Bab Iv Pembahasan: A. Kehamilan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 32

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Kehamilan
Pengkajian telah dilakukan melalui anamnesa, pemeriksaaan fisik,
pemeriksaan khusus dan pemeriksaan laboratorium. Langkah ini sesuai dengan
teori Varney (2006:27) bahwa langkah pertama adalah mengumpulkan data dasar
yang menyeluruh. Data dasar ini meliputi riwayat, pemeriksaan fisik, meninjau
catatan terbaru atau catatan sebelumnya dan meninjau data laboratorium serta
membandingkannya dengan hasil studi.
Pengkajian tentang identitas ibu dan suami (nama, umur, pekerjaan, agama,
suku, dan alamat) penting dilakukan karena menurut Hani (2011:87) bertujuan
untuk identifikasi (mengenal) klien dan menentukan status social ekonominya
yang harus kita ketahui, misalnya untuk menentukan anjuran apa yang yang akan
diberikan. Umur juga merupakan hal yang penting karena ikut menentukan
prognosis kehamilan. Apabila umur terlalu lanjut atau terlalu muda maka
persalinan lebih banyak resikonya.
Pengkajian tentang keluhan pasien ditemukan keluhan ibu susah buang air
besar atau sembelit. Menurut Dewi (2011:151) menanyakan keluhan pasien
bertujuan untuk mengetahui apakah alasan kunjungan pasien semata-mata ingin
periksa hamil atau ada keluhan/masalah lain yang dirasakan.
Pengkajian riwayat kehamilan sekarang, klien pertama kali memeriksakan
kehamilan pada usia 10 - 11 minggu, masalah pada hamil muda adalah mual
muntah dan pada kehamilan trimester I tidak ada masalah. Sesuai dengan Dewi
(2011:151) bahwa riwayat kehamilan sekarang bertujuan untuk menentukan usia
kehamilan dengan tepat dan dapat merencanakan tindakan awal tentang keluhan
kehamilan yang biasa terjadi dan dapat mendeteksi adanya komplikasi sedangkan
pengkajian riwayat kebidanan yang lalu tidak ditemukan masalah. Menurut Dewi
(2011:152) pengkajian riwayat kebidanan yang lalu penting dilakukan karena
bertujuan untuk membantu mengelola asuhan pada kehamilan ini (konseling

93
khusus, tes, tindak lanjut, dan rencana persalinan).
Pemeriksaan fisik dilakukan secara umum telah dilakukan sesuai teori
Kuswanti (2014:141) yang terdiri dari pemeriksaan kepala, leher, dada, payudara,
ekstremitas atas, abdomen, pemeriksaan panggul, genetalia luar, rectum dan
ekstremitas atas. dan pemeriksaan umum yang meliputi keadaan umum, tinggi
badan, berat badan sebelum hamil dan sesudah hamil, LILA dan tanda-tanda vital.
Akan tetapi pemeriksaan panggul tidak dilakukan karena tidak tersedianya alat
(jangka panggul). Pemeriksaan genatalia luar dan rectum juga tidak dilakukan
karena pasien tidak bersedia dan tidak ada indikasi.
Pemeriksaan penunjang laboratorium tidak dilakukan karena belum
tersedianya laboratorium penunjang sehingga tes urin reduksi dan protein urin
belum bisa dilakukan, yang dapat dilakukan hanya pemeriksaan hemoglobin
darah. Padahal pemeriksaan laboratorium (protein dan glukosa) penting untuk
dilakukan menurut Kemenkes RI, (2015:87) menyatakan bahwa pemeriksaan
antenatal care menggunakan standar 10T yaitu timbang BB, ukur tekanan darah,
ukur LILA, ukur TFU, Tentukan presentsi janin dan denyut jantung janin (DJJ),
beri imunisasi TT, berikan tablet Fe (90 tablet selama hamil), tes Laboratorium,
tatalaksana kasus dan temu wicara.
Selama kehamilan, Ny. M memeriksakan kehamilannya sebanyak 6 kali, hal
ini sudah sesuai dengan peraturan Kemenkes RI (2015:87) bahwa pelayanan
kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan antenatal sekurang-
kurangnya empat kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal
satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada
trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan dua kali pada trimester ketiga
(usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan).
Namun ada kunjungan yang frekuensinya tidak sesuai dengan teori (Varney,
2007) bahwa penjadwalan kunjungan ulang bagi wanita yang mengalami
perkembangan normal selama kehamilan biasanya dijadwalkan setiap empat
minggu hingga usia kehamilan 28 minggu, setiap 2 minggu hingga kehamilan 36
minggu dan setiap minggu dari kehamilan 36 minggu hingga persalinan.

94
2. Analisa Masalah/Interpretasi Data Dasar
Diagnosa yang ditegakkan pada langkah ini sesuai daftar nomenklatur
kebidanan tentang kehamilan normal. Kehamilan ini dikatakan normal karena usia
kehamilan tidak lewat dari 42 minggu, perkembangan janin sesuai dengan usia
kehamilan, janin teraba intauterin, dan presentasi kepala, sesuai dengan teori
Manuaba (2010:75) bahwa proses kehamilan merupakan mata rantai yang
bersinambungan yang terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum,
konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan
plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. Kehamilan disebut
aterm apabila telah mencapai usia kehamilan 37 sampai 42 minggu.
Perkembangan janin juga sesuai dengan usia kehamilan. Hal ini sesuai
dengan teori Manuaba (2010:87-88) bahwa pada usia kehamilan 32 minggu tinggi
fundus uteri setengah pusat-prosesus xifoideus, 36 minggu 1 jari dibawah prosesus
xifoideus jika kepala belum masuk PAP, dan 40 minggu 3 jari dibawah prosesus
xifoideus apabila kepala bayi sudah masuk PAP.
Selama kunjungan ANC, Ny. M mengalami masalah-masalah yang sering
muncul pada kehamilan yaitu keputihan. Sesuai dengan teori Varney (2006:538)
bahwa sekresi vagina dalam jumlah besar dengan konsistensi kental atau cair telah
dimulai pada trimester pertama. Upaya untuk mengatasi leukorea adalah dengan
memperhatikan kebersihan tubuh pada area tersebut dan mengganti pakaian dalam
lebih sering dan memakai pakaian dalam dari bahan katun dan mudah menyerap.
3. Masalah Potensial
Berdasarkan diagnosa kebidanan Ny. M yaitu G1P1A0 hamil trimester III
normal, tidak ditemukan masalah potensial.
4. Tindakan Segera
Pada Ny. M Tindakan segera tidak ada karena tidak ditemukan masalah
potensial.
5. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan diagnosa Ny. M, rencana tindakan yang akan dilakukan sesuai
dengan teori varney (2007) bahwa perencanaan didapatkan dari pengembangan
masalah atau diagnosis yang diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang
95
diantisipasi serta perawatan yang dibutuhkan. Sesuai dengan pengembangan
masalah atau diagnosis yang diidentifikasi maka rencana asuhan kehamilan yaitu:
Beritahu ibu semua hasil pemeriksaan. Informasi tentang hasil pemeriksaan
ini sesuai dengan teori Saifuddin (2010:44) bahwa hak-hak perempuan pada waktu
mendapatkan perawatan maternitas yaitu berhak untuk mendapatkan informasi
tentang keadaan kesehatannya.
Beritahu ibu tanda-tanda bahaya kehamilan, seperti perdarahan pervaginam,
sakit kepala yang berat dan penglihatan kabur. Sesuai dengan pendapat
Pantikawati (2012:135) tanda-tanda bahaya kehamilan adalah perdarahan
pervaginam, sakit kepala yang berat, penglihatan kabur, bengkak diwajah dan jari-
jari tangan, keluar cairan pervaginam, gerakan janin tidak terasa, dan nyeri
abdomen yang hebat. Tanda bahaya kehamilan trimester III ini sangat penting
untuk diketahui ibu, sehingga ibu mengerti apa yang harus ia lakukan apabila
mengalami salah satu tanda bahaya tersebut. Ketidaktahuan tentang tanda bahaya
yang memerlukan penanganan secepatnya, dapat menyebabkan peningkatan
kematian dan kesakitan karena terlambat mendapat penanganan.
Perencanaan ibu untuk mengikuti kelas ibu hamil, tetapi di PMB Supadmi
tidak ada kelas ibu hamil padahal Ibu hamil wajib mengikuti kelas ibu hamil
karena kelas ibu hamil menurut Kemenkes (2011:2) bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang kehamilan,
perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan,
perawatan Nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir,
mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran.
Perencanaan ibu untuk istirahat dan tidur yang cukup serta posisi tidur yang
dianjurkan untuk ibu hamil, menurut Kuswanti (2014:123) pada trimester akhir
kehamilan sering diiringi dengan bertambahnya ukuran janin, sehingga kadang ibu
kesulitan untuk menentukan posisi yang paling baik dan nyaman untuk tidur.
Posisi tidur yang dianjurkan pada ibu hamil adalah miring ke kiri, kaki kiri lurus,
kaki kanan sedikit menekuk dan untuk mengurangi rasa nyeri pada perut ganjal
dengan bantal pada perut bawah sebelah kiri.

96
Ingatkan ibu untuk meminum suplemen yang telah diberikan. Menurut
Kemenkes RI (2015:87) untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus
mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak
kontak pertama, dan menurut Saifuddin (2010:286) kebutuhan kalsium ibu hamil
adalah 1,5 gram/hari. Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi
pengembangan otot dan rangka. Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah
susu, keju, yogurt dan kalsium karbonat (Kalk).
Beritahu ibu kunjungan ulang berikutnya. Jadwal kunjungan ulang
berikutnya menurut Varney (2007:531) bagi wanita yang mengalami
perkembangan normal selama kehamilan biasanya dijadwalkan setiap empat
minggu hingga usia kehamilan 28 minggu, setiap 2 minggu hingga kehamilan 36
minggu dan setiap minggu dari kehamilan 36 minggu hingga persalinan.
Perencanaan tentang keluhan ibu susah buang air besar atau sembelit.
Seperti yang dijelaskan pada jurnal berjudul STUDY KINETIKA REAKSI
EKSTRAK BUAH TOMAT DALAM PENYEMBUHAN SEMBELIT
membuktikan bahwa ekstrak tomat dapat menyembuhkan penyakit sembelit. Buah
tomat sendiri mengandung serat yang cukup tinggi. Sembuhnya sembelit setelah
mengkonsumsi ekstrak buah tomat ini dikarenakan adanya aktivitas katalitik yang
dilakukan oleh ekstrak buah tomat terhadap system pencernaan. Aktifitas katalitik
berkerja secara optimum pada pemakaian 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan
sore hari sebanyak 200 mL dalam sekali minum.
Jelaskan pada ibu tentang ketidaknyamanan pada trimester III. Sesuai
dengan teori Fraser (2009:213) tentang ketidaknyamanan yang terjadi selama
kehamilan trimester III seperti Nyeri ligament dan punggung, sakit kepala,
keletihan, varises, nyeri ulu hati, peningkatan frekuensi berkemih, konstipasi,
leukorea, kram tungkai dan sesak nafas. dan cara mengatasinya.
Beritahu ibu tentang tanda-tanda persalinan. Seperti yang dikatakan
Kuswanti (2014:126) bahwa tanda-tanda pasti persalinan yaitu, pertama rasa sakit
atau mules diperut menjalar kepinggang bagian belakang yang disebut sebagai
kontraksi. Kontraksi ini terjadi secara teratur dan semakin lama semakin sering
dengan intensitas yang meningkat. Minimal 3 kali dalam 10 menit dengan durasi
97
30-40 detik. Kedua adanya pengeluaran pervagina berupa lendir bercampur darah.
Ketiga kadang ditemui pengeluaran air ketuban yang terjadi secara spontan
(selaput ketuban pecah)
Memberitahu ibu dan keluarga tentang hal-hal yang harus dipersiapkan
untuk persalinan. Sesuai dengan teori Kuswanti (2014:126) bahwa beberapa hal
yang harus dipersiapkan untuk persalinan adalah biaya dan penentuan tempat serta
penolong persalinan, Anggota keluarga yang dijadikan sebagai pengambil
keputusan apabila terjadi komplikasi dan butuh rujukan, Baju ibu dan bayi serta
perlengkapan lainnya, surat-surat fasilitas kesehatan (misalnya akses, jaminan
kesehatan dari tempat kerja, kartu sehat dan lain-lain) dan pembagian peran ketika
ibu berada di RS.
Menjelaskan kembali pada ibu tentang penyebab sering BAK dan keputihan.
Sesuai dengan teori Varney, (2007:538) bahwa frekuensi berkemih pada trimester
ke tiga paling sering dialami oleh wanita primigravida setelah lightening terjadi.
Efek lightening adalah bagian presentasi akan menurun masuk ke dalam panggul
dan menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih. Tekanan ini
menyebabkan wanita merasa perlu berkemih. Satu-satunya metode yang dapat
dilakukan untuk mengurangi frekuensi berkemih ini adalah menjelaskan mengapa
hal tersebut terjadi dan mengurangi asupan cairan sebelum tidur malam.
Teori Varney (2007:538) bahwa sekresi vagina dalam jumlah besar dengan
konsistensi kental atau cair telah dimulai pada trimester pertama. Upaya untuk
mengatasi leukorea adalah dengan memperhatikan kebersihan tubuh pada area
tersebut dan mengganti pakaian dalam lebih sering dan memakai pakaian dalam
dari bahan katun dan mudah menyerap.
Memastikan ibu dan keluarga telah mempersiapkan segala keperluan untuk
persalinan seperti yang dikatakan Kuswanti (2014:126) bahwa beberapa hal yang
harus dipersiapkan untuk persalinan adalah biaya dan penentuan tempat serta
penolong persalinan, anggota keluarga yang dijadikan sebagai pengambil
keputusan apabila terjadi komplikasi dan butuh rujukan, baju ibu dan bayi serta
perlengkapan lainnya, surat-surat fasilitas kesehatan (misalnya akses, jaminan

98
kesehatan dari tempat kerja, kartu sehat dan lain-lain) dan pembagian peran ketika
ibu berada di RS.
Menginformasikan pada ibu tentang ASI esklusif, sesuai dengan teori
Sarwono (2010:376-377) bahwa agar ibu berhasil menyusui perlu dilakukan
berbagai kegiatan saat antenatal, intranatal dan postnatal. Selama masa antenatal
ibu dipersiapkan fisik dan psikologis. Untuk persiapan fisik ibu perlu diberi
penyuluhan tentang kesehatan dan gizi ibu selama hamil. Untuk persiapan
psikologi, ibu diberi penyuluhan agar termotivasi untuk memberikan ASI karena
keinginan untuk memberikan ASI adalah fator yang sangat penting untuk
keberhasilan menyusui, dan salah satu penyuluhan yang dianjurkan adalah
penyuluhan mengenai pemberian ASI secara ekslusif.
Menjelaskan pada ibu tentang macam-macam alat kontrasepsi menurut
Saifuddin (2006) tentang alat kontrasepsi yang bisa ibu pilih untuk ibu postpartum
seperti IUD, Implan, suntik 3 bulan, mini pil dan kondom.
Menjelaskan pada ibu bahwa proses kelahiran biasa 2 minggu lebih cepat
dan bisa juga 2 minggu lebih lambat dari taksiran persalinan, karena menurut
Varney (2007:525) bahwa variasi waktu ovulasi yang bersifat individual ini akan
mempengaruhi keakuratan taksiran persalinan. Oleh karena itu wanita harus
diberitahu bahwa ia mungkin tidak akan melahirkan pada tanggal yang tepat sesuai
taksiran persalinan. Sebagian besar wanita melahirkan pada hari ke-10 hingga ke-
14, bai lebih awal maupun lebih lambat dari taksiran partus, dan kisaran tanggal
ini secara fisiologi dianggap normal.
Menganjurkan ibu melakukan pemeriksaan USG. Sesuai dengan teori
Varney (2007:591) menyatakan bahwa salah satu indikasi untuk melakukan USG
adalah untuk mengevaluasi pertumbuhan janin.
Memastikan kembali alat kontrasepsi yang akan ibu pilih setelah proses
kelahiran, Sesuai dengan teori Saifudin (2006) tentang alat kontrasepsi yang bisa
ibu pilih untuk ibu postpartum seperti IUD, Implan, suntik 3 bulan, mini pil dan
kondom.

99
6. Pelaksanaan tindakan
Pada langkah ini penulis melaksanakan semua rencana asuhan yang telah
dibuat sebelumnya yang sesuai dengan kebutuhan ibu. Rencana asuhan ini sesuai
dengan teori tanda-tanda bahaya kehamilan Varney (2007:28) yang menyatakan
bahwa rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah V,
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini biasa dilakukan seluruhnya
oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau oleh anggota tim kesehatan lainnya,
Dalam melaksanakan pada ibu hamil disesuaikan dengan kondisi ibu. Hal-hal yang
harus diperhatikan antara lain: umur kehamilan, kesinambungan, hak-hak pasien.
7. Evaluasi
Seluruh asuhan yang diberikan pada Ny. M dapat dilaksanakan dan
dimengerti, bahkan ibu dapat menjelaskan kembali materi yang diberikan bidan
dari perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Hal ini sesuai dengan teori (Varney,
2007) yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa
apakah rencana perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan yaitu
memenunuhi kebutuhan ibu seperti yang diidentifikasi pada langkah kedua tentang
masalah, diagnosa, maupun kebutuhan ibu.

B. Persalinan
1. Pengkajian
Anamnesa yang dilakukan Ny. M pada tanggaL 17 November 2020
didapatkan keluhan yaitu mules-mules dan sudah keluar lendir bercampur darah
dan keluar air-air. Ibu mengatakan pergerakan janin aktif. Dilakukan pemeriksaan
umum dan fisik dalam batas normal, pemeriksaan dalam hasilnya vulva vagina
tidak ada kelainan, porsio tipis dan lunak, pembukaan 4 cm, ketuban negatif,
presentasi kepala, penurunan Hodge III, posisi UUK kiri depan.
Berdasarkan hasil anamnesa Ny.M sudah ada tanda-tanda inpartu yaitu
nyeri perut bagian bawah menjalar kepinggang dan keluar lendir bercampur darah.
Sesuai dengan teori menurut Manuaba (2010:196) Tanda-tanda inpartu
diantaranya adalah adanya rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat,
sering dan teratur. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
100
robekan-robekan kecil pada serviks, kadang-kadang ketuban pecah dengan
sendirinya, pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
Kala I persalinan pada Ny.M berlangsung 3 jam lebih 30 menit, dihitung
dari ibu merasakan mules sampai pembukaan lengkap. Menurut teori pada
multipara yang ada, fase laten berlangsung hampir 8 jam dan fase aktif
berlangsung selama 5 jam. Dalam hal ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan
praktik, hal ini normal karena dipantau melalui partograf dan tidak melewati garis
waspada (Saifuddin, 2010).
Kala II pada Ny.M berlangsung 30 menit dari kepala crowning sampai
bayi lahir spontan. menurut teori yang ada, kala II berlangsung selama 1 jam pada
primipara dan ½ jam pada multipara. Tidak terjadi kesenjangan teori (Saifuddin,
2010). Setelah dilakukan pemotongan tali pusat bayi diletakkan di dada ibu dengan
posisi tengkurap untuk IMD. Pada bayi Ny. M di lakukan IMD. Tidak terjadi
kesenjangan teori (JNPK-KR, 2013).
Penatalaksanaan kala III yang dilakukan dengan manajemen aktif yaitu
pemberian oksitosin 10 IU secara IM, melakukan peregangan tali pusat terkendali
dan masase fundus uteri. Pada Ny.M plasenta lahir berlangsung 5 menit setelah
bayi lahir. plasenta lahir 5-30 menit setelah bayi lahir, sejalan dengan JNPK-KR
(2013) tidak ada penyulit dan tidak ada kesenjangan.
Pengkajian pada Kala IV terdapat robekan jalan lahir. Tinggi fundus uteri 2
jari dibawah pusat, perdarahan dalam batas normal, kandung kemih kosong.
Pengawasan post partum dilakukan selama 2 jam post partum yaitu untuk
memantau perdarahan, TTV, kontraksi, TFU, dan kandung kemih. menurut JNPK-
KR (2013) pada 1 jam pertama pemantauan dilakukan setiap 15 menit, pada 1 jam
berikutnya dilakukan setiap 30 menit.
2. Analisa Masalah/Interpretasi Data Dasar
Tahap persalinan mulai dari kala I, II dan III dengan diagnosa G1P1A0,
usia kehamilan aterm, janin tunggal hidup, intrauterine, presentasi kepala dengan
persalinan normal, dan pada kala IV didapatkan diagnosa ibu merasa lelah dan
ingin istirahat. Hal ini sesuai dengan daftar nomenklatur kebidanan. Pada kala I, II,
dan III terdapat masalah yang muncul yaitu mules-mules serta keluar lendir
101
bercampur darah, Sesuai dengan teori Varney (2007:672-674) Bloody show atau
Plak lendir disekresi serviks sebagai hasil proliferasi kelenjar lender serviks pada
awal kehamilan.
3. Masalah Potensial
Tidak ada masalah potensial pada Ny. M karena tidak ada data yang
menunjang , hal ini sesuai dengan teori Varney (2007:27) yang menyatakan bahwa
mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial lain berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
4. Tindakan Segera
Menurut Varney (2007:27) yang menyatakan bahwa mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi
klien. Tindakan segera tidak dilakukan karena pada persalinan Ny. M tidak
ditemukan kegawatdaruratan yang membutuhkan tindakan segera selama proses
persalinan.
5. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan diagnosa Ny. M, rencana tindakan yang akan dilakukan sesuai
dengan teori varney (2007:27) bahwa perencanaan didapatkan dari pengembangan
masalah atau diagnosis yang diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang
diantisipasi serta perawatan yang dibutuhkan. Sesuai dengan pengembangan
masalah atau diagnosis yang diidentifikasi maka rencana asuhan persalinan yaitu:
Berikan asuhan sayang ibu , langkah ini sesuai dengan teori JNPK-KR
(2013:12) tentang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu,
dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan
kelahiran bayi. Anjurkan ibu untuk tetap makan dan minum, langkah ini sesuai
dengan teori JNPK-KR (2013:53) tentang makanan ringan dan asupan cairan yang
cukup selama persalinan akan memberi lebih banyak energi dan mencegah
dehidrasi dehidrasi ddapat memperlambat kontraksi dan membuat kontraksi
menjadi tidak teratur dan kurang efektif.
Anjurkan pada ibu untuk tidak menahan BAK/BAB, langkah ini sesuai
dengan teori JNPK-KR (2013:53) tentang hindari kandung kemih yang penuh
102
karena berpotensi untuk memperlambat turunnya janin dan mengganggu kemajuan
persalinan, menyebabkan ibu tidak nyaman, meningkatkan resiko perdarahan
pascapersalinan, meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pascapersalinan.
Nyeri perut bagian bawah, menurut Jurnal Keperawatan Soedirman
berjudul MUSIK DAN MASASE DAPAT MENGURANGI NYERI
PERSALINAN KALA I IBU PRIMIGRAVIDA, dengan menggunakan tehnik
masase lebih efektif dalam mengurangi nyeri persalinan dibandingkan dengan
terapi music. Massage dapat menghasilkan cairan alami endorphin untuk
mengurangi nyeri. Diharapkan dapat menerapkan metode masase dalam setiap
memberikan asuhan persalinan sehingga angka kesakitan pada saat proses
persalinan akan berkurang.
Anjurkan ibu untuk menarik nafas panjang ketika ada his dan istirahat
diantara 2 his serta tidur miring ke kiri, langkah ini sesuai dengan teori JNPK-KR
(2013:82) tentang tidur miring kiri dapat membantu perbaikan posisi oksiput yang
melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior.
Siapkan ruangan, alat, dan obat-obatan, langkah ini sesuai dengan teori
JNPK-KR (2013:50-51) tentang di manapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi,
perlu disiapkan ruangan yang bersih dan hangat, pastikan kelengkapan jenis dan
jumlah alat-alat dan obat-obatan dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan
dan kelahiran bayi.
Pastikan kandung kemih kosong, langkah ini sesuai dengan teori JNPK-KR
(2013:53) tentang hindari kandung kemih yang penuh karena berpotensi untuk
memperlambat turunnya janin dan mengganggu kemajuan persalinan,
menyebabkan ibu tidak nyaman, meningkatkan resiko perdarahan pascapersalinan,
meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pascapersalinan.
Informasikan pada ibu tentang macam-macam posisi meneran yang
nyaman untuk ibu, langkah ini sesuai dengan teori JNPK-KR (2013:80) tentang
bantu ibu mencari posisi meneran yang paling nyaman dan efektif. Ibu dapat
mengubah-ubah posisi secara teratur, karena hal ini dapat membantu kemajuan
persalinan.

103
Observasi keadaan umum ibu, dan tanda-tanda vital dan kemajuan
persalinan dalam partograf, langkah ini sesuai dengan teori JNPK-KR (2013:56)
tentang kondisi ibu harus dinilai dan dicatat secara seksama kedalam partograf
seperti denyut jantung janin, frekuensi dan lamanya kontraksi uterus, nadi setiap
30 menit dan pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah janin, tekanan darah
dan temperatur tubuh setiap 4 jam.
Pastikan adanya tanda dan gejala kala II, langkah ini sesuai dengan teori
JNPK-KR (2013:75) tanda dan gejala kala II adalah merasakan ingin meneran,
adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vagina, perineum menonjol, vulva-
vagina dan sfingter ani membuka serta pengeluaran lendir bercampur darah.
Memakai pelindung diri, celemek, pentup kepala dan handscoon, langkah ini
sesuai dengan teori JNPK-KR (2013:53) tentang pelindung diri merupakan
penghalang atau barier antara penolong dan bahan-bahan yang berpotensi untuk
menularkan penyakit.
Memimpin ibu meneran sambil memberi dukungan dan pujian pada ibu,
menolong persalinan kala II melahirkan bayi setelah tampak kepala bayi dengan
diameter 5-6 cm membuka vulva tangan kanan menahan perineum dengan kain
bersih dan kering. Tangan kiri menahan puncak kepala bayi untuk menahan posisi
defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan
atau bernafas cepat dan dangkal. Setelah kepala bayi lahir dengan lembut,
menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kassa yang bersih.
Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat, menunggu hingga kepala bayi
melakukan putaran paksi luar secara spontan. Setelah kepala melakukan putaran
paksi luar, pegang kepala bayi secara biparietal. Menganjurkan ibu meneran saat
kontraksi berikutnya dengan lembut menarik kepala bayi ke arah perinium untuk
melahirkan bahu anterior dan mengarahkan ke sympisis untuk melahirkan bahu
posterior. Setelah kedua bahu dilahirkan, melakukan sanggah susur hingga seluruh
tubuh bayi lahir. Menyelipkan jari telunjuk diantara kedua tungkai kaki bayi lalu
meletakkan diatas perut ibu. Penanganan bayi baru lahir, Melakukan penilaian,
apakah bayi menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan, apakah bayi bergerak
kesulitan. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian lainnya kecuali
104
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk
atau kain yang kering. langkah ini sesuai dengan teori JNPK-KR (2013:79-88)
tentang kala II persalinan.Memeriksa fundus untuk memastikan apakah ada janin
kedua atau tidak.
Melakukan Manajemen Aktif Kala III, langkah ini sesuai dengan teori
JNPK-KR (2013:124) tujuan dilakukannya manajemen aktif kala III adalah untuk
menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat
waktu, mencegah perdarahan, dan mengurangi kehilangan darah. Melakukan
manajemen kala III terdiri dari tiga langkah utama yaitu pemberian oksitosin
dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan peregangan tali pusat, dan
masase fudus uteri.
Memberikan suntikan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha bagian luar,
langkah ini sesuai dengan teori JNPK-KR (2013:125) segera melakukan
pemberian suntikan oksitosin 10 unit IM pada bagian atas paha bagian luar dalam
1 menit pertama setelah bayi lahir. Oksitosin merangsang fundus uteri untuk
berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta
dan mengurangi kehilangan darah.
Melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat, langkah ini sesuai
dengan teori JNPK-KR (2013:89) setelah bayi lahir gunakan klem DTT untuk
melakukan penjepitan tali pusat dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut
bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong dorong
isi tali pusat keaarah ibu, setelah itu lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm
dari tempat dari tempat jepitan pertama. Pegang tali pusat diantara kedua klem
tersebut, memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan menggunakan
gunting steril.
Melakukan inisiasi menyusui dini dengan cara meletakkan bayi di atas
dada ibu secara tengkurap dan kepala bayi berada diantara kedua payudara ibu,
langkah ini sesuai dengan teori JNPK-KR (2013:100) memulai pemberian ASI
sedini mungkin dan eksklusif. Bayi baru lahir harus mendapatkan ASI dalam
waktu satu jam setelah lahir. Anjurkan ibu memeluk bayinya dan mencoba segera
menyusukan bayi setelah tali pusat diklem dan dipotong.
105
Melakukan penegangan tali pusat terkendali, langkah ini sesuai dengan
teori JNPK-KR (2013:125) peregangan tali pusat terkendali pindahkan klem pada
tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva, letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu
tepat diatas simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan
menahan uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat, setelah terjadi
kontraksi yang sangat kuat tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan
yang lain menekan uterus .
Melahirkan plasenta, plasenta lahir lengkap dengan selaputnya, langkah ini
sesuai dengan teori JNPK-KR (2013:125) setelah adanya tanda-tanda pelepasan
plasenta yaitu perubahan bentuk dan tinggi uterus, tali pusat memanjang dan
semburan darah mendadak. Pada saaat plasenta terlihat pada introitus vagina,
lahirlah plasenta dengan mengangkat tali pusat keatas dan menopang plasenta
dengan tangan lainnya untuk meletakkan dalam wadah. Pegang plasenta dengan
kedua tangan dan secara lembut putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
menjadi satu.
Melakukan massage fundus uteri agar tidak terjadi atonia uteri sehingga
uterus berkontraksi (Fundus teraba keras) kemudian mengajarkan kepada ibu dan
keluarga untuk melakukan sendiri, massage fundus uteri sudah dilakukan dan
fundus teraba keras, langkah ini sesuai dengan teori JNPK-KR (2013:130) bahwa
segera lakukan masase fundus uteri setelah plasenta lahir dengan cara sebagai
letakkan telapak tangan pada fundus uteri,Periksa uterus setelah satu hingga dua
menit untuk memastikan uterus berkontraksi, jika uterus masih belum berkontraksi
baik, ulangi masase fundus uteri. Ajarkan ibu dan keluarganya cara melakukan
masase uterus sehingga mampu untuk mengetahui jika uterus tidak berkontraksi
baik. Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua. Memeriksa
kelengkapan plasenta dan memeriksa jalan lahir dan robekan, langkah ini sesuai
dengan teori JNPK-KR (2013:138) setelah plasenta lahir perhatikan dan temukan
penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan perineum dan vagina.
Memberitahu ibu seluruh hasil pemeriksaan dan melakukan penjahitan
pada luka robekan jalan lahir, hasilnya penjahitan telah dilakukan, langkah ini
106
sesuai dengan teori JNPK-KR (2013:151) tujuan menjahit laserasi adalah untuk
menyatukan kembali jaringan tubuh dan mecegah kehilangan darah yang tidak
perlu. Berikan anetesia local pada setiap ibu yang memerlukan penjahitan laserasi
atau episotomi.
Melakukan pengecekan ulang dengan menggunakan kassa untuk melihat
adanya perdarahan atau tidak, hasilnya tidak ada perdarahan dan membersihkan
ibu dari darah dengan menggunakan air DTT dan melakukan dekontaminasi
tempat tidur dengan larutan klorin, hasilnya ibu telah dibersihkan, langkah ini
sesuai dengan teori JNPK-KR (2013:139) Untuk pecegahan infeksi setelah
persalinan dekontaminasikan alas plastik, tempat tidur dan matras dengan larutan
klorin 0,5 % kemudian cuci dengan deterjen dan bilas dengan air bersih lalu
keringkan dengan kain bersih.
Merendam alat-alat persalinan ke dalam larutan klorin 0,5 % selama 10
menit dan mengobservasi tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,
kandung kemih, dan perdarahan tiap 15 menit pada 1 jam pertama postpartum dan
setiap 30 menit pada jam kedua postpartum, langkah ini sesuai dengan teori JNPK-
KR (2013:139) sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang
disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan terjadi selama empat jam pertama
setelah kelahiran bayi. Oleh karena itu jika pemantauan TTV, kontraksi uterus, dan
kandung kemih masih dalam batas normal selama dua jam pertama pasca
persalinan mungkin ibu tidak akan mengalami perdarahan pascapersalinan.
Memberikan nutrisi dan hidrasi yang cukup pada ibu dan mengajarkan ibu
cara massage fundus uteri agar tidak terjadi atonia uteri yaitu dengan cara
meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan massage dengan gerakan
melingkar dengan lembut sehingga uterus berkontraksi (Fundus teraba keras) dan
beritahu ibu jika fundus teraba lembek menandakan kontraksi kurang baik dan
segera beritahu, hasilnya ibu dapat melakukan massase fundus uteri, langkah ini
sesuai dengan teori JNPK-KR (2013:130) bahwa segera lakukan masase fundus
uteri setelah plasenta lahir dengan caram meletakkan telapak tangan pada fundus
uteri lalu periksa uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus
berkontraksi, jika uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi masase fundus
107
uteri. Ajarkan ibu dan keluarganya cara melakukan masase uterus sehingga
mampu untuk mengetahui jika uterus tidak berkontraksi baik, periksa kontraksi
uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30
menit selama satu jam kedua.
Menjelaskan tanda bahaya setelah bersalin yaitu perdarahan, keluar cairan
Berbau, demam lebih dari 2 hari, sakit kepala hebat, kejang, payudara merah dan
bengkak, hasilnya ibu dapat menyebutkan tanda dan bahaya setelah bersalin.
Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin minimal
setiap 2 jam sekali di kedua payudara secara bergantian, hasilnya ibu berjanji
untuk menyusui anaknya. Langkah ini sesuai dengan teori JNPK-KR (2013:101)
Menjelaskan kepada ibu keuntungan dalam pemberian ASI, ajarkan ibu cara
menyusui yang benar, lalu jelaskan pada ibu bahwa membatasi lama bayi menyusu
akan mengurangi jumlah nutrisi yang diterima bayi dan akan menurunkan
produksi ASI.
5. Pelaksanaan Tindakan
Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan asuhan kebidanan persalinan.
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan tujuan dan hasil pemeriksaan selama melakukan
tindakan. Hasil yang diperoleh adalah hasil pengamatan dan pemeriksaan. Sesuai
dengan langkah-langkah evaluasi menurut Varney evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam
diagnose dan masalah.
Evaluasi berdasarkan hasil pengamatan pada kasus Ny. M, Ny.M mengetahui hasil
pemeriksaan dalam batas normal dan kondisi janin dalam keadaan baik, Ny. M
mengerti dan mengikuti setiap anjuran dan bimbingan yang diberikan dan Ny. M
mengerti dan dapat menyebutkan tentang informasi yang diberikan seperti tanda-
tanda persalinan, posisi dan teknik meneran yang efektif, tanda bahaya pasca
bersalin, pentingnya ASI ekslusif, mengatur asupan cairan, nutrisi, pola makan dan
istirahat yang cukup.

108
C. Bayi Baru lahir
1. Pengkajian
Penilaian apgar score dalam batas normal yaitu 9 APGAR, maka
dikatakan bayi dalam keadaan normal. Penilaian APGAR sesuai dengan
pendapat Chunningham,et al (2009:284) nilai APGAR: 7–10, bayi mengalami
asfiksia ringan atau bayi dalam keadaan normal. Maka sesuai dengan yang
dilihat dan jumlah score APGAR bayi Ny. M tidak mengalami asfiksia, jadi
tidak ditemukan kesenjangan dengan teori.
Pemeriksaan fisik telah dilakukan sesuai dengan teori fraser (2009:714-
715) yang terdiri dari pemeriksaan kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher,
ekstremitas dan jari, dada, perut, Genetalia dan anus. Pada pemeriksaan tanda-
tanda vital dalam batas normal, karena tidak kurang dan tidak lebih dari batas
normal, hal ini sesuai dengan Varney (2008:891) keadaan batas normal tanda-
tanda vital pada bayi adalah suhu/temperatur normal 36,5-37°C, pernafasan
normal 30-60 kali per menit, dan nadi: 120-160 denyut per menit.
Berat badan pada bayi Ny. M 3100 gram, sesuai pendapat Varney
(2008:1204) berat badan pada bayi cukup bulan normalnya 2500-4000 gram.
Maka berat badan bayi Ny. M masih dikatakan dalam batas normal dan tidak
terdapat kesenjangan dengan teori.
2. Analisa Masalah
Diagnosa yang ditegakkan pada langkah ini sesuai momenklatur kebidanan
tentang bayi baru lahir. Dikatakan normal bayi baru lahir usia kehamilan genap
37 sampai 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar > 7
Rukiah (2012:2).
3. Masalah Potensial
Tidak ada masalah potensial pada Ny. M karena tidak ada data yang
menunjang , hal ini sesuai dengan teori Varney (2007:27) yang menyatakan
bahwa mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.

109
4. Tindakan Segera
Tidak dilakukan tindakan segera atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lainnya karena pada bayi Ny. M tidak ditemukan masalah. Hal ini sesuai dengan
teori (Varney, 2007) bahwa mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan
atau dokter atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi klien.
5. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan diagnosa bayi Ny. M, rencana tindakan yang akan dilakukan
sesuai dengan teori varney (2007:27) bahwa perencanaan didapatkan dari
pengembangan masalah atau diagnosis yang diidentifikasi baik pada saat ini
maupun yang diantisipasi serta perawatan yang dibutuhkan. Sesuai dengan
pengembangan masalah atau diagnosis yang diidentifikasi maka rencana asuhan
bayi baru lahir yaitu:
Beritahu semua hasil pemeriksaan, langkah ini sesuai dengan teori
Saifuddin (2010:44) tentang hak-hak perempuan atau ibu yaitu memproleh
pelayanan kesehatan berhak untuk mendapatkan informasi tentang keadaan
kesehatannya maupun bayinya.
Beritahu ibu tanda bahaya pada bayi baru , sesuai dengan teori Wahyuni
(2011:9-20) tentang tanda bahaya bayi baru lahir sampai 28 hari seperti ikterus,
muntah, gumoh, oral trush, infeksi pada neontal. Tanda bahaya ini sangat penting
untuk diketahui ibu, sehingga ibu mengerti apa yang harus ia lakukan apabila
bayinya mengalami salah satu tanda bahaya tersebut. Apabila ibu tidak diberitahu
tentang hal ini, ibu tidak akan mengetahui bahwa apa yang dialami bayinya
merupakan tanda bahaya yang memerlukan penanganan secepatnya. Sehingga
dapat menyebabkan kematian dan kesakitan pada neonatal karena terlambat
mendapat penanganan.
Anjurkan ibu untuk memberikan imunisasi pada bayinya, imunisasi
Hepatiits B regimen tunggal sebanyak tiga kali, pada usia 0 bulan (segera setelah
lahir), usia 1 bulan, usia 6 bulan atau pemberian regimen kombinasi sebanyak 4
kali, pada usia dibawah 2 bulan imunisasi BCG dan polio 1, pada usia 3 bulan,
usia 4 bulan pemberian imunisasi Hepatitis B.
110
Anjurkan ibu perawatan Payudara, sesuai dengan teori JNPK-KR
(2013:104) memastikan bahwa puting susunya tetap bersih dan kering dengan
menganjurkan ibu untuk mengeringkan payudaranya (dengan kain bersih) dan
(kering) setelah menyusukan bayi. Untuk mencegah retak dan lecet, ajakan ibu
untuk mengeluarkan sedikit ASInya kemudian dioleskan keputing susunya.
Anjurkan ibu pencegahan infeksi pada bayi baru lahir, sesuai dengan teori
JNPK-KR (2013:99) bahwa jangan membungkus tali pusat atau mengoleskan
cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat.
Pemberian vitamin K pada bayi baru lahir, menurut Jurnal yang berjudul
PELAYANAN KESEHATAN NEONATAL BERPENGARUH TERHADAP
KEMATIAN NEONATAL DI INDONESIA, bahwa pelayanan Kesehatan
neonatal khususnya kunjungan neonatal (KN) dan pemberian injeksi vitamin K
pada bayi baru lahir secara statistic terdapat hubungan bermakna dengan
kematian neonatal di Indonesia.
Anjurkan ibu pemberian ASI, sesuai dengan teori JNPK-KR (2013:100)
semak in sering bayi mengisap puting susu akan semakin banyak prolaktin dan
ASI yang dikeluarkan dan semakin baik untuk pertumbuhan bayi.
6. Penatalaksanaan Tindakan
Pada langkah ini penulis melaksanakan semua rencana asuhan yang telah
dibuat sebelumnya, yaitu sesuai dengan kebutuhan bayi. Hal ini sesuai dengan
teori Varney (2007:28) yang menyatakan bahwa rencana asuhan menyeluruh
seperti yang telah diuraikan pada langkah V, dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini biasa dilakukan seluruhnya oleh bidan dan sebagian lagi
oleh klien, atau oleh anggota tim kesehatan lainnya, Dalam melaksanakan pada
bayi disesuaikan dengan kondisinya. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:
umur bayi, kesinambungan dan hak-hak pasien.
7. Evaluasi
Seluruh asuhan yang diberikan pada bayi Ny. M dapat dilaksanakan dan
dimengerti, bahkan ibu dapat menjelaskan kembali materi yang diberikan dari
perencanaan dan pelaksanaan tindakan. sesuai dengan teori Varney (2007:28)
yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah
111
rencana perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan yaitu
memenunuhi kebutuhan ibu seperti yang diidentifikasi pada langkah kedua
tentang masalah, diagnosa, maupun kebutuhan ibu.

D. Nifas
1. Pengkajian
Pengkajian data subjektif tentang keluhan pasien dan apa yang dirasakan
pasien saat ini sesuai dengan teori. Menurut Dewi (2011:87) pengkajian meliputi
data subjektif seperti keluhan yang dirasakan ibu saat ini untuk mengetahui
adakah kesulitan ibu dalam pemenuhan kebutuhan masa nifas ibu dan perawatan
bayi sehari-hari.
Pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh dan terutama berfokus
pada masa nifas, sesuai dengan teori Dewi (2011:87) yang terdiri dari
pemeriksaan keadaan umum ibu untuk mengetahui tingkat kesadaran.
Pemeriksaan tanda-tanda vital untuk memastikan tekanan darah, suhu, nadi, dan
pernapasan dalam batasan normal. Pemeriksaan Pemeriksaan payudara ibu
seperti pembesaran, puting susu, dan pengeluaran ASI serta adanya peradangan.
Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui tinggi fundus dan kontraksi uterus ibu,
kandung kemih, genitalia dan perineum untuk mengetahui pengeluaran lokia,
udema, peradangan, keadaan jahitan, tanda-tanda infeksi, kebersihan perineum
dan hemoroid pada anus, ekstremitas bawah serta pengkajian psikologis pada
ibu.
Pemeriksaan penunjang laboratorium seperti penilaian hemoglobin tidak
dilakukan karena tidak ada indikasi. Padahal menurut Bobak (2005:523) Nilai
hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama pasca
partum untuk mengkaji kehilangan darah pada saat melahirkan. Bila dilakukan
secara lengkap maka seandainya berisiko dapat dideteksi secara dini, Maka
semakin lengkap pemeriksaan nifas semakin kecil risiko dan deteksi dini
komplikasi dapat segera diatasi.
Selama masa nifas Ny. M telah melakukan kontak sebanyak 2 kali dengan
petugas kesehatan. menurut Dewi (2011:4) yang mengatakan bahwa pada

112
kebijakan nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan yang dilakukan.
Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah,
mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Terdapat waktu-
waktu khusus yang diperlukan untuk kontak ibu selama masa postpartum dengan
pertugas kesehatan dalam mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan
ibu dan adanya komplikasi. Saat-saat penting untuk kontak ibu dalam masa
postpartum ditentukan mulai saat kunjungan awal yaitu 2-6 jam postpartum,
kunjungan kedua 2-6 hari postpartum, kunjungan ketiga 2-6 minggu postpartum
dan kunjungan keempat yaitu 6 minggu setelah persalinan. Namun kunjungan-
kunjungan tersebut tidak perlu diinterprestasikan secara kaku, yang paling
penting adalah penekanan pada kepastian agar semua ibu mendapatkan akses
terhadap asuhan nifas dan informasi tentang kapan mendapatkan asuhan tersebut
2. Analisa Masalah/Interprestasi Data Dasar
Diagnosa yang ditegakan pada asuhan ini sesuai dengan nomenklatur
kebidanan tentang nifas normal. Semua proses perubahan-perubahan anatomi dan
fisiologis dalam masa nifas ini terjadi sangat jelas dan dianggap normal. Selama
kunjungan nifas, Ny.M mengalami beberapa ketidaknyamanan yaitu perutnya
masih terasa mules, untuk mengurangi ketidaknyamanan pada ibu maka penting
untuk menginformasikan ibu bahwa rasa mules yang ibu rasakan merupakan hal
yang wajar dalam proses involusi uterus. Hal ini sesuai dengan pendapat
Maryunani (2009:8) bahwa kontraksi uterus meningkat secara bermakna setelah
bayi keluar, yang diperkirakan terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume
intrauteri yang sangat besar.
Dalam minggu pertama setelah persalinan ini ibu akan mengalami
ketidaknyamanan seperti kram atau mules pada abdomen seperti pada periode
menstruasi. Rasa mules ini akan diikuti dengan uterus yang teraba keras bulat.
Maka dari itu stimulasi puting susu pada saat menyusui akan menimbulkan reaksi
refleksi pada uterus untuk mengurangi ketidaknyamanan ini.

3. Masalah Potensial

113
Tidak ada masalah potensial pada Ny. M karena tidak ada data yang
menunjang , hal ini sesuai dengan teori Varney (2007:27) yang menyatakan
bahwa mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
4. Tindakan Segera
Tidak dilakukan tindakan segera atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lainnya karena pada masa nifas Ny. M tidak ditemukan indikasi
kegawatdaruratan.
5. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan diagnosa Ny. M, rencana tindakan yang akan dilakukan
sesuai dengan teori varney (2007:27) bahwa perencanaan didapatkan dari
pengembangan masalah atau diagnosis yang diidentifikasi baik pada saat ini
maupun yang diantisipasi serta perawatan yang dibutuhkan. Sesuai dengan
pengembangan masalah atau diagnosis yang diidentifikasi maka rencana asuhan
pada masa nifas yaitu:
Beritahu ibu tentang perubahan fisiologis masa nifas, sesuai dengan
pendapat Maryunani (2009:6) tentang perubahan fisiologis masa nifas seperti
perubahan pada uterus, kontraksi, pengeluaran lokia, organ otot panggul,
perubahan sistem kardiovaskuler, perubahan pada sistem perkemihan dan
gastrointestinal, perubahan pada sistem endoktrin, dan perubahan berat badan.
Perubahan-perubahan pada masa nifas ini sangat perlu disampaikan dan
dipahami oleh ibu dengan baik, sehingga ibu dapat mengenali sendiri dan
memahami dengan baik perubahan-perubahan yang terjadi dengan dirinya sendiri
masih dalam batas yang normal
Beritahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas, memberitahu dan
menginformasikan ibu bahwa ada beberapa kondisi tidak normal yang mungkin
akan terjadi pada ibu seperti perdarahan bertambah banyak, demam lebih dari 2
hari, keluar cairan berbau, oedema, sakit kepala berat, kejang, payudara merah
dan bengkak. Hal ini sesuai dengan pendapat Maryunani (2009:139) yang
mengatakan bahwa ada beberapa tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan
pada masa nifas ini seperti demam tinggi, perdarahan yang luar biasa disertai
114
dengan bau yang busuk,pembengkakan, sakit kepala parah terasa seperti mau
pingsan, dan payudara bengkak kemerahan yang disertai dengan demam.
Memberitahu ibu akan tanda bahaya masa nifas ini akan memberdayakan
ibu sehingga ibu dapat mengenali dan menetapkan penanganan secepatnya
apabila terjadi komplikasi pada dirinya sendiri.
Beritahu ibu untuk melakukan mobilisasi secara bertahap, sesuai dengan
teori Dewi (2011:102) yang mengatakan bahwa setelah proses persalinan penting
bagi ibu untuk melakukan mobilisasi dini secara bertahap, sistematis dan
kontinu. Mobilisasi ini penting untuk membantu ibu dalam memperlancar proses
involusi uteri.
Anjurkan ibu untuk kompres dingin, menurut Jurnal PENGARUH
KOMPRES DINGIN TERHADAP PENGURANGAN NYERI LUKA
PERINEUM PADA IBU NIFAS. Kompres dingin merupakan suatu prosedur
menempatkan suatu benda dingin pada tubuh bagian luar, setelah diberikan
kompres dingin sebagian besar ibu nifas mengalami tingkat nyeri ringan.
Penggunaan kompres dingin terbukti dapat menghilangkan nyeri, Terapi dingin
menimbulkan efek analgetic dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf
sehingga impuls nyeri yang mencapai otak lebih sedikit.
Anjurkan ibu untuk tidak menahan BAK, ibu dianjurkan untuk
mengosongkan kandung kemih segera setelah persalinan. Jika kandung kemih
penuh maka akan menghambat terjadinya involusi uterus dan juga dapat
mengakibatkan terjadinya infeksi saluran kemih. Hal ini sesuai dengan pendapat
Maryunani(2009:18) yang mengatakan bahwa distensi kandung kemih yang
timbul segera setelah persalinan bisa menghambat uterus berkontraksi dengan
baik, mempengaruhi letak uterus dan mengakibatkan perdarahan.
Distensi berlebihan pada kandung kemih dapat mengakibatkan
komplikasi yang berbahaya bagi ibu. Maka dari itu menganjurkan ibu untuk tidak
menahan BAK sangat penting sehingga tidak terjadi komplikasi yang tidak
diinginkan.
Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, ibu dianjurkan
untuk menyusui bayinya sesering mungkin yaitu minimal setiap 2 jam sekali atau
115
setiap bayi menangis di kedua payudara secara bergantian. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Maryunani (2009:66) tentang pemberian ASI pada bayi minimal
setiap 2 jam sekali atau setiap bayi menangis di kedua payudara secara
bergantian. Dengan menyusui bayinya sesring mungkin juga dapat membantu ibu
memperbanyak produksi ASI dan menghindarkan ibu dari komplikasi masa nifas
seperti pembengkakan payudara akibat adanya bendungan ASI.
Menginformasikan ibu tentang pemberian ASI ekslusif, Memberitahu ibu
agar menyusukan bayinya segera setelah lahir sampai 6 bulan tanpa memberikan
apapun baik itu air putih, sesuai dengan pernyataan Maryunani (2009:56) tentang
pemeberian ASI ekslusif pada satu jam pertama setelah kelahiran hingga 6 bulan
kedepan tanpa adanya makanan pendamping lain, berguna untuk menjalin ikatan
batin ibu dan bayi, zat kekebalan untuk bayi,sebagai metode KB (MAL),
mempercepat pemulihan kembali uterus, lebih hemat dan dijamin sterilitasnya.
Informasikan pada ibu tentang perawatan payudara, Menginformasikan
dan menganjurkan ibu untuk melakukan perwatan payudara yang bertujuan untuk
memperlancar pengeluaran ASI sedini mungkin, sesuai dengan pernyataan Dewi
(2011:29) bahwa perawatan payudara dapat dilakukan atas beberapa indikasi
seperti memperlancar ASI atau membantu ibu untuk mengatasi rasa tidak
nyamannya seperti adanya bendungan ASI.
Anjurkan ibu untuk beristirahat, Setelah melahirkan ibu dianjurkan untuk
beristirahat saat bayi sedang tidur, sesuai dengan pendapat Dewi(2011:101)
bahwa setelah melahirkan fisik ibu tentu dalam kondisi yang sangat kelelahan,
maka dari itu istirahat sangat perlu bagi ibu. Istirahat dapat dilakukan disela-sela
antara pemberian ASI dan waktu istirahat bayi.
Jelaskan pada ibu tentang personal hygine, Ibu dianjurkan untuk mandi
sedikitnya 2 kali sehari, melakukan perawatan perineum setelah BAB/BAK dan
mengganti pembalut minimal 3 kali dalam sehari. Hal ini sesuai dengan pendapat
Maryunani(2009:135) bahwa ibu tetap dianjurkan untuk tetap menjaga
kebersihan dengan mandi sedikitnya 2 kali sehari, melakukan perawatan
perineum dengan membasuh luka bekas jahitan dengan benar setelah BAB/BAK
dan mengganti pembalut sedikitnya 3 kali dalam sehari.
116
Informasikan pada ibu tentang rencana penggunaan kontrasepsi pasca
salin, sesuai dengan teori Saifuddin (2006) tentang alat kontrasepsi yang bisa ibu
pilih untuk ibu postpartum seperti IUD, Implan, suntik 3 bulan, mini pil dan
kondom.
Informasikan pada ibu tentang perawatan bayinya, sesuai dengan teori
Maryunani(2009:137) yang menyatakan bahwa peningkatan informasi ibu
tentang kesehatan ibu dan bayinya sangat penting. Hal ini diperlukan agar ibu
dapat melakukan asuhan bayinya secara mandiri dan dapat mengevaluasi
perkembangan bayinya dengan baik.
6. Pelaksanaan tindakan
Pada langkah ini penulis melaksanakan semua rencana asuhan yang telah
dibuat sebelumnya, yaitu sesuai dengan kebutuhan ibu, sesuai dengan teori
Varney (2007:28) yang menyatakan bahwa rencana asuhan menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada langkah V, dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini biasa dilakukan seluruhnya oleh bidan dan sebagian lagi oleh
klien, atau oleh anggota tim kesehatan lainnya, Dalam melaksanakan pada ibu
hamil disesuaikan dengan kondisi ibu. Hal-hal yang harus diperhatikan antara
lain: umur kehamilan, kesinambungan, hak-hak pasien.
7. Evaluasi
Seluruh asuhan yang diberikan pada Ny. M dapat dilaksanakan dan
dimengerti, bahkan ibu dapat menjelaskan kembali materi yang diberikan bidan
dari perencanaan dan pelaksanaan tindakan, sesuai dengan teori Varney
(2007:28) yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan tindakan untuk
memeriksa apakah rencana perawatan yang dilakukan benar-benar telah
mencapai tujuan yaitu memenunuhi kebutuhan ibu seperti yang diidentifikasi
pada langkah kedua tentang masalah, diagnosa, maupun kebutuhan ibu.

E. Keluarga Berencana
1. Pengkajian

117
Secara umum pengkajian telah dilakukan melalui anamnesa,
pemeriksaaan fisik, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan laboratorium.
Menurut Varney (2007:27) bahwa langkah pertama adalah mengumpulkan data
dasar yang menyeluruh. Data dasar ini meliputi pengkajian riwayat,
pemeriksaan fisik, meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya dan
meninjau data laboratorium serta membandingkannya dengan hasil studi.
Pengkajian riwayat dilakukan dengan penapisan, tujuan penapisan klien
sebelum pemberian suatu metode kontrasepsi adalah untuk menentukan bahwa
calon akseptor dalam keadaan hamil atau tidak, keadaan yang membutuhkan
perhatian khusus dan masalah yang membutuhkan pengamatan dan
pengelolaan lebih lanjut (saefuddin, 2013).
Pengkajian riwayat kesehatan pasien perlu dikaji untuk mengetahui
apakah pasien pernah menderita atau sedang menderita penyakit-penyakit
meliputi hipertensi, jantung, TBC, paru-paru, asma, diabetes mellitus, riwayat
penyakit/ trauma tulang punggung.
Pemeriksaan umum dilakukan untuk mengkaji keadaan umum,
kesadaran, tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, dan RR)  yang dapat digunakan
untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya
Setelah melakukan konseling pada Ny. M, Ny. M membuat keputusan
mengenai pilihannya, dalam pengambilan keputusan ini Ny. M memilih
kontrasepsi Suntik.
2. Analisa Masalah/Interpretasi Data Dasar
Diagnosa yang ditegakkan pada langkah ini sesuai data nomenklatur
kebidanan tentang keluarga berencana. Menurut Maryani (2008:53) metode
kontrasepsi efektif adalah metode yang dalam penggunaanya mempunyai
efektifitas atau tingkat kelangsungan pemakaian tinggi serta angka kegagalan
rendah bila dibandingkan dengan metode kontrasepsi sederhana. Metode
kontrasepsi efektif ini terdiri dari pil KB, suntik KB, AKBK, dan AKDR.

3. Masalah Potensial
Tidak ada masalah potensial pada Ny. M karena tidak ada data yang
118
menunjang , hal ini sesuai dengan teori Varney (2007:27) yang menyatakan
bahwa mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
4. Tindakan Segera
Tidak dilakukan tindakan segera atau kolaborasi dengan tenaga
kesehatan karena tidak ditemukannya indikasi dalam metode keluarga
berencana untuk dilakukan tindakan segera.
5. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan KB suntik 3 bulan yang dipilih oleh Ny. M menurut Jurnal
yang berjudul FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN AKSEPTOR
MEMILIH KB SUNTIK 3 BULAN, menyatakan bahwa suntik KB 3 bulan
lebih efektif, dan cenderung takut menggunakan alat kontrasepsi lainnya,
seperti pil takut lupa mengkonsumsi pil setiap hari, KB Implant, dan KB IUD.
Kontrasepsi KB suntik 3 bulan tidak berpengaruh pada ibu menyusui serta
harga terjangkau.
Berdasarkan diagnosa Ny. M, rencana tindakan yang akan dilakukan
sesuai dengan teori varney (2007:27) bahwa perencanaan didapatkan dari
pengembangan masalah atau diagnosis yang diidentifikasi baik pada saat ini
maupun yang diantisipasi serta perawatan yang dibutuhkan. Sesuai dengan
pengembangan masalah atau diagnosis yang diidentifikasi maka rencana asuhan
pada keluarga berencana yaitu:
Memberitahukan kepada wanita tingkat keefektifan dan efek samping
serta komplikasi potensial penggunaan metode kontrasepsi yang dipilih.
Menurut saefuddin (2013) setiap pemakaian kontrasepsi harus memperhatikan
hak-hak reproduksi individu pasangannya, sehingga harus diawali dengan
pemberian informasi yang lengkap.
Melakukan pengkajian riwayat kesehatan secara umum untuk
mengetahui apakah dalam keluarga mempunyai riwayat penyakit keturunan
meliputi penyakit hipertensi, jantung, asma, diabetes mellitus, dan riwayat
keturunan kembar.
Melakukan persiapan untuk mengetahui apakah ada kontraindikasi
119
terhadap kontrasepsi yang dipilih, sesuai dengan teori maryani (2008:59)
kontraindikasi dalam penggunaan kontrasepsi pil adalah menyusui, pernah
sakit jantung, tumor/keganasan, kelainan jantung, varises, jantung, perdarahan
pervagina, migraine dan penyakit hepatitis.
Mengatur kemungkinan keterbatasan penggunaan kontrasepsi pil
berkaitan dengan penggunaan kontrasepsi yang dipilih, sesuai dengan
Saefuddin (2013) pada penggunaan kontrasepsi pil memiliki keterbatasan yaitu
hamper 30-60 % mengalami gangguan haid, peningkatan/penurunan berat
badan, harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama, bila lupa satu
pil saja kegagalan menjadi lebih besar, dan tidak melindungi diri dari infeksi
menulr seksual atau HIV / AIDS.
6. Pelaksanaan tindakan
Pada langkah ini penulis melaksanakan semua rencana asuhan yang
telah dibuat sebelumnya, yaitu sesuai dengan kebutuhan ibu. Sesuai dengan
teori Varney (2007:28) yang menyatakan bahwa rencana asuhan menyeluruh
seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima, dilaksanakan secara efisien
dan aman. Perencanaan ini biasa dilakukan seluruhnya oleh bidan dan
sebagian lagi oleh klien, atau oleh anggota tim kesehatan lainnya, Dalam
melaksanakan pada asuhan keluarga berencana disesuaikan dengan kondisi
ibu. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain: identitas pasien, jumlah
persalinan, pernah mengalami abortus atau tidak, dan riwayat penyakit klien.
7. Evaluasi
Seluruh asuhan yang diberikan pada Ny. M dapat dilaksanakan , bahkan
ibu dapat menjelaskan kembali materi yang diberikan bidan dari perencanaan
dan pelaksanaan tindakan. Hal ini sesuai dengan teori Varney (2007:28) yang
menyatakan bahwa evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah
rencana perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan yaitu
memenunuhi kebutuhan ibu seperti yang diidentifikasi pada langkah kedua
tentang masalah, diagnosa, maupun kebutuhan ibu.

BAB V

120
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil menajemen asuhan kebidanan komprehensif yang dilakukan
secara Countinuity Of Care pada Ny. M dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru
lahir, dan KB yang dilakukan pada bulan November dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pengkajian
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa secara umum Ny. M usia 25 tahun
termasuk dalam kategori fisiologi tidak ada tanda-tanda patologi yang menyertai
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan KB. Berdasarkan rencana
asuhan kebidanan, semua implementasi telah dilakukan sesuai standar pelayanan,
yang dikaji melalui wawancara dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan khusus dan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan teori. Namun,
pada kehamilan ada beberapa pemeriksaan yang tidak dilakukan seperti
pemeriksaan laboratorium glukosa dan protein urine, dan pemeriksaan
anogenital. Pemeriksaan laboratorium glukosa, protein urine, dan pemeriksaan
reflek patella tidak dilakukan karena ditempat pelayanan yang biasanya pasien
periksa tidak pernah dilakukan pemeriksaan jika tidak ada indikasi. Pada masa
nifas dan bayi baru lahir juga tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium karena
tidak ada indikasi untuk melakukan pemeriksaan. Seharusnya pemeriksaan
tersebut harus tetap dilakukan untuk mengantisipasi dan mendeteksi secara dini
adanya kegawat daruratan atau mengarahnya kehamilan pada kasus yang
patologis.
2. Interprestasi Data Dasar / Analisa Masalah
Diagnosa yang ditegakkan pada langkah ini sesuai daftar nomenklatur
kebidanan tentang kehamilan trimester III, Bersalin, Bayi Baru Lahir
(BBL)/Neonatus, Nifas dan Keluarga Berencana (KB) normal.

3. Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial

121
Tidak ada masalah potensial pada Ny. M karena masalah yang muncul
pada kehamilan Trimester III, Bersalin, Bayi Baru Lahir (BBL), Nifas, dan
Keluarga Berencana (KB) termasuk kategori fisiologi.
4. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
Tidak ada penanganan tindakan segera pada Ny. M karena tidak ada kasus
kegawatdaruratan dan tanda-tanda patologi pada kehamilan Trimester III,
Bersalin, Bayi Baru Lahir (BBL), Nifas dan Keluarga Berencana (KB).
5. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan diagnosa atau masalah yang ditemukan pada kehamilan
Trimester III, Bersalin, Bayi Baru Lahir (BBL)/Neonatus, Nifas dan Keluarga
Berencana (KB), maka penulis menyusun rencana asuhan yang telah dibuat
sebelumnya sesuai dengan kebutuhan klien, pada kehamilan memberikan
informasi pendidikan kesehatan tentang tanda dan bahaya pada kehamilan
trimester III, senam hamil, kebutuhan nutrisi dan pola makan, kebutuhan
istirahat, personal hygine, ASI eksklusif, persiapan persalinan, tanda-tanda
persalinan, pentingnya suplemen tambahan dan jadwal kunjungan ulang.
Perencanaan pada persalinan seperti memberikan asuhan sayang ibu,
melakukan pemantauan kemajuan persalinan, menganjurkan pada suami dan
keluarga untuk mendampingi ibu, tetap memberikan asupan nutrisi dan hidrasi,
tidak menahan BAB/BAK, teknik relaksasi, memastikan tanda dan gejala kala II,
memimpin ibu meneran, menolong persalinan sesuai asuhan persalinan normal,
setelah bayi lahir mengeringkan dan menghangatkan tubuh bayi, membersihkan
jalan nafas meletakkan bayi diantara kedua payudara ibu untuk IMD, pastikan
tidak ada janin kedua, kosongkan kandung kemih, klem dan potong tali pusat,
melakukan manajemen aktif kala III, melakukan masase fundus uteri, periksa
kelengkapan placenta, periksa luka robekan, pantau kondisi pasien setiap 15
menit pada jam pertama postpartum dan setiap 30 menit pada jam kedua
postpartum.
Perencanaan pada bayi baru lahir seperti jaga kehangatan bayi, bersihkan
jalan nafas, IMD, perawatan tali pusat, menyuntikkan Vit-K dan imunisasi HB 0,
memberikan salep mata, menimbang badan dan mengukur badan bayi.
122
Perencanaan pada masa nifas seperti memberikan pendidikan kesehatan
pada ibu tentang mobilisasi dini secara bertahap, pola nutrisi dan vulva hygine,
teknik menyusui yang baik dan benar, ASI ekslusif, imunisasi berikutnya, tanda
dan bahaya masa nifas, pilihan metode KB yang efektif sesuai dengan kondisi
ibu, dan kunjungan nifas.
Perencanaan pada keluarga berencana seperti menginformasikan tentang
efek samping, kontrasepsi perlindungan ganda, menyiapkan alat dan obat,
menyuntikkan kontrasepsi deppoprogestin, dan jadwal kunjungan ulang.
6. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan rencana asuhan pada
Kehamilan Trimester III, yang bersalin, bayi baru lahir, (BBL)/ neonatus, nifas
dan keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan, yaitu sesuai dengan
kebutuhan klien.
7. Evaluasi
Berdasarkan diagnosa dan implementasi asuhan yang diberikan pada Ny.
M dimulai dari kehamilan Trimester III, bersalin, bayi baru lahir (BBL), nifas
dan keluarga berencana (KB) kondisi ibu dalam keadaan normal, dan tidak
terdapat tanda-tanda patologi. Informasi pendidikan kesehatan yang diberikan
kepada ibu dapat dilaksanakan dan dimengerti, bahkan ibu dapat menjelaskan
kembali materi yang diberikan pemberi asuhan dari perencanaan dan pelaksanaan
tindakan. Akan tetapi pelaksanaan senam hamil tidak dilakukan karena
keterbatasan sarana dan prasarana, untuk kegiatan senam hamil dan bidan kurang
sosialisali tentang pentingnya senam hamil.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan

123
Diharapkan institusi dapat menilai kemampuan mahasiswa dalam
melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif yang bias dijadikan
evaluasi terhadap keberhasilan proses belajar mengajar dan juga bias dijadikan
sebagai bahan masukan untuk kepustakaan Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Jambi.
2. Bagi PMB Supadmi
Diharapkan di Rumah Bidan dapat meningkatkan kualitas pelayanan asuhan
kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir dan pelayanan
keluarga berencana, Senantiasa bersedia membagi dan mendidik mahasiswa
magang yang mencari ilmu dan mengasah keterampilan.
3. Bagi Peneliti Lain/Pemberi Asuhan
Dalam memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif diperlukan
pengetahuan, pendekatan terhadap klien, pemberian informasi mengenai
pendidikan kesehatan yang bervariasi, adanya pendampingan saat melakukan
pemberian asuhan, dan sebagainya, sehigga dapat memberi asuhan yang
berkualitas dan dapat merubah pola pikir serta prilaku klien.

124

Anda mungkin juga menyukai