Anda di halaman 1dari 14

1

TUGAS MAKALAH MANAJEMEN PRODUKSI BENIH

MANAJEMEN BUDIDAYA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

OLEH :
RAHMI AULIA
1804111962
BUDIDAYA PERAIRAN

BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta

karunia-Nya sehingga saya selaku penulis dapat menyelesaikan Makalah ini tepat

pada waktunya. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang

diberikan oleh dosen Mata Kuliah Manajemen Produksi Benih dan menjadi salah

satu pertimbangan dalam pemberian nilai.

Saya menyadari bahwa terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari

bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, rasa hormat dan terima kasih saya

sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

makalah ini. Dan juga dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan makalah ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, Mei 2020

Penulis
3

DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3. Tujuan........................................................................................... 4

II. PEMBAHASAN
2.1. Berorientasi Pada Tindakan......................................................... 5
2.2. Pengambilan Resiko .................................................................... 6
2.3. Kepemimpinan............................................................................. 7
2.4. Etika Bisnis................................................................................... 8
2.5. Faktor “X”.................................................................................... 8

III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan.................................................................................. 10
3.2. Saran............................................................................................ 11
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saat ini permintaan akan ikan air tawar naik cukup tinggi untuk kebutuhan

domestik & luar negeri. Untuk kebutuhan domestik saja sudah kewalahan, hal ini

di karenakan hasil ikan laut tidak bisa dipastikan hasilnya karena pengaruh dari

cuaca dan kondisi laut sekarang yang sudah tercemar sehingga untuk mencari ikan

laut agak susah, sedangkan permintaan akan ikan terus meningkat. Salah satu

alternatif untuk memenuhi pasar adalah budidaya ikan air tawar, diantaranya

budidaya ikan nila. Dimana ikan nila memiliki rasa daging yang khas dengan

kandungan omega dan gizi yang cukup tinggi, sehingga dijadikan sebagai sumber

protein yang mudah didapat, serta memiliki harga jual yang terjangkau oleh

masyarakat.

Budidaya ikan pada sistem KJA merupakan salah satu cara budidaya ikan

menggunakan jaring dan rakit sedemikian rupa sehingga dapat mengapung di

permukaan air. Budidaya perikanan di Indonesia merupakan salah satu komponen

yang penting di sector perikanan. Hal ini berkaitan dengan perannya dalam

menunjang persdiaaan pangan nasional, penciptaan lapangan kerja serta

mendatangkan penerimaan Negara dari ekspor. Budidaya perikanan juga berperan

dalam mengurangi beban sumberdaya laut. Di samping itu budidaya itu budidaya

di anggap sebagai sector penting untuk mendukung perkembangan ekonomi

pedesaan (Siregar et all., 2014).

Ikan nila dapat dipelihara di berbagai lahan, seperti di kolam tetapi juga

dipelihara di Karamba Jaring Apung (KJA) yang berada di perairan umum seperti
2

waduk, dan danau. Seperti halnya ikan nila memiliki batasan toleransi yang

cukup tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan perairan. Ikan nila yang masih

berukuran kecil pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan lingkungan,

dibandingkan dengan ikan nila yang berukuran besar.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang ada, maka rumusan masalah pokok

yang dibahas adalah :

1. Bagaimana cara manajemen budidaya serta kualitas air ikan nila pada sistem

karamba jaring apung (KJA)?

2. Apa saja syarat-syarat penentuan lokasi dan tipe karamba yang digunakan?

3. Bagaimana cara manajemen pemberian pakan (tipe pakan) serta

menanggulangi penyakit ikan nila pada sistem karamba jaring apung (KJA)?

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat yang akan dicapai dalam makalah ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui cara manajemen budidaya serta kualitas air ikan nila pada

sistem karamba jaring apung (KJA).

2. Untuk mengetahui Apa saja syarat-syarat penentuan lokasi dan tipe karamba

yang digunakan.

3. Untuk mengetahui manajemen pemberian pakan (tipe pakan) serta

menanggulangi penyakit ikan nila pada sistem karamba jaring apung (KJA).
3

II. PEMBAHASAN

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Klasifikasi lengkap yang kini dianut oleh ilmuwan adalah telah dirumuskan

oleh Trewavas (1980) dalamSuyangto (2010) sebagai berikut:

Filum : Chordata
Sub-filum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas : Acantoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub-Ordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Jenis : Oreochromis niloticus

Bentuk badan nila pipih ke samping memanjang. Sedangkan warna tubuh nila

umumnya putih kehitaman dan merah, sehingga dikenal sebagai nila hitam dan

nila merah. Tubuh nila hitam berwarna kehitaman, makin keperut makin terang.

Mempunyai garis vertikal 9-11 buah berwarna hijau kebiruan. Pada sirip ekor

terdapat 6-12 garis melintang yang ujungnya berwarna kemerah-merahan,

sedangkan punggungnya terdapat garis-garis miring. Sedangkan nila merah

mempunyai warna tubuh merah, termasuk sirip-siripnya, atau merah pada bagian

punggung dan putih kemerahan pada bagian perut (Kordi, 2013).


4

2.2. Habitat dan Penyebaran

Ikan nila berasal dari sungai Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan

nila sudah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan

subtropis. Di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik. Ikan

nila dikenal sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada kisaran

salinitas yang lebar). Keadaan ph air antara 5-11 dapat ditoleransi oleh ikan nila,

tetapi ph optimal untuk perkembangbiakan dan pertumbuhan ikan ini adalah 7-8.

Ikan nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk saluran air yang dangkal,

kolam, sungai dan danau.

Ikan nila dapat menjadi masalah sebagai spesies invasif pada habitat perairan

hangat, tetapi sebaliknya pada daerah beriklim sedang karena ketidakmampuan

ikan nila untuk bertahan hidup diperairan dingin, yang umumnya bersuhu

dibawah 21o C. Ikan nila mempunyai kemampuan tumbuh secara normal pada

kisaran suhu 14-38oc dengan suhu optimum bagi pertumbuhan dan

perkembangannya yaitu 25-30o C. Pada suhu 14o C atau pada suhu tinggi 38o C

pertumbuhan ikan nila akan terganggu. Ikan nila jantan memiliki toleransi lebih

tinggi terhadap salinitas (air asin) dari pada nila betina. ikan nila berukuran kecil

relatif lebih cepat menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas daripada ikan

nila yang berukuran besar.

2.3. Syarat Penentuan Lokasi dan Keramba

Menurut Junaedi dan Affan (2012), faktor yang mempengaruhi budidaya

menjadi dua yaitu faktor lingkungan meliputi kedalaman, kecerahan, kecepatan

arus dan faktor kualitas perairan (suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, fosfat,
5

nitrat, nitrit, amoniak dan silikat). Pengelompokan ini didasarkan atas pengaruh

paramete,parameter dari faktor lingkungan akan mempengaruhi daya tahan hidup

ikan laut sementara faktor kualitas akan mempengaruhi pertumbuhan,

perkembangan dan daya tahan hidup ikan. Berikut syarat pembatas kehidupan dan

perkembangan komoditas budidaya dan nilai parameter kesesuaiannya

Gambar 1.Tabel kesesuaian parameter perairanuntuk budidaya karamba

Menurut Junaedi dan Affan (2012), penentuan tingkat kesesuaian


budidaya untuk masing-masing parameter didasarkan dari pengaruh parameter
terhadap komoditas budidaya. Sistem skor 1 sampai 4 digunakan dalam
penelitian ini dengan rincian tingkat kesesuaian sebagai berikut :

1. Tidak layak / tidak sesuai : dapat dimanfaatkan untuk budidaya, namun


membutuhkan biaya, tenaga dan waktu yang cukup besar
2. Cukup layak / sesuai bersyarat : dapat dimanfaatkan untuk budidaya,
namun membutuhkan biaya, tenaga dan waktu yang cukup besar
3. Layak / sesuai : dapat dimanfaatkan untuk budidaya, dengan sedikit
membutuhkan biaya, tenaga dan waktu
4. Sangat layak / sangat sesuai : sesuai dimanfaatkan untuk budidaya ikan
laut dalam KJA.
Penilaian dengan sistem matrik kesesuaian menurut Kangkan (2006),
ialah sebagai berikut:
6

Gambar 2. Tabel Sistem Penilaian Kesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya

Keterangan :

1. Angka Penilaian berdasarkan petunjuk DKP (2002) yaitu


7

5 : Baik

3 : Sedang

1. : Kurang

2. Bobot berdasarkan pertimbangan pengaruh variabel dominan.

Hasil evaluasi dari sistem penilaian kesesuaian lokasi bagi budidaya


diperlihatkan pada tabel berikut :

Gambar 3. Evaluasi Penilaian Kesesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya

2.4. Tipe Keramba yang Digunakan

Menurut Amri dan Khairuman (2008), karamba untuk pemeliharaan ikan nila

sama dengan karamba yang dimanfaatkan untuk pembudidayaan jenis ikan

lainnya. Bahan yang digunakan umumnya terbuat dari bambu atau kayu dengan

ukuran 3 x 2 x1 m atau menyesuaikan dengan kondisi dan situasi. Karamba biasa

ditempatkan di sungai, kali, danau, dan waduk. Pemilihan lokasi berdasarkan pada

penempatan karamba, yakni karamba yang diletakkan di permukaan air; karamba

di bawah permukaan air; dan karamba yang diletakkan di dasar perairan.

a. Keramba di Permukaan Air


8

Karamba ini ditempatkan di permukaan air yang duapertiga bagian terendam

di dalam air dan sepertiga bagian di atas permukaan air, terutama digunakan di

danau atau waduk yang airnya dalam dan arusnya tenang. Karamba umumnya

terbuat dari bamboo atau kayu. Agar posisinya tetap stabil, karamba diikatkan di

pohon atau dibuatkan tambatan.

b. Keramba di Bawah Permukaan Air

Karamba dibawah oermukaan air lebih cocok digunakan di perairan yang

agak dalam dengan posisi bagian atas berada 20 cm dibawah permukaan air.

Untuk mempeertahankan posisi tersebut, karamba diberi pemberat dari batu, besi,

atau bahan lainnya. Agar karamba tidak hanyut, sebaiknya karamba diikat di

pohon atau tambatan.

c. Keramba di Dasar Perairan

Karamba ini umumnya digunakan di perairan yang sempit dan tidak terlalu

dalam. Perairan yang cocok adalah sungai-sungai kecil dengan lebar sekitar 2 m.

Dasar perairan sebaiknya agak keras sehingga bias sekaligus digunakan sebagai

alas karamba. Karamba biasanya dibenamkan sedalam 20 cm di dasar perairan.

Menurut Saparinto (2010), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

usaha budi daya ikan dengan karamba, yaitu sebagai berikut:

- Karamba yang diletakkan pada badan perairan, terutama di sungai dapat

menghambat arus sungai, jebaakn sedimentasi, dan tempat tersangkutnya

sampah yang hanyut di sungai apabila tidak diatur dengan baik.

- Apabila perairan tercemar dengan bahan-bahan yang berbahaya,, akan dapat

langsung mengenai ikan budi daya, tanpa dapat dicegah atau diminimalisir.
9

Gambar 4. Gambar Keramba di tambak. Umumnya diterapkan di daerah pesisir

Gambar 5. Gambar karamba di sungai. Salah satu budidaya ikan yang banyak
diterapkan

2.5. Faktor “X”

1. “X” besar ada di tangan orang dewasa, yaitu orang-orang yang sudah

memiliki kepercayaan pasar. Sedangkan “X” kecil ada pada diri kita

masing-masing. Bentuk “X” pun macam-macam. Ia dapat berasal dari diri

Anda sendiri, orang lain, lembaga lain, dan sebagainya. Darimanapun

sumbernya, ia bisa tumbuh menjadi besar dan sebaliknya. “X” yang berasal

dari diri sendiri adalah bakat (talenta), kerja keras, kejujuran, kecerdasan,

keterampilan, penampilan fisik Anda, kualitas suara, pendidikan.

2. Karasteristik faktor X

 Merupakan penentu keberhasilan


10

 Merekat pada diri manusia

 Tidak diperoleh dalam waktu sekejab

 Namun ia dapat tumbuh dan berkembang menjadi “X” besar

 Dapat berasal dari diri sendiri, namun juga dapat berasal dari luar diri

 Sekali tumbuh ia dapat dipakai untuk usaha lainnya

III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Seorang pengusaha harus memiliki orientasi PDCA (plan, do, check, and
action). Hal ini berarti dia tidak hanya sekedar merencanakan berbagai strategi
dan taktik, tetapi juga melaksanakannya. Secara spesifik, seorang pengusaha harus
menghindari NATO (no action talk only), NADO (no action dream only) dan
NACO (no action concept only). NATO hanya akan menghasilkan gosip, NADO
hanya menghasilkan visi tanpa tindakan, dan NACO hanya menghasilkan teori
dan falsafah.
Resiko merupakan informasi, kejadian, kerugian atau pekerjaan yang terjadi
sebagai akibat dari keputusan yang di ambil dalam kehidupan sehari-hari. Resiko
dapat besifat pasti maupun tidak pasti yang bisa di kalkulasi secara kuantitatif.
Kunci untuk mengetahui seberapa besar resiko yang akan Anda hadapi adalah
seberepa anda mandapatkan informasi.
11

Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan


kekuatan moral yang kreatif yang mampu mempengaruhi para anggota untuk
mengubah sikap, sehingga mereka menjadi konform dengan keinginan pemimpin.

Etika adalah suatu pedoman untuk mendapatkan hidup yang bernilai atau
bermartabat. Etika memberikan petunjuk tindakan-tindakan apa yang benar dan
apa yang salah.

Faktor “X” merupakan bakat terpendam dalam diri seseorang. Masing-masing


manusia memiliki faktor “X” yang berbeda dalam faktor ukuran. Terkadang ada
manusia atau orang yang memiliki faktor “X” yang kecil, terkadang ada pula
manusia atau orang yang memiliki faktor “X” yang cukup besar. Besar kecilnya
ukuran faktor “X” ini ditentukan oleh seberapa jauh seseorang menggali dan
mengembangkan faktor “X” tersebut.

3.2. Saran
Sebelum kita ingin menjadi pengusaha yang sukses kita harus tau dulu faktor
”X” yang ada didalam diri kita, setelah itu kita juga harus berorientasi pada
tindakan, kita juga harus berani menambil resiko dalam berbisnis. Dalam dunia
bisnis juga di butuhkan etika dan jiwa kepemimpina buka jiwa bos.

Anda mungkin juga menyukai