Anda di halaman 1dari 10

DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN

PAYUDARA KLINIS (SADANIS) PADA WANITA USIA SUBUR DI


PUSKESMAS KALASAN, SLEMAN, DIY

Early Detection Of Breast Cancer With Clinical Breast Examination (CBE) On


Women Of Childbearing AgeIn Puskesmas Kalasan, Sleman, DIY

Nonik Ayu Wantini1 Novi Indrayani2


Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Respati Yogyakarta

ABSTRAK

Berdasarkan data Globocan (IARC/ International Agency for Research on Cancer) 2012,
kanker payudara menempati urutan pertama seluruh kanker pada perempuan (incidence rate 40 per
100.000). Sampai dengan tahun 2016, cakupan SADANIS di Indonesia sebesar 4,34% yang masih
jauh dari target nasional sebesar 10% pada akhir tahun 2015. Pemeriksaan SADANIS dapat
dilakukan di Puskesmas dan salah satu tantangan adalah belum optimalnya kesadaran masyarakat
untuk deteksi dini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
SADANIS. Desain penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel
350 wanita, dipilih dengan teknik consecutive sampling. Waktu penelitian Maret sd Mei
2018.Teknik pengambilan data dengan wawancara terstruktur, instrumen kuesioner. Uji analisis
menggunakan chi-square test.
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan sebagian besar rendah (94%), sikap positif
(97,4%), 91,1% yakin bahwa kanker payudara akan sembuh jika ditemukan lebih dini, 90% tidak
melakukan SADANIS dalam 3 tahun terakhir. Terdapat hubungan pengetahuan (p-value = 0,012),
tidak terdapat hubungan sikap dengan SADANIS (p-value = 0,607), tidak terdapat hubungan
kepercayaan dengan SADANIS (p-value = 0,341). Kesimpulan : faktor yang berhubungan dengan
deteksi dini adalah pengetahuan tentang kanker payudara.
Kata kunci : pengetahuan, sikap, kepercayaan, SADANIS

ABSTRACT

Based on data Globocan (IARC/International Agency for Research on Cancer) 2012,


breast cancer ranks first all the cancer in women (incidence rate 40 of 100,000 women). Until
2016, CBE coverage in Indonesia is 4.34% which is still far from the national target of 10% by the
end of 2015. CBE examination can be done at Puskesmas and one of the challenges is not yet
optimal public awareness for early detection.
This study aims to determine the factors associated with CBE. Analytic survey research
design with cross sectional approach. The sample size of 350 women, selected by consecutive
sampling technique. The research time is March to May 2018. Technique of taking data with
structured interview, instrument of questioner. Test analysis using chi-square test.
The results showed that respondents' knowledge was mostly low (94%), positive attitude
(97.4%), 91.1% of respondents believed that breast cancer would heal if found earlier, 90% of
respondents did not do CBE in the last 3 years. Knowledge relation with CBE (p-value = 0.012),
there is no relationship between attitude with CBE (p-value = 0.607), there is no relationship
between trust with CBE (p-value = 0.341). Conclusion: the factors associated with early detection
are knowledge of breast cancer.
Keywords: knowledge, attitude, trust, CBE

Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Klinis (Sadanis)


Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Kalasan, Sleman, DIY
(Nonik Ayu Wantini, Novi Indrayani) 14
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut data GLOBOCAN (IARC)tahun 2012 diketahui bahwa kanker
payudara merupakan penyakit kanker dengan persentase kasus baru (setelah
dikontrol oleh umur) tertinggi, yaitu sebesar 43,3%, dan persentase kematian
(setelah dikontrol oleh umur) akibat kanker payudara sebesar
12,9%.Penyakit kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan
prevalensi tinggi di Indonesia pada tahun 2013, yaitu sebesar 0,5‰.
Prevalensi kanker payudara tertinggi terdapat pada Provinsi D.I. Yogyakarta,
yaitu sebesar 2,4‰. Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker payudara
terbanyak terdapat pada Provinsi Jawa Tengah.1
Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan payudara yang
dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.Faktor risiko yang erat
kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara antara lain jenis
kelamin wanita, usia > 50 tahun,riwayat keluarga dan genetik, riwayat
penyakit payudara sebelumnya, riwayat menstruasi dini (< 12 tahun), riwayat
reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui), hormonal, obesitas,
konsumsi alkohol, riwayat radiasi dinding dada, faktor lingkungan.2
Para ahli memperkirakan bahwa 40% kanker dapat dicegah dengan
mengurangi faktor risiko terjadinya kanker tersebut. Untuk itu diperlukan
upaya peningkatan kesadaran masyarakat untuk mencegah faktor risiko
tersebut dan peningkatan program pencegahan dan penanggulangan yang
tepat.3
Hasil penelitian menunjukkan terdapat enam faktor yang memiliki
hubungan bermakna dengan keterlambatan penderita kanker payudara dalam
melakukan pemeriksaan awal ke pelayanan kesehatan yaitu tingkat
pendidikan (tingkat pendidikan rendah p=0,001;OR 5,67 dan tingkat
pendidikan sedang p=0,008;OR 3,65), tingkat pengetahuan (tingkat
pengetahuan kurang p<0,001;OR 15,7 dan tingkat pengetahuan cukup
p=0,011;OR 9,5), keterjangkauan biaya (p=0,003;OR 5,95), keterpaparan
informasi/media massa (p=0,011;OR 2,75), dukungan suami/keluarga
(p<0,001;OR 4,35), dan perilaku deteksi dini (tidak pernah SADARI
(pemeriksaan payudara sendiri) p<0,001;OR 11,08 dan tidak rutin SADARI
p=0,032;OR 5.18).4
Dalam upaya penanggulangan kanker, pemerintah Indonesia sudah
melaksanakan secara khusus program deteksi dini kanker pada perempuan
Indonesia untuk kanker payudara dengan Pemeriksaan Payudara Klinis
(SADANIS). Sampai dengan tahun 2016, cakupan pemeriksaan SADANIS
sebesar 4,34% yang masih jauh dari target nasional sebesar 10% pada akhir
tahun 2015. Pemeriksaan SADANIS dapat dilakukan di Puskesmas dan salah
satu tantangan pelaksanaannya di Indonesia adalah belum optimalnya
kesadaran masyarakat untuk deteksi dini.5
Menurut profil Kesehatan DIY pada tahun 2015, untuk capaian SADANIS
0,2% dari perempuan usia 30-50 tahun yang menjadi target. Kabupaten
Sleman merupakan kabupaten dengan capaian terendah dibandingkan 4

Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Klinis (Sadanis)


Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Kalasan, Sleman, DIY
(Nonik Ayu Wantini, Novi Indrayani) 15
kabupaten lain di DIY untuk pencapaian target deteksi dini, dimana untuk
pencapaian SADANIS hanya 0,28%.6
Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh
pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi (Predisposing factors). Disamping
itu ketersediaan fasilitas atau sarana kesehatan (Enabling factors), sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat (Reinforcing factors) terhadap kesehatan
juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.7
Skrining pada negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Belanda
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan ultrasonografi dan mamografi,
karena sumber daya di negara-negara itu cukup memadai untuk melakukan
program tersebut, sedangkan di negara berkembang seperti Indonesia,
skrining secara massal dengan USG dan mamografi belum memungkinkan
untuk dilakukan. Oleh karena itu pemeriksaan payudara klinis oleh tenaga
kesehatan terlatih yang dikuti dengan promosi dan edukasi tentang
pengobatan yang baik kepada masyarakat (bahwa Kanker Payudara bila
ditemukan pada stadium awal akan meningkatkan kemungkinan untuk
sembuh dan waktu untuk bertahan hidup lebih lama) sehingga pada akhirnya
akan meningkatkan pencapaian tujuan dari skrining yaitu menurunkan angka
kesakitan dan kematian serta meningkatkan kualitas hidup penderita Kanker
Payudara.8
Berdasarkan studi pendahuluan di Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman,
diketahui bahwa pada tahun 2015 Puskesmas Kalasan memiliki jumlah
wanita usia 30-50 tahun terbanyak dibandingkan 16 Puskesmas lainnya di
Kabupaten Sleman dengan jumlah sasaran wanita usia 30-50 tahun adalah
11928, namun tercatat 0% untuk capaian target SADANIS.

B. Rumusan Masalah
Rasa takut terhadap kanker menyebabkan masyarakat enggan melakukan
pemeriksaan (deteksi dini), menjauhkan diri dari informasi mengenai kanker,
sehingga kanker terdiagnosis pada stadium lanjut. Berdasarkan yang telah
diuraikan, peneliti tertarik ingin mengetahui faktor predisposisi apakah yang
berhubungan dengan deteksi dini kanker payudara?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui faktor predisposisi apakah yang berhubungan dengan
deteksi dini kanker payudara

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross


sectional. Waktu pengambilan data penelitian adalah 19 Maret sd 04 Mei 2018.
Populasi penelitian ini adalah semua wanita PUS usia 19-49 tahun yang
berkunjung ke Puskesmas Kalasan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil
sampel 350 orang. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah consecutive
sampling. Adapun kriteria inklusi adalah: menikah ≥ 3 tahun, berdomisili di

Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Klinis (Sadanis)


Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Kalasan, Sleman, DIY
(Nonik Ayu Wantini, Novi Indrayani) 16
Kecamatan Kalasan, bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi antara lain
pernah melakukan Pap Smear, Kolposkopi, Konisasi, USG payudara,
mammografi, hamil lebih dari 1 kali dalam waktu 3 tahun terakhir. Teknik
pengumpulan data adalah metode wawancara terpimpin/terstruktur dengan
instrumen kuesioner. Uji validitas isi yang dilakukan adalah dengan 2 expert di
bidang Kesehatan Reproduksi. Hasil uji validitas dinyatakan kuesioner valid
dengan rata-rata nilaivaliditas 0,93.Analisis data univariat dan bivariat/uji chi
square. Penelitian ini telah sesuai dengan prinsip-prinsip etik, dinyatakan telah
memenuhi persyaratan etik protokol oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan,
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Respati Yogyakarta berdasarkan Surat
Keterangan Kelaikan Etik No: 038.2/UNRIYO/PL/III/2018.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik Responden
Tabel 1. Karakteristik responden
No Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)
1. Usia responden
19-29 tahun 57 16,3
30-49 tahun 293 83,7
2. Pendidikan
Tidak sekolah 1 0,3
Dasar 98 28,0
Menengah 187 53,4
Tinggi 64 18,3
3. Paritas
Nullipara 11 3,1
Primipara 93 26,6
Multipara 243 69,4
Grandemultipara 3 0,9
Total masing-masing karakteristik 350 100

Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa sebagian besar responden berusia


30-49 tahun (83,7%), pendidikan menengah (53,4%), multipara (69,4%).
b. Pengetahuan Kanker Payudara
Tabel 2. Pengetahuan Kanker Payudara
No Pengetahuan Jumlah (n) Persentase (%)
1. Rendah 329 94,0
2. Sedang 13 3,7
3. Tinggi 8 2,3
Total Responden 350 100

Berdasarkan tabel 2, pengetahuan responden tentang kanker payudara


sebagian besar rendah (94%)

Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Klinis (Sadanis)


Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Kalasan, Sleman, DIY
(Nonik Ayu Wantini, Novi Indrayani) 17
c. Sikap Deteksi Dini Kanker Payudara
Tabel 3. Sikap Deteksi Dini Kanker Payudara
No Sikap Deteksi Dini Jumlah (n) Persentase (%)
1. Negatif 9 2,6
2. Positif 341 97,4
Total Responden 350 100

Berdasarkan tabel 3, sebagian besar sikap responden positif artinya


merasa bahwa penting dilakukan deteksi dini kanker payudara. Sikap
positif deteksi dini kanker payudara sebesar 97,4%.
d. Kepercayaan Mengenai Kanker Payudara
Tabel 4. Kepercayaan Mengenai Kanker Payudara
No Kepercayaan Jumlah (n) Persentase (%)
1. Tidak Yakin 31 8,9
2. Yakin 319 91,1
Total Responden 350 100

Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa sebagian besar responden (91,1%)


yakin bahwa kanker payudara akan sembuh jika ditemukan lebih dini.
e. Deteksi Dini Kanker Payudara
Tabel 5. Deteksi Dini Kanker Payudara
No Deteksi Dini Jumlah (n) Persentase (%)
1. Tidak Melakukan 315 90
2. Melakukan 35 10
Total Responden 350 100

Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa 90% responden tidak melakukan


pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) dalam 3 tahun terakhir.

Tabel 6. Alasan Tidak Melakukan Deteksi Dini Kanker Payudara


No Alasan Tidak Melakukan Jumlah (n) Persentase (%)
Deteksi Dini
1. Tidak ada keluhan 216 61,7
2. Tidak sempat/tidak ada waktu 14 4
3. Sudah SADARI 56 16
4. Tidak Tahu SADANIS 9 2,6
5. Takut 16 4,6
6. Malu 3 0,9
7. Biaya 1 0,3
Total Responden 315 90

Berdasarkan tabel 6 diatas, diketahui bahwa alasan responden tidak


melakukan SADANIS sebagian besar (61,7%) adalah dikarenakan tidak
ada keluhan pada payudara.

Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Klinis (Sadanis)


Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Kalasan, Sleman, DIY
(Nonik Ayu Wantini, Novi Indrayani) 18
Tabel 7. Alasan Melakukan Deteksi Dini Kanker Payudara
No Alasan Melakukan Deteksi Dini Jumlah (n) Persentase (%)
1. Ada keluhan 16 4,6
2. Ikut pemeriksaan gratis 8 2,3
3. Ingin mencegah 11 3,1
Total 35 10

Berdasarkan tabel 7 diatas, diketahui bahwa alasan terbanyak untuk


melakukan SADANIS adalah 16 orang (4,6%) ada keluhan pada
payudara.

2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Pengetahuan dengan Deteksi Dini Kanker Payudara
Tabel 8. Hubungan Pengetahuan dengan Deteksi Dini Kanker Payudara
Deteksi Dini Kanker Payudara
Tidak Total p-
No Pengetahuan Melakukan
Melakukan value
n % n % n %
1 Rendah 300 91,2 29 8,8 329 100
2 Sedang dan 15 71,4 6 28,6 21 100 0,012
Tinggi
Total 315 90,0 35 10,0 350 100

Berdasarkan tabel 8, diketahui bahwa responden yang


berpengetahuan sedang dan tinggi 28,6% yang melakukan SADANIS
dalam 3 tahun terakhir, sedangkan responden yang berpengetahuan rendah
hanya 8,8% yang melakukan SADANIS dalam 3 tahun terakhir.
Berdasarkan uji Fisher’s Exact test, diperoleh p-value 0,012 yang berarti
ada hubungan antara pengetahuan dengan deteksi dini kanker payudara.
Uji Fisher’s Exact test digunakan sebagai uji alternatif Chi-Square karena
syarat tidak terpenuhi (terdapat nilai harapan <5 sebanyak 25%).
b. Hubungan Sikap dengan Deteksi Dini Kanker Serviks
Tabel 9. Hubungan Sikap dengan Deteksi Dini Kanker Serviks
Deteksi Dini Kanker Payudara
Tidak Total p-
No Sikap Melakukan
Melakukan value
n % n % n %
1 Negatif 9 100 0 0 9 100
0,607
2 Positif 306 89,7 35 10,3 341 100
Total 315 90,0 35 10,0 350 100

Berdasarkan tabel 9, diketahui bahwa responden yang memiliki sikap


positif 89,7% yang tidak melakukan SADANIS dalam 3 tahun terakhir dan
responden yang memiliki sikap negatif 100% yang tidak melakukan
SADANIS dalam 3 tahun terakhir. Berdasarkan uji Fisher’s Exact test,

Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Klinis (Sadanis)


Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Kalasan, Sleman, DIY
(Nonik Ayu Wantini, Novi Indrayani) 19
diperoleh p-value 0,607 yang berarti tidak ada hubungan antara sikap
deteksi dini dengan deteksi dini kanker payudara. Uji Fisher’s Exact test
digunakan sebagai uji alternatif Chi-Square karena syarat tidak terpenuhi
(terdapat nilai harapan <5 sebanyak 25%).

c. Hubungan Kepercayaan dengan Deteksi Dini Kanker Payudara


Tabel 10. Hubungan Kepercayaan dengan Deteksi Dini Kanker Payudara
Deteksi Dini Kanker Payudara
Tidak Total p-
No Kepercayaan Melakukan
Melakukan value
n % n % n %
1 Tidak Yakin 30 96,8 1 3,2 31 100
0,341
2 Yakin 285 89,3 34 10,7 319 100
Total 315 90,0 35 10,0 350 100

Berdasarkan tabel 10, diketahui bahwa responden yang tidak yakin


mengenai kanker payudara dapat sembuh jika ditemukan secara dini
96,8% tidak melakukan SADANIS dalam 3 tahun terakhir dan responden
yang yakin mengenai kanker payudara dapat sembuh jika ditemukan
secara dini 89,3% tidak melakukan SADANIS dalam 3 tahun terakhir.
Berdasarkan uji Fisher’s Exact test, diperoleh p-value 0,341 yang berarti
tidak ada hubungan antara kepercayaan dengan deteksi dini kanker
payudara. Uji Fisher’s Exact test digunakan sebagai uji alternatif Chi-
Square karena syarat tidak terpenuhi (terdapat nilai harapan <5 sebanyak
25%).

B. Pembahasan
1. Hubungan pengetahuan dengan deteksi dini kanker payudara
Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara
pengetahuan dengan deteksi dini kanker payudara. Hal ini sejalan dengan
teori perilaku itu terbentuk dari 3 faktor, salah satunya adalah faktor-
faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.7
Penelitian ini sejalan dengan yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang SADARI dalam
mendeteksi dini kanker payudara (p-value 0,007 < α = 0,05).9
Penelitian menyatakan berdasarkan hasil uji statistik menggunakan
Spearman’s Rank diperoleh hasil keofisien korelasi = 0,674 dengan
tingkat signifikansi 0,00 (P < 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis diterima yaitu ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan tentang SADARI dengan perilaku SADARI. Hal ini dapat
diartikan pula bahwa pengetahuan tentang sadari mempunyai korelasi
dengan perilaku melakukan SADARI.10
Pada tabulasi silang, kelompok pengetahuan sedang dan tinggi
71,4% tidak melakukan SADANIS. Hal ini tentunya disebabkan oleh

Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Klinis (Sadanis)


Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Kalasan, Sleman, DIY
(Nonik Ayu Wantini, Novi Indrayani) 20
banyak faktor, alasan terbesar adalah karena merasa sehat (tidak ada
keluhan pada payudara) sebesar 61,7% wanita.
Hasil penelitian lain menyatakan sebagian besar responden
(90,7%) menyadari kanker payudara, tetapi yang memiliki kesadaran
skrining kanker kurang dari 50% (28,9% sadar akan SADARI dan 41,8%
SADANIS, sementara 26,4% tahu bahwa mamografi direkomendasikan
oleh pedoman skrining nasional, hanya 7,6% yang memiliki pengetahuan
tentang ketiga metode skrining kanker payudara). Dalam
praktiknya13,9% dari peserta melakukan SADARI setiap bulan, 31,3%
melakukan SADANIS setahun atau dua tahun sekali, dan 26,9% wanita
berusia 40 tahun atau lebih melakukan mammografisetiap tahun atau dua
tahun sekali.11
2. Hubungan sikap dengan deteksi dini kanker payudara
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan sikap dengan
deteksi dini kanker payudara. Namun, 100% kelompok sikap negatif
tidak melakukan SADANIS dalam 3 tahun terakhir.
Penelitian ini sejalan dengan penelitianyang menyatakan
sebanyak (82,7%) responden bersikap positif dan memiliki perilaku
SADARI yang negatif, demikian pula sebanyak (91,7%) responden yang
bersikap negatif, memiliki perilaku SADARI yang negatif pula.
Sedangkan hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang
bermakna antara sikap dengan perilaku dalam melakukan pendeteksian
dini yaitu SADARI.12
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian lain, hasil uji
statistik dengan Chi-Square menunjukkan ada hubungan antara variabel
sikap dengan tindakan mahasiswi SADARI sebagai deteksi dini kanker
payudara dengan taraf signifikan (p = 0,012).13
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar (97,4%) sikap
responden positif artinya merasa bahwa penting dilakukan deteksi dini
kanker payudara. 89,7% sikap positif tetapi tidak melakukan SADANIS,
dapat terjadi karena ada faktor lain seperti merasa sehat, sudah SADARI,
dan tidak ada waktu untuk periksa ke Puskesmas. 10,3% responden yang
memiliki sikap positif dan melakukan SADANIS disebabkan karena
4,6% merasa ada keluhan, yang memiliki kesadaran pencegahan hanya
3,1%.
3. Hubungan kepercayaan dengan deteksi dini kanker payudara
Hasil penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara
kepercayaan dengan deteksi dini. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian lainyaitu kepercayaan berhubungan dengan deteksi
dini (p=0,003, =0,342).14
Tidak adanya hubungan antara kepercayaan dan deteksi dini dapat
disebabkan oleh faktor lain. Sesuai dengan teori,perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor antara lain: Faktor-faktor
predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. Faktor-faktor
pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik,

Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Klinis (Sadanis)


Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Kalasan, Sleman, DIY
(Nonik Ayu Wantini, Novi Indrayani) 21
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya
puskesmas, obat-obatan dan sebagainya. Faktor-faktor pendorong
(reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.7
Pada penelitian ini menemukan bahwa 31 orang responden yang
memiliki kepercayaan yang salah (tidak yakin akan pentingnya dan
manfaat deteksi dini). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian lain,
bahwa 7,1% responden menjawab bahwa kanker payudara disebabkan
oleh guna-guna, sementara 26,1% menganggap bahwa memegang
payudara tabu untuk dilakukan. Untuk persepsi bahwa kanker
payudara merupakan takdir yang tidak dapat dicegah, hasil penelitian
mendapatkan jawaban yang tidak jauh berbeda yaitu 58,9% menjawab
bahwa terkena kanker payudara adalah merupakan takdir. Masih
terdapat persepsi yang salah bahwa kanker payudara stadium lanjut tidak
dapat dicegah (64,8%).15

SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
1. Ada hubungan pengetahuan dengan deteksi dini kanker payudara
2. Tidak ada hubungan sikap dengan deteksi dini kanker payudara
3. Tidak ada hubungan kepercayaan dengan deteksi dini kanker payudara

B. Saran
1. Bagi UNRIYO
Membantu upaya peningkatan cakupan SADANIS dengan cara
pengabdian masyarakat di wilayah Kecamatan Kalasan (lebih
menekankan pentingnya upaya pencegahan dengan deteksi dini
dibandingkan mengobati kanker payudara).
2. Bagi Puskesmas Kalasan
Meningkatkan pengetahuan dan cakupan SADANIS dengan program
promosi kesehatan di masyarakat terkait deteksi dini kanker payudara
dengan strategi seperti membentuk kelompok perempuan peduli kanker
payudara sehingga masyarakat tidak malu/takut, memberdayakan kader
agar cakupan promosi lebih luas. Selain itu juga meningkatkan media
promosi di Puskesmas sehingga wanita lebih mengenal deteksi dini.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat memilih metode sampling yang berbeda
misalnya dengan sistem cluster sampling sehingga semua desa di wilayah
Puskesmas dapat terwakili, menggali faktor lain yang berhubungan
dengan deteksi dini seperti rasa takut, merasa tidak ada keluhan, rasa
malu dan lainnya.

Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Klinis (Sadanis)


Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Kalasan, Sleman, DIY
(Nonik Ayu Wantini, Novi Indrayani) 22
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. 2015. Infodatin Kanker


2. Kementerian Kesehatan RI. 2015. Panduan Penatalaksanaan Kanker
Payudara
3. Kementerian Kesehatan RI. 2015. Panduan Program Nasional Gerakan
Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara
4. Dyanti, G dan Suariyani, N. 2016. Faktor-Faktor Keterlambatan Penderita
Kanker Payudara dalam Melakukan Pemeriksaan Awal ke Pelayanan
Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat (KEMAS) 11(2), hal 96-104
5. Kementerian Kesehatan RI. 2016. Infodatin Bulan Peduli Kanker Payudara
6. Dinas Kesehatan DIY. 2016. Profil Kesehatan DIY 2015
7. Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2015
Tentang Penanggulangan Kanker Payudara Dan Kanker Leher Rahim
9. Angrainy, R. 2017. Hubungan pengetahuan, sikap tentang SADARI dalam
mendeteksi dini kanker Payudara pada remaja. Journal Endurance 2(2) June
2017 (232-238)
10. Sari, R. 2017. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Sadari Sebagai
Deteksi Dini Kanker Payudara. Bidan Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol.
8(2), hal 57-66
11. Donnelly, et al. 2014. Factors that Influence Awareness of Breast Cancer
Screening among Arab Women in Qatar: Results from a Cross Sectional
Survey. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, Vol 15(23), 10157-10164
12. Septiani, S dan Suara, M. 2013. Faktor - Faktor yang berhubungan dengan
Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Siswa SMAN 62
Jakarta 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol 5(1), hal 31-35
13. Sari, D, dkk. 2015. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dengan Tindakan
SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara pada mahasiswi di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Jurnal Gizi, Kesehatan
Reproduksi dan Epidemiologi, Vol 1 (4), hal 1-10
14. Masuang, D. 2015. Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Kepercayaan
Dengan Praktik Pemeriksaan Payudara Sendiri Pada Mahasiswi Stik
Tamalatea Makassar. https://core.ac.uk/download/pdf/89563940.pdf
15. Desanti, O, dkk. 2010. Persepsi Wanita Berisiko Kanker Payudara tentang
Pemeriksaan payudara Sendiri di Kota Semarang, Jawa Tengah. Berita
Kedokteran Masyarakat Vol. 26 (3), hal 152-161

Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Klinis (Sadanis)


Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Kalasan, Sleman, DIY
(Nonik Ayu Wantini, Novi Indrayani) 23

Anda mungkin juga menyukai