Anda di halaman 1dari 7

Nama : WIDIA WATI

NIM : P1337420420095

Kelas : 1A

NO : 48

TUGAS PATOFISIOLOGI

1. Fraktur
A. Pengertian Fraktur
Fraktur/Patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan
trauma langsung ataupun trauma tidak langsung. Adapun penyebab trauma langsung
adalah benturan pada tulang mengakibatkan frakturnditempat tersebut. Trauma tidak
langsung disebabkan tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area
benturan.
B. Patofisiologi Fraktur
Fraktur adalah patahan yang terjadi didalam kontinuitas struktural tulang. Hal
ini mungkin tidak lebih dari sebuah retakan, suatu pengisutan, atau pecahnya
korteks; lebih sering disebut sebagai patahan yang sempurna. Fragmen tulang yang
dihasilkan mungkin akan berada di tempatnya atau keluar dari tempatnya. Jika kulit
atasnya tetap utuh, maka disebut juga fraktur tertutup. Namun jika kulit atau salah
satu dari rongga tubuh menerobos keluar atau tertembus, maka disebut juga fraktur
terbuka (atau compound) yang dapat menyebabkan kontaminasi dan infeksi (Apley
& Solomon,2018). Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan
tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang (Linda
Juall C, 2009). Fraktur adalah kerusakan sebagian atau menyeluruh pada kontinuitas
dari struktur tulang dan dibagi menurut tipe dan luasnya (Brunner &Suddarth, 2010).
2. Dislokasi
A. Pengertian Dislokasi
Dislokasi adalah kondisi ketika tulang keluar atau bergeser dari posisi normalnya
pada sendi. Semua persendian yang ada di tubuh dapat mengalami dislokasi, terutama
saat terjadi benturan akibat kecelakan berkendara atau terjatuh ketika berolahraga.
B. Patofisiologi Dislokasi
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong
kedepan merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi. Kadang-kadang
bagian posterolateral kaput hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat
mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan
mengarah :lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah
karakoid). Dislokasi terjadi saat ligamen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga
tulang berpindah dari posisinya yang normal didalam sendi.karena terpeleset dari
tempatnya maka mengalami macet.selain itu juga mengalami nyeri.Sebuah sendi
yang pernah mengalami dislokasi ligamen-ligamennya menjadi kendor.akibatnya
sendi itu akan mudah mengalami dislokasi lagi.
3. Luksasi Dan Sub Luksasi
 Luksasi
A. Pengertian Luksasi

Luksasi yaitu jika elemen gigi tidak berada lagi pada tempat yang normal atau
terjadi pergeseran dan perpindahan gigi dari soketnya.

B. Patofisiologi Luksasi

Luksasi, merupakan perubahan letak gigi yang terjadi karena pergerakan

gigi ke arah labial, palatal maupun lateral, hal ini menyebabkan kerusakan atau

fraktur pada soket alveolar gigi tersebut. Penyebab terjadinya luksasi adalah
kecelakaan di tempat bermain, bersepeda, atau saat berolahraga seperti beladiri, sepak
bola, bola basket, lari, dan renang.

 Sub Luksasi
A. Pengertian Sub luksasi

Sub luksasi adalah lesi atau disfungsi dalam sebuah sendi atau segmen gerakan
dimana keterkaitan, integritas gerakan atau fungsi fisiologis berubah, meskipun
kontak antara permukaan sendi tetap utuh.

B. Patofisiologi Sub luksasi

Subluksasi merupakan dislokasi parsial (sebagian), masih ada sedikit bagian yang
bersatu. Subluksasi dapat terjadi akibat kecelakaan atau cedera pada sendi bahu yang
menyebabkan kerusakan pada struktur lain yang memberikan stabilitas sendi.
Contohnya adalah jatuh dan kecelakaan kendaraan bermotor. Cedera olahraga. Tanda
dan gejala umum :

o Nyeri
o Perubahan kontur sendi
o Perubahan Panjang extremitas
o Kehilangan mobilitas normal
4. Osteomielitis
A. Pengertian Osteomyelitis

Osteomyelitis adalah penyakit infeksi yang mengenai tulang.


B. Patofisiologi Osteomyelitis

Tulang normal umumnya resisten terhadap infeksi. Osteomyelitis terjadi karena


adanya inokulasi organisme dalam jumlah besar, trauma yang menyebabkan
kerusakan tulang, atau adanya benda asing pada tulang. Patogenesis osteomyelitis
akut dan kronis adalah multifaktorial dan belum dapat dipahami dengan baik, namun
beberapa mekanisme masuknya patogen ke dalam tulang adalah:

o Osteomyelitis hematogenous yaitu penyebaran melalui peredaran darah


o Osteomyelitis contiguous akibat fokal infeksi yang berdekatan, seperti pasca
trauma atau pembedahan
o Osteomyelitis associated with vascular insufficiency atau osteomyelitis terkait
insufisiensi vaskuler, adalah osteomyelitis sekunder akibat fokal infeksi yang
berdekatan yang disertai insufisiensi vaskuler, sering terjadi pada pasien dengan
diabetes mellitus atau penyakit pembuluh darah perifer[4,5]
5. Osteoporosis
A. Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit reumatologi berupa penurunan massa tulang dan
perburukan jaringan tulang tanpa disertai perubahan komposisi tulang. Hal ini
didefinisikan sebagai hasil pemeriksaan densitas tulang skor T <-2.5. Hal ini akan
meningkatkan risiko terjadinya fraktur pada pasien.
B. Patofisiologi Osteoporosis

Patofisiologi osteoporosis berkaitan dengan perubahan kepadatan dan kekuatan


tulang akibat ketidakseimbangan pembentukan dan resorpsi tulang. Kepadatan dan
kekuatan tulang ini ditentukan oleh aktivitas osteoblas untuk membentuk tulang dan
aktivitas osteoklas untuk resorpsi tulang. Ketidakseimbangan proses berupa
peningkatan resorpsi hingga melebihi pembentukan tulang dalam jangka panjang
akan menyebabkan terjadinya osteoporosis.[2-4]

6. Atrofi
A. Pengertian Atrofi

Atropi, adalah mengecilnya ukuran sel yang sudah pernah mencapai ukuran
normal, oleh karena respon penurunan atau pengkerutan ukuran sel dengan
pengurangan substansi sel.

B. Patofisiologi Atrofi

Patofisiologi atrofi antara lain terjadinya mutasi (yang dapat merusak gen untuk
membangun jaringan atau organ), sirkulasi dalam tubuh terganggu sehingga
kekurangan nutrisi dari makanan dan oksigen, gangguan hormonal, gangguan saraf
sehingga sel kurang digunakan seperti otot rangka atau kurangnya latihan atau
penyakit intrinsik pada jaringan itu sendiri dan proses penuaan.

Etiologi,

1) menurunya beban kerja (disuse atropy), misalnya patah tulang, imobilisasi


2) hilangnya inervasi saraf (neurogenic atropy), misalnya myolitis
3) berkurangnya aliran darah (vaskular atropi), misalnya arterosklerosis pembuluh
darah menyempit sehingga aliran darah ke jaringan menurun dan terjadi atropi.
4) nutrisi yang tidak cukup,
5) hilangnya stimulus endokrin (endokrin atropi)/penuaan, misalnya post
menopause oleh karena stimulus endokrine berhenti, gonad mengalami atropi.

Hormon-hormon insulin, tiroid, glukokortikoid dan prostaglandin mempengaruhi


proses sintesis dan degradasi protein.

Makrokopis : Organ mengecil, bila banyak mengandung lipofusin akan berwarna


coklat (brown atropi)

Mikroskopis , sel-sel jaringan mengecil, deposisi lipofusin sitoplasma.

7. Hipertrofi
A. Pengertan Hipertrofi

Hipertropi, adalah peningkatan ukuran sel sehingga organ atau jaringan yang
dibentuk membesar. Hipertropi tidak memerlukan pembelahan sel dan tidak ada sel
baru yang terbentuk.

B. Patofisiologi Hipertrofi

Etiologi, meningkatnya fungsi oleh karena kenaikan beban dan adanya stimulasi
hormon (peningkatan sintesis protein pada sitoplasma, retikulum endoplasmik,
mikrofilamin dan mitokondria) bukan pada cairan sel.

Ada dua bentuk fisioogik dan patologik, Contoh :

1) pada kehamilan membesarnya rahim disebabkan adanya hipertropi dan


hiperplasia sel-sel otot rahim oleh karena rangsangan hormon

2) Menurut Kissane (1990), hipertrpi otot jantung diwali dengan pembesaran ukuran
organ jantung yang disebabkan karena dilatasi bilik jantung akibat beban berat yang
diikuti sintesis protein dan sintesis DNA. Sel otot jantung termasuk sel permanen,
sehingga sel jantung yang sudah dewasa tidak dapat mitosis (Contrans, 1994).
3) pada otot skletal pekerja berat, dan pada oto jantung penderita tekanan darah
tinggi, oleh karena meningkatnya beban, sel-sel otot menjadi hipertropi.

Secara ultrastruktur terdapat peningkatan jumlah mitokondria, retikulm endoplasmik


dan miofibril, tetapi kemampuan adaptasi ini ada batasannya, sehingga bila
terlampaui sel akan sakit dan mati.

Makroskopis, orgam membesar dan tambah berat

Mikroskopis, sel-sel tambah besar dibanding keadaan nomral.

Hipertropi dan hiperpalisa sering berjalaman bersama-sama, namun melihat


kemampuan adaptasi dari jaringan tersebut kita dapat menentukan apa yang terjadi.

8. HIPERPLASIA
A. Pengertian
Hiperplasia, adalah bertambahnya jumlah sel dalam jaringan/organ yang bisanya
meningkatkan volume/bearnya jaringan atau organ tersebut.Sebagian sel jaringan bila mendapat
jejeas akan bereaksi dengan jalan membelah diri (mitosis), sehingga jumlahnya bertambah
banyak.
B. Patofisiologis

di tandai dengan bertambahnya jumlah sel dalam jaringan/organ, akibat beban kerja
yang bertambah. Sel lebih banyak dalam ukuran yang normal secara makroskopis.

9. METAPLASIA
A. Pengertian
metaplasia adalah perubahan yang reversible dari satu jenis sel dewasa menjadi sel
dewasa yang lain
B. patofisiologis

di tandai dengan berubahnya suatu tipe sel dewasa menjadi tipe sel dewasa yang lain dan
bersifat reversible sehingga fungsi sel juga ikut berubah atau pertumbuhan abnormal sel yang
terkendali. Terjadi pada jaringan mesebkimial/penyangga( otot,lemak, tulang), jaringan epitel
penutup, jaringan epitel kelenjar.

10. DISPLASIA
A. Pengertian
Displasia adalah perubahan pada sel dewasa dengan vareasi dalam bentuk, ukuran dan susunan

dari sel selnya atau kelainan pertumbuhan


B. patofisiologi

di tandai dengan hilangnya keseragaman sel secara individu dan juga hilangnya orientasi
susunan sel-sel tersebut, perubahan sifat sel sehingga bervariasi dalam ukuran, bentuk,dan
susunannya. Mempunyai inti sel berwarna gelapdan ukuranya lebis besar serta abnormal,mitosis
lebih banyak di jumpai pada tempat abnormal diantara sel sel, merupakan permulaan dari
timbulnya keganasan pendahuluan kanker.

Displasi dapat di jumpai pada serviks, saluran pernafasan, rongga mulut dan empedu.

11. CEDERA SEL


A. Pengertian
Cidera sel adalah berbagai perubahan stress yang di derita sel karena perubahan lingkungan
eksternal maupun internal

B. Patofisiologi
Penyebab terjadinya cedera sel yakni
 agen infektif mulai dari agen tingkat miskrokopik sampai dengan maskroskopik,
 reaksi imunologi yang dapat menimbulkan cedera sel,
 cacat genetic
akibat perubahan halus pada level DNA, dapat juga terjadi karena cedera oleh bahan
kimia

pengaruh cidera sel

 Cedera sel akut reversible ( dapat sembuh)


 Cedera ireversibel yang menyebabkan kematian sel yang berupa nekrosis dan
apoptosis
 Perubahan organel subseluler

Efek dari cidera sel

 Perununan jumlah ATP menurun sehingga organel yang bergantung pada pasokan
energi dari ATP terganggu
 Kerusakan membrane dapat menggangu mitokondria
 Peningkatan jumlah ION ca dalam sitoplasma yang akan menggangu kinerja sel
terutama DNA
 Peningkatan bentuk OH reaktif

12. KEMATIAN SEL


A. Pengertian
Apoptosis adalah suatu proses kematian sel yang terprogram, diatur secara genetic, bersifat aktif,
di tandai dengan adanya kondensasi tetangganya.kromatin, fragmentasi dan fagositosis sel
tersebut oleh sel.
Nekrosis adalah kondisi cedera pada sel yang mengakibatkan kematian dini sel-sel dan jaringan
hidup.
B. Patofisiologi
Apoptosis kematian sel terjadi karena rangsangan faktor fisiologik/patologi, memilki ciri
yakni
 Sel menjadi bulat
 Kromatin mulai mengalami degradasi dan kondensasi
 Kromatin mengalami kondensasi lebih lanjut, menjadi semakin memadat
 Plasma membrane mengalami blebbing
 Sel tersebut kemudian dimakan atau pecah menjadi gelembung gelembung yang di
sebut apoptotic

Nekrosis

Ditandai dengan pembengkakan sel, digesti kromatin, rusaknya membrane plasmadan organel,
hidrolisis DNA, penghancuran organel, dan lisis pada sel

13. LUKA DAN PENYEMBUHAN LUKA


A. Pengertian
Luka adalah kerusakan anatomi, keadaan pemisahan jaringan karena kekerasan atau trauma.
Penyembuhan luka adalah proses penggantia dan perbaikan fungsi jaringan tubuh yang sudah
rusak.
B. Patofisiologi
Luka dapat di akibatkan sayatan, tergores dan tertusuk.
Penyembuhan luka terbagi menjadi beberapa tahap
 Hemostatis( pembekuan darah)
Tahapan ini dimuali saat darah yang sehat keluar saat kulit terseyat, tergores, dan
tertusuk. Beberapa detik atau menit kemudian darah akan menggumpal untuk
menutup dan menyembuhkan luka serta mencegah tubuh kehilangan darah terlalu
banyak
 Inflamsi
Setelah pendarahan berhenti, pembuluh darah akan melebar untuk mengalirkan darah
sehat ke area tubuh yang terluka, pada tahap ini sel darah putih akan menghancurkan
kuman di derah luka
 Proliferative
Merupakan tahap pembentukan jaringan parut setelah luka, pada tahap ini kolagen
mulai tumbuh di dalam luka
 Pematangan atau penguatan jaringan
Setelah jaringan yang rusak benar benar pulih kulit akan menjadi sama kuatnya
sebelum mengalami luka, pada bekas luka kulit tidak dapat memproduksi elastin baru
sehingga bekas luka seluruhnya terbuat dari kolagen.

Anda mungkin juga menyukai