Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kingdom Protista adalah suatu oganisme eukariotik yang bersel tunggal.
Kingdom Protista dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Algae (Protista mirip
tumbuhan), Protozoa (Protista mirip hewan), dan Jamur lendir (Slime molds) dan
jamur air (water molds). Protista memberikan peran penting bagi kehidupan
manusia, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan, seperti algae
(Chorella yang digunakan sebagai bahan makanan tambahan, karena mengandung
protein yang tinggi) dan juga protozoa yang sebagian besar hidup sebagai parasit
pada hewan dan manusia.

Virus merupakan organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil,


hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop electron. Virus adalah
parasit berukuran yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat
bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel
makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk
bereproduksi sendiri. Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk
hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas.
Karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik
pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu
burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah biologi dan siklus hidup alga?
2. Bagaimanakah biologi dan siklus hidup protozoa?
3. Bagaimanakah peranan alga dalam kehidupan sehari-hari?
4. Bagaimanakah siklus hidup virus?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui biologi dan siklus hidup alga
2. Mengetahui biologi dan siklus hidup protozoa
3. Mengetahui peranan alga dalam kehidupan sehari-hari
4. Mengetahui siklus hidup virus
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi dan Siklus Alga


Alga merupakan tumbuhan thallus yang tidak memepunyai akar, batang, daun,
dan bunga. Struktur perkembangbiakannya hampir selalu bersel tunggal, jika ada
yang banyak setiap komponene sel memebentuk satuan reproduksi baik sebagai
zoospore maupun gamet. Alat Remproduksi tidak memiliki lapisan luar yang
terdiri dari lapisan sel-sel steril. Alga tidak pernah menghasilkan embrio, yaitu
zigotnya tidak pernah berkembang menjadi tumbuhan muda yang besel banyak
ketika masih terbungkus oleh alat kelamin betina (Dewi, 2006).

1. Morfologi

Menurut Luning (1990), alga makroskopis memiliki ciri-ciri umum


sebagai berikut:
a. Tubuhnya tersusun dari banyak sel
b. Struktur tubuhnya berupa thallus yaitu suatu struktur yang belum
dapat dibedakan dengan jelas antara akar, batang, dan daun.
c. Di dalam sel-sel tubuhnya terdapat pigmen penyerap cahaya yang
berupa kloroplas atau kromatofor
d. Bersifat autotrof yang dapat menghasilkan zat organik dan oksigen
melalui proses fotosintesis
e. Dapat berkembangbiak seksual dan aseksual

Struktur anatomi thallus untuk tiap jenis alga makroskopis berbeda-beda, ada
thallus yang memiliki percambangan da nada juga thallus yang tidak memiliki
perambangan. Percambangan thallus ada yang dichotomus (bercabang dua terus-
menerus), pactinate (berderet searah pada satu sisi thallus utama), pirmate
(bercambang dua-dua pada sepanjang thallus utama secara berselang-seling), dan
verticillate (cabangnya berpusat melingkar aksis atau sumbu utama). Menurut
Widayanti (2008), sifat substansi thallus beranekaragam, ada yang lunak seperti
gelatin (gelatinous), mengandung zat kapur (calcareous), lunak seperti tulang
rawan (cartilaginous), dan berserabut (Spongious).

Sebagian besar alga mempunyai dinding sel yang jelas, tetapi beberapa marga dan
sel-sel reproduktif tertentu tidak mempunyai dinding sel. Materi penyusun
dinding sel alga adalah: selulosa, xilan, manan, polisakarida yang mengandung
sulfat asam alginate, protein, silikon, dioksida, dan CaCO 3. Dinding sel alga tidak
dibentuk oleh satu senyawa, tetapi merupakan matriks dari satu materi yang
bergantian dengan materi yang lainnya atau terbentuk dari lapisan-lapisan
berbagai materi yang berbeda. Semua golongan alga mengandung klorofil dan
beberapa karotenoid. Dalam pigmen karotenoid termasuk karoten dan xantofil. Di
samping pigmen tersebut di atas yang larut dalam pelarut organik, ada pula
pigmen yang larut dalam air, yaitu fikobiliprotein, atau fikobilin. Pigmen ini
terdapat dalam alga biru dan alga merah.

Walaupun alga tidak memiliki organ batang, akar, daun, dan bunga, namun
bentuknya berkisar dari tumbuhan yang bersel tunggal (mikroskopik) sampai
yang bersel banyak (makroskopik) yang sangat kompleks yang panjangnya
mencapai 70 meter. Karena demikian besarnya kisaran bentuk alga, maka bentuk
alga dapat dibedakan menjadi alga bersel tunggal yang dapat bergerak
(Chlamidomonas), dan alga bersel tunggal yang tidak dapat bergerak (Chlorella,
Synecoccus.

2. Klasifikasi Alga
Menurut Smith (1955), alga dibagi menjadi 7 divisi sebagai berikut:
a) Divisi Chlorophyta dengan 2 kelas yaitu, kelas Chlorophyceae dan
kelas Charophyceae
b) Divisi Euglenophyta dengan 1 kelas yaitu, kelas Euglenophyceae
c) Divisi Pyrophyta dengan 2 kelas yaitu, kelas Despmaphyceae dan
kelas Dynophyceae.
d) Divisi Chrysophyta dengan 3 kelas yaitu, kelas Chrysophyceae,
kelas Xantophyceae, dan kelas Bacillariophyceae
e) Divisi Phaeophyta dengan 3 kelas yaitu, kelas Isogeneratae, kelas
Heterogeneratae, dan kelas Cyclosporeae
f) Divisi Cyanophyta dengan satu kelas yaitu, kelas Myxophyceae
g) Divisi Rhodophyta dengan satu kelas yaitu, kelas Rhodophyceae

Alga-alga makroskopis yang sebagian besar hidup di air laut termasuk pada divisi
Chlorophyta, Phaeophyta dan Rhodophyta.
1) Chlorophyta
Divisi Chlorophyta yang lebih dikenal atau populer dengan sebutan alga
hijau, yaitu kelompok terbesar dari alga yang terdiri dari lebih kurang 429
marga dan 6600 jenis. Anggotanya 90% hidup di air tawar, sisanya hidup
di air laut dan, beberapa ada yang hidup di air payau. Alga air tawar dapat
dijumpai di mana saja asalkan lembab dan cukup cahaya. Alga air laut
umumnya tumbuh pada perairan yang dangkal sepanjang pantai dan sering
melekat pada substrat yang keras seperti batu dan batu karang.
2) Phaeophyta
Phaeophyta atau alga coklat umumnya merupakan bentuk yang kompleks
dibandingkan dengan alga lainnya. Jenis-jenis yang uniseluler tidak
ditemukan. Tumbuhan ini memiliki ukuran beberapa millimeter sampai 70
meter. Saprofit maupun gametofit yang telah dewasa mempunyai bentuk
tertentu, mengalami deferensiasi menjadi bagian yang tegak dan alat
pelekat (holdfast).
3) Rhodophyta
Rhodophyta memiliki thallus yang bersel banyak (multiseluler), hanya
beberapa jenis yang bersel tunggal. Thallus mempunyai bentuk yang
beranekaragam. Sel memiliki plastida yang mengandung klorofil a, d, dan
pigmen fotosintetik lainnya yaitu xantofil, fikobiliprotein (fikoeritrin dan
fikosianin). Jjumlah kedua pigmen ini sangat banyak sehingga menutupi
klorofil dan menyebabkan ganggang ini berwarna merah. Semua pigmen
berada dalam tilakoid kecuali fikobiliprotein yang terdapat pada bagian
permukaan. Pigmen-pigmen ini dapat mengabsorpsi cahaya energi
matahari yang kemudian cahaya itu ditransfer ke klorofil a, sehingga
adanya pigmen ini mempunyai pengaruh langsung dalam proses
fotosintesis (Gupta, 1981 dalam Dewi 2006).

2.2 Biologi Dan Struktur Hidup Protozoa


Protozoa merupakan jenis protista yang menyerupai hewan. Protozoa berasal dari
bahasa Yunani, yaitu proto yang berarti pertama dan zoa yang berarti hewan. Sifat
umum protozoa adalah uniselluler, heterotrofik, dan merupakan cikal bakal hewan
yang lebih kompleks.

1. Ciri Tubuh
a. Ukuran dan bentuk tubuh
Protozoa berukuran mikroskopis, yaitu sekitar 10 – 200 µ. Bentuk
selnya sangat bervariasi, ada yang tetap dan ada yang berubah-ubah.
Sebagian besar protozoa memiliki alat gerak berupa kaki semu
(pseudopodia), bulu getar (silia), atau bulu cambuk (flagellum).
Beberapa protozoa memiliki cangkang.
b. Struktur dan Fungsi Tubuh Sel protozoa
Umumnya terdiri dari membrane sel, sitoplasma, vakuola makanan,
vakuola kontraktil (vakuola berdenyut), dan inti sel. Membran Sel
Membrane sel pada protozoa berfungsi sebagai pelindung serta
pengatur pertukaran makanan dan gas, vakuola makanan berfungsi
untuk mencerna makanan. Vakuola makanan terbentuk dari proses
makan sel atau sel dengan cara ‘menelan’ oleh setiap bagian
membrane sel atau melalui sitostoma (mulut sel). Zat-zat makanan
hasil cernaan dalam vakuola makanan masuk ke dalam sitoplasma
secara difusi. Sedangkan sisa makanan dikeluarkan dari vakuola ke
luar sel melalui membrane plasma. Vakuola kontraktil berfungsi untuk
mengeluarkan sisa makanan berbentuk cair ke luar sel melalui
membrane sel serta mengatur kadar air dalam sel, swdangkan vakuola
kontraktil merupakan vakuola yang selalu mengembang dan
mengempis. Inti Sel berfungsi untuk mengatur aktivitas sel.

2. Cara Hidup
Protozoa hidup secara heterotrof dengan memangsa bakteri, protista lain, dan
sampah organisme.  Sebagai pemangsa bakteri, protozoa berperan penting
dalam mengontrol jumlah bakteri di alam. Kebanyakan protozoa memiliki
potensi reproduksi yang sangat besar karena mereka memiliki waktu generasi
pendek, mengalami perkembangan sekuensial cepat dan menghasilkan
sejumlah besar keturunan oleh proses aseksual atau seksual. Karakteristik ini
bertanggung jawab untuk banyak infeksi protozoa yang menyebabkan cepat
sindrom penyakit akut. Parasit dapat kalikan dengan pembagian aseksual (fisi
/ membelah atau internal yang pemula / endogen) atau reproduksi seksual
(pembentukan gamet dan fertilisasi untuk membentuk zigot, atau proses yang
unik konjugasi di mana ciliates pertukaran mikronukleus). Protozoa tahap
perkembangan yang terjadi di dalam host umumnya terdiri dari trofozoit
makan, dan mereka dapat ditemukan intraseluler (dalam sel inang) atau
ekstrasel (organ berongga, cairan tubuh atau ruang interstitial antara sel).
Sementara trofozoit ideal untuk modus parasit mereka eksistensi, mereka
tidak sangat tahan terhadap kondisi lingkungan eksternal dan tidak bertahan
hidup di luar panjang host mereka.

3. Habitat
Protozoa hidup soliter atau berkoloni pada habitat yang beragam.  Sebagian
besar protozoa hidup bebas di laut atau air tawar, misalnya di selokan, kolam,
dan sungai.  Jenis lainnya ada yang hidup di tanah. Beberapa jenis protozoa
hidup dalam tubuh hewan atau manusia dengan cara bersimbiosis.

4. Reproduksi
Protozoa sebagian besar melakukan reproduksi secara aseksual dengan
cara pembelahan biner.  Pembelahan diawali deangan pembelahan inti yang
diikuti dengan pembelahan sitoplasma.  Sebagian protozoa melakukan
reproduksi seksual dengan penyatuan sel geaneratif (gamet) atau dengan
penyatuan inti sel vegetatif. Reproduksi seksual dengan penyatuan inti sel
disebut konyugasi. Siklus hidupnya,  beberapa protozoa menghasilkan sel
tidak aktif yang disebut kista. Kista diselubungi oleh kapsul polisakarida yang
melindungi protozoa dari lingkungan yang tidak menguntungkan, misalnya
kekeringan.  Jika kondisi lingkungan membaik, misalnya tersedia makanan
dan air maka dinding kista akan pecah dan protozoa keluar untuk memulai
hidupnya kembali.

5. Klasifikasi
Protozoa yang sudah teridentifikasi berjumlah lebih dari 60 ribu
species.  Jenis protozoa yang sangat beragam tersebut dapat dibedakan
menjadi empat kelas berdasarkan alat geraknya, yaitu Rhizopoda, Ciliata,
Flagellata, dan Sporozoa.

a. Rhizopoda (Sarcodina) Rhizopoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu rhizo


= akar, dan podos = kaki, atau Sarcodina (sarco = daging). Semua
protozoa yang tergolong kelas Rhizopoda bergerak dengan penjuluran
sitoplasma selnya yang membentuk kaki semu (pseudopodia). Bentuk
pseudopodia beragam, ada yang tebal membulat dan ada yang tipis
meruncing. Pseupodia berfungsi sebagai alat gerak dan memangsa
makanan. Hewan ini ada yang bercangkang, contohnya Globigerina dan
ada yang telanjang, contohnya Amoeba proteus. Pada Rhizopoda yang
bercangkang, pseudopodia menjulur keluar dari cangkang. Cangkang
tersusun dari silica atau kalsium carbonat. Cangkang berukuran 0,5 mm.
b. Ciliata (Ciliophora/Infusoria) Ciliata berasal dari bahasa Latin, yaitu cilia
= rambut kecil, atau ciliophora, yaitu phora = gerakan, bergerak dengan
menggunakan silia (rambut getar). Ciliata juga disebut Infusoria (Infus =
menuang) karena hewan ini ditemukan juga pada air buangan atau air
cucuran. Silia terdapat pada seluruh permukaan sel atau hanya pada bagian
tertentu. Selain berfungsi untuk bergerak, silia juga merupakan alat Bantu
untuk makan. Silia membantu pergerakan makanan ke sitoplasma.
Makanan yang terkumpul di sitoplasma akan dilanjutkan ke dalam
sitofaring (kerongkongan sel). Apabila telah penuh, makanan akan masuk
ke sitoplasma dengan membentuk vakuola makanan.
c. Flagellata (Mastigophora) Flagellata berasal dari flagell = cambuk, atau
dengan menggunakan bulu cambuk, phora = gerakan yang bergerak
dengan menggunakan bulu cambuk atau flagellum. Sebagian besar
flagellata mempumyai dua flagellum. Letak flagellum ada yang di bagian
belakang sel (posterior) sehingga saat bergerak seperti mendorong sel, dan
ada yang di bagian depan sel (anterior) sehingga saat bergerak seperti
menarik sel. Flagellata yang tidak memiliki klorofil digolongkan dalam
Zooflagellata (Flagellata hewa). Contoh Zooflagellata adalah
Trypanosoma dan Tricomonas.
d. Sporozoa (Apicomplexa) Sporozoa berasal dari bahasa Yunani, spore =
biji, zoa = hewan; Sporozoa adalah hewan uniselluler yang pada salah satu
tahapan dalam siklus hidupnya memiliki bentuk seperti spora. Sporozoa
tidak memiliki alat gerak. Seluruh jenis Sporozoa hidup sebagai parasit
pada hewan atau manusia. Sporozoa melakukan reproduksi secara
aseksual dan seksual . Pergiliran reproduksi aseksual dan seksualnya
kompleks, dengan beberapa perubahan bentuk serta membutuhkan dua
atau lebih inang. Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembelahan
biner. Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet dan
dilanjutkan dengan penyatuan gamet jantan dan betina.

2.3 Peranan Alga dalam Kehidupan Sehari-hari


a) Bidang pertanian
1. Anabaena cysadae yang bersimbiosis dengan pakis haji, dan Anabaena
azolae yang bersimbiosis dengan paku air, dapat mengikat N2 bebas dari
udara, sehingga dapat menyuburkan tanah.
2. Nostac commune yang hidup bebas juga dapat mengikat N2 bebas dari
udara, berkembang biak dengan heterosista dan dengan hormogonium.
Heterosista adalah sel yang bentuknya berbeda dengan sel tetangganya
serta berinding tebal
b) Bidang industri
1. Phaeophyceae dapat menghasilkan asam alginat dan algina, yaitu bahan
kimia yang digunakan sebagai bahan untuk industri palstik dan kosmetik.
Tanah diatom yang digunakan untuk isolator dinamit, dibentuk oleh
Navicula sp yang mati. Sel-sel Navicula akan mengendap membentuk
tanah diatom yang banyak digunakan untuk badan isolasi, bahan
penggosok, bahan penyekat, dan pembuatan saringan
2. Alga merah penghasil agar-agar. Di Indonesia banyak jenis alga merah
yang telah dibudidayakan untuk memperoleh agar-agar, antara
lain Eucheuma spinosum.
3. Chlorella,alga ini diharapkan akan menjadi sumber karbohidrat dan
protein sebagai pengganti tumbuhan tinggi. Alga Chlorella sangat efektif
dalam melakukan fotosintesis. Di samping itu, Chlorella memberi harapan
yang baik untuk menjadi sumber makanan baru, karena dalam lingkungan
yang baik pembiakkannya cepat, bila ke dalam air kulturnya dimasukan
zat organik sederhana, cukup CO2 dan cahaya, maka alga ini akan
berfotosintesis dan selanjutnya menghasilkan karbohidrat, protein, dan
lemak, dan karbohidrat, protein, dan lemak yang dihasilkan alga ini dapat
diatur sesuai dengan keinginan kita.
c) Bidang perikanan
Fitoplankton merupakan makanan ikan sehingga meningkatnya plankton akan
meningkatkan hasil perikanan.
d) Bidang ekosistem
Beberapa jenis ganggang merupakan tumbuhan perintis, sehingga ganggang
merupakan tumbuhan yang akan mampu membuka kemungkinan ekosistem
baru bagi kehidupan lain yang sebelumnya tidak mungkin. Ganggang yang
menjadi vegetasi perintis umumnya dari golongan Cyanophyceae, sebab jenis-
jenis tertentu dari golongan Cyanophyceae bersel satu ini dapat hidup pada
batuan, yang organisme lain tidak mungkin dapat hidup. Dengan
adanya Cyanophyceae bersel satu, batuan lambat laun menjadi hancur dan
berubah menjadi hara yang dapat dimanfaatkan organisme lain.

2.4 Morfologi dan klasifikasi Virus


Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme
biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan
menginvasi dan mengendalikan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki
perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Istilah virus biasanya merujuk
pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel
dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage atau
fagedigunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan
organisme lain yang tidak berinti sel). Biasanya virus mengandung sejumlah
kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang
diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid,
glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genomvirus menyandi baik protein yang
digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam
daur hidupnya.
1. Morfologi (Ukuran, struktur, dan anatomi virus)
Virus merupakan organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil,
hanya dapat dilihat dengan menggunakanmikroskop elektron. Ukurannya
lebih kecil daripada bakteri. karena itu pula, virus tidak dapat disaring dengan
penyaring bakteri. Virus memiliki perbedaan dengan sel hidup yaitu sel hidup
memiliki 2 tipe asam nukleat sekaligus, dapat mereproduksi semua bagian
selnya, memiliki system metabolisme. Sedangkan virus hanya memiliki 1 tipe
asam nukleat, tidak dapat mereproduksi semua bagian selnya, virus hanya
mereproduksi materi genetik dan selubung proteinnya, tidak memiliki system
metabolisme, oleh karena itu virus tidak dapat tumbuh dan bereproduksi tanpa
adanya sel inang.

Partikel virus mengandung DNA atau RNA yang dapat berbentuk untai tunggal
atau ganda. Bahan genetik kebanyakan virus hewan dan manusia berupa DNA,
dan pada virus tumbuhan kebanyakan adalah RNA yang beruntai tunggal.
Bahan genetik tersebut diselubungi lapisan protein yang disebut kapsid. Kapsid
bisa berbentuk bulat (sferik) atau heliks dan terdiri atas protein yang
disandikan oleh genom virus.

a. DNA virus, Replikasi genom DNA virus berlangsung di dalam inti sel
tersebut. Jika sel mempunyai bagian yang peka rangsangan yang sesuai pada
permukaannya, virus ini masuk sel melalui peleburan dengan selaput sel atau
yang lebih dikenal endositosis. Kebanyakan DNA virus seluruhnya
bergantung pada DNA dan RNA sel tuan rumah yang sintese permesinan,
dan RNA yang memproses permesinan dalam sel tersebut.

b. RNA virus, RNA virus unik sebab RNA-lah pembawa informasi keturunan
mereka. Replikasi RNA umumnya berlangsung di dalam sitoplasma.

Virus memiliki banyak bentuk, namun secara umum struktur tubuhnya sama,
yaitu terdiri dari :
1) Selubung Protein (Kapsid), merupakan selubung yang melindungi bahan inti
virus dan memberikan bentuk tubuh virus tersebut. Pada virus sederhana
selubung protein hanya membentuk tubuh yang terlihat seperti batang,
namun pada virus yang lebih kompleks akan terbentuk juga bagian kepala
dan ekor. Kapsid disusun oleh subunit-subunit protein lebih kecil yang biasa
disebut kapsomer.
2) Bahan Inti (Asam Nukleat), Asam nukleat disini berupa RNA atau DNA
yang membawa informasi pewarisan sifat. Bahan inti hanya mengandung
satu komponen, RNA saja atau DNA saja. Gabungan dari selubung protein
dan bahan inti sering disebut nukleoplasid.

2. Klasifikasi Virus

1. Berdasarkan International Comittee On Taxonomy Of Viruses (ICTV)


Taksonomi virus terdiri atas 4 tingkatan, yaitu Ordo, family, genus,
spesies. Contoh : Virus Ebola.
2. Berdasarkan asam nukleatnya
Ribovirus, yaitu virus yang bahan inti (asam nukleat)nya berupa RNA.
Contoh aggota ribovirus adalah Rhabdo virus (penyebab rabies), dan
Deoksiribovirus, yaitu virus yang bahan inti (asam nukleat)nya berupa
DNA. Contohnya adalah pox virus (penyebab cacar).

3. Berdasarkan jenis inangnya


a. Bakteriovage, yaitu virus yang sel inangnya bakteri. Virus ini
biasanya memiliki bahan inti berupa DNA Contohnya adalah t4 virus
yang menyerang bakteri E.Coli.
b. Virus Mikroorganisme Eukariot, merupakan virus yang menyerang
organisme eukariot. Kebanyakan memiliki bahan inti berupa RNA.
Contonya adalah virus yang menyerang protista dan jamur.
c. Virus Tumbuhan, yaitu virus yang sel inangnya merupakan
tumbuhan. Kebanyakan memiliki bahan inti berupa RNA. Contohnya
adalah tobacco mosaic virus, yaitu virus yang menyerang tembakau.
d. Virus Hewan, yaitu virus yang sel inangnya adalah sel hewan atau sel
manusia. Virus hewan dapat memiliki bahan inti DNA atau RNA.
Contohnya adalah Rhabdo virus (rabies) pada anjing yang juga dapat
menyerang manusia.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Alga merupakan tumbuhan thallus yang tidak memepunyai akar, batang,
daun, dan bunga. Struktur perkembangbiakannya hampir selalu bersel tunggal,
jika ada yang banyak setiap komponene sel memebentuk satuan reproduksi
baik sebagai zoospore maupun gamet.
2. Protozoa hidup secara heterotrof dengan memangsa bakteri, protista lain, dan
sampah organisme.  Sebagai pemangsa bakteri, protozoa berperan penting
dalam mengontrol jumlah bakteri di alam. Kebanyakan protozoa memiliki
potensi reproduksi yang sangat besar karena mereka memiliki waktu generasi
pendek, mengalami perkembangan sekuensial cepat dan menghasilkan
sejumlah besar keturunan oleh proses aseksual atau seksual.
3. Alga memiliki peranan penting dalam berbagai bidang, seperti bidang
pertanian dan bidang industry.
4. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi
dan mengendalikan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki
perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Puspita. 2006. Keanekaragaman Alga Makroskopis Pada Zone Litoral di


Beberapa Pantai Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Tidak diterbitkan
Lunning, Klaus. 1990. Seaweeds: Their Environment, Biogeography, and
Ecophysiology. Canada: John Wiley and Sons, Inc.
Pronawa, Ida Ketut. 2008. Studi Tentang Keragaman dan Kelimpahan plankton dan
Nekton Dalam Kaitannya dengan Karakteristik Perairan di Muara Sungai
Tukad Saba dan Tukad Bengkala. Tidak diterbitkan
Romimohtarto, Kasijan dan Sri Juwana. 2001. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan
Tentang Biota Laut.Jakarta: Djambatan
Rusnani, Anita. 2006. Inventarisasi Banteng (Bos Javanicus d’Alton) di area
Merumput Sadengan Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. Tidak
diterbitkan
Setiawati. 2000. Analisis Komposisi dan Keanekaragaman Jenis Lumut Pada
Tembok Penyengker Pura Penulisan di Kabupaten Bangli. Tidak diterbitkan
Smith, G. M. 1955. Criptogamic Botanie Algae and Fungi. New Delhi: Tata Mc.
Grraw Hill Publising Company. Ltd
Widayanti, Ni Luh Lisna. 2008. Analisis Potensi Pantai Gondol di Kecamatan
Gerokgak untuk Pengembangan Budidaya Rumput Laut Ditinjau dari
Karakteristik Perairannya. Tidak diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai