Anda di halaman 1dari 6

Aisyah Dewi Dinata

202010101030

TUGAS PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

Topik 1

Farm Worker’s Blood Test

Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang
sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Penggunaan bahan-
bahan kimia pertanian seperti pestisida tersebut dapat membahayakan kehidupan
manusia (Yuliana et al., 2017). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rusma et al.,
(2016) dinyatakan bahwa data dari World Health Organization (WHO), 1–5 juta kasus
keracunan pestisida terjadi pada pekerja di sektor pertanian dan sebagian besar kasus
keracunan pestisida tersebut terjadi di negara sedang berkembang yang 20.000
diantaranya berakibat fatal. Terdapat pengaruh pestisida terhadap kadar hemoglobin
karena pestisida ini menurunkan produksi atau peningkatan penghancuran sel darah
merah. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar hemoglobin
(Hb) dan hematokrit (Hct) pada petani sayur laki-laki pengguna pestisida di Desa
Gubug, Kecamatan Tabanan, Kabubaten Tabanan, di dapatkan hasil sebanyak 30 petani
sayur laki-laki pengguna pestisida. Dan dari hasil pemeriksaan hemoglobin didapatkan
rata-rata kadar hemoglobin pada petani sayur adalah 13,5 ± 0,1 g/dl dengan nilai Hb
tertinggi adalah 16,7 g/dl, nilai Hb terendah adalah 11,3 g/dl dan nilai rujukan adalah
Hb 13-17 g/dl. Petani sayur sebanyak 30 orang dengan kadar hemoglobin yang rendah
sebanyak 11 orang dan yang normal sebanyak 19 orang. Berdasarkan hasil tersebut
maka sebanyak 36,7% petani sayur pengguna pestisida menderita anemia. Sedangkan
pada hasil pemeriksaan hematokrit, rata-rata kadar hematokrit pada petani sayur adalah
sebesar 39,8 ± 0,2% dengan nilai Hct tertinggi adalah sebesar 47,7%, nilai Hct terendah
adalah sebesar 34,0% dan nilai rujukan Hct adalah 39-48%. Petani sayur sebanyak 30
orang dengan kadar hematokrit yang rendah sebanyak 12 orang (40%) dan yang normal
sebanyak 18 orang (60%). Kadar hemoglobin dan hematokrit yang abnormal
disebabkan karena terpaparnya pestisida secara terus menerus sehingga mengakibatkan
keracunan pestisida dimana ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin
dan hematokrit abnormal pada petani sayur diantaranya gaya hidup (pola makan,
merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol) penggunaan APD dan frekuensi
penyemprotan. Seluruh responden merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol,
merokok dapat mempengaruhi kadar hemoglobin dan hematokrit dalam darah
seseorang. Merokok merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kadar
hemoglobin dan hematokrit.
Pada penelitian kedua membahas mengenai presentase kejadian anemia pada
petani yang terpapar pestisida di Kabupaten Kulon Progo. Penelitian dilakukan
diperoleh sampel darah dari petani laki-laki sebanyak 30 orang dan 2 orang petani
perempuan. Hasil penelitian laboratorium dengan 3 parameter pemeriksaan yaitu kadar
hemoglobin (Hb), kadar Hematokrit (Hmt) dan Jumlah eritrosit diperoleh hasil rata- rata
kadar Hb 13,74 g/dl dengan nilai minimum 10,5g/dl dan nilai tertinggi 16,4 g/dl. Hasil
rata-rata kadar hmt 39,99% dengan nilai terendah 30,2% dan nilai tertinggi 47%.
Sedangkan rata-rata jumlah eritrosit 4,52 juta sel/ul darah, dengan nilai terendah 3,46
dan nilai tertinggi 5,51 juta sel/ul darah. Dapat disimpulkan bahwa sebesar 22% petani
mengalami anemia. Hasil penelitian menunjukkan petani yang mengalami anemia
mempunyai kebiasaan tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa sarung
tangan, sepatu dan masker pada saat bekerja dan telah menggunakan pestisida sejak 20
tahun yang lalu. Terpaparnya tubuh oleh pestisida berdampak pada komponen yang ada
dalam tubuh manusia, salah satunya adalah darah. Pestisida dapat menimbulkan
abnormalitas pada profil darah, karena pestisida dapat mengganggu organ-organ
pembentuk sel-sel darah, proses pembentukan sel-sel darah dan juga sistem imun.
Pada penelitian ketiga mengenai kadar hemoglobin pada petani yang terpapar
pestisida di Tomohon Timur. Pada penelitian ini digunakan subyek penelitian sebanyak
50 orang petani yang menggunakan pestisida dalam mengolah kebunnya. Setelah
memberikan penjelasan dan mendapat persetujuan dari subyek penelitian kemudian
dilakukan pengambilan darah sebanyak 3cc dan untuk kemudian diperiksa di
laboratorium Pro Kita Manado dengan menggunakan alat ABX Pentra XL 80 untuk
menentukan kadar hemoglobin. Hasil penelitian yang diperoleh didapatkan sampel
berjenis kelamin Laki-laki berjumlah 26 orang dan jenis kelamin Perempuan berjumlah
24 orang. nilai rata-rata kadar hb pada laki-laki sebesar 14,49 g/dL dan perempuan
sebesar 13,28 g/dL. Nilai tertinggi kadar hb pada laki-laki yaitu 16,2 g/dL dan pada
perempuan yaitu 15,23 g/dL, nilai terendah kadar hb pada laki-laki yaitu 11,39 g/dL dan
pada perempuan yaitu 11,36 g/dL. Hasil penelitian pada sampel petani laki-laki
menemukan 5 sampel (%) kadar hemoglobinnya berada < 13,2 g/dL, yang memiliki
kadar hemoglobin 13,3 – 17,3 g/dL sebanyak 21 sampel (80,7%). Nilai rata-rata kadar
hemoglobin pada sampel laki-laki yaitu sebesar 14,49 g/dL, selain itu didapati nilai
tertinggi kadar Hb pada laki-laki yaitu 16,20 g/dL sedangkan nilai terendah 11,39 g/dL.
Hasil penelitian pada sampel petani perempuan menemukan 1 sampel (4,2%) kadar
hemoglobinnya berada < 11,6 g/dL, yang memiliki kadar hemoglobin 11,7 – 15,5 g/dL
sebanyak 23 sampel (95,8%). Nilai rata-rata kadar hemoglobin yaitu sebesar 13,28
g/dL, selain itu didapati nilai tertinggi kadar Hb pada perempuan yaitu 15,23 g/dL,
sedangkan nilai terendah 11,36 gr/dL. Didapati bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara keterpaparan pestisida dengan kejadian anemia.
Pada penelitian keempat mengenai hubungan riwayat paparan pestisida dengan
jumlah eritrosit pada petani sayur di Magelang. jumlah eritrosit, MCV, MCH, dan
MCHC responden sebagian besar masih dalam batas normal. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh : 32,6% jumlah eritrosit responden tidak normal (>batas normal),
14% MCV responden tidak normal (<standar normal), 16,3 % MCH responden tidak
normal (<standar normal), dan seluruh responden memiliki nilai MCHC yang normal
atau tidak ada satupun responden yang memiliki nilai MCHC yang tidak normal.
Hasil pengukuran kadar kolinesterase pada responden menunjukkan bahwa sebagian
besar responden masih dalam batas normal, hanya 16,3 % responden memiliki kadar
kolinesterase rendah (tidak normal). Hasil analisa bivariat menunjukkan tidak ada
hubungan antara pemakaian alat pelindung diri (APD) dengan jumlah eritrosit, MCV,
MCH pada petani sayuran di Desa Sumberejo Kecamatan Ngablak Magelang.
Berdasarkan penelitian riwayat paparan tidak memiliki hubungan signifikan dengan
jumlah eritrosit, MCV, MCH (p>0.05). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena
adanya paparan pestisida di lingkungan tempat tinggal misalnya rumah dekat dengan
lahan pertanian yang sering dilakukan penyemprotan seperti tanaman cabai, bawang,
tomat atau karena dirumah responden menyimpan pestisida dengan cara yang kurang
tepat dan dapat juga disebabkan karena adanya residu pestisida dalam bahan makanan
hasil pertanian.Tetapi lebih dari 40 responden yang diwawancari mengeluhkan beberapa
gejala seperti kepala pusing, mual, muntah, dan gejala lainnya yang menandakan
keracunan pestisida. Pada kesimpulan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
lama pajanan pestisida terhadap jumlah eritrosit, tetapi berpengaruh terhadap kesehatan
petani yaitu keracunan pestisida.
Pada penelitian kelima mengenai gamabaran kadar hemoglobin pada petani di
Kabupaten Oku Timur. Sampel didapat dari jumlah total petani pengguna pestisida
sebanyak 90 petani, di Desa Tanah Merah Kecamatan Belitang. Pada penelitian ini
dapat rata-rata kadar hemoglobin adalah 12,28 gr/dL dengan kadar terendah 9,4 gr/dL
dan kadar tertinggi 15,5 gr/dL. Dari hasil yang didapat menunjukkan bahwa terdapat
responden yang memiliki kadar hemoglobin yang rendah dan normal. Banyak hal yang
mempengaruhi kadar hemoglobin diantaranya adalah sosial ekonomi dan infeksi cacing.
Pada pemeriksaan distribusi frekuensi anemia petani didapat 35 petani (74,5%) yang
anemia dengan rata-rata kadar hemoglobin 11,53 gr/dL dan 12 petani (25,5%) tidak
anemia dengan rata-rata kadar hemoglobin adalah 14,2 gr/dL. Dalam teorinya, semakin
lama petani melakukan penyemprotan pestisida maka semakin lama pula kontak dengan
pestisida sehingga resiko keracunan terhadap pestisida semakin tinggi. Efek toksik
pestisida sangat tergantung pada banyak faktor yang terpenting adalah dosis. Dosis
menunjukkan berapa banyak dan berapa seringnya suatu zat toksik masuk kedalam
tubuh. Petani yang masa kerjanya lebih dari 5 tahun biasanya telah terjadi toksisitas
kronis. Jadi semakin lama melakukan penyemprotan maka semakin banyak zat kimia
yang terakumulasi dalam darah. Dari penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa
petani dengan frekuensi penyemprotan kurang baik yang anemia sebanyak 21 orang
(72,4%) dengan rata-rata kadar hemoglobin 12,18 gr/dL. Untuk petani yang frekuensi
penyemprotan baik yang anemia sebanyak 14 orang (77,8%) dengan rata-rata kadar
hemoglobin 12,28 gr/dL. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa tidak ada
perbedaan kadar hemoglobin yang signifikan antara petani dengan frekuensi
penyemprotan yang kurang baik dengan frekuensi baik. Dari penelitian yang dilakukan
dapat diketahui bahwa dari 47 petani didapatkan hasil bahwa petani dengan lama
penyemprotan kurang baik yang anemia sebanyak 3 orang (75,0%) dengan rata-rata
kadar hemoglobin 11,57 gr/dL. Untuk petani dengan lama penyemprotan baik yang
anemia sebanyak 32 orang (74,4%) dengan rata-rata kadar hemoglobin 12,28 gr/dL.
Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan kadar
hemoglobin yang signifikan antara petani dengan lama penyemprotan yang kurang baik
dengan lama penyemprotan yang baik. Hal ini dikarenakan tidak hanya paparan
pestisida yang dapat mempengaruhi terjadinya anemia, akan tetapi masih banyak faktor
lain diantaranya lemahnya kondisi fisik petani.
Kesimpulannya dari kelima penelitian mengenai kadar hemoglobin adalah
beberapa penelitian menunjukan hasil yang berbeda, banyak dari kelima penelitian
tersebut menghasilkan simpulan bahwa paparan pestisida tidak memengaruhi kadar
hemoglobin yang redah pada petani, namun ada pula menyimpulkan bahwa ada
hubungannya paparan pestisida dengan turunnya kadar hemoglobin pada petani.
Selain itu, dari kelima penelitian menyimpulkan bahwa tak hanya paparan pestisida
yang menjadi fokus, tetapi juga beberapa faktor lingkungan, pola makan, lama petani
bekerja, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Hendrayana, I. M., N. P. Rahayu Artini, dan D. Putu Risky Vidika. 2020.
ANALISIS kadar hemoglobin (hb) dan hematokrit (hct) pada petani sayur
pengguna pestisida di desa gubug kecamatan tabanan kabupaten tabanan. Jurnal
Widya Biologi. 11(2):68–75.

Prasetyaningsih, Y., D. Arisandi, dan P. D. Retnosetiawati. 2017. Persentase kejadian


anemia pada petani terpapar pestisida di kelompok tani karang rejo, dusun krinjing
lor, desa jatisarono, kecamatan naggulan, kabupaten kulon progo. The 5Th Urecol
Proceeding. (February):452–457.

Rangan, A. A. 2014. Kadar hemoglobin pada petani terpapar pestisida di kelurahan


rurukan kecamatan tomohon timur. Jurnal E-Biomedik. 2(1)

Ramli, N., Asrori, dan J. Riswanto. 2016. Gambaran kadar hemoglobin pada petani
pengguna pestisida di desa tanah merah kecamatan belitang kabupaten oku timur
tahun 2015. Jurnal Kesehatan. XI(1):114–126.

Rizqiyana, I., O. Setiani, dan H. Dangiran. 2017. Hubungan riwayat paparan pestisida
dengan jumlah eritrosit, mcv, mch, dan mchc pada petani sayuran di desa
sumberejo kecamatan ngablak kabupaten magelang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(e-Journal). 5(3):383–391.

Anda mungkin juga menyukai