Studi Kasus Proses Pencapaian Kebahagiaan pada Ibu yang Memiliki Anak Kandung
Penyandang Asperger’s Syndrome
ABSTRAK
Kebahagiaan menjadi salah satu tujuan hidup bagi mayoritas individu yang bisa dicapai dengan membentuk
persepsi positif terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan. Kebahagiaan harus diperjuangkan
pencapaiannya, sekalipun kenyataan yang terjadi seringkali diluar harapan individu. Memiliki anak penyandang
gangguan perkembangan seperti Asperger’s Syndrome dapat menjadi sebuah tragic event bagi individu,
khususnya ibu. Ibu sebagai seorang individu berhak untuk merasakan kebahagiaan di dalam diri dan hidupnya
sekalipun memiliki anak penyandang Asperger’s Syndrome. Ada serangkaian proses yang dilalui seorang ibu sejak
menerima diagnosis gangguan Asperger’s Syndrome pada anak hingga akhirnya mencapai kebahagiaan dalam
hidupnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pencapaian kebahagiaan pada ibu yang memiliki anak
kandung penyandang Asperger’s Syndrome. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan desain studi kasus
yang diharapkan dapat menggali fokus penelitian secara mendalam. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang
wanita berusia 18-40 tahun yang memiliki anak terdiagnosis Asperger’s Syndrome. Metode penelitian yang
digunakan adalah riwayat hidup, wawancara, observasi, The Childhood Autism Rating Scale (CARS), dan Australian
Scale for Asperger’s Syndrome (ASAP).
Hasil penelitian menggambarkan adanya serangkaian proses pencapaian kebahagiaan yang dilalui ibu dari
anak Asperger’s Syndrome. Diagnosis gangguan Asperger’s Syndrome yang terjadi pada anak pertama menjadi
sebuah peristiwa tragis dalam kehidupan subjek. Subjek merasa tidak siap menerima kenyataan tentang diagnosis
gangguan tersebut dan membuatnya sangat menyesali keadaan, banyak menuntut anak untuk tumbuh seperti
anak lain, hingga akhirnya subjek kehilangan makna hidupnya. Kelahiran anak kedua subjek, menjadi sebuah
momentum yang menyadarkan subjek ditengah keterpurukannya bahwa anak pertamanya memiliki potensi
untuk tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik sekalipun memiliki gangguan perkembangan. Momentum ini
memacu subjek untuk segera bangkit dari kondisi terpuruk. Subjek berusaha memahami gangguan anak lebih
dalam untuk membekali diri dalam upaya memfasilitasi dan membantu anak untuk berkembang optimal
Subjek memiliki komitmen kuat dalam diri untuk terus berjuang mengasuh anak. Aktivitas yang dilakukan
subjek saat ini selalu berorientasi pada kesembuhan anak. Subjek menilai kenyataan gangguan Asperger’s
Syndrome pada anak sebagai ujian sekaligus berkah. Makna kebahagiaan menurut subjek adalah mensyukuri
segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya, termasuk memiliki anak penyandang Asperger’s Syndrome.
Kata kunci: proses mencapai kebahagiaan, ibu, anak Asperger’s Syndrome
42
MAHARANI, et al / PROSES PENCAPAIAN KEBAHAGIAAN PADA IBU
pikiran yang lebih positif dalam menghadapi Asperger’s Syndrome merupakan salah satu
sesuatu (Carr, 2004). Munculnya kebahagiaan jenis gangguan perkembangan yang termasuk
juga akan berpengaruh pada sikap yang dalam spektrum autistik. Data statistik
dibentuk oleh individu dalam menghadapi menunjukkan bahwa prevalensi atau angka
segala sesuatu yang dialaminya. Seseorang akan kejadian gangguan Asperger’s Syndrome terus
berusaha dan mengarahkan dirinya pada meningkat sepanjang tahun. Di dunia, pada
berbagai upaya untuk mencapai kebahagiaan tahun 1987 diperkirakan penyandang autis
sebagai tujuan hidup. Dalam upaya mencapai mencapai 1:5000 kelahiran. Pada tahun 1997
kebahagiaan, inidividu seringkali harus penyandang autis mencapai 1:500 kelahiran dan
berhadapan dengan kenyataan yang tidak sesuai pada tahun 2000 mencapai 1:250. Sedangkan
dengan harapan. pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 1:100
Hidup yang berjalan tidak sesuai dengan kelahiran. Penyebab dari peningkatan ini masih
harapan bukan berarti menutup jalan individu belum dapat diketahui.
untuk mencapai sebuah kebahagiaan hidup. Diagnosis gangguan Asperger’s Syndrome
Kebahagiaan menjadi suatu hal yang harus yang terjadi pada anak jelas memukul perasaan
diperjuangkan oleh individu karena kebahagiaan orangtua. Orangtua akan merasa shock
memiliki peran besar bagi pembentukan hidup bercampur sedih, khawatir, cemas, kecewa,
bermakna. takut, marah, dan perasaan negatif lain saat
Ada serangkaian proses untuk mencapai mendengar diagnosis gangguan anak (Safaria,
kebahagiaan. Bastaman (1996) mengungkapkan 2005). Anak yang diharapkan terlahir dan
bahwa tahap pertama yang dilalui individu tumbuh normal ternyata harus menderita
dalam proses pencapaian kebahagiaan adalah gangguan yang menyebabkan anak mengalami
terjadinya pengalaman tragis (tragic event). hambatan perkembangan secara interaksi sosial,
Pengalaman tragis berarti sebuah peristiwa yang perhatian, dan perilaku. Orangtua merasa
terjadi diluar harapan individu. Salah satu khawatir karena anak akan tumbuh secara
bentuk pengalaman yanng tidak diharapkan oleh berbeda dengan anak lain (Williams dan Wright,
para orangtua adalah memiliki anak yang 2004).
terlahir tidak normal. Setiap orang yang Ibu merupakan sosok yang dipandang
menginginkan kehadiran anak akan memiliki memiliki hubungan terdekat dengan anak karena
harapan bahwa anaknya kelak memiliki kondisi keterlibatannya secara penuh dalam mengasuh
fisik dan mental yang normal (Mangunsong, dan mengawal tumbuh kembang anak (Cohen
1998). Sayangnya tidak semua harapan oangtua dan Volkmar, 1997). Keterlibatan penuh ibu
tesebut bisa terpenuhi karena anak lahir dengan dalam mengasuh anak membuat ibu mengetahui
gangguan tertentu, seperti gangguan secara detail perkembangan anak. Peran yang
perkembangan berupa Asperger’s Syndrome. dimiliki ibu dalam keluarga sifatnya sangatlah
43
MAHARANI, et al / PROSES PENCAPAIAN KEBAHAGIAAN PADA IBU
kompleks (Kartono, 1992). Ibu tidak hanya membuat para orangtua khususnya ibu harus
terlibat penuh dalam pengasuhan anak namun berjuang lebih keras untuk mengasuh anak
juga harus mengurus keperluan rumah tangga (Safaria, 2005). Terlebih lagi ketika berada di
dan segala macam keperluan suami. Besarnya lingkungan luar rumah, banyak orang yang
peran dan tanggungjawab yang dimiliki ibu masih sulit menerima anak Asperger’s
dalam keluarga menjadikan beban kerja ibu pun Syndrome dengan segala gangguannya.
semakin besar. Ketika ada hal-hal yang berjalan Kehadiran anak penyandang gangguan ini dapat
tidak semestinya, sangat berpeluang untuk berpotensi membuat ibu kehilangan makna
memunculkan kondisi penuh tekanan pada ibu. dalam kehidupannya (meaningless life).
Mengasuh anak Asperger’s Syndrome Kehadiran anak Asperger’s Syndrome
bukanlah hal yang mudah bagi seorang ibu. bukan berarti menutup peluang bagi seorang ibu
Seperti yang telah diuraikan dalam penjelasan untuk mencapai kebahagiaan karena
sebelumnya, anak penyandang Asperger’s kebahagiaan itu tetap dapat terbentuk meskipun
Syndrome menunjukkan perilaku yang berbeda kenyataan yang dihadapi tidak seperti apa yang
dengan anak normal dalam hal perkembangan diharapkan. Seorang ibu harus tetap berjuang
interaksi sosial, perhatian, dan perilaku. Setiap untuk mencapai kebahagiaan sekalipun
hari ibu harus menghadapi perilaku tidak wajar memiliki anak Asperger’s Syndrome. Sama
yang ditunjukkan anak seperti kerap seperti manusia yang lain, seorang ibu yang
mempertanyakan banyak hal secara detail, memiliki anak Asperger’s Syndrome berhak
menunjukkan minat yang tidak lazim pada untuk merasakan dan mencapai kebahagiaan
objek tertentu, sulit berinteraksi dengan agar dapat memaknai kehidupannya dengan
oranglain, tampak aneh secara sosial di lebih baik. Kebahagiaan itu akan membuat
masyarakat, dan kesulitan dalam seorang ibu merasa nyaman menjalani
mengekspresikan emosi secara tepat. Kondisi kehidupannya serta memiliki persepsi positif
semacam ini akan terus menerus dialami ibu dalam dirinya untuk menghadapi segala sesuatu
selama mengasuh anak Asperger’s Syndrome. yang dialami. Kebahagiaan akan membuat ibu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu merasa bahwa kehidupannya berharga serta
yang memiliki anak cacat/menderita gangguan mendatangkan ketenteraman. (Bastaman, 1996;
cenderung mengalami stress yang lebih besar Carr, 2004; Seligman, 2002).
daripada ibu yang memiliki anak normal Ibu yang memiliki anak Asperger’s
(Adams, 1999). Kehadiran anak Asperger’s Syndrome juga diharapkan dapat mencapai
Syndrome di tengah keluarga dapat menjadi kebahagiaan dalam diri supaya dapat
sesuatu yang tidak diharapkan orangtua. mengoptimalkan fungsi besarnya dalam
Gangguan yang dialami anak berupa gangguan mengasuh anak. Pikiran dan perasaan ibu akan
dalam interaksi sosial, perilaku, dan perhatian berpengaruh pada perilaku ibu terhadap anak.
44
MAHARANI, et al / PROSES PENCAPAIAN KEBAHAGIAAN PADA IBU
Anak Asperger’s Syndrome memang merupakan Terbentuknya kebahagiaan dalam diri, akan
anak yang tidak normal dan tumbuh dengan menimbulkan kepuasan hidup, ketenangan
gangguan perkembangan, namun bukan berarti hidup, dan membuat kehidupan menjadi lebih
tidak berharga. Sama seperti anak yang lain, baik. Adanya kebahagiaan dalam diri akan
anak Asperger’s Syndrome terlahir dengan mengarahkan individu untuk dapat mengelola
kekurangan dan kelebihan. Anak Asperger’s pikiran negatif dalam menghadapi sesuatu
Syndrome pun bukanlah anak yang bodoh. menjadi pikiran yang lebih positif. Munculnya
Anak-anak tersebut tetap dapat berkembang kebahagiaan juga akan berpengaruh pada sikap
secara optimal. Ibu yang tetap bertahan dan yang dibentuk oleh individu dalam menghadapi
membentuk kebahagiaan dalam dirinya di segala sesuatu yang dialaminya.
tengah keterbatasan anak, diharapkan akan Kebahagian yang ada dalam diri individu
membuat ibu mampu menjalankan peran dan terbentuk melalui serangkaian proses. Bastaman
fungsinya secara optimal dan membantu anak (1996) mengungkapkan ada 9 proses pencapaian
tumbuh dan berkembang secara optimal pula. kebahagiaan dalam diri individu, yaitu:
Persepsi positif ibu yang merasa bahagia dalam 1. Pengalaman tragis (tragic event)
hidupnya akan membentuk kondisi psikologis 2. Penghayatan tak bermakna (meaningless
yang sehat pada ibu dan berdampak positif pula life)
bagi perkembangan anak. Begitu pula 3. Pemahaman diri (self insight)
sebaliknya, persepsi negatif ibu terhadap 4. Penemuan makna dan tujuan hidup (finding
kehidupannya dengan kehadiran anak autis akan meaning and pupose of life)
membuat kondisi psikologis ibu terganggu dan 5. Pengubahan sikap (changing attitude)
berdampak negatif bagi perkembangan anak. 6. Keterikatan diri (self commitment)
7. Kegiatan terarah dan pemenuhan makna
DASAR TEORI hidup (directed activities and fulfilling
Kebahagiaan meaning)
Myers (dalam Duffy dan Atwater, 2005) 8. Hidup bermakna (meaningfull life)
mengungkapkan bahwa kebahagiaan merujuk 9. Kebahagiaan (happiness)
pada banyaknya pikiran positif tentang
kehidupan yang dijalani seseorang. Asperger’s Syndrome
Kebahagiaan memiliki hubungan yang erat Asperger’s Syndrome merupakan gangguan
dengan persepsi. perkembangan yang pertama kali dipublikasikan
Kebahagiaan menunjukkan suatu bentuk pada tahun 1944 oleh Hans Asperger, seorang
emosi positif yang dimiliki individu dan dokter anak yang berasal dari Wina. Hans
merujuk pada banyaknya pikiran positif tentang Asperger mengidentifikasi suatu pola
kehidupan yang dijalani seseorang. kemampuan dan perilaku konsisten, yang
45
MAHARANI, et al / PROSES PENCAPAIAN KEBAHAGIAAN PADA IBU
46
MAHARANI, et al / PROSES PENCAPAIAN KEBAHAGIAAN PADA IBU
47
MAHARANI, et al / PROSES PENCAPAIAN KEBAHAGIAAN PADA IBU
48
MAHARANI, et al / PROSES PENCAPAIAN KEBAHAGIAAN PADA IBU
bisa mengontrol emosi saat menghadapi Subjek segera bergerak mencari berbagai
masalah dan membuatnya bersikap kurang upaya untuk optimalisasi tumbuh kembang
tepat. Subjek juga belum sepenuhnya bisa anak pertamanya.
menerima kenyataan gangguan perkembangan 4. Finding meaning and purposes life
yang terjadi pada anak pertamanya. Seiring berjalannya waktu, subjek mulai bisa
Subjek membutuhkan waktu yang cukup menerima kondisi gangguan pada anak
lama untuk akhirnya bisa mengambil pelajaran pertama. Terlebih ketika anak keduanya
positif dari kenyataan dikaruniai anak lahir, subjek menyadari bahwa meskipun
Asperger’s Syndrome. Subjek mampu anak pertamanya mengalami gangguan
mengelola dan mengaitkan setiap peristiwa namun tetap memiliki kualitas pribadi.
dalam hidup serta melihat sesuatu dari berbagai Kelahiran anak kedua menjadi sebuah
sudut pandang untuk menemukan makna dalam momentum yang menyadarkan subjek untuk
kehidupannya. Subjek selalu berharap segala bisa menerima gangguan anak dan meyakini
sesuatu dalam kehidupannya berjalan sempurna, bahwa gangguan tersebut bisa tertangani.
hal ini membuat subjek banyak pertimbangan Tujuan hidup subjek adalah mengantarkan
sebelum mengambil sebuah keputusan. keluarganya menjadi keluarga yang sakinah,
mawadah, warahmah serta mengantarkan
Proses pencapaian kebahagiaan subjek kedua anaknya menjadi sukses. Secara
1. Tragic event khusus, subjek ingin berjuang mengantarkan
Kelahiran anak pertama yang menyandang anak pertamanya hingga mandiri. Tujuan
Asperger’s Syndrome menjadi sebuah hidup ini menjadi motivasi besar bagi subjek
pengalaman tragis yang sangat bertolak untuk terus bergerak dan berpandangan
belakang dengan harapan subjek. positif tentang masa depan diri dan
2. Meaningless life keluarganya.
Subjek tidak siap menerima kenyataan 5. Changing attitude
tentang diagnosis gangguan anak. Pikiran Setelah dapat memaknai kenyataan akan
subjek banyak didominasi pertanyaan gangguan pada anak pertamanya, subjek
tentang gangguan anak. Subjek menyesali yang semula tertekan dan dikuasai banyak
keadaan anak dan masih banyak menuntut perasaan negatif kemudian aktif mencari
sang anak harus tumbuh normal seperti anak informasi tentang gangguan tersebut. Subjek
lain. berusaha memahami gangguan anak lebih
3. Self Insight dalam untuk membekali diri dalam upaya
Subjek menyadari kondisi anak pertama memfasilitasi dan membantu anak untuk
yang menyandang gangguan Asperger bukan berkembang optimal.Tujuan hidup yang
sepenuhnya ujian yang harus disesali. dimiliki subjek mengarahkannya untuk
49
MAHARANI, et al / PROSES PENCAPAIAN KEBAHAGIAAN PADA IBU
50
MAHARANI, et al / PROSES PENCAPAIAN KEBAHAGIAAN PADA IBU
diri subjek bahwa anaknya bisa sembuh dan upaya tersebut sebagai pembuktian bahwa
tumbuh normal seperti anak-anak yang lain. kondisi sang anak tidak seburuk pandangan
Adanya potensi dan harapan besar tentang keluarga dan orang di lingkungan sekitarnya.
kesembuhan anak memunculkan keyakinan Hal ini juga menjadi bentuk upaya subjek untuk
dalam diri subjek bahwa tuntutannya selama ini menunjukkan pada suami tentang peluang
agar anak tumbuh dan berkembang secara kondisi anak menjadi lebih baik. Subjek ingin
normal akan bisa terpenuhi. Keyakinan ini membuktikan dan mengajak suami untuk lebih
membuat subjek mengupayakan berbagai memahami serta peduli pada kondisi anak.
macam cara untuk memenuhi tuntutannya Kurangnya dukungan sosial dari orang-
terhadap anak. Subjek mengikutsertakan anak orang terdekat menjadi sebuah hambatan bagi
pada berbagai macam terapi dan juga kerap subjek untuk mencapai kebahagiaan hidupnya
menekan terapis anak dengan meminta program secara utuh. Suami sebagai satu-satunya orang
terapi yang terlalu banyak dan tidak disesuaikan yang memiliki kedekatan fisik dan psikis
dengan kemampuan anak. dengan subjek tidak dapat memberikan
Berbagai macam upaya yang dilakukan dukungan sosial secara penuh. Tuntutan
subjek untuk kesembuhan anak sebetulnya pekerjaan membuat suami subjek harus banyak
merupakan sebuah usaha subjek untuk menghabiskan waktu dan perhatian di luar
meyakinkan dirinya sendiri bahwa anaknya rumah. Sehingga waktu dan perhatian suami
betul-betul bisa sembuh seperti anak normal untuk keluarga sangatlah terbatas. Selain itu,
yang lain. Dibalik optimismenya tentang suami subjek menunjukkan sikap kurang peduli
kesembuhan anak, subjek sebetulnya memiliki akan gangguan anak.
ketakutan dan kekhawatiran yang sangat besar Kurangnya dukungan sosial dari orang
dalam dirinya tentang gangguan anak. Subjek terdekat juga tampak dari hubungan subjek
tidak siap jika menerima kenyataan yang tidak dengan keluarga besar yang relatif renggang.
sesuai dengan harapannya tentang gangguan Sejak kecil subjek tidak memiliki kedekatan
anak. Ini juga menjadi salah satu pemicu subjek dengan ayah dan saudara kandungnya. Subjek
menolak bertemu dengan psikolog sebagai salah bahkan sering bertengkar dengan ayah karena
satu upaya untuk memahami gangguan anak berbeda pendapat. Terlebih lagi setelah ibu
secara lebih detail. kandung subjek meninggal dan ayahnya
Segala hal yang dilakukan subjek tersebut menikah kembali. Hubungan subjek dengan
bukan hanya untuk kesembuhan anak. Namun ayah dan saudara kandungnya semakin
lebih pada usaha untuk membuktikan pada renggang. Diagnosis gangguan pada anak
suami, keluarga, dan lingkungan sekitar yang pertama subjek membuat kedekatan subjek
selama ini kurang berpandangan positif tentang dengan keluarganya kian sulit terjalin akrab.
gangguan anak. Subjek melakukan berbagai Keluarga besar subjek masih banyak yang
51
MAHARANI, et al / PROSES PENCAPAIAN KEBAHAGIAAN PADA IBU
memberikan penilaian negatif tentang gangguan kondisi anak dengan menunjukkan bahwa anak
pada anak pertama subjek. Kondisi ini kerap bisa tumbuh dan berkembang normal.
membuat subjek dan anaknya dikucilkan dalam Ada harapan besar dalam diri subjek bahwa
lingkungan keluarga besar. anaknya kelak akan tumbuh dan berkembang
Karakteristik personal subjek yang menutup normal seperti anak lain. Akan tetapi disisi lain,
diri tentang kehidupan afeksi pun membuatnya subjek merasa tidak siap dan khawatir bahwa
memperoleh dukungan sosial yang sangat harapannya itu tidak dapat terpenuhi. Hal ini
minim dari orang-orang terdekat. Hingga membuat subjek terus menekan dan menuntut
akhirnya subjek merasa menjadi single fighter anak.
dalam pengasuhan anak. Subjek merasa sendiri Kurangnya dukungan sosial dari orang
dan tidak memiliki “tim” yang membantunya terdekat, banyaknya kekhawatiran, kecemasan,
mengasuh anak. Kenyataan ini menjadi sebuah dan tuntutan ini menyulitkan subjek untuk
kondisi yang sangat berat karena subjek harus menghadapi kenyataan serta memunculkan
menghadapi situasi sulit yang tidak diharapkan ketakutan bagi subjek untuk menerima fakta-
itu sendiri dan tanpa dukungan dari oranglain. fakta baru dalam hidupnya. Hal ini
Berbagai macam kondisi ini memunculkan menggambarkan bahwa subjek belum mencapai
banyak kekhawatiran dan kecemasan dalam diri kebahagiaan hidupnya secara utuh.
subjek mengenai kondisi dan masa depan anak
serta keluarga kecilnya. PENUTUP
Subjek banyak menuntut anak untuk Kesimpulan
tumbuh dan berkembang seperti anak normal 1. Secara umum, proses pencapaian
yang lain. Berbagai macam cara dilakukan kebahagiaan yang dilalui subjek adalah:
supaya anak bisa berkembang normal seperti tragic event meaningless life self
yang diharapkannya. Hal ini membuat subjek insight finding meaning and purposes
kerap menekan anak, seperti diikutsertakan life changing attitude self
dalam berbagai upaya penyembuhan dengan commitment directed activities and
mengesampingkan kesejahteraan anak. Subjek fulfilling meaning meaningfull life
terus menekan anak dan orang-orang di sekitar, happiness.
seperti terapis untuk memenuhi tuntutannya 2. Subjek menjalani proses yang sangat
tentang perubahan anak. Tuntutan subjek ini panjang untuk bisa menerima fakta tentang
menjadi sebuah sarana pembuktian dan usaha gangguan anak dan menemukan makna
subjek untuk mendapatkan perhatian dari suami dibalik peristiwa tragis yang dialaminya.
dan menunjukkan bahwa anak bisa berkembang Sejak awal, subjek menolak kenyataan
lebih baik. Subjek juga berusaha menepis tentang gangguan anak. Kehadiran anak
anggapan negatif dari keluarga besarnya tentang pertama ini adalah sesuatu yang sangat
52
MAHARANI, et al / PROSES PENCAPAIAN KEBAHAGIAAN PADA IBU
53
MAHARANI, et al / PROSES PENCAPAIAN KEBAHAGIAAN PADA IBU
54
MAHARANI, et al / PROSES PENCAPAIAN KEBAHAGIAAN PADA IBU
55
MAHARANI, et al / PROSES PENCAPAIAN KEBAHAGIAAN PADA IBU
4. Bagi pihak sekolah atau tempat terapi. Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita: Mengenal
Wanita sebagai Ibu dan Nenek (Jilid 2).
Pihak sekolah atau terapi disarankan
Bandung: Mandar Maju.
dapat menjaga dan meningkatkan
Mangunsong, Frieda., dkk. 1998. Psikologi dan
komunikasi dengan orangtua, khususnya ibu Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta:
terkait dengan tumbuh dan kembang anak LPSP3 UI.
Asperger’s Syndrome selama beraktivitas. Miles, B.B., dan A.M. Huberman. 1992.
Analisa Data Kualitatif. Jakarta: UI
Pihak sekolah dan tempat terapi disarankan
Press.
juga memberikan lebih banyak motivasi dan
Myers, D. 2002. The Pursuit of Happiness :
masukan bagi ibu dalam optimalisasi Who is Happy and Why ?.Harper
pengasuhan anak untuk memunculkan rasa Paperbacks.
optimis dalam diri ibu bahwa sang anak Poerwandari, Kristi. 2005. Pendekatan
Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
dapat tumbuh dan berkembang lebih baik. Manusia. Jakarta: LPSP3 UI.
Safaria, T. 2005. Autisme: Pemahaman Baru
untuk Hidup Bermakna bagi Orangtua.
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta: Graha Ilmu.
Adams, R.A., Gordon, C., Spangler, AA. 1999. Seligman, M. E. P. 2002. Menciptakan
Maternal Stress in Caring for Children Kebahagiaan dengan Psikologi Positif
with Feeding Disabilities: Implication (Authentic Happiness). Bandung : PT.
for Health Care Provider. Journal of The Mizam Pustaka.
American Dietetic Association, 99,5.
FTP proquest.com/pqdauto.htm. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif
Diunduh tanggal 5 Januari 2013. dan Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.
Attwood, Tony. 2005. Sindrom Asperger, William, C. dan Wright, B. 2004 . How To Live
Panduan Bagi Orangtua dan With Autism and Asperger Syndrome.
Profesional. Jakarta: Serambi. Jakarta: Dian Rakyat.
56