Anda di halaman 1dari 15

Pengaruh IUU Fishing terhadap Poros Maritim Indonesia

Dosen :

Dr. Soni Akhmad Nulhakim, S. Sos., M.Si

Disusun Oleh :

Rangga Amrullah

230210190036

Universitas Padjadjaran

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Ilmu Kelautan

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan izin dan ridhonya yang
telah memberikan berbagai inspirasi dan imajinasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat waktu.

Makalah “Pengaruh IUU Fishing terhadap Poros Maritim Indonesia” ini adalah
rangkaian tugas yang harus diselesaikan dalam memenuhi mata kuliah umum Bahasa
Indonesia, Universitas Padjadjaran.

Melalui makalah ini, penulis berusaha memberikan pembahasan tentang segala sesuatu
mengenai IUU Fishing yang mencakup definisi, penyebab, dan dampak yang ada dalam
berbagai bidang akibat IUU Fishing.

Dalam penulisan makalah ini, tentu ada kesalahan yang terjadi baik kesalahan penulis
atau kesalahan sistematika metode penulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
sangat diperlukan dalam rangka penyempurnaan makalah ini.

Jatinangor, 3 Oktober 2019

ii
Rangga Amrullah

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
ABSTRAK...........................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1. Latar Belakang...........................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah......................................................................................................................2
3. Tujuan Penelitian.......................................................................................................................3
4. Manfaat Penelitian.....................................................................................................................3
5. Metode Penelitian......................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................4
I. Pengertian Illegal Fishing..........................................................................................................4
 Menurut Undang-undang (UU)..............................................................................................4
 Menurut Literaur....................................................................................................................4
 Menurut Istilah Populer.........................................................................................................4
II. Penyebab Terjadinya Illegal Fishing..........................................................................................5
 Faktor Ekonomi.....................................................................................................................5
 Faktor Pengetahuan...............................................................................................................5
 Faktor Pendidikan..................................................................................................................6
III. Dampak akibat illegal fishing................................................................................................6
 Dampak ekonomi...................................................................................................................6
 Dampak politik......................................................................................................................7
 Dampak sosial........................................................................................................................7
 Dampak ekologis...................................................................................................................7
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................9
1) Kesimpulan................................................................................................................................9
2) Saran..........................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10

iv
ABSTRAK

Indonesia telah mempunyai beberapa peraturan perundang-undangan sebagai dasar


hukum yang menjadi landasan pencegahan dan pemberantasan illegal fishing di Indonesia
diantaranya Undang-Undang Laut Teritorial dan Lingkungan Maritim Tahun 1939
(Territorial Zee en Maritime Kringen Ordonantie, Stbl.1939 No. 442), UU Nomor 17 Tahun
1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS),
Undang Undang RI Nomor 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia, Undang
Undang RI Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, Undang Undang RI Nomor 6 tahun
1996 Tentang Perairan Indonesi, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 jo. Undang-
Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
tentang Kelautan, Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
2/PERMEN-KP/2015 tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela
(trawls) dan Pukat Tarik(seine nets) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia. Namun kenyataannya di Indonesia masih banyak sekali kasus illegal fishing yang
terjadi, hal ini bisa dilihat dari perkembangan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
dari sektor KP mengalami fluktuasi. Pada 2012, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
memperkirakan kerugian negara dari IUU Fishing sebesar Rp 300 Triliun dan menimbulkan
kerusakan habitat dan ekosistem laut. Termasuk didalamnya penangkapan ikan ilegal yang
disertai perusakan terhadap lingkungan laut baik oleh bom ikan, trawl, maupun
menggunakan racun sianida.(Jaelani & Basuki, 2014)

Kata Kunci: Illegal Fishing, dan Maritim.

v
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mana dua pertiga wilayahnya adalah
perairan laut. Secara geografis hampir 70 persen wilayah Indonesia merupakan perairan
yang sangat berpotensi menyimpan kekayaan laut yang luar biasa, mulai dari potensi
perikanan, industri kelautan, transportasi, hingga wisata bahari. Luas lautan Indonesia
yang mencapai 5,8 juta kilometer persegi, dengan panjang garis pantai Indonesia yang
mencapai 95.181 km dan luas perairan 5,8 juta km persegi serta telah diakuai dunia
memiliki 17.500 pulau, tidak dimanfaatkan secara optimal, begitu juga lautan dangkal
yang luasnya 24 juta hektar dan teluk yang luasnya 4,1 juta hektar masih disia-siakan.
Selain itu, dalam konsideran UU No 32/2014 tentang Kelautan menyebutkan bahwa
pengelolaannya harus sesuai dengan kepentingan pembangunan nasional penduduk dari
negara yang bersangkutan. Pengelolaan kelautan Indonesia harus merefleksikan dari
deklarasi kedaulatan bangsa yang harus dijaga keberlangsungan dan sustainabilitasnya,
serta tidak boleh dieksploitasi sekedar untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi yang
dikuasai oleh pihak-pihak tertentu. Sebagaimana diketahui laut merupakan ruang perairan
di muka bumi yang menghubungkan daratan dengan daratan dan bentuk-bentuk alamiah
lainnya, yang merupakan kesatuan geografis dan ekologis beserta segenap unsur terkait,
dan sistemnya ditentukan oleh peraturan perundang- undangan dan hukum internasional
yang bertujuan untuk menjadikannya gatra dinamis ekonomis yang memerlukan
pengusahaan, sehingga kekayaan laut tersebut berubah menjadi sumber daya alam, dan
selanjutnya dari sumber daya alam yang diusahakan menjadi salah satu modal
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta sebagai pembangunan bangsa untuk
mewujudkan cita-cita nasional.4 Untuk itu dalam konstitusi Indonesia Pasal 33 UUD
1945 Ayat (3) berbunyi: ‘Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat’.
Prinsip dikuasai negara atau kedaulatan negara atas laut sebagaimana ditetapkan dalam
UUD 1945 kemudian dijabarkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang
kelautan dan perikanan.(Jaelani & Basuki, 2014)

Penegakan hukum dan peningkatan keamanan di laut Indonesia (Perairan)


Indonesia dan Zona Ekonomi Eksklusif) yang luasnya 6 juta km 2 tersebut (3 kali dari luas

1
darat) masih memerlukan perhatian yang besar, termasuk penegakan hukum dan
pengamanan di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Peningkatan kemampuan
penegakan hukum dan pengamanan ini mencakup suatu kerja sama yang erat antara
kegiatan-kegiatan di darat, laut, dan udara. Usaha-usaha meningkatkan monitoring,
kontrol, surveillance, serta kegiatan-kegiatan penyelidikan dan proses pengadilan harus
ditata dengan sebaik-baiknya.
Upaya penegakan memerangi pencurian ikan di Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia, selama ini Kementerian
Kelautan dan Perikanan, instansi penegak hukum, dan Pemerintah Daerah berjalan
sendiri-sendiri. Tidak ada gerakan serentak dan serius untuk memeranginya.Bahkan ada
instansi tertentu yang ikut bertugas sebagai pengawas dan penyidik terhadap pencurian
ikan sengaja membiarkan praktek ini karena menikmati setoran dari pelaku pencurian
ikan.
Upaya penegakan hukum terhadap tindak pidana pencurian ikan di Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia sangat terkait
dengan peraturan hukum dan institusi penegak hukum, kalau yang pertama menyangkut
peraturan perundang-undangannya, sedangkan yang kedua menyangkut institusi
penggeraknya, seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, TNI-AL, Kepolisian RI,
Pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan. Penegak hukum merupakan bagian tak
terpisahkan dari pembangunan hukum, sedangkan pembangunan hukum itu sendiri adalah
komponen integral dari pembangunan nasional.Salah satu penyebab utama pencurian ikan
di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik
Indonesia ialah lemahnya pengawasan akibat rendahnya integritas moral serta kurangnya
sarana dan prasarana yang memadai.Keadaan yang kurang menggembirakan ini
menyebabkan suburnya pencurian ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia Wilayah
Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia, namun kelemahan sistem tersebut tidak dapat
berdiri sendiri.Ia adalah produk dari integritas moral, karena yang dapat berfikir perlunya
diperbaiki sistem ialah yang bermoral. Orang yang tidak bermoral atau bermoral rendah
meskipun tidak mungkin terdorong untuk memperbaiki sistem karena kelemahan sistem
itu sendiri diperlukannya untuk melakukan penyelewengan.Pola perbuatan ini sudah
menjadi salah satu gejala umum yang sulit diberantas, karena terbatasnya akses ke laut
untuk melihat perilaku aparat pengawas perikanan.

2
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut :
 Bagaimana upaya untuk mencegah dan memberantas IUU fishing dalam
membangun poros maritim Indonesia?
 Bagaimana upaya pemerintah untuk mencegah terjadinya pengambil alihan pulau
yang dilakukan suatu oknum atau negara lain?
 Bagaimana cara mengembangkan ekonomi maritim yang ada di Indonesia?

3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penyusunan makalah mengenai IUU fishing ini adalah :
 Mengetahui cara menangani IUU fishing yang sering terjadi di Indonesia.
 Mengetahui cara untuk mencegah pengambil alihan yang dilakukan oleh oknum
atau negara lain.
 Mengetahui cara memanfaatkan sumber daya alam laut untuk mengembangkan
ekonomi maritim.

4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah :
 Manfaat Bagi Peneliti
o Mendapat jawaban dalam permasalahan diatas terkait dengan poros
maritim Indonesia.
 Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
o Mendapat informasi seputar permasalahan ekonomi laut dan poros maritim
Indonesia.
 Manfaat Bagi Masyarakat
o Mengetahui hukum undang-undang yang sudah ditetapkan pemerintah

5. Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam pembuatan makalah ini adalah pendekatan
kualitatif, karena sumber dalam penyusunan tulisan berupa artikel dan jurnal dari
sumber yang terpercaya.

3
BAB II PEMBAHASAN

I. Pengertian Illegal Fishing


 Menurut Undang-undang (UU)
Acuan larangan ketika illegal fishing dalam undang-undang yaitu sebagai berikut :

Dalam ketentuan Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang No. 31 Tahun 2004


tentang Perikanan disebutkan bahwa orang atau badan hukum asing itu dapat masuk
ke wilayah ZEE Indonesia untuk melakukan usaha penangkapan ikan berdasarkan
persetujuan internasional atau ketentuan hukum internasional.

Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan sebagaimana dalam


pasal 8 yakni: “Setiap orang dilarang melakukan penangkapan ikan dan/atau
pembudidayaan ikan dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan
peledak, alat dan/atau cara, dan/atau banguanan yang dapat merugikan dan/atau
membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan atau/lingkungannya di wilayah
pengelolaan perikanan Republik Indonesia”

 Menurut Literaur
Sedangkan menurut Qodir dan Udiyo Basuki ( 2014), Illegal fishing secara
sederhana berarti bahwa penangkpaan ikan dilakukan dengan melanggar aturan-aturan
yang telah ada, atau kegiatan penangkapan ikan dapat dikatakan illegal jika terdapat
aturan-aturan tetapi ternyata dalam pelaksanaannya aturan-aturan tersebut tidak efektif
ditegakkan di lapangan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan ilegal fishing
merupakan kegiatan yang menyalahi aturan baik UUD maupun hukum adat.
(Makalah_Illegal_Fishing, n.d.)

 Menurut Istilah Populer


Illegal fishing adalah istilah popular yang dipakai untuk menyebut tindak pidana
di bidang perikanan. Mengenai bentuk mana saja yang bisa dikategorikan sebagai
tindak pidana illegal fishing adalah sesuatu yang perlu dikaji lebih lanjut, mengingat
istilah ini tidak tersurat di dalam Undang- Undang Perikanan. Namun, terminologI
illegal fishing dapat dilihat dari pengertian secara harfiah yaitu dalam bahasa inggris.

4
Illegal fishing berasal dari kata illegal yang berarti tidak sah atau tidak resmi. Fishing
merupakan kata benda yang berarti perikanan. Sehingga illegal fishing merupakan
tindakan mengambil, merogoh, mengail, memancing secara tidak sah.(Pratiwi, 2016)

II. Penyebab Terjadinya Illegal Fishing


Penyebab illegal fishing :
 Faktor Ekonomi
Sebagai mana telah dikemukakan oleh Aristoteles bahwa kemiskinan dapat
menimbulkan kejahatan/pemberontakan. Demikian pula illegal fishing, alas an pokok
yang dikemukakan oleh pelaku adalah karena factor ekonomi. Pelaku mengaku bahwa
mereka melakukan illegal fishing karena tidak memiliki pekerjaan atau karena hidup
mereka bergantung pada hasil penangkapan ikan mereka, sedangkan keluarga mereka
memerlukan berbagai kebutuhan hidup.Oleh karena itu melakukan illegal fishing
menjadi alternative mereka untuk kelangsungan hidup mereka.
Kondisi ekonomi Indonesia yang tak menentu membuat tuntutan hidup juga
semakin besar serta penyediaan lapangan kerja yang kurang menyebabkan tuntutan
hidup masyarakat juga ikut bertambah sehingga mereka membutuhkan penghasilan
yang besar pula untuk menopang perekonomian individu agar bisa hidup layak. Hal
ini sejalan dengan yang dikemukakan Kasat Polair Polres Pelabuhan KOMBES POL
H.Harisanyoto, AMKA (wawancara tanggal 25 September 2013) bahwa adanyakasus
illegal fishing di wilayah hokum Direktorat Polair Polda sulselbar dikarenakan tingkat
kesejahteraa nnelayan yang rendah sehingga mereka memiliki pemikiran untuk
mendapatkan pendapatan dari hasil tangkapan yang lebih dengan cara-cara instan
meskipun melanggar ketertiban dan peraturan perundang-undangan dalam
meningkatkan tingkat kesejahteraannya.

 Faktor Pengetahuan
Selain faktor ekonomi, maka factor rendahnya pengetahuan nelayan juga
mendorong terjadinya illegal fishing. Nelayan cenderung tidak mengetahui larangan
illegal fishing terutama penggunaan bahan peledak. Nelayan kurang mengetahui
dampak penggunaan bahan peledak yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan
laut. Berdasarkan wawancara dengan Kanit Patroli AKBP Takbir (wawancara tanggal
25 September 2013) bahwa Nampak ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya
illegal fishing yakni salah satunya adalah rendahnya pengetahuan masyarakat tentang
larangan penggunaan bahan peledak dan dampak yang ditimbulkan dari penggunaan

5
bahan peledak terhadap kehidupan biota laut. Hal ini menyebabkan banyak
masyarakat yang terjerumus menggunakan bahan peledak untuk meningkatkan hasil
tangkapannya.
Kurangnya penyuluhan dan peningkatan pengetahuan masyarakat nelayan
menyebabkan banyak di antara masyarakat nelayan tidak mengetahui bahaya yang
dapat ditimbulkan dari penggunaan bahan peledak termasuk dampak yang lebih jauh
terhadap lingkungan laut. Apabila persoalan ini tidak ditangani secara seriusmaka hal
ini dapat menimbulkan kerugian yang jauh lebih besar bagi generasi yang akan
datang, diantaranya matinya flora dan fauna laut bersama habitatnya.
 Faktor Pendidikan
Faktor lain adalah pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang dapat
mempengaruhi tindakan mereka untuk melakukan suatu tindak kejahatan. Seseorang
yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, dalam bertindak dan berperilaku
cenderung berpikir dengan menggunakan kerangka pikir yang baik dan sistematis
sehingga segala perbuatannya cenderung dapat dipertanggungjawabkan, lain halnya
dengan orang yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah dalam melakukan
tindakan terkadang berpikiran sempit.

Menurut SATPOLAIR Polres pelabuhan KOMBES POL H.Harisanyoto,


AMKA (wawancara tanggal 25 September 2013), para pelaku yang tertangkap
umumnya hanya memiliki pendidikan setingkat SD ataupun tidak bersekolah.
Sehingga disimpulkan pelaku illegal fishing memiliki pendidikan yang tergolong
rendah.
III. Dampak akibat illegal fishing
 Dampak ekonomi
Berdasarkan data dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and
Agriculture Organization / FAO) menyatakan bahwa kerugian Indonesia akibat
ILEGAL Fishing diperkiraan mencapai Rp. 30 triliun per tahun. FAO menyatakan
bahwa saat ini stok sumberdaya ikan di dunia yang masih memungkinkan untuk
ditingkatkan penangkapanya hanya tinggal 20 persen, sedangkan 55 persen sudah
dalam kondisi pemanfaatan penuh dan sisanya 25 persen terancam kelestariannya.

Hal ini diperjelas dengan pernyataan dari Kementerian Kelautan Perikanan


(KKP) bahwa tingkat kerugian tersebut sekitar 25 persen dari total potensi perikanan
yang dimiliki Indonesia sebesar 1,6 juta ton per tahun. Berdasarkan data tersebut,

6
setiap tahun diperkirakan Indonesia mengalami kerugian akibat ILEGAL Fishing
sebesar Rp. 101.040 trilliun/tahun. Kerugian ekonomi lainnya, adalah hilangnya nilai
ekonomis dari ikan yang dicuri, pungutan hasil perikanan (PHP) akan hilang, dan
subsidi BBM dinikmati oleh kapal perikanan yang tidak berhak. Selain itu Unit
Pengelolaan Ikan (UPI) kekurangan pasokan bahan baku, sehingga melemahkan
upaya pemerintah untuk mendorong peningkatan daya saing produkperikanan.

 Dampak politik
Salah satu pemicu konflik atau ketegangan hubungan diplomatik diantara
negara-negara adalah permasalahan ILEGAL Fishing. Terutama mengganggu
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), menimbulkan citra negatif,
karena beberapa negara menganggap kita tidak mampu mengelola sumberdaya
kelautan dengan baik. Apalagi menyangkut hubungan bilateral antar negara yang
berdekatan / bertetangga, yang dilakukan oleh kapal nelayan tradisional (traditional
fishing right), atau kapal-kapal pukat( trawlers) yang dimiliki oleh setiap negara. Pada
beberapa kasus tradisional fishing right, yang sering terjadi adalah di perbatasan
Indonesia – Malaysia dan Indonesia – Australia. Sebagai upaya untuk memperkecil
ketegangan diantara kedua negara, diperlukan telaah ulang terhadap perjanjian
bilateral terkait dengan hal tersebut.

 Dampak sosial
Kegiatan ILEGAL Fishing di Perairan Indonesia, menjadi perhatian dan
komitmen Pemerintah untuk mengatasinya. Bagi Indonesia dan negara-negara di
kawasan Asia Tenggara, sector perikanan dan kehutanan menjadi sumber utama bagi
ketahanan pangan di Kawasan tersebut Eksploitasi secara besar-besaran dan drastis
sebagai upaya utama perbaikan ekonomi Negara dan kesejahteraan penduduk menjadi
alasan dan penyebab utama berkurangnya secara drastis sumberdaya perikanan.
Dampak social muncul dengan rawannya terjadi konflik / sengketa diantara para
nelayan tradisional antar Negara dan pemilik kapal pukat / trawl.

Seiring dengan berkurangnya hasil tangkapan dan kegiatan ILEGAL Fishing,


makasecara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup karyawan
pengolahan pabrik ikan. Pasokan ikan yang berkurang, menyebabkan beberapa
perusahaan tidak beroperasi lagi dan banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK)
karena tidak ada lagipasokanbahanbaku.

7
 Dampak ekologis
Dampak yang muncul adalah kejahatan pencurian ikan yang berakibat pada
rusaknya sumberdaya kelautan dan perikanan. Alat tangkap yang digunakan dalam
bentuk bahan beracun yang akan merusak terumbu karang (alat tangkapikan yang
tidak ramah lingkungan), sebagai tempat berpijahnya ikan, akan berakibat makin
sedikitnya populasi ikan dalam suatu perairan tertentu, atau menangkap menggunakan
alat tangkap ikan skala besar (seperti trawl dan Pukat harimau) yang tidak
sesuaidengan ketentuan dan keadaan laut Indonesia secara semena-mena dan
eksploitatif, sehingga menipisnya sumberdaya ikan , hal ini akan mengganggu
keberlanjutan perikanan.

Kebijakan Pemerintah terkait dengan penangkapan ikan harus memenuhi


aturan dan kriteria adanya Surat Ijin Penangkapan Ikan (SIPI), penetapan zona
penangkapan (fishing ground), jenis tangkapan ikan, jumlah tangkapan yang sesuai
dengan jenis kapal dan wilayah tangkap (total allowable catch), dan alat tangkapnya.
(Makalah_Illegal_Fishing, n.d.)

8
BAB III PENUTUP

1) Kesimpulan
Illegal fishing dalam peraturan yang ada merupakan “kejahatan”
maupun “pelanggaran” sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan Undang- Undang Nomor 45
Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
2004. Atas dasar inilah, dan demi asas kepentingan umum, pemerintah
harus meletakkan dasar hukum yang kuat dalam penindakan korporasi
yang terlibat dalam illegal fishing. Hal yang perlu dilakukan oleh
pemerintah adalah mengkaji kembali peraturan perundangan-undangan
yang berlaku, dengan memasukkan substansi hukum Sistem Pertanggung
jawaban Pidana yang memungkinkan menuntut korporasi dan meminta
pertanggung jawaban menurut hukum pidana.

2) Saran
Saran saya dalam hal ini adalah pemerintah harus membuat sebuah
formulasi hukum yang bisa menundukkan korporasi sebagai tersangka,
terdakwa, dan menjatuhkan sanksi pidana.

9
DAFTAR PUSTAKA

Jaelani, A., & Basuki, U. (2014). Illegal Unreported and Unregulated (IUU) Fishing:
Upaya Mencegah dan Memberantas Illegal Fishing dalamJaelani, A., & Basuki, U.
(2014). Illegal Unreported and Unregulated (IUU) Fishing: Upaya Mencegah dan
Memberantas Illegal Fishing dalam Membangun Poros. Supremasi Hukum, 3(Illegal
Unreported and Unregulated (IUU) Fishing: Upaya Mencegah dan Memberantas
Illegal Fishing dalam Membangun Poros Maritim Indonesi), 1–26. Retrieved from
http://www.aifis-
digilib.org/uploads/1/3/4/6/13465004/11_aqj_illegal_unreported_and_unregulated.p
df

Makalah_Illegal_Fishing. (n.d.).

Pratiwi, Y. D. (2016). Pertanggungjawaban Pidana Illegal Fishing Korporasi Dalam


Cita-Cita Indonesia Poros Maritim Dunia. 1(2), 66–72.

10

Anda mungkin juga menyukai