ABSTRAK
Berdasarkan data Globocan (IARC/ International Agency for Research on Cancer) 2012,
kanker payudara menempati urutan pertama seluruh kanker pada perempuan (incidence rate 40 per
100.000). Sampai dengan tahun 2016, cakupan SADANIS di Indonesia sebesar 4,34% yang masih
jauh dari target nasional sebesar 10% pada akhir tahun 2015. Pemeriksaan SADANIS dapat
dilakukan di Puskesmas dan salah satu tantangan adalah belum optimalnya kesadaran masyarakat
untuk deteksi dini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
SADANIS. Desain penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel
350 wanita, dipilih dengan teknik consecutive sampling. Waktu penelitian Maret sd Mei
2018.Teknik pengambilan data dengan wawancara terstruktur, instrumen kuesioner. Uji analisis
menggunakan chi-square test.
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan sebagian besar rendah (94%), sikap positif
(97,4%), 91,1% yakin bahwa kanker payudara akan sembuh jika ditemukan lebih dini, 90% tidak
melakukan SADANIS dalam 3 tahun terakhir. Terdapat hubungan pengetahuan (p-value = 0,012),
tidak terdapat hubungan sikap dengan SADANIS (p-value = 0,607), tidak terdapat hubungan
kepercayaan dengan SADANIS (p-value = 0,341). Kesimpulan : faktor yang berhubungan dengan
deteksi dini adalah pengetahuan tentang kanker payudara.
Kata kunci : pengetahuan, sikap, kepercayaan, SADANIS
ABSTRACT
A. Latar Belakang
Menurut data GLOBOCAN (IARC)tahun 2012 diketahui bahwa kanker
payudara merupakan penyakit kanker dengan persentase kasus baru (setelah
dikontrol oleh umur) tertinggi, yaitu sebesar 43,3%, dan persentase kematian
(setelah dikontrol oleh umur) akibat kanker payudara sebesar
12,9%.Penyakit kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan
prevalensi tinggi di Indonesia pada tahun 2013, yaitu sebesar 0,5‰.
Prevalensi kanker payudara tertinggi terdapat pada Provinsi D.I. Yogyakarta,
yaitu sebesar 2,4‰. Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker payudara
terbanyak terdapat pada Provinsi Jawa Tengah.1
Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan payudara yang
dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.Faktor risiko yang erat
kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara antara lain jenis
kelamin wanita, usia > 50 tahun,riwayat keluarga dan genetik, riwayat
penyakit payudara sebelumnya, riwayat menstruasi dini (< 12 tahun), riwayat
reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui), hormonal, obesitas,
konsumsi alkohol, riwayat radiasi dinding dada, faktor lingkungan.2
Para ahli memperkirakan bahwa 40% kanker dapat dicegah dengan
mengurangi faktor risiko terjadinya kanker tersebut. Untuk itu diperlukan
upaya peningkatan kesadaran masyarakat untuk mencegah faktor risiko
tersebut dan peningkatan program pencegahan dan penanggulangan yang
tepat.3
Hasil penelitian menunjukkan terdapat enam faktor yang memiliki
hubungan bermakna dengan keterlambatan penderita kanker payudara dalam
melakukan pemeriksaan awal ke pelayanan kesehatan yaitu tingkat
pendidikan (tingkat pendidikan rendah p=0,001;OR 5,67 dan tingkat
pendidikan sedang p=0,008;OR 3,65), tingkat pengetahuan (tingkat
pengetahuan kurang p<0,001;OR 15,7 dan tingkat pengetahuan cukup
p=0,011;OR 9,5), keterjangkauan biaya (p=0,003;OR 5,95), keterpaparan
informasi/media massa (p=0,011;OR 2,75), dukungan suami/keluarga
(p<0,001;OR 4,35), dan perilaku deteksi dini (tidak pernah SADARI
(pemeriksaan payudara sendiri) p<0,001;OR 11,08 dan tidak rutin SADARI
p=0,032;OR 5.18).4
Dalam upaya penanggulangan kanker, pemerintah Indonesia sudah
melaksanakan secara khusus program deteksi dini kanker pada perempuan
Indonesia untuk kanker payudara dengan Pemeriksaan Payudara Klinis
(SADANIS). Sampai dengan tahun 2016, cakupan pemeriksaan SADANIS
sebesar 4,34% yang masih jauh dari target nasional sebesar 10% pada akhir
tahun 2015. Pemeriksaan SADANIS dapat dilakukan di Puskesmas dan salah
satu tantangan pelaksanaannya di Indonesia adalah belum optimalnya
kesadaran masyarakat untuk deteksi dini.5
Menurut profil Kesehatan DIY pada tahun 2015, untuk capaian SADANIS
0,2% dari perempuan usia 30-50 tahun yang menjadi target. Kabupaten
Sleman merupakan kabupaten dengan capaian terendah dibandingkan 4
B. Rumusan Masalah
Rasa takut terhadap kanker menyebabkan masyarakat enggan melakukan
pemeriksaan (deteksi dini), menjauhkan diri dari informasi mengenai kanker,
sehingga kanker terdiagnosis pada stadium lanjut. Berdasarkan yang telah
diuraikan, peneliti tertarik ingin mengetahui faktor predisposisi apakah yang
berhubungan dengan deteksi dini kanker payudara?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui faktor predisposisi apakah yang berhubungan dengan
deteksi dini kanker payudara
METODE PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik Responden
Tabel 1. Karakteristik responden
No Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)
1. Usia responden
19-29 tahun 57 16,3
30-49 tahun 293 83,7
2. Pendidikan
Tidak sekolah 1 0,3
Dasar 98 28,0
Menengah 187 53,4
Tinggi 64 18,3
3. Paritas
Nullipara 11 3,1
Primipara 93 26,6
Multipara 243 69,4
Grandemultipara 3 0,9
Total masing-masing karakteristik 350 100
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Pengetahuan dengan Deteksi Dini Kanker Payudara
Tabel 8. Hubungan Pengetahuan dengan Deteksi Dini Kanker Payudara
Deteksi Dini Kanker Payudara
Tidak Total p-
No Pengetahuan Melakukan
Melakukan value
n % n % n %
1 Rendah 300 91,2 29 8,8 329 100
2 Sedang dan 15 71,4 6 28,6 21 100 0,012
Tinggi
Total 315 90,0 35 10,0 350 100
B. Pembahasan
1. Hubungan pengetahuan dengan deteksi dini kanker payudara
Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara
pengetahuan dengan deteksi dini kanker payudara. Hal ini sejalan dengan
teori perilaku itu terbentuk dari 3 faktor, salah satunya adalah faktor-
faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.7
Penelitian ini sejalan dengan yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang SADARI dalam
mendeteksi dini kanker payudara (p-value 0,007 < α = 0,05).9
Penelitian menyatakan berdasarkan hasil uji statistik menggunakan
Spearman’s Rank diperoleh hasil keofisien korelasi = 0,674 dengan
tingkat signifikansi 0,00 (P < 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis diterima yaitu ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan tentang SADARI dengan perilaku SADARI. Hal ini dapat
diartikan pula bahwa pengetahuan tentang sadari mempunyai korelasi
dengan perilaku melakukan SADARI.10
Pada tabulasi silang, kelompok pengetahuan sedang dan tinggi
71,4% tidak melakukan SADANIS. Hal ini tentunya disebabkan oleh
B. Saran
1. Bagi UNRIYO
Membantu upaya peningkatan cakupan SADANIS dengan cara
pengabdian masyarakat di wilayah Kecamatan Kalasan (lebih
menekankan pentingnya upaya pencegahan dengan deteksi dini
dibandingkan mengobati kanker payudara).
2. Bagi Puskesmas Kalasan
Meningkatkan pengetahuan dan cakupan SADANIS dengan program
promosi kesehatan di masyarakat terkait deteksi dini kanker payudara
dengan strategi seperti membentuk kelompok perempuan peduli kanker
payudara sehingga masyarakat tidak malu/takut, memberdayakan kader
agar cakupan promosi lebih luas. Selain itu juga meningkatkan media
promosi di Puskesmas sehingga wanita lebih mengenal deteksi dini.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat memilih metode sampling yang berbeda
misalnya dengan sistem cluster sampling sehingga semua desa di wilayah
Puskesmas dapat terwakili, menggali faktor lain yang berhubungan
dengan deteksi dini seperti rasa takut, merasa tidak ada keluhan, rasa
malu dan lainnya.