“KOMPOSISI AIR LAUT DAN PENGARUH AIR SUNGAI TERHADAP PERAIRAN LAUT”
DISUSUN OLEH :
LASMA ROHAM MORNING ERYNE PARAPAT
17051103020
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN 2020 PEMBAHASAN
1. Komposisi Air Laut
Air laut adalah air dari laut atau samudera. Air laut memiliki kadar garam rata- rata 3,5%. Artinya dalam 1 liter (1000 mL) air laut terdapat 35 gram garam (terutama, namun tidak seluruhnya, garam dapur/NaCl).(Gumelar, 2017). Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam mineral yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Contohnya natrium, kalium, kalsium, dll. Apabila air sungai mengalir ke lautan, air tersebut membawa garam. Ombak laut yang memukul pantai juga dapat menghasilkan garam yang terdapat pada batu- batuan. Lama-kelamaan air laut menjadi asin karena banyak mengandung garam. Air tawar lebih ringan dari air asin. Air laut memiliki kadar garam rata – rata 3,5%, tetapi tidak semua air laut memiliki kadar garam yang sama setiap tempatnya. Namun jika dijelaskan secara rinci, air laut memiliki komposisi yang cukup banyak, kompisisi dalam air laut yang memiliki persentase besar adalah oksigen, hydrogen, klorin, dan sodium. Sedangkan sisanya hanya sedikit terkandung. Dengan rincian sebagai berikut :
Elemen Simbol Ppm Persentase
Oksigen O2 883,000 86,0341% Hidrogen H 110,000 10,7177% Klorin Cl 19,400 1,8902% Sodium Na 10,800 1,0523% Magnesium Mg 1,290 0,1257% Belerang S 0,904 0,0881% Kalsium Ca 0,411 0,0400% Kalium K 0,392 0,0382% Brom Br 0,067 0,0066% Karbon C 0,028 0,0027% Nitrogen N 0,016 0,0015% Flor F 0,013 0,0013% Strontium Sr 0,0081 0,0008% Boraks B 0,0045 0,0004% Silicon Si 0,0029 0,0003% 2. Pengaruh Air Sungai Terhadap Perairan Laut Menurut Mulyanto (2007) sungai memiliki fungsi utama yaitu mengalirkan air dan mengangkut material sedimen hasil erosi pada daerah aliran sungai (DAS) dan alurnya. Material sedimen ini sebagian akan terbawa air banjir ke luar alur aliran untuk kemudian diendapkan dan sebagian besar lainnya akan terbawa sampai ke laut atau muara sungai. Berdasarkan hal tersebut maka muara sungai berfungsi sebagai pengeluaran atau pembuangan debit sungai terutama pada saat banjir ke laut. Gross (1972) dalam Rifardi (2009), menekankan bahwa pasang surut mendominasi sirkulasi air di sebagian besar muara sungai, sehingga suplai air di muara sungai bergantung pada peristiwa pasang surut. Di perairan sempit dan semi tertutup seperti di muara sungai, pasang surut merupakan gaya penggerak utama sirkulasi massa air. Pada saat pasang volume air di daerah muara sungai bertambah dengan air yang berasal dari laut. Penambahan air laut ini akan menyebabkan konsentrasi sedimen tersuspensi di perairan berubah. Begitu juga pada saat surut, air akan berkurang sehingga konsentrasi sedimen tersuspensi diperairan akan berubah lagi.Berdasarkan hal tersebut, pasang surut merupakan parameter yang penting dalam proses pengangkutan sedimen di sekitar muara sungai, selain itu pengaruh arus dan debit sungai dapat mengaduk sedimen yang ada di muara sungai yang mana mempengaruhi konsentrasi sedimen tersuspensi yang ada di muara sungai. Dengan demikian faktor oseanografi seperti pasang surut, arus dan debit sungai berpengaruh terhadap distribusi sedimen tersuspensi Hutabarat dan Evans (1984) berpendapat bahwa daerah estuaria adalah daerah dimana kadar salinitasnya berkurang karena adanya pengaruh air tawar yang masuk dan juga disebabkan oleh terjadinya pasang surut di daerah itu. Keragaman salinitas dalam air laut akan mempengaruhi jasad-jasad hidup akuatik berdasarkan kemampuan pengendalian berat jenis dan keragaman tekanan osmotik. Berdasarkan baku mutu air laut dalam Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa perairan laut yang dekat dengan sungai dalam hal ini muara, dapat menyebabkan pencemaran akibat konsentrasi sedimen tersuspensi yang berasal dari sungai. Namun hal itu tergantung pada pasang surut dari laut sendiri. Selain itu sungai juga berpengaruh dalam penurunan kadar salinitas