Pemikiran Descartes
1. Kebenaran Pengetahuan
Descartes memiliki misi filsafat yaitu berusaha mendapatkan pengetahuan
yang tidak dapat diragukan.Pengetahuan yang didapat dari pengamatan inderawi
tidak memberikan keterangan kepada manusia tentang hakikat dan sifat dunia luar.
Pengamatan inderawi hanya memberikan nilai praktis saja. Menurut Descartes,
kebenaran akan terwujud jika proses melalui indera masuk ke dalam pemikiran
rasional (akal budi).
Metode yang digunakannya ialah dengan meragukan semua pengetahuan yang
ada, yang kemudian mengantarkanya pada kesimpulan bahwa pengetahuan yang ia
kategorikan ke dalam 3 bagian dapat diragukan, yaitu:
a. Pengetahuan yang berasal dari pengalaman inderawi dapat diragukan.
Contoh: memasukkan kayu lurus ke dalam air, kayu tersebut akan tampak
bengkok.
b. Fakta umum tentang dunia
Contoh: api itu panas, benda yang berat akan jatuh juga dapat diragukan.
Descartes menyatakan bagaimana jika kita mengalami mimpi yang sama
berkali-kali dan dari sana kita mendapatkan pengetahuan umum tersebut.
c. Logika dan matematika, prinsip-prinsip logika dan matematika jga dapat
diragukan.Ia menyatakan bagaimana jika ada suatu makhluk yang
berkuasa memasukkan ilusi dalam pikiran kita, dengan kata lain kita
berada dalam suatu matriks.
· Pola pikir sintesa atau perangkaian. Mengarahkan pikiran dengan teratur, dengan
cara memulai dari hal-hal yang sederhana dan mudah diketahui, kemudian secara
bertahap sampai kepada hal-hal yang lebih sulit dan komplek. Gagasan yang telah
diperoleh harus dirangkai untuk menemukan kemungkinan luasnya.
Visi Descartes telah menumbuhkan keyakinan yang kuat pada dirinya tentang
kepastian pengetahuan ilmiah dan tugas dalam kehidupannya yaitu membedakan
kebenaran dan kesalahan dalam semua bidang pelajaran. Karena menurutnya “semua
ilmu merupakan pengetahuan yang pasti dan jelas”. Pada dasarnya visi dan filsafat
Descartes banyak dipengaruhi oleh ilmu alam dan matematika yang berasas pada
kepastian dan kejelasan serta perbedaan antara yang benar dan salah. Sehingga dia
menerima suatu kebenaran sebagai suatu hal yang pasti dan jelas. Hal itu
biasa Descartes sebut sebagai kebenaran yang Clear and Distinct. Dalam usahanya
untuk mencapai kebenaran dasar tersebut Descartes menggunakan metode “Deduksi”,
yaitu dia mendeduksikan prinsip-prinsip kebenaran yang diperolehnya kepada
prinsip-prinsip yang sudah ada sebelumya yang berasal dari definisi dasar yang jelas.
[28]
D. Pemikiran Descartes tentang rasionalisme
Rasionalisme adalah sebuah pandangan yang berpegangan bahwa akal
merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran. Rasionalisme menekankan
akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau unggul atas
dan terlepas dari pengamatan inderawi.[29] Rene Descartes dalam filsafatnya
mengemukakan metode kesangsian untuk merenungkan terus sesuatu hal sampai
tidak ada keragu-raguan lagi. Dia dijuluki sebagai “bapak filsafat modern” karena ia
menempatkan akal (rasio) pada kedudukan yang tertinggi, satu hal yang memang
didambakan oleh manusia di zaman modern. Menurut Descartes, untuk memperoleh
pengetahuan yang terang dan jelas, maka terlebih dahulu kita harus meragukan segala
sesuatu. Bagi Descartes, pengertian yang benar haruslah dapat menjamin dirinya
sendiri. Untuk mendapatkan sesuatu pengetahuan yang tidak diragukan lagi
kebenarannya, Descartes menggariskan 4 langkah aturan sebagai berikut:[30]
1. Kita harus menghindari sikap tergesa-gesa dan ragu dalam mengambil sesuatu
keputusan serta menerima yang dihadirkan pada akal secara jelas dan tegas sehingga
mustahil disangsikan.
2. Setiap persoalan yang diteliti dibagikan dalam sebanyak mungkin bagi sejauh yang
diperlukan bagi pemecahan yang memadai.
3. Mengatur pikir sedemikian rupa dengan bertitik tolak dari objek yang sederhana
sampai pada objek yang lebih kompleks. Atau dari pengertian yang sederhana dan
mutlak sampai pada pengertian yang komplek dan nisbi.
4. Setiap permasalahan ditinjau secara universal atau menyeluruh, sehingga tidak ada
yang dilalaikan.[31]
Asal mula Descartes lebih mengutamakan akal/rasio untu memperoleh
pengetahuan adalah tidak puas dengan pengetahuan umumnya dengan alasan bahwa
misalnya panca indera itu banyak sekali membohong. Oleh sebab itu menurutnya
panca indra tidak boleh dijadikan dasar pengetahuan. Dan yang dapat dipercaya
kebenarannya adalah hanya pikiran manusia.Pada masa kekecewaannya pada
kebenaran pengetahuan yang berlangsung selama 9 tahun.Timbul suatu pertanyaan
pada dirinya sendiri yang tidak bisa dimungkiri lagi. Pertanyaan itu adalah: saya
berakal, jadi saya ada, sebagai makhluk yang kecewa. Itulah permulaan aliran pikiran
rasionalisme modern.Descartes menganggap ilmu yang pasti itu ilmu yang paling
utama dari segala ilmu pengetahuan, karena segala pokok ilmu pengetahuan bisa
ditemukan dalam ilmu tersebut.[32]
Untuk memenuhi rasa kekecewaannya Descartes tidak mengeluarkan pemikiran
yang baru, melainkan dia merubah haluan filsafat serta mendatangan
pembaharuan.Kalau filsafat kebanyakan atas dasar pikiran Aristoteles, maka
Descartes mengubahnya.Jadi filsafat itu muncul atau ada karena ilmu pengetahuan,
terlepas dari berbagai prasangkaan dan kepercayaan yang tidak berdasar pada
kebenaran.[33]
Salah satu cara yang ditempuhnya untuk membuktikan bahwa filsafat itu ada
karena ilmu pengetahuan ialah dengan menjadikan dasar filsafat itu kesangsian. Dia
menggunakan senjata ragu, tidak percaya kepada sesuatu. Metode keraguan ini
dipergunakan sebagai sistem mencari kebenaran. Karena jika seseorang sudah ragu
dan tidak percaya pada sesuatu, maka dia akan mencari kebenarannya dengan akal
yang dia miliki.[34]
BAB III
A. Kesimpulan
Rene Descartes adalah seorang filosof berkebangsaan Perancis yang menganut
agama katholik. Dia dijuluki sebagai Bapak Filsafat Modern. Descartes adalah
perintis adanya aliaran filsafat Rasionalisme, hal itu karena konsep yang dikeluarkan
olehnya yang awalnya berdasarkan keragu-raguan. Dengan rasa keragu-raguan itulah
Descartes berfikir untuk mencapai kebenaran dari suatu pengetahuan yang ia
dapatkan. Descartes mengeluarkan suatu premis yaitu cogito ergo sum (aku berfikir,
maka aku ada). Descartes lebih menekankan kemampuan berfikir manusia untuk
mencapai kebenaran daripada kemampuan indera, dan dogma-dogma yang telah
ditanamkan dalam agama. Cara berfikir itu oleh Descartes digunakan dalam
memikirkan tentang keberadaan Tuhan dan Benda (alam semesta). Terdapat beberapa
karya Descartes yang t lah dihasilkannya yaitu,Discours de la method (1637)
dan Meditationes de prima Philosophia (1641).
B. Daftar Pustaka
S. Anggriani (25 Desember 2015). “Tokoh Filsafat Modern Rene Descartes (cogito ergo
sum)”.http://www.academia.edu.
Utomojati, Wisnu. (25 Desember 2015). “Pemikiran Rasional Rene
Descartes”.http://wstarsscream.blogspot.com.
Burhanuddin, Afid (25 Desember 2015). “Rene Descartes; Biografi dan
Pemikiran”.http://afidburhanuddin.wordpress.
Khaeroni, Cahaya. (25 Desember 2015). “Epistemologi Rasionalisme Rene Descartes dan
Relevansi terhadap Pendidikan Islam”. http://cahayakhaeroni.blogspot.com.
Navia Harahap, Muhammad Ali (25 Desember 2015). “Dasar-dasar Penalaran
Logis”,http://pakuanpajajaranbogor.blogspot.com.
Azmi, Khaerul (2014). Filsafat Ilmu Komunikasi. cetakan II. Tangerang: Indigo Media.
Saleh, Nur Amin (25 Desember 2015). “Rene Descartes dan
Pemikirannya”.http://nuraminsaleh.blogspot.com.
Rasyid, Rizani (27 Desember 2015).“Pemikiran Rene Descartes tentang
Rasionalisme”.http://konsultasi-hukum-online.com.
Pengertian Rasionalisme
Rasionalisme adalah salah satu paham filsafat yang muncul pada abad
modern.Driyarkara (2006: 19) menyatakan bahwa istilah rasionalisme berasal dari
kata ratio yang berarti akal budi manusia.Rasionalisme adalah paham yang
mengajarkan bahwa sumber pengetahuan satu-satunya yang benar adalah rasio
atau akal budi. Lebih lanjut, Driyarkara juga menjelaskan bahwa rasionalisme adalah
pendirian dalam cara berpikir yang menjunjung tinggi rasio atau akal sedemikian
rupa. Huijbers (1993: 68) menjelaskan bahwa zaman rasionalisme berlangsung dari
pertengahan abad XVII sampai akhir abad XVIII.Istilah rasionalisme menandakan
semangat zaman itu mengenai pengutamaan akal budi manusia.Hal ini memberikan
dampak bahwa akal menjadi penentu yang mutlak terhadap segala sesuatu.
Rene Descartes dianggap sebagai bapak filsafat modern karena ia adalah orang
pertama pada zaman modern yang membangun filsafat berdasarkan keyakinannya
sendir yang didasari pengetahuan akal. Descartes menyatakan bahwa dasar filsafat
adalah akal, bukan perasaan, bukan iman, dan bukan ayat suci.Ia memnginginkan
filsafat dibebaskan dari dogmasi agama Kristen dan kembali kepada filsafat zaman
Yunani yang berdasarkan akal.
Dengan adanya kedua tipe logika tersebut, maka muncul dua jenis
pernyataan.Pernyataan dari hasil tipe logika yang pertama disebut pernyataan
sintetis.Sedangkan tipe logika yang kedua menghasilkan penyataan analitis.
Ide lain yang disumbangkan oleh Leibniz dalam filsafat disebut sebagai prinsip
alasan yang cukup. Prinsip ini menyebutkan bahwa suatu kasus yang terjadi pasti
memiliki alasan yang cukup untuk membuatnya terjadi.Hal ini kemudian memberikan
penawaran prinsip metode bagi para periset.
Pada pembahasan sub bab terdahulu, telah dikemukakan berbagai macam konsep
pemikiran dari para tokoh rasionalisme. Descrates mengemukakan bahwa logika
atau rasio sangat penting, bahkan dipandang sebagai sesuatu yang tertinggi dalam
menemukan kebenaran. Spinoza juga mengemukakan pendapatnya bahwa
pentingnya kebebasan dalam hal berbicara untuk membentuk suatu ketertiban
umum.Demikian pula halnya dengan Leibniz yang berhasil memformulakan dua
macam pernyataan, yaitu pernyataan sintetis dan analitis.
Semua hal yang diutarakan oleh para filsuf tersebut tentu memberikan dampak
terhadap dunia pendidikan.Ilmu pengetahuan sangat identik dengan penggunaan
rasio atau akal budi manusia dalam mengembangkannya.Sains selalu diidentikan
dengan rasionalitas.Rasio dalam dunia pendidikan sangat erat hubungannya dengan
daya pikir, penalaran, dan akal budi.Jika sesuatu itu dianggap sebagai hal yang tidak
masuk akal, cenderung tidak diartikan sebagai ilmu pengetahuan.
SIMPULAN
Munculnya renaisance adalah awal perkembangan filsafat modern.Salah satu
pemikiran yang timbul setelah renaisance adalah pemikiran
rasionalisme.Rasionalisme memiliki corak khusus, yaitu menekankan terhadap
pentingnya rasio atau nalar atau akal budi sebagai sumber untuk menemukan
kebenaran.Pemikiran ini muncul sebagai bentuk penentangan terhadap dogma
agama, khususnya agama Kristen yang hanya menekankan kebenaran pada iman
terhadap kitab suci.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Saiyad Fareed. 2008. 5 Tantangan Abadi terhadap Agama dan Jawaban Islam terhadapnya.
Bandung: Mizan.
Wiramihardja, Sutardjo A. 2009. Pengantar Filsafat: Sistematika dan Sejarah Filsafat, Logika dan
Filsafat Ilmu (Epistemologi), Metafisika dan Filsafat Manusia, Aksiologi. Bandung: PT Refika
Aditama.