Dosen :
Disusun Oleh :
Rangga Amrullah
230210190036
Universitas Padjadjaran
Ilmu Kelautan
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan izin dan ridhonya yang
telah memberikan berbagai inspirasi dan imajinasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat waktu.
Makalah “Pengaruh IUU Fishing terhadap Poros Maritim Indonesia” ini adalah
rangkaian tugas yang harus diselesaikan dalam memenuhi mata kuliah umum Bahasa
Indonesia, Universitas Padjadjaran.
Melalui makalah ini, penulis berusaha memberikan pembahasan tentang segala sesuatu
mengenai IUU Fishing yang mencakup definisi, penyebab, dan dampak yang ada dalam
berbagai bidang akibat IUU Fishing.
Dalam penulisan makalah ini, tentu ada kesalahan yang terjadi baik kesalahan penulis
atau kesalahan sistematika metode penulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
sangat diperlukan dalam rangka penyempurnaan makalah ini.
ii
Rangga Amrullah
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
ABSTRAK...........................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1. Latar Belakang...........................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah......................................................................................................................2
3. Tujuan Penelitian.......................................................................................................................3
4. Manfaat Penelitian.....................................................................................................................3
5. Metode Penelitian......................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................4
I. Pengertian Illegal Fishing..........................................................................................................4
Menurut Undang-undang (UU)..............................................................................................4
Menurut Literaur....................................................................................................................4
Menurut Istilah Populer.........................................................................................................4
II. Penyebab Terjadinya Illegal Fishing..........................................................................................5
Faktor Ekonomi.....................................................................................................................5
Faktor Pengetahuan...............................................................................................................5
Faktor Pendidikan..................................................................................................................6
III. Dampak akibat illegal fishing................................................................................................6
Dampak ekonomi...................................................................................................................6
Dampak politik......................................................................................................................7
Dampak sosial........................................................................................................................7
Dampak ekologis...................................................................................................................7
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................9
1) Kesimpulan................................................................................................................................9
2) Saran..........................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10
iv
ABSTRAK
v
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mana dua pertiga wilayahnya adalah
perairan laut. Secara geografis hampir 70 persen wilayah Indonesia merupakan perairan
yang sangat berpotensi menyimpan kekayaan laut yang luar biasa, mulai dari potensi
perikanan, industri kelautan, transportasi, hingga wisata bahari. Luas lautan Indonesia
yang mencapai 5,8 juta kilometer persegi, dengan panjang garis pantai Indonesia yang
mencapai 95.181 km dan luas perairan 5,8 juta km persegi serta telah diakuai dunia
memiliki 17.500 pulau, tidak dimanfaatkan secara optimal, begitu juga lautan dangkal
yang luasnya 24 juta hektar dan teluk yang luasnya 4,1 juta hektar masih disia-siakan.
Selain itu, dalam konsideran UU No 32/2014 tentang Kelautan menyebutkan bahwa
pengelolaannya harus sesuai dengan kepentingan pembangunan nasional penduduk dari
negara yang bersangkutan. Pengelolaan kelautan Indonesia harus merefleksikan dari
deklarasi kedaulatan bangsa yang harus dijaga keberlangsungan dan sustainabilitasnya,
serta tidak boleh dieksploitasi sekedar untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi yang
dikuasai oleh pihak-pihak tertentu. Sebagaimana diketahui laut merupakan ruang perairan
di muka bumi yang menghubungkan daratan dengan daratan dan bentuk-bentuk alamiah
lainnya, yang merupakan kesatuan geografis dan ekologis beserta segenap unsur terkait,
dan sistemnya ditentukan oleh peraturan perundang- undangan dan hukum internasional
yang bertujuan untuk menjadikannya gatra dinamis ekonomis yang memerlukan
pengusahaan, sehingga kekayaan laut tersebut berubah menjadi sumber daya alam, dan
selanjutnya dari sumber daya alam yang diusahakan menjadi salah satu modal
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta sebagai pembangunan bangsa untuk
mewujudkan cita-cita nasional.4 Untuk itu dalam konstitusi Indonesia Pasal 33 UUD
1945 Ayat (3) berbunyi: ‘Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat’.
Prinsip dikuasai negara atau kedaulatan negara atas laut sebagaimana ditetapkan dalam
UUD 1945 kemudian dijabarkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang
kelautan dan perikanan.(Jaelani & Basuki, 2014)
1
darat) masih memerlukan perhatian yang besar, termasuk penegakan hukum dan
pengamanan di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Peningkatan kemampuan
penegakan hukum dan pengamanan ini mencakup suatu kerja sama yang erat antara
kegiatan-kegiatan di darat, laut, dan udara. Usaha-usaha meningkatkan monitoring,
kontrol, surveillance, serta kegiatan-kegiatan penyelidikan dan proses pengadilan harus
ditata dengan sebaik-baiknya.
Upaya penegakan memerangi pencurian ikan di Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia, selama ini Kementerian
Kelautan dan Perikanan, instansi penegak hukum, dan Pemerintah Daerah berjalan
sendiri-sendiri. Tidak ada gerakan serentak dan serius untuk memeranginya.Bahkan ada
instansi tertentu yang ikut bertugas sebagai pengawas dan penyidik terhadap pencurian
ikan sengaja membiarkan praktek ini karena menikmati setoran dari pelaku pencurian
ikan.
Upaya penegakan hukum terhadap tindak pidana pencurian ikan di Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia sangat terkait
dengan peraturan hukum dan institusi penegak hukum, kalau yang pertama menyangkut
peraturan perundang-undangannya, sedangkan yang kedua menyangkut institusi
penggeraknya, seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, TNI-AL, Kepolisian RI,
Pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan. Penegak hukum merupakan bagian tak
terpisahkan dari pembangunan hukum, sedangkan pembangunan hukum itu sendiri adalah
komponen integral dari pembangunan nasional.Salah satu penyebab utama pencurian ikan
di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik
Indonesia ialah lemahnya pengawasan akibat rendahnya integritas moral serta kurangnya
sarana dan prasarana yang memadai.Keadaan yang kurang menggembirakan ini
menyebabkan suburnya pencurian ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia Wilayah
Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia, namun kelemahan sistem tersebut tidak dapat
berdiri sendiri.Ia adalah produk dari integritas moral, karena yang dapat berfikir perlunya
diperbaiki sistem ialah yang bermoral. Orang yang tidak bermoral atau bermoral rendah
meskipun tidak mungkin terdorong untuk memperbaiki sistem karena kelemahan sistem
itu sendiri diperlukannya untuk melakukan penyelewengan.Pola perbuatan ini sudah
menjadi salah satu gejala umum yang sulit diberantas, karena terbatasnya akses ke laut
untuk melihat perilaku aparat pengawas perikanan.
2
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut :
Bagaimana upaya untuk mencegah dan memberantas IUU fishing dalam
membangun poros maritim Indonesia?
Bagaimana upaya pemerintah untuk mencegah terjadinya pengambil alihan pulau
yang dilakukan suatu oknum atau negara lain?
Bagaimana cara mengembangkan ekonomi maritim yang ada di Indonesia?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penyusunan makalah mengenai IUU fishing ini adalah :
Mengetahui cara menangani IUU fishing yang sering terjadi di Indonesia.
Mengetahui cara untuk mencegah pengambil alihan yang dilakukan oleh oknum
atau negara lain.
Mengetahui cara memanfaatkan sumber daya alam laut untuk mengembangkan
ekonomi maritim.
4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah :
Manfaat Bagi Peneliti
o Mendapat jawaban dalam permasalahan diatas terkait dengan poros
maritim Indonesia.
Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
o Mendapat informasi seputar permasalahan ekonomi laut dan poros maritim
Indonesia.
Manfaat Bagi Masyarakat
o Mengetahui hukum undang-undang yang sudah ditetapkan pemerintah
5. Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam pembuatan makalah ini adalah pendekatan
kualitatif, karena sumber dalam penyusunan tulisan berupa artikel dan jurnal dari
sumber yang terpercaya.
3
BAB II PEMBAHASAN
Menurut Literaur
Sedangkan menurut Qodir dan Udiyo Basuki ( 2014), Illegal fishing secara
sederhana berarti bahwa penangkpaan ikan dilakukan dengan melanggar aturan-aturan
yang telah ada, atau kegiatan penangkapan ikan dapat dikatakan illegal jika terdapat
aturan-aturan tetapi ternyata dalam pelaksanaannya aturan-aturan tersebut tidak efektif
ditegakkan di lapangan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan ilegal fishing
merupakan kegiatan yang menyalahi aturan baik UUD maupun hukum adat.
(Makalah_Illegal_Fishing, n.d.)
4
Illegal fishing berasal dari kata illegal yang berarti tidak sah atau tidak resmi. Fishing
merupakan kata benda yang berarti perikanan. Sehingga illegal fishing merupakan
tindakan mengambil, merogoh, mengail, memancing secara tidak sah.(Pratiwi, 2016)
Faktor Pengetahuan
Selain faktor ekonomi, maka factor rendahnya pengetahuan nelayan juga
mendorong terjadinya illegal fishing. Nelayan cenderung tidak mengetahui larangan
illegal fishing terutama penggunaan bahan peledak. Nelayan kurang mengetahui
dampak penggunaan bahan peledak yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan
laut. Berdasarkan wawancara dengan Kanit Patroli AKBP Takbir (wawancara tanggal
25 September 2013) bahwa Nampak ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya
illegal fishing yakni salah satunya adalah rendahnya pengetahuan masyarakat tentang
larangan penggunaan bahan peledak dan dampak yang ditimbulkan dari penggunaan
5
bahan peledak terhadap kehidupan biota laut. Hal ini menyebabkan banyak
masyarakat yang terjerumus menggunakan bahan peledak untuk meningkatkan hasil
tangkapannya.
Kurangnya penyuluhan dan peningkatan pengetahuan masyarakat nelayan
menyebabkan banyak di antara masyarakat nelayan tidak mengetahui bahaya yang
dapat ditimbulkan dari penggunaan bahan peledak termasuk dampak yang lebih jauh
terhadap lingkungan laut. Apabila persoalan ini tidak ditangani secara seriusmaka hal
ini dapat menimbulkan kerugian yang jauh lebih besar bagi generasi yang akan
datang, diantaranya matinya flora dan fauna laut bersama habitatnya.
Faktor Pendidikan
Faktor lain adalah pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang dapat
mempengaruhi tindakan mereka untuk melakukan suatu tindak kejahatan. Seseorang
yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, dalam bertindak dan berperilaku
cenderung berpikir dengan menggunakan kerangka pikir yang baik dan sistematis
sehingga segala perbuatannya cenderung dapat dipertanggungjawabkan, lain halnya
dengan orang yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah dalam melakukan
tindakan terkadang berpikiran sempit.
6
setiap tahun diperkirakan Indonesia mengalami kerugian akibat ILEGAL Fishing
sebesar Rp. 101.040 trilliun/tahun. Kerugian ekonomi lainnya, adalah hilangnya nilai
ekonomis dari ikan yang dicuri, pungutan hasil perikanan (PHP) akan hilang, dan
subsidi BBM dinikmati oleh kapal perikanan yang tidak berhak. Selain itu Unit
Pengelolaan Ikan (UPI) kekurangan pasokan bahan baku, sehingga melemahkan
upaya pemerintah untuk mendorong peningkatan daya saing produkperikanan.
Dampak politik
Salah satu pemicu konflik atau ketegangan hubungan diplomatik diantara
negara-negara adalah permasalahan ILEGAL Fishing. Terutama mengganggu
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), menimbulkan citra negatif,
karena beberapa negara menganggap kita tidak mampu mengelola sumberdaya
kelautan dengan baik. Apalagi menyangkut hubungan bilateral antar negara yang
berdekatan / bertetangga, yang dilakukan oleh kapal nelayan tradisional (traditional
fishing right), atau kapal-kapal pukat( trawlers) yang dimiliki oleh setiap negara. Pada
beberapa kasus tradisional fishing right, yang sering terjadi adalah di perbatasan
Indonesia – Malaysia dan Indonesia – Australia. Sebagai upaya untuk memperkecil
ketegangan diantara kedua negara, diperlukan telaah ulang terhadap perjanjian
bilateral terkait dengan hal tersebut.
Dampak sosial
Kegiatan ILEGAL Fishing di Perairan Indonesia, menjadi perhatian dan
komitmen Pemerintah untuk mengatasinya. Bagi Indonesia dan negara-negara di
kawasan Asia Tenggara, sector perikanan dan kehutanan menjadi sumber utama bagi
ketahanan pangan di Kawasan tersebut Eksploitasi secara besar-besaran dan drastis
sebagai upaya utama perbaikan ekonomi Negara dan kesejahteraan penduduk menjadi
alasan dan penyebab utama berkurangnya secara drastis sumberdaya perikanan.
Dampak social muncul dengan rawannya terjadi konflik / sengketa diantara para
nelayan tradisional antar Negara dan pemilik kapal pukat / trawl.
7
Dampak ekologis
Dampak yang muncul adalah kejahatan pencurian ikan yang berakibat pada
rusaknya sumberdaya kelautan dan perikanan. Alat tangkap yang digunakan dalam
bentuk bahan beracun yang akan merusak terumbu karang (alat tangkapikan yang
tidak ramah lingkungan), sebagai tempat berpijahnya ikan, akan berakibat makin
sedikitnya populasi ikan dalam suatu perairan tertentu, atau menangkap menggunakan
alat tangkap ikan skala besar (seperti trawl dan Pukat harimau) yang tidak
sesuaidengan ketentuan dan keadaan laut Indonesia secara semena-mena dan
eksploitatif, sehingga menipisnya sumberdaya ikan , hal ini akan mengganggu
keberlanjutan perikanan.
8
BAB III PENUTUP
1) Kesimpulan
Illegal fishing dalam peraturan yang ada merupakan “kejahatan”
maupun “pelanggaran” sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan Undang- Undang Nomor 45
Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
2004. Atas dasar inilah, dan demi asas kepentingan umum, pemerintah
harus meletakkan dasar hukum yang kuat dalam penindakan korporasi
yang terlibat dalam illegal fishing. Hal yang perlu dilakukan oleh
pemerintah adalah mengkaji kembali peraturan perundangan-undangan
yang berlaku, dengan memasukkan substansi hukum Sistem Pertanggung
jawaban Pidana yang memungkinkan menuntut korporasi dan meminta
pertanggung jawaban menurut hukum pidana.
2) Saran
Saran saya dalam hal ini adalah pemerintah harus membuat sebuah
formulasi hukum yang bisa menundukkan korporasi sebagai tersangka,
terdakwa, dan menjatuhkan sanksi pidana.
9
DAFTAR PUSTAKA
Jaelani, A., & Basuki, U. (2014). Illegal Unreported and Unregulated (IUU) Fishing:
Upaya Mencegah dan Memberantas Illegal Fishing dalamJaelani, A., & Basuki, U.
(2014). Illegal Unreported and Unregulated (IUU) Fishing: Upaya Mencegah dan
Memberantas Illegal Fishing dalam Membangun Poros. Supremasi Hukum, 3(Illegal
Unreported and Unregulated (IUU) Fishing: Upaya Mencegah dan Memberantas
Illegal Fishing dalam Membangun Poros Maritim Indonesi), 1–26. Retrieved from
http://www.aifis-
digilib.org/uploads/1/3/4/6/13465004/11_aqj_illegal_unreported_and_unregulated.p
df
Makalah_Illegal_Fishing. (n.d.).
10