Anda di halaman 1dari 3

Latar Belakang

Berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan menyebabkan perkembangan


sediaan farmasi salah satunya yaitu kosmetik mulai bergeser kearah natural product
karena adanya trend back to nature. Penambahan bahan alami yang aman bagi
kesehatan pada sediaan kosmetik perlu dikembangkan untuk memberikan pengaruh
positif serta meningkatkan nilai tambah produk yang dihasilkan. Salah satunya produk
sabun cuci tangan yang berbentuk cair. Dipengaruhi oleh aktivitas yang padat,
masyarakat perlu menjaga dirinya tetap bersih dan sehat, maka dari itu sabun sangat
dibutuhkan sebagai keperluan sehari-hari seperti mencuci tangan, mencuci piring,
membersihkan lantai, dan lain-lain menjadikan sabun telah menjadi kebutuhan bagi
setiap individu.

Kulit sebagai penutup permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai
pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Kulit merupakan
pertahanan utama terhadap bakteri dan apabila kulit tidak lagi utuh, maka menjadi
sangat rentan terhadap infeksi. Infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa
dan beberapa kelompok minor lain (mikoplasma, riketsia dan klamidia). Diantara
mikroorganisme tersebut, bakteri Staphylococcus aureus (S. aureus) merupakan bakteri
yang paling sering ditemukan di kulit (Gould et al.,2003). Bakteri S. aureus dapat
menyebabkan beberapa penyakit diantaranya bisul, jerawat, pneumonia, meningitis, dan
arthritits. Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah
(Madigan, 2008).

Salah satu sediaan farmasi yang dapat digunakan untuk menjaga kesehatan kulit
yaitu sabun. Sabun adalah produk yang dihasilkan dari reaksi antara asam lemak dengan
basa kuat yang berfungsi untuk mencuci dan membersihkan lemak (kotoran) (Hernani,
2010). Selain dapat membersihkan kulit dari kotoran, sabun juga dapat digunakan untuk
membebaskan kulit dari bakteri. Sabun yang dapat membunuh bakteri dikenal dengan
sabun antiseptik. Awalnya sabun dibuat dalam bentuk padat atau batangan, namun
karena perkembangan zaman sabun mulai dibuat dalam bentuk cair walaupun hanya
digunakan sebagai sabun cuci tangan Sabun cair diproduksi untuk berbagai keperluan
seperti untuk mandi, pencuci tangan, pencuci piring ataupun alatalat rumah tangga dan
sebagainya. Karakteristik sabun cair tersebut berbeda-beda untuk setiap keperluannya,
tergantung pada komposisi bahan dan proses pembuatannya. Keunggulan sabun cair
antara lain mudah dibawa berpergian dan lebih higenis karena biasanya disimpan dalam
wadah yang tertutup rapat (Wijana dkk, 2005).

Bahan alami yang digunakan pada pembuatan sabun cair ini yaitu bunga pacar
air. Bunga Pacar air (Impatiens balsamina L) dapat digunakan sebagai antibakteri.
Ekstrak etanol bunga Pacar air terbukti memiliki aktivitas antibakteri dengan
mengambat pertumbuhan bakteri S. aureus, P. aeruginosa dan E. coli. Aktivitas
penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri uji diduga karena adanya kandungan
senyawa antosianin dalam ekstrak etanol bunga Pacar air. Antosianin selain sebagai
antioksidan yang baik juga dapat berperan sebagai antiviral dan antibakteri (Adfa,
2007).

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah penulisan


makalah ini adalah :

1. Bagaimana cara membuat formulasi obat tradisional yaitu pembuatan


sabun cair berbahan dasar bunga pacar air yang tepat, tidak mengiritasi,
aman dan memiliki kestabilan yang baik ?

Tujuan Pembuatan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang
ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah :

1. Mengetahui cara pembuatan formulasi obat tradisional yaitu pembuatan


sabun cair berbahan dasar bunga pacar air yang tepat, tidak mengiritasi,
aman dan memiliki kestabilan yang baik.
Daftar Pustaka

Widyasanti, Asri. "Upaya Pemberdayaan Masyarakat melalui Pembinaan Usaha


Sabun Cair Handmade di Kelompok Rumah Insan Juara, Desa
Cilengkrang, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung." Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat 2.10 (2018): 875-878.

Dimpudus, Stefanie A. "Formulasi sediaan sabun cair antiseptik ekstrak etanol


bunga pacar air (Impatiens balsamina L.) dan uji efektivitasnya
terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in
vitro." PHARMACON 6.3 (2017).

Anda mungkin juga menyukai