Anda di halaman 1dari 21

EKSPLORASI AIR TANAH

(Fisika Bumi)

OLEH:

Abu Farhan Salimi 1613022052


Syaiful Wibowo 1653022004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul EKSPLORASI AIR TANAH ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam proses penyusunan makalah ini, Penulis banyak mengalami kesulitan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Dosen penanggung
jawab dan teman-teman sekalian. Agar makalah ini dapat bermanfaat untuk di
pelajari kedepannya.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Kami mengucapkan
banyak terima kasih.

Bandarlampung, 22 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
..............................................................................................................
..
B. Tujuan....................................................................................................
C. Rumusan Masalah..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hidrologi………………………………………………………………

2.11 Pengertian Hidrologi…………………………………………....

2.2 Air Tanah…………………………………………………………......

2.11 Pengertian Air Tanah…………………………………………….

2.3 Metode – Metode Eksplorasi Air Tanah............................................

2.3.1 Metode Geofisika………………………………………………

2.3.2 Metode Geofisika Untuk Menentukan Air Tanah……………

2.3.3 Batasan Metode Geofisika……………………………………..


BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................................

3.2 Saran………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lebih dari 98% air yang ada di daratan tersembunyi di bawah permukaan tanah
yang lazim disebut air tanah, dan 2% sisanya berupa air permukaan seperti sungai,
danau dan reservoir. Setengah dari 2% air permukaan tersimpan dalam reservoir
buatan. Air bawah tanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung
air (akuifer) di bawah permukaan tanah, termasuk mata air yang muncul di
permukaan tanah. Air tanah tersimpan dalam suatu wadah (akuifer), yaitu formasi
geologi yang jenuh air yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan
meloloskan air dalam jumlah cukup dan ekonomis.

Ditinjau dari sistemnya, akuifer terdiri atas akuifer tidak tertekan atau populer di
masyarakat sebagai air tanah dangkal (soil water) dan akuifer tertekan atau dikenal
sebagai air tanah dalam (ground water). Air tanah dangkal umumnya berada pada
kedalaman kurang dari 40 m dari permukaan tanah. Air tanah dangkal sangat
mudah dipengaruhi oleh kondisi lingkungan setempat, karena antara air tanah
dangkal dan air yang ada di permukaan tanah tidak dipisahkan oleh lapisan batuan
yang kedap. Jika terjadi hujan, air yang meresap ke dalam tanah akan langsung
menambah air tanah ini.

Disebut air tanah dalam karena keberadaannya cukup dalam di bawah permukaan
tanah, sehingga untuk memanfaatkannya harus menggunakan bor. Air tanah dalam
berada pada kedalaman 40-150 m atau lebih. Akuifer ini tidak dipengaruhi oleh
kondisi air permukaan setempat, karena antara air tanah dalam dan air yang ada di
permukaan tanah dipisahkan oleh lapisan batuan yang kedap. Air tanah dalam
berasal dari daerah resapan yang bertopografi tinggi. Intensitas pengambilan air
tanah yang cukup tinggi dan melampaui jumlah rata-rata imbuhannya akan
menurunkan muka air tanah dan mengurangi potensi air tanah di dalam akuifer.
Bila ini terjadi maka berbagai dampak negatif akan muncul, seperti intrusi air laut,
penurunan kualitas air tanah, dan terjadinya tanah ambles.

Eksploitasi air tanah harus dilakukan dengan hati-hati serta mem pertimbangkan
keseimbangan antara discharge area (daerah lepasan) dan recharge area (daerah
imbuhan/ pengisian) agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
Sebelum melakukan eksplorasi dan eksploitasi air tanah perlu dilakukan deteksi
untuk mengetahui tempat keberadaan air tanah, potensi airnya, dan debitnya. Lalu
bagaimana mendeteksi potensi dan keberadaan air tanah secara cepat dan tepat
tanpa mengebornya? Caranya adalah dengan menggunakan metode geofisika.
Metode Geofisika adalah metode yang dapat digunakan sebagai alat untuk
mengetahui keadaan bawah permukaan bumi, seperti penyelidikan air tanah dan
keberadaan suhu reservoar batuan-batuan dalam tanah.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian air tanah


2. Untuk mengetahui bagaimana metode geolistrik untuk eksplorasi air tanah

C. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan air tanah?


2. Bagaimana ekplorasi air tanah dengan menggunakan metode geofisika?
II. PEMBAHASAN

2.1 Hidrologi

2.1.1 Pengertian Hidrologi


Studi tentang air dirasakan semakin penting, terutama di negara-negara
berkembang yang masih masalah budaya dan teknologi dalam penelolaan
air yang sesuai dengan lingkungannya. Cabang ilmu yang mempelajari
tentang air tersebut adalah Hidrologi. Secara etimologi, berasal dari dua
kata, yaitu hidro = air, dan logos = ilmu. Dengan demikian secara umum
hidrologi dapat berarti ilmu yang mempelajari tentang air. Konsep yang
umum itu, kini telah berkembang sehingga cakupan obyek hidrologi menjadi lebih jelas.

Menurut Marta dan Adidarma (1983), bahwa hidrologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik
di atas maupundi bawah permukaan bumi, tentang sifat fisik, kimia air
serta reaksinya terhadap lingkungan dan hubunganya dengan kehidupan.
Hidrologi memiliki ruang lingkup atau cakupan yang luas. Secara
substansial, cakupan bidang ilmu itu meliputi:
1. asal mula dan proses terjadinya air 
2. pergerakan dan penyebaran air 
3. sifat-sifat air 
4. keterkaitan air dengan lingkungandan kehidupan.
Hidrologi merupakan suatu ilmu yang mengkaji tentang kehadiran
dan gerakan air di alam. Studi hidrologi meliputi berbagai bentuk air serta
menyangkut perubahan-perubahannya, antara lain dalam keadaan cair,
padat, gas, dalam atmosfer, di atas dan di bawah permukaan
tanah, distribusinya, penyebarannya, gerakannya dan lain sebagainya.
Secara meteorologis, air merupakan unsur pokok paling penting dalam atmofer
bumi. Air terdapat sampai pada ketinggian 12.000 hingga 14.000 meter, dalam
jumlah yang kisarannya mulai dari nol di atas beberapa gunung serta gurun sampai
empat persen di atas samudera dan laut. Bila seluruh uap air  berkondensasi (atau
mengembun) menjadi cairan, maka seluruh permukaan bumi akan tertutup
dengan curah hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm.

2.2 Air Tanah

2.2.1 Pengertian Air Tanah

Menurut Herlambang (1996:5) air tanah adalah air yang bergerak di dalam
tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke
dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah. Air tanah berada di
bawah permukaan tanah didalam zona jenuh (saturation Zone) dengan
tekanan hidrostatis sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer. Lapisan yang
mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang
terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah
disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh.

Kondisi air tanah dipengaruhi oleh iklim, kondisi geologi, geomorfologi dan
penutup lahan serta aktivitas manusia. Sebagian besar air tanah berasal dari
air hujan yang meresap masuk kedalam tanah, air tanah tersebut disebut air
meteorik. Connate water yaitu air yang terperangkap dalam endapan sewaktu
terjadi proses penguapan (air ini biasanya payau sampai asin). Kondisi air
tanah dapat diketahui dari kondisi akuifer. Akuifer adalah suatu lapisan
batuan atau formasi geologi yang mempunyai struktur yang memungkinkan
air untuk masuk dan bergerak melaluinya dalam kondisi normal (Tood,
1980). Menurut Krussman dan Ridder (1970) dalam Utaya (1990:41-42) bahwa
macam-macam akuifer sebagai berikut:

a.Akuifer Bebas (Unconfined Aquifer)

yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air dan berada di
atas lapisan kedap air. Air tanah ini banyak dimanfaatkan oleh penduduk
untuk berbagai keperluan dengan kedalaman sumur umumnya antara 1 – 25
meter. Air tanah bebas masih merupakan sumber utama air bersih bagi
sebagian besar penduduk dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pemanfaatannya dilakukan dengan cara pembuatan sumur gali dan sumur
pantek pada kedalaman kurang dari 20 meter.

b. Akuifer Tertekan (Confined Aquifer)

yaitu aquifer yang seluruh jumlahnya air yang dibatasi oleh lapisan kedap
air, baik yang diatas maupun di bawah. Air yang mengalir (no flux) pada
lapisan pembatasnya, karena confined aquifer merupakan akuifer yang
jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas dan bawahnya. Oleh karena itu, air
tidak dapat melewati lapisan pembatas tersebut.

c. Akifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer)


yaitu aquifer yang seluruhnya jenuh air, dimana bagian atasnya dibatasi
oleh lapisan semi lolos air dibagian bawahnya merupakan lapisan kedap
air.

d. Akifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer)


yaitu aquifer yang bagian bawahnya yang merupakan lapisan kedap air,
sedangkan bagianatasnya merupakan material berbutir halus, sehingga pada
lapisan penutupnya masih memungkinkan adanya gerakan air. Dengan
demikian aquifer ini merupakan peralihan antara aquifer bebas dengan
aquifer semi tertekan.

2.2.2 Pengelompokan Air Tanah

a. Berdasarkan Letak Kedalaman

Pengelompokan air tanah berdasarkan letak kedalamannya dibagi menjadi


dua, yaitu :

1. Air Tanah Dalam

Air tanah dalam adalah air tanah yang berada dibawah lapisan air tanah
dangkal dan diantara dua lapisan impermeable. Air tanah dalam
merupakan akuifer bawah yang dimanfaatkan sebagai sumber air minum
penduduk kota, perhotelan, perkantoran, dan industri.

Air tanah dalam yang bertekanan besar dapat memancar ke permukaan


tanah melalui patahan atau retakan batuan secara alami, sumber air ini
disebut air artesis. Apabila tanah digali atau dibor ke dalam mencapai
akuifer bertekanan, maka air memancar melalui lubang sumur yang
disebut sumur artesis

2. Air Tanah Dangkal


Air tanah dangkal adalah air tanah yang berada  dibawah permukaan
tanah dan diatas batuan impermeable. Air tanah dangkal merupakan
akuifer atas yang disebut pula air freatis. Air tanah dangkal
dimanfaatkan sebagai air untuk memenuhi kebutuhan sehari hari dengan
membuat sumur rumahan.

b. Berdasarkan Jenisnya

Pengelompokan air tanah berdasarkan letak kedalamannya dibagi menjadi


tujuh, yaitu :

1.   Meteoric water (vadose water)


Yaitu air tanah yang berasal dari air hujan dan terdapat pada lapisan
tanah yang tak jenuh.
2.  Air tanah tubir (connate water)
Yaitu air tanah yang terperangkap dalam rongga-rongga batuan
endapan sejak pengendapan itu terjadi, termasuk juga air yang
terperangkap pada rongga-rongga batuan beku leleran sewaktu
magma tersembur keluar ke permukaan.
3.  Air fosil (fossil water)
Yaitu air yang terperangkap dalam rongga-rongga batuan dan tetap
tinggal tinggal dalam batuan tersebut sejak penimbunan itu terjadi.
4.  Air magma (juvenile water)
Yaitu air yang berasal dari dalam bumi (dapur magma). Air ini bukan
dari atmosfer atau dari permukan air.
5.  Air pelikular/ari (pellicullar water)
Yaitu air yang tersimpan didalam tanah karena tarikan molekul-
molekul tanah.
6.  Air freatis (phreatic water)
Yaitu air yang berada pada lapisan kulit bumi yang porous (sarang).
Air tanah ini berada diatas lapisan kedap air.
7.  Air artesis (artesian water)
Yaitu air yang berada diantara dua lapisan kedap air (impermeable),
sehingga air tersebut dalam keadaan tertekan.
2.2.3 Pemanfaatan Air Tanah
Manfaat air tanah bagi kehidupan antara lain yaitu

1.      Merupakan bagian yang penting dalam siklus hidrologi,


2.     Menyediakan kebutuhan air bagi hewan dan tumbuh- tumbuhan,
3.     Merupakan persediaan air bersih secara alami,
4.     Untuk keperluan hidup manusia (minum, memasak dan mencuci),
5.     Untuk keperluan industri (industri tekstil dan industri farmasi), dan
6.     Untuk irigasi pada sektor pertanian.

2.3 Metode – Metode Eksplorasi Air Tanah

2.3.1 Metode Geofisika


Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi dengan
menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Di dalamnya termasuk juga
meteorologi, elektrisitas atmosferis dan fisika ionosfer. Penelitian geofisika umum
bermanfaat untuk mendapatkan gambaran geologi, bisa dalam arti yang luas
ataupun dalam arti yang khusus. Untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan
bumi penelitian geofisika melibatkan pengukuran di atas permukaan bumi dari
parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Dari
pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan kondisi di bawah
permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun horisontal.
Metoda geofisika yang dipakai luas dalam eksplorasi yaitu seismik,
gravitasi, kemagnitan dan metode elektrik. Beberapa metoda yang masih jarang
digunakan di Indonesia yaitu radioaktivitas dan pengukuran aliran panas.
Metode yang umum dipakai dalam pencarian cebakan hidrokarbon serta
mineral padat antara lain metoda seismik dan gravitasi yang banyak digunakan
dalam eksplorasi minyak, metoda elektrik yang sering dipakai untuk pencarian
cebakan bijih dan pelacakan air tanah sedangkan metoda magnetik dapat
digunakan untuk kepentingan kedua hal itu. Berikut ini di bahas secara singkat
metoda-metoda tersebut :
a. Metoda Gaya Berat (Gravitasi)
Metoda ini untuk mengukur adanya perbedaan kecil medan gaya
berat batuan. Perbedaan ini disebabkan karena adanya distribusi massa yang
tidak merata di kerak bumi sehingga menimbulkan tidak meratanya distribusi
massa jenis batuan. Batu beku atau malihan yang umumnya mempunyai
massa jenis lebih besar dari batu sedimen dapat dibedakan dengan metoda
ini. Demikian juga batuan dasar (basement) dengan batuan sedimen
diatasnya. Oleh karenanya metoda ini sering dipergunakan untuk penelitian
bentuk permukaan batuan dasar.
b. Metode Pengukuran Kemagnitan
Peta yang dihasilkan dari pengukuran kemagnitan akan menunjukkan
variasi medan magnit bumi. Variasi tersebut disebabkan oleh adanya
perubahan struktur ataupun litologi yang berbeda dengan harga kerentanan
magnetik (magnetic susceptibility) yang berbeda.
Batuan sedimen pada umumnya mempunyai harga kerentanan
magnetik yang lebih kecil bila dibandingkan dengan batuan beku ataupun
batuan metamorf (relatif lebih banyak mengandung mineral magnetit)
sehingga pengukuran kemagnitan lebih  ditujukkan pada pelacakan struktur
dasar cekungan sedimen ataupun pencarian zona cebakan mineral magnetit
secara langsung. Metode magnetik pada awal mulanya digunakan dalam
eksplorasi minyak dimana daerah-daerah yang menunjukkan struktur geologi
dari formasi lapisan minyak banyak terkontrol oleh keadaan topografi,
patahan ataupun punggungan  pada batuan dasarnya.
c. Metode Elektrik
Pemakaian metoda elektrik dalam geofisika eksplorasi sering pula
disebut sebagai metoda geolistrik atau resistivity sounding dan mempunyai
berbagai metoda yang satu sama lain agak berbeda dalam teknik
operasionalnya. Metoda elektrik ini dimaksudkan untuk mendapatkan
informasi tentang lapisan batuan berdasarkan perbedaan harga tahanan jenis
(resitivity) lapisan batuan. Metoda ini telah cukup lama digunakan untuk
pemetaan batas lapisan. Pada cara  ini kita alirkan suatu arus listrik ke dalam
lapisan batuan kemudian mencatat perbedaan potensial yang timbul dari dua
elektrode yang berbeda letaknya.
Dalam bidang teknik sipil, metode ini dipakai untuk menentukan
kedalaman batuan dasar yang dipandang kuat untuk peletakan fondasi
bangunan yang diinginkan. Untuk keperluan penelitian airtanah, metoda
geolistrik digunakan untuk mendeteksi posisi penyebaran akuifer serta dapat
digunakan untuk mencari lapisan-lapisan berair asin. Dalam bidang
penelitian panasbumi, metoda ini digunakan untuk melokalisir daerah
pengumpulan panas yang berada di dekat permukaan.
d. Metoda Seismik
Metode seismik ini dibagi lagi menjadi 2 metode, antara lain:
a. Metoda Seismik Bias
Dalam penggunaan seismik bias maka alat perekam sinyal seismik
diletakkan relatif jauh dari titik peledakan dinamit sehingga jarak itu lebih
besar dibandingkan kedalaman horison lapisan batuan yang akan
dideteksi. Gelombang getaran hasil ledakan sebagian besar akan menjalar
secara horisontal di dalam lapisan tanah, dan waktu yang diperlukan untuk
perjalanan itu, untuk berbagai jarak dari sumber ke penerima, akan
memberi informasi tentang kecepatan dan kedalaman horison bawah
permukaan. Meskipun metoda seismik bias tidak akan memberikan
banyak informasi atau gambaran struktural yang tepat sebagaimana pada
seismik pantul, tetapi akan memberikan informasi kecepatan gelombang
pada lapisan pembias dan akan berguna bagi ahli geofisika untuk
mengetahui jenis litologinya. Cara ini umumnya lebih cepat untuk meliput
suatu wilayah yang sama luas dibandingkan seismik pantul sehingga
menguntungkan secara ekonomis.
Seismik pantul cukup baik untuk daerah berstruktur dengan
permukaan berkecepatan tinggi semisal dasar atau bagian atas dari lapisan
batugamping. Jika hal itu merupakan target geologinya. Bila untuk
mengetahui bentuk dan kedalaman cekungan sedimen dengan pemetaan
permukaan dasar cekungan sedimen dengan pemetaan permukaan dasar
cekungan, metoda seismik bias cukup efektif dan ekonomis untuk
kebutuhan tersebut. Karena kecepatan gelombang pada batuan di
sekitarnya, maka metoda ini cukup baik pula untuk mendeteksi struktur
diapirif semacam kubah garam. Dalam keadaan yang favorabel, metoda
ini dapat dipakai untuk mendeteksi dan menentukan sesar tegak zona
patahan pada formasi-formasi berkecepatan tinggi, seperti batu gamping
masip atau batuan dasar cekungan. Seismik bias jarang digunakan dalam
eksplorasi minyak, umumnya dipakai untuk kepentingan pekerjaan teknik
sipil.
b. Metoda Seismik Pantul
Dengan metoda seismik pantul, keadaan struktur lapisan batuan di
bawah permukaan dapat diketahui dengan baik. Cara ini berdasarkan atas
perekaman pulsa seismik di permukaan yang disebabkan oleh sumber
getar buatan, yaitu peletusan dinamit di dekat permukaan tanah (ditanam
pada kedalaman dangkal) ataupun dengan cara mekanis semisal
pemukulan palu. Gelombang getaran yang terjadi akan merambat melalui
media lapisan batuan, dan sebagian gelombang tersebut akan dipantulkan
oleh bidang batas antar lapisan sehingga bergerak kembali ke permukaan
tanah. Gelombang pantul direkam oleh peralatan tertentu (disebut geofon)
yang cukup peka terhadap getaran di permukaan tanah. Alat-alat perekam
diletakkan pada jarak-jarak tertentu terhadap titik sumbernya.
Variasi waktu datang gelombang pantul tersebut akan
mencerminkan adanya kondisi struktural tertentu dari lapisan di bawah
permukaan. Kedalaman bidang antar lapisan dapat dihitung jika kita
ketahui waktu datang  gelombang pantul serta data kecepatan gelombang
di dalam lapisan batuan. Untuk mengetahui kecepatan gelombang maka
dilakukan uji coba pada lobang pemboran. Pada perkembangan terakhir
ini, data seisimik pantul telah dapat digunakan untuk mengidentifikasi
jenis liltologi terutama berdasar kecepatan dan karakteristik getaran.
Sedangkan untuk mengetahui adanya hidrokarbon didasarkan atas data
amplitudo pantulan dan indikator seismik lainnya.
Metoda seismik merupakan teknik prospeksi yang baik untuk
mengetahui keadaan struktur bawah permukaan. Hasil rekaman dari
penampang seismik sangat mirip dengan hasil rekonstruksi struktur yang
dilakukan oleh ahli geologi, tetapi ahli geologi perlu bersikap hati-hati
untuk menginterpretasi data seismik tersebut agar mendapat hasil
interpretasi yang tepat, kecuali bila data rekaman seismik betul-betul
berkualitas tinggi. Pada kondisi yang ideal, relief struktural dapat
ditentukan dengan ketelitian sekitar 3 - 6 meter.
2.3.2. Metode Geofisika Untuk Menentukan Air Tanah
Berikut metode-metode geofisika yang digunakan dalam menentukan air
tanah.
a. Metode Geofisika
Berbagai metode geofisika tersedia, mulai dari yang rumit dan mahal
hingga yang relatif sederhana dan murah. Dalam melakukan eksplorasi air
tanah, metode geolistrik tahanan jenis atau resistivitas masih menjadi
pilihan yang umum. Diantara kelebihannya adalah relatif sederhana, murah
dan mudah dilakukan dilapangan, serta mampu memberikan data yang bisa
diyakini. Metode resistivitas ini bisa digunakan dalam eksplorasi air tanah
karena sifat resistivitas batuan yang sangat dipengaruhi oleh kandungan
airnya, dan resistivitas kandungan air ini berhubungan dengan kandungan
ion-ionnya (Alile, 2011). Metode resistivitas dalam eksplorasi geofisika di
daerah dengan batuan sedimen telah terbukti memberikan hasil yang dapat
dipercaya (Emenike, 2001 dalam Alile dkk., 2010).
Secara garis besar metode ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: mapping dan
sounding. Mapping digunakan untuk melihat variasi ke arah lateral
sedangkan sounding digunakan untuk melihat variasi reristivitas ke arah
vertikal.
1. Vertical electric sounding adalah merupakan ide yang digunakan untuk
menentukan perubahan tahanan di dalam batuan yang berada di bawah suatu titik
acuan dipermukaan dan mengkorelasikan dengan data geologi agar diketahui struktur
bawah permukaan bumi. Prosedur ini didasarkan pada kenyataan bahwa di bagian
arus listrik yang dimasukkan ke bumi menembus kedalaman tertentu bertambah besar
dengan makin jauh antara elektroda arus.
a
n=1
M A O B N
2
n=2 a
M A O B N
3
n=3 a
M A O B N
kedudukan elektroda pada ves
Walaupun demikian arus listrik yang menembus di lapisan homogen ini
tidak dapat digunakan sebagai pegangan yang berlaku untuk bumi yang
tidak homogen atau berlapis-lapis. Untuk bumi atau media heterogen
dimana arus yang menembus sampai kedalaman tertentu tergantung pada
geometri susunan lapisan bumi.

2. Metode Seismik Bias


Metode seismik sering digunakan dalam eksplorasi hidrokarbon, batubara,
pencarian air tanah (ground water), kedalaman serta karakterisasi
permukaan batuan dasar (characterization bedrock surface), pemetaan
patahan dan stratigrafi lainnya dibawah permukaan dan aplikasi geoteknik.
Metode seismik bias merupakan salah satu metode geofisika untuk
mengetahui penampang struktur bawah permukaan, merupakan salah satu
metode untuk memberikan tambahan informasi yang diharapkan dapat
menunjang penelitian lainnya. Metode ini mencoba menentukan kecepatan
gelombang seismik yang menjalar di bawah permukaan. Metode seismik
refraksi didasarkan pada sifat penjalaran gelombang yang mengalami
refraksi dengan sudut kritis tertentu yaitu bila dalam perambatannya,
gelombang tersebut melalui bidang batas yang memisahkan suatu lapisan
dengan lapisan yang di bawahnya yang mempunyai kecepatan gelombang
lebih besar. Parameter yang diamati adalah karakteristik waktu tiba
gelombang pada masing-masing geophone.

Keterbatasan metode ini adalah tidak dapat dipergunakan pada daerah


dengan kondisi geologi yang terlalu kompleks. Metode ini telah
dipergunakan untuk mendeteksi perlapisan dangkal dan hasilnya cukup
memuaskan. Menurut Sismanto (1999), asumsi dasar yang harus dipenuhi
untuk penelitian perlapisan dangkal adalah:
1. Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan setiap lapisan menjalarkan
gelombang seismik dengan kecepatan yang berbeda-beda.
2. Semakin bertambah kedalamannya, batuan lapisan akan semakin kompak.
3. Panjang gelombang seismik lebih kecil daripada ketebalan lapisan bumi.
4. Perambatan gelombang seismik dapat dipandang sebagai sinar, sehingga
mematuhi hukum – hukum dasar lintasan sinar.
5. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik merambat dengan
kecepatan pada lapisan dibawahnya.
6. Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode seismik refraksi untuk
menghitung kecepatan rambat gelombang seismik dan kedalaman masing–
masing lapisan yang diturunkan dari kurva travel time sehingga akan
didapatkan model struktur bawah permukaan.

Secara umum metode interpretasi seismik refraksi dapat dikelompokkan


menjadi tiga kelompok utama, yaitu intercept time, delay time method dan
wave front method (Taib, 1984). Metode interpretasi yang paling
mendasar dalam analisis data seismik refraksi adalah intercept time
(Tjetjep, 1995).

2.3.3. Batasan Metode Geofisika


Bagaimanapun, metode geofisika tetap mempunyai kelemahan dan
batasan-batasan. Kelemahan pertama adalah apabila tidak terdapat suatu
perbedaan yang cukup signifikan diantara sifat-sifat dari batuan-batuan
yang diukur. Akibatnya, perbedaan batuan ataupun perbedaan karakternya
yang ingin kita ketahui menjadi tidak terdeteksi.
Kelemahan lainnya adalah dari segi metodologi yang digunakan. Faktanya,
hampir semua penyelesaian geofisika ditentukan dari proses yang
dinamakan “inverse modeling”. Inverse modeling adalah proses dengan
melihat suatu “akibat” yang ditimbulkan terlebih dahulu dan dari sana baru
menentukan “penyebabnya”. Contohnya dalam geofisika seperti
mendapatkan data resistivitas terlebih dahulu dan dari sana barulah
menentukan jenis batuannya. Hal ini sangat unik dikarenakan suatu
“akibat” dapat muncul karena berbagai macam “penyebab”. Oleh karena
itu sangat penting untuk mendapatkan berbagai informasi dan
mengikutsertakannya dalam interpretasi agar didapatkan “penyebab” yang
paling mungkin.
Kelemahan selanjutnya adalah masalah resolusi. Resolusi dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk memisahkan mendeteksi diantara sifat-sifat
yang berdekatan dan mirip. Resolusi yang diinginkan mungkin tidak dapat
dicapai dengan metode geofisika tertentu atau bisa akan terlalu mahal
untuk mendapatkan data dengan resolusi yang diinginkan.
Kelemahan terakhir adalah apa yang disebut dengan noise. Noise dapat
diartikan sebagai signal yang tidak diinginkan atau sebuah gangguan yang
sama sekali tidak merepresentasikan data. Noise ini apabila terlalu banyak
dapat menutupi data sebenarnya sehingga mengganggu dalam proses
interpretasi. Noise ini dapat muncul dari alat yang digunakan, atau dari
kondisi lingkungan ketika melakukan pengukuran.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam
ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung
membentuk lapisan tanah. Air tanah berada di bawah permukaan tanah
didalam zona jenuh (saturation Zone) dengan tekanan hidrostatis sama
atau lebih besar dari tekanan atmosfer
2. Metode geofisika adalah metode yang dapat digunakan sebagai alat untuk
mengetahui keadaan bawah permukaan bumi tanpa harus melihatnya
ataupun menggalinya seperti penyelidikan air tanah dan keberadaan suhu
reservoar batuan-batuan dalam tanah. Secara garis besar metode ini dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu: mapping dan sounding. Mapping digunakan untuk
melihat variasi ke arah lateral sedangkan sounding digunakan untuk
melihat variasi reristivitas ke arah vertikal.

3.2 Saran
1. Dalam pemilihan metode geofisika untuk menentukan air tanah sebaiknya
memilih metode geolistrik karena relatif sederhana, murah dan mudah
dilakukan dilapangan serta mampu memberikan data yang bisa diyakini.
2. Sebelum melakukan eksplorasi dan eksploitasi air tanah perlu dilakukan deteksi
untuk mengetahui tempat keberadaan air tanah, potensi airnya, dan debitnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aryanto. 2010. Geolistrik. Diundah dari http://aryanto.uns.ac.id pada tanggal 16


Oktober 2019 pukul 20.15 WIB.

Chay, Asdak. 2002. Hidrologi dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gajah Mada University Pres
Eddy Ibrahim, 2009, Materi Kursus Geolistrik, indralaya.
Lestarian. 2016. Makalah Akuifer dan debit air tanah. Diundah dari
http://lestaritrian17.blogspot.com/2016/06/makalah-akuifer-dan-debit-air-
tanah.html?m=1 pada tanggal 16 Oktober 2019 pukul 20.35 WIB.
Nurdin. 2011. Metode Nuclear Magnetic Resonance Sounding (Nmrs) Merupakan
Teknik Baru Dalam Eksplorasi Airtanah
Puradimaja. 2007. Slide power point eksplorasi dan pemetaan geologi: Bandung.
ITB.
Siemoen. 1998. Diktat Kuliah Geohidrologi. Jurusan Teknik Geologi. Universitas
Gajah Mada
Santoso. 1992. Peta Geologi Lembar Anyer. Pusat penelitian dan pengembangan
geologi dirjen geologi dan sumber daya mineral. Bandung.
Saputra. 2017. Makalah Air Tanah. Diundah dari http://mjayasaputra.blogsspot.com
pada tanggal 16 Oktober 2019 pukul 21.15 WIB.
Taib. 1983. Metoda Eksplorasi Tanahan Jenis. ITB
CV Toya Reka Sarana. 2006. Laporan Akhir Penyelidikan Electrik Well Logging
Pesantren X. Bandung

Anda mungkin juga menyukai