SAP 5
KELOMPOK 1:
UNIVERSITAS UDAYANA
Partai politik, selanjutnya disingkat parpol, adalah produk masyarakat Barat yang dimulai
di Inggeris pada abad ke 17. Parpol dibentuk dalam rangka pikiran Barat bahwa Negara adalah
organisasi kekuasaan untuk menjamin bahwa kehidupan antara Individu yang semua bebas dan
berkuasa tidak mengakibatkan masalah sekuriti pada Individu. Organisasi kekuasaan yang dibagi
dalam kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif dan kekuasaan yudikatif atau Trias Politica,
merupakan perimbangan (checks & balances) antara tiga kekuasaan itu. Untuk menjadikan
kekuasaan legislatif mampu melakukan kontrol yang efektif terhadap dua kekuasaan lainnya,
khususnya terhadap eksekutif, rakyat di Inggeris pada tahun 1678 membentuk partai politik,
yaitu Tory. Parpol ini dalam abad ke 19 berkembang menjadi Partai Konservatif yang seringkali
berkuasa di negaranya hingga masa kini.
Kemudian parpol meluas di seluruh dunia, dan sejak permulaan abad ke 20 menjadi
wahana penting dalam perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Menjadi
pertanyaan bagaimana parpol sebagai produk Barat dapat menjadi organisasi dan wahana efektif
dalam Republik Indonesia dengan Dasar Negara Pancasila. Sesuai dengan Pancasila negara
bukan organisasi kekuasaan, melainkan organisasi kesejahteraan. Tulisan ini berusaha mencari
jawaban terhadap pertanyaan itu untuk kepentingan masa depan kehidupan bangsa Indonesia
yang adil, maju dan sejahtera.
Partai sebagai sarana komunikasi politik. Partai menyalurkan aneka ragam pendapat dan
aspirasi masyarakat. Partai melakukan penggabungan kepentingan masyarakat (interest
aggregation) dan merumuskan kepentingan tersebut dalam bentuk yang teratur (interest
articulation). Rumusan ini dibuat sebagai koreksi terhadap kebijakan penguasa atau usulan
kebijakan yang disampaikan kepada penguasa untuk dijadikan kebijakan umum yang diterapkan
pada masyarakat. Gunanya penulis membahas judul ini ialah untuk untuk mengetahui bagaimana
sejarah perkembangan partai politik di indonesia, agar dapat mengetahui lebih jelasnya, penulis
akan membahasnya pada bab-bab berikutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam masa pemerintahan ini sistem kabinetnya presidensiil (sesuai dengan pasal 17 UUD
1945). Sistem kabinet presidensiil tidak berlangsung lama, karena adanya maklumat pemerintah
14 November 1945 yang isinya agar presiden bertanggung jawab kepada KNIP (yang berfungsi
sebagai badan legislatif) dengan demikian berubah ke sistem kabinet parlementer.
Penerapan sistem kabinet parlementer di masa ini ternyata mengakibatkan stabilitas nasional
tidak mantap. Hal ini dilihat dari silih bergantinya kabinet pada masa itu.
c. Dinamika Politik Indonesia Pada Masa UUDS Th. 1950 (tanggal 17 Agustus 1950-5 Juli
1950) dengan ciri-ciri :
- Bentuk negara kesatuan
- Sistem kabinet parlementer
Dalam menjalankan tugas badan konstituante tidak pernah membuahkan hasil, padahal kondisi
negara dalam keadaan yang memprihatinkan. Melihat kondisi ini presiden Soekarno punya usul
kembali ke UUD 1945. Usul ini mendapat dua tanggapan kelompok I mau kembali ke UUD
1945, tetapi Pancasilanya seperti dalam piagam Jakarta, yang sila I : Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Kelompok II, setuju kembali ke
UUD 1945 sepenuhnya. Akhirnya diadakan pemungutan suara, dengan kuorum rapat 2/3 dari
anggota hadir yang memenuhi kuorum. Putusan ini tidak pernah tercapai dan pada akhirnya
kuorum rapatpun tidak tercapai. Bahkan sebagian anggota menyatakan tidak akan datang dalam
sidang yang akan datang. Berdasarkan keadaan darurat luar biasa ini demi persatuan, kesatuan
dan stabilitas nasional presiden Soekarno mengeluarkan “Dekrit Presiden 5Juli 1959” yang
isinya:
1. Pembubaran Badan Konstituante
2. Berlaku kembali UUD 1945 dan tidak memberlakukan UUDS
3. Pembentukan MPR dan DPAS
Dengan dengan ciri-ciri : konstitusi yang dipakai adalah UUD 1945, Bentuk negara Kesatuan,
Sistem pemerintahan Kabinet Presidensiil
Pemerintahan orde baru adalah pemerintahan yang menegakkan negara Kesatuan RI berdasrkan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Orde Baru lahir sejak dikeluarkan
SUPER SEMAR, dari presiden Soekarno kepada Letjen. Soeharto untuk mengambil tindakan
yang dianggap perlu demi keamanan, keselamatan rakyat, bangsa dan negara Kesatuan RI.
Dimulai pada pertengahan 1998, tepatnya saat Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21
Mei 1998 dan digantikan wakil presiden BJ Habibie.
a. Habibie
Masa pemerintahan Habibie ditandai dengan dimulainya kerjasama dengan Dana Moneter
Internasional untuk membantu dalam proses pemulihan ekonomi. Selain itu, Habibie juga
melonggarkan pengawasan terhadap media massa dan kebebasan berekspresi.
Kejadian penting dalam masa pemerintahan Habibie adalah keputusannya untuk mengizinkan
Timor Timur untuk mengadakan referendum yang berakhir dengan berpisahnya wilayah tersebut
dari Indonesia pada Oktober 1999.
Keputusan tersebut terbukti tidak populer di mata masyarakat sehingga hingga kini pun masa
pemerintahan Habibie sering dianggap sebagai salah satu masa kelam dalam sejarah Indonesia.
b.Abdurrahman Wahid
Pada pemilu yang diselenggarakan pada 1999 (lihat: Pemilu 1999), partai PDI-P pimpinan
Megawati Soekarnoputri berhasil meraih suara terbanyak (sekitar 35%). Tetapi karena jabatan
presiden masih dipilih oleh MPR saat itu, Megawati tidak secara langsung menjadi presiden.
Abdurrahman Wahid, pemimpin PKB, partai dengan suara terbanyak kedua saat itu, terpilih
kemudian sebagai presiden Indonesia ke-4. Megawati sendiri dipilih Gus Dur sebagai wakil
presiden.
Masa pemerintahan Abdurrahman Wahid diwarnai dengan gerakan-gerakan separatisme yang
makin berkembang di Aceh, Maluku dan Papua. Selain itu, banyak kebijakan Abdurrahman
Wahid yang ditentang oleh MPR/DPR.
Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran berkumpul di Gedung MPR dan meminta Gus Dur
untuk mengundurkan diri dengan tuduhan korupsi. Di bawah tekanan yang besar, Abdurrahman
Wahid lalu mengumumkan pemindahan kekuasaan kepada wakil presiden Megawati
Soekarnoputri.
Melalui Sidang Istimewa MPR pada 23 Juli 2001, Megawati secara resmi diumumkan menjadi
Presiden Indonesia ke-5.
c.Megawati Soekarnoputri
Megawati dilantik di tengah harapan akan membawa perubahan kepada Indonesia karena
merupakan putri presiden pertama Indonesia, Soekarno.
Meski ekonomi Indonesia mengalami banyak perbaikan, seperti nilai mata tukar rupiah yang
lebih stabil, namun Indonesia pada masa pemerintahannya tetap tidak menunjukkan perubahan
yang berarti dalam bidang-bidang lain.
Popularitas Megawati yang awalnya tinggi di mata masyarakat Indonesia, menurun seiring
dengan waktu. Hal ini ditambah dengan sikapnya yang jarang berkomunikasi dengan masyarakat
sehingga mungkin membuatnya dianggap sebagai pemimpin yang ‘dingin’.
Megawati menyatakan pemerintahannya berhasil dalam memulihkan ekonomi Indonesia, dan
pada 2004, maju ke Pemilu 2004 dengan harapan untuk mempertahankan kekuasaannya sebagai
presiden.
Dengan data suara diatas yang berhak untuk maju pemilu putaran ke dua yaitu
1. Suara mayoritas 1 pasangan Susilo Bambang Yudhoyono – Muhammad Yusuf Kalla, dengan
prosentase perolehan 33,574%
2. Suara mayoritas 2 pasangan Megawati Soekarno Putri – Hasyim Musadi, dengan prosentase
perolehan 26,605%
Pemilu putaran kedua dilaksanakan pada tanggal 20 September 2004, yang dimenangkan oleh
pasangan Susilo Bambang Yudhoyono – Muh. Yusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden
RI periode 2004 – 2009
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum kita dapat mendefinisikan bahwa parai politik adalah suatu kelompok yang
teroganisir yang anggota-anggotanya memppunyai sebuah orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita
yang sama. Tujuan kelompok ini adalah memperoleh sebuah kekuasaan politik dan merebut
kedudukan politik yang biasanya di raih lewat konstitusional untuk melakukan kebijakan-
kebijakan dalam mencapai tujuan mereka.
Perlu diterangkan bahwa partai politik sangat berbeda dengan gerakan (movement) dan berbeda
juga dengan kelompok penekan (pressur group) atau istilah yang lebih banyak digunakan pada
dewasa ini yang memang memperjuangkan suatu kepentingan kelompok, atau memang ingin
melakukan perubahan terhadap paradigma masyarakat kearah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amal, Ichlasul. “Teori-Teori Mutakhir Partai Politik”, PT Tiara Wacana, Yogyakarta, 1996
Budiarjo,Mariam .“Partisipasi dan Partai Politik”.Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,1998.
“Dasar-Dasar Ilmu Politk”. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008.
Surbakti, Ramlan. “Memahami Ilmu Poltik”. Grasindo, Jakarta, 1992.