PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
1. Morfologi
Struktur anatomi thallus untuk tiap jenis alga makroskopis berbeda-beda, ada
thallus yang memiliki percambangan da nada juga thallus yang tidak memiliki
perambangan. Percambangan thallus ada yang dichotomus (bercabang dua terus-
menerus), pactinate (berderet searah pada satu sisi thallus utama), pirmate
(bercambang dua-dua pada sepanjang thallus utama secara berselang-seling), dan
verticillate (cabangnya berpusat melingkar aksis atau sumbu utama). Menurut
Widayanti (2008), sifat substansi thallus beranekaragam, ada yang lunak seperti
gelatin (gelatinous), mengandung zat kapur (calcareous), lunak seperti tulang
rawan (cartilaginous), dan berserabut (Spongious).
Sebagian besar alga mempunyai dinding sel yang jelas, tetapi beberapa marga dan
sel-sel reproduktif tertentu tidak mempunyai dinding sel. Materi penyusun
dinding sel alga adalah: selulosa, xilan, manan, polisakarida yang mengandung
sulfat asam alginate, protein, silikon, dioksida, dan CaCO 3. Dinding sel alga tidak
dibentuk oleh satu senyawa, tetapi merupakan matriks dari satu materi yang
bergantian dengan materi yang lainnya atau terbentuk dari lapisan-lapisan
berbagai materi yang berbeda. Semua golongan alga mengandung klorofil dan
beberapa karotenoid. Dalam pigmen karotenoid termasuk karoten dan xantofil. Di
samping pigmen tersebut di atas yang larut dalam pelarut organik, ada pula
pigmen yang larut dalam air, yaitu fikobiliprotein, atau fikobilin. Pigmen ini
terdapat dalam alga biru dan alga merah.
Walaupun alga tidak memiliki organ batang, akar, daun, dan bunga, namun
bentuknya berkisar dari tumbuhan yang bersel tunggal (mikroskopik) sampai
yang bersel banyak (makroskopik) yang sangat kompleks yang panjangnya
mencapai 70 meter. Karena demikian besarnya kisaran bentuk alga, maka bentuk
alga dapat dibedakan menjadi alga bersel tunggal yang dapat bergerak
(Chlamidomonas), dan alga bersel tunggal yang tidak dapat bergerak (Chlorella,
Synecoccus.
2. Klasifikasi Alga
Menurut Smith (1955), alga dibagi menjadi 7 divisi sebagai berikut:
a) Divisi Chlorophyta dengan 2 kelas yaitu, kelas Chlorophyceae dan
kelas Charophyceae
b) Divisi Euglenophyta dengan 1 kelas yaitu, kelas Euglenophyceae
c) Divisi Pyrophyta dengan 2 kelas yaitu, kelas Despmaphyceae dan
kelas Dynophyceae.
d) Divisi Chrysophyta dengan 3 kelas yaitu, kelas Chrysophyceae,
kelas Xantophyceae, dan kelas Bacillariophyceae
e) Divisi Phaeophyta dengan 3 kelas yaitu, kelas Isogeneratae, kelas
Heterogeneratae, dan kelas Cyclosporeae
f) Divisi Cyanophyta dengan satu kelas yaitu, kelas Myxophyceae
g) Divisi Rhodophyta dengan satu kelas yaitu, kelas Rhodophyceae
Alga-alga makroskopis yang sebagian besar hidup di air laut termasuk pada divisi
Chlorophyta, Phaeophyta dan Rhodophyta.
1) Chlorophyta
Divisi Chlorophyta yang lebih dikenal atau populer dengan sebutan alga
hijau, yaitu kelompok terbesar dari alga yang terdiri dari lebih kurang 429
marga dan 6600 jenis. Anggotanya 90% hidup di air tawar, sisanya hidup
di air laut dan, beberapa ada yang hidup di air payau. Alga air tawar dapat
dijumpai di mana saja asalkan lembab dan cukup cahaya. Alga air laut
umumnya tumbuh pada perairan yang dangkal sepanjang pantai dan sering
melekat pada substrat yang keras seperti batu dan batu karang.
2) Phaeophyta
Phaeophyta atau alga coklat umumnya merupakan bentuk yang kompleks
dibandingkan dengan alga lainnya. Jenis-jenis yang uniseluler tidak
ditemukan. Tumbuhan ini memiliki ukuran beberapa millimeter sampai 70
meter. Saprofit maupun gametofit yang telah dewasa mempunyai bentuk
tertentu, mengalami deferensiasi menjadi bagian yang tegak dan alat
pelekat (holdfast).
3) Rhodophyta
Rhodophyta memiliki thallus yang bersel banyak (multiseluler), hanya
beberapa jenis yang bersel tunggal. Thallus mempunyai bentuk yang
beranekaragam. Sel memiliki plastida yang mengandung klorofil a, d, dan
pigmen fotosintetik lainnya yaitu xantofil, fikobiliprotein (fikoeritrin dan
fikosianin). Jjumlah kedua pigmen ini sangat banyak sehingga menutupi
klorofil dan menyebabkan ganggang ini berwarna merah. Semua pigmen
berada dalam tilakoid kecuali fikobiliprotein yang terdapat pada bagian
permukaan. Pigmen-pigmen ini dapat mengabsorpsi cahaya energi
matahari yang kemudian cahaya itu ditransfer ke klorofil a, sehingga
adanya pigmen ini mempunyai pengaruh langsung dalam proses
fotosintesis (Gupta, 1981 dalam Dewi 2006).
1. Ciri Tubuh
a. Ukuran dan bentuk tubuh
Protozoa berukuran mikroskopis, yaitu sekitar 10 – 200 µ. Bentuk
selnya sangat bervariasi, ada yang tetap dan ada yang berubah-ubah.
Sebagian besar protozoa memiliki alat gerak berupa kaki semu
(pseudopodia), bulu getar (silia), atau bulu cambuk (flagellum).
Beberapa protozoa memiliki cangkang.
b. Struktur dan Fungsi Tubuh Sel protozoa
Umumnya terdiri dari membrane sel, sitoplasma, vakuola makanan,
vakuola kontraktil (vakuola berdenyut), dan inti sel. Membran Sel
Membrane sel pada protozoa berfungsi sebagai pelindung serta
pengatur pertukaran makanan dan gas, vakuola makanan berfungsi
untuk mencerna makanan. Vakuola makanan terbentuk dari proses
makan sel atau sel dengan cara ‘menelan’ oleh setiap bagian
membrane sel atau melalui sitostoma (mulut sel). Zat-zat makanan
hasil cernaan dalam vakuola makanan masuk ke dalam sitoplasma
secara difusi. Sedangkan sisa makanan dikeluarkan dari vakuola ke
luar sel melalui membrane plasma. Vakuola kontraktil berfungsi untuk
mengeluarkan sisa makanan berbentuk cair ke luar sel melalui
membrane sel serta mengatur kadar air dalam sel, swdangkan vakuola
kontraktil merupakan vakuola yang selalu mengembang dan
mengempis. Inti Sel berfungsi untuk mengatur aktivitas sel.
2. Cara Hidup
Protozoa hidup secara heterotrof dengan memangsa bakteri, protista lain, dan
sampah organisme. Sebagai pemangsa bakteri, protozoa berperan penting
dalam mengontrol jumlah bakteri di alam. Kebanyakan protozoa memiliki
potensi reproduksi yang sangat besar karena mereka memiliki waktu generasi
pendek, mengalami perkembangan sekuensial cepat dan menghasilkan
sejumlah besar keturunan oleh proses aseksual atau seksual. Karakteristik ini
bertanggung jawab untuk banyak infeksi protozoa yang menyebabkan cepat
sindrom penyakit akut. Parasit dapat kalikan dengan pembagian aseksual (fisi
/ membelah atau internal yang pemula / endogen) atau reproduksi seksual
(pembentukan gamet dan fertilisasi untuk membentuk zigot, atau proses yang
unik konjugasi di mana ciliates pertukaran mikronukleus). Protozoa tahap
perkembangan yang terjadi di dalam host umumnya terdiri dari trofozoit
makan, dan mereka dapat ditemukan intraseluler (dalam sel inang) atau
ekstrasel (organ berongga, cairan tubuh atau ruang interstitial antara sel).
Sementara trofozoit ideal untuk modus parasit mereka eksistensi, mereka
tidak sangat tahan terhadap kondisi lingkungan eksternal dan tidak bertahan
hidup di luar panjang host mereka.
3. Habitat
Protozoa hidup soliter atau berkoloni pada habitat yang beragam. Sebagian
besar protozoa hidup bebas di laut atau air tawar, misalnya di selokan, kolam,
dan sungai. Jenis lainnya ada yang hidup di tanah. Beberapa jenis protozoa
hidup dalam tubuh hewan atau manusia dengan cara bersimbiosis.
4. Reproduksi
Protozoa sebagian besar melakukan reproduksi secara aseksual dengan
cara pembelahan biner. Pembelahan diawali deangan pembelahan inti yang
diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Sebagian protozoa melakukan
reproduksi seksual dengan penyatuan sel geaneratif (gamet) atau dengan
penyatuan inti sel vegetatif. Reproduksi seksual dengan penyatuan inti sel
disebut konyugasi. Siklus hidupnya, beberapa protozoa menghasilkan sel
tidak aktif yang disebut kista. Kista diselubungi oleh kapsul polisakarida yang
melindungi protozoa dari lingkungan yang tidak menguntungkan, misalnya
kekeringan. Jika kondisi lingkungan membaik, misalnya tersedia makanan
dan air maka dinding kista akan pecah dan protozoa keluar untuk memulai
hidupnya kembali.
5. Klasifikasi
Protozoa yang sudah teridentifikasi berjumlah lebih dari 60 ribu
species. Jenis protozoa yang sangat beragam tersebut dapat dibedakan
menjadi empat kelas berdasarkan alat geraknya, yaitu Rhizopoda, Ciliata,
Flagellata, dan Sporozoa.
Partikel virus mengandung DNA atau RNA yang dapat berbentuk untai tunggal
atau ganda. Bahan genetik kebanyakan virus hewan dan manusia berupa DNA,
dan pada virus tumbuhan kebanyakan adalah RNA yang beruntai tunggal.
Bahan genetik tersebut diselubungi lapisan protein yang disebut kapsid. Kapsid
bisa berbentuk bulat (sferik) atau heliks dan terdiri atas protein yang
disandikan oleh genom virus.
a. DNA virus, Replikasi genom DNA virus berlangsung di dalam inti sel
tersebut. Jika sel mempunyai bagian yang peka rangsangan yang sesuai pada
permukaannya, virus ini masuk sel melalui peleburan dengan selaput sel atau
yang lebih dikenal endositosis. Kebanyakan DNA virus seluruhnya
bergantung pada DNA dan RNA sel tuan rumah yang sintese permesinan,
dan RNA yang memproses permesinan dalam sel tersebut.
b. RNA virus, RNA virus unik sebab RNA-lah pembawa informasi keturunan
mereka. Replikasi RNA umumnya berlangsung di dalam sitoplasma.
Virus memiliki banyak bentuk, namun secara umum struktur tubuhnya sama,
yaitu terdiri dari :
1) Selubung Protein (Kapsid), merupakan selubung yang melindungi bahan inti
virus dan memberikan bentuk tubuh virus tersebut. Pada virus sederhana
selubung protein hanya membentuk tubuh yang terlihat seperti batang,
namun pada virus yang lebih kompleks akan terbentuk juga bagian kepala
dan ekor. Kapsid disusun oleh subunit-subunit protein lebih kecil yang biasa
disebut kapsomer.
2) Bahan Inti (Asam Nukleat), Asam nukleat disini berupa RNA atau DNA
yang membawa informasi pewarisan sifat. Bahan inti hanya mengandung
satu komponen, RNA saja atau DNA saja. Gabungan dari selubung protein
dan bahan inti sering disebut nukleoplasid.
2. Klasifikasi Virus
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Alga merupakan tumbuhan thallus yang tidak memepunyai akar, batang,
daun, dan bunga. Struktur perkembangbiakannya hampir selalu bersel tunggal,
jika ada yang banyak setiap komponene sel memebentuk satuan reproduksi
baik sebagai zoospore maupun gamet.
2. Protozoa hidup secara heterotrof dengan memangsa bakteri, protista lain, dan
sampah organisme. Sebagai pemangsa bakteri, protozoa berperan penting
dalam mengontrol jumlah bakteri di alam. Kebanyakan protozoa memiliki
potensi reproduksi yang sangat besar karena mereka memiliki waktu generasi
pendek, mengalami perkembangan sekuensial cepat dan menghasilkan
sejumlah besar keturunan oleh proses aseksual atau seksual.
3. Alga memiliki peranan penting dalam berbagai bidang, seperti bidang
pertanian dan bidang industry.
4. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi
dan mengendalikan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki
perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA