merupakan “kerugian” kota maka dalam pengentasan resiko kota tersebut
yang dapat dinyatakan melalui kerusakan dan memiliki inovasi adaptasi dan mitigasi yang baik”.
kehilangan karena bahaya (hazard) tertentu untuk
daerah tertentu dan pada periode tertentu. Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)
Berdasarkan perhitungan matematis , resiko adalah Pembangunan berkelanjutan (sustainable development)
produk dari bahaya dan kerentanan. (Bech, 1992) merupakan proses pembangunan yang berprinsip untuk
· Bahaya (Hazard) merupakan Kejadian “luar memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mmengorbankan
biasa/diuar kebiasaan” yang mampu mengganggu, kebutuhan generasi yang akan datang (Brutland Report,
mengurangi atau menghilangkan kondisi kenyataan PBB 1987).
yang ada, sehingga mengakibatkan kerugian “Sustainable development is the development that
(lost/cost) pada aspek terkait. (disesuaikan dari
Hyndman, D.W. (2010). Natural Hazards and meets the needs of the present without compromising
Disasters) . the ability of future generations to meet their own
needs”. (Brutland Report, PBB 1987)
· Kapasitas merupakan performa (ukuran) yang
Pembangunan berkelanjutan berarti
menyatakan kemampuan atribut tertentu dari
pembangunan yang dapat tumbuh secara terus menerus
sebuah kondisi (ruang) dalam mendukung
dan konsisten dengan memberikan kepuasan dan
tercapainya kelangsungan sistem
kualitas hidup (well being) kepada masyarakat dengan
kehidupan.(disesuaikan dari Urban Task Force.
tidak merusak lingkungan dan mempertimbangkan
(1999). Towards an Urban Renaissance)
cadangan sumber daya yang ada.
Dengan demikian, suatu kota memiliki tingkat
Dengan demikian, perlu adanya paradigma baru
resiko tinggi ketika kota tersebut mengalami
perencanaan pembangunan kota yang market driven
permasalahan-permasalahan kota seperti: Kemacetan
(ekonomi), dimensi sosial, lingkungan dan budaya
lalu lintas, Kemiskinan, Bencana alam, Pencemaran
sebagai prinsip keadilan antar dan lintas generasi.
lingkungan dsb. yang menimbulkan bahaya dan kota
tersebut kurang adanya kapasitas dalam beradaptasi
Kajian Zonasi Kawasan Waduk Jatibarang
untuk menyelesaikan masalah yang menimbulkan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kawasan
kerentanan terhadap masyarakatnya sehingga perlu
Waduk Jatibarang akan dikembangkan sebagai kawasan
adanya inovasi untuk menyelesaikan masalah perkotaan
pariwisata. Oleh karena itu, pada kawasan perencanaan
tersebut.
direncanakan untuk dibentuk sub-sub pertumbuhan
(growth center) yang merupakan pusat kegiatan pada
43
ISSN (P)0853-2877 (E) 2598-327X MODUL vol 18 no 1,issues period 2018

setiap lokasi pertumbuhan yang berfungsi sebagai · Keberadaan Waduk serbaguna Jatibarang dan Goa
magnet kawasan yang saling dihubungkan oleh Kreo merupakan potensi yang saling mendukung
kerangka kawasan. guna mewujudkan kawasan wisata alam dengan
Growth center ini didistribusikan pada aeral sekitar tetap mengakomodasikan kegiatan-kegiatan terutama
kawasan Waduk Jatibarang yang dapat prosesi ritual tradisonal yang telah ada dan yang
dikelompokkan ke dalam zonasi-zonasi sebagai akan dikembangkan.
berikut: · Pengembangan Kawasan Waduk Serbaguna
· Zona I : Areal kampung Jatirejo Jatibarang yang mensinergikan dan
Dikembangkan sebagai bumi perkemahan (camping mengintegrasikan konstruksi bangunan baru Waduk
ground) dan jogging track. dengan pelestarian lingkungan alam dan masyarakat
· Zona II : Areal perbukitan Siwarak dengan kegiatan / kehidupan tradisionalnya
Dikembangkan sebagai area tempat peristirahatan mendorong ketangguhan Kawasan Waduk
(homestay), tempat sarana gedung pertemuan, dan Serbaguna Jatibarang sebagai bagian wilayah Kota
kawasan permukiman menengah ke atas. Semarang.
· Zona III : Areal kampung Talun
Kacang dan Goa Kreo Daftar Pustaka
Dikembangkan sebagaidesa wisata Talun Kacang, Anita. Juarni Ed All, 2012, Kajian Terhadap ruang
fasilitas aktivitas budaya, pusat kuliner tradisional, Publik Sebagai Sarana Interaksi Warga di
dan jembatan gantung penghubung Desa Talun Kampung Muararajeun Lama Bandung, Reka
Kacang dan Goa Kreo. Selain itu juga dilakukan Karsa Jurnal online Institut Teknologi nasional
pengembangan seni, budaya dan tradisi lokal. Vol.1 No.1 Juli 2012.
· Zona IV : Areal Limpahan waduk Budihardjo, Eko.2006. Sejumlah Masalah Permukiman
Pengembangan unit IPA untuk pengelolaan dan Kota, Bandung : P.T. Alumni.
pendistribusian air bersih bagi masyarakat Kota Catanese, Antoni dan Synder. 1979, An Introduction of
Semarang. Urban Desain, Harper and Row, New York
· Zona V : Areal perbukitan dan tepian Koentjaraningrat, 1967, Villages in Indonesia, Ithaca:
waduk di Kelurahan Kedungpane Cornell University Press
Pengembangan taman wisata satwa, gedung Muhajir, Noeng. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif.
pengelola, dan kawasan parkir. Yogyakarta: Rake Surasin
· Zona VI : Areal permukiman – Nugroho, Agung Cahyo, 2009, Kampung kota sebagai
perkantoran di Kelurahan Kedungpane sebuah titik tolak dalam membentuk urbanitas
Pengembangan small CBD pada Kedungpane dan Ruang Kota Berkelanjutan, Jurnal Rekayasa
khususnya di sepanjang koridor kawasan. Vol. 13 No. 3, Desember 2009
· Zona VII : Areal perkebunan Purnamasari, Wulan Dwi, 2003, Model Konseptual
Kedungpane Adaptasi Ruang Kampung Kota Akibat
Pengembangan pariwisata agro dan kebun buah Keberadaan Sektor Perdagangan Formal
yang mengoptimalkan produk lokal. (Kampung Sekayu Kota Semarang), Majalah
· Zona VIII : Areal perbukitan Jatibarang Tata Loka Volume 15 No. 2 Mei 2013, BP
Dikembangkan sebagai pusat laboratorium flora dan Planologi UNDIP Semarang.
fauna yang dilengkapi dengan sangkar satwa, kantor Putera, Yoedhistira Andri, 2014, Ambiguitas Ruang
pengelola, dan tempat pameran. Kampung Pluis Dalam Perspektif Privat Publik,
· Zona IX : Genangan waduk Jatibarang E-Journal Graduate Unpar Vol.1 No.2 2014.
Rappoport, Amos,1969, House, Form and Culture, New
Pengembangan dermaga perahu wisata, gedung
York: Prentice Hall, Inc.
pengelola, dan art center.
Renald, Andi, 2016, Toward Resilient and Sustainable
City Adaptation Model for Flood Disaster Prone
Kesimpulan
City: Case Study of Jakarta Capital
Kesimpulan dari hasil kajian penelitian ini adalah :
Region,Procedia – Social and Behavioral
· Pengembangan Kawasan Waduk Serbaguna
Sciences Vol 227, 14 July 2016, Pages 334-340
Jatibarang seyogyanya berbasis pada pelestarian dan
Sanapiah Faisal. (1990), Penelitian Kwalitatif, Dasar-
pengembangan ekologi, sosial, ekonomi Kawasan
dasar dan Aplikasi, Yayasan Asih,Asah dan
Waduk untuk meningkatkan manfaat baik bagi
Asuh, Malang
masyarakat di sekitar Kawasan Waduk dan Kota
Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Design Process. Van
Semarang pada khususnya dan seluruh pengunjung
Nostrand Reinhold Company. New York.
Kawasan Waduk pada umumnya.

44
ISSN (P)0853-2877 (E) 2598-327X MODUL vol 18 no 1,issues period 2018

Spreiregen, Paul D, Urban Desain : The Architecture of


Town and Cities, Mc. Graw hill Book Company,
New York, 1965
Zahnd, Markus, 1999, Perancangan kota Secara Terpadu
: Teori Perancangan Kota dan Penerapannya,
Kanisius, Yogyakarta.

45

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai