Disusun oleh :
ALIFAH HERFANI SALSABILA
P27903219002
A. Latar Belakang
Pemeriksaan laboratorium yang wajib dilakukan pada kehamilan antara lain tes
golongan darah, tes hemoglobin, tes urine (air kencing), dan tes darah lainnya
sesuai indikasi seperti Hepatitis, Malaria, HIV, Sifilis dan lain lain. WHO telah
memberikan patokan kadar hemoglobin ibu hamil, sekaligus memberikan batasan
kategori untuk anemia ringan dan berat selama ke hamilan. Kadar hemoglobin
normal ibu hamil > 11 g/dl, kadar hemoglobin 8-11 g/dl diartikan anemia ringan,
dan kadar hemoglobin < 7 gr/dl disebut anemia berat (Kemenkes, 2013). Anemi
dalam kehamilan berkisar antara 20-89% dengan menetapkan hemoglobin 11 gr%
sebagai dasarnya (WHO). Anemia yang diderita ibu hamil sebagian besar karena
kekurangan zat besi (ADB), kurangnya zat gizi dan perdarahan akut .
Sedangkan pada umur yang beresiko tinggi untuk kehamilan dan persalinan yaitu
umur ≤ 20 tahun dan ≥35 tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), Ibu hamil dengan umur terlalu muda (≤ 20 tahun )
memiliki risiko tinggi kesakitan dan kematian ibu saat kehamilan maupun
persalinan, serta kematian janin karena secara fisik, kondisi rahim dan panggul
belum optimal. Secara mental, ibu hamil dengan umur terlalu muda masih
belum siap untuk menghadapi perubahan yang terjadi saat kehamilan dan saat
menjalankan peran sebagai seorang ibu.
Adapun risiko ibu hamil dengan umur terlalu tua (≥ 35 tahun) diantaranya
kematian janin, kelainan genetik pada janin, kelahiran multiple, komplikasi medis
pada ibu seperti hipertensi dan diabetes, serta komplikasi pada persalinan dan
kelahiran berupa plasenta previa, plasenta abruptio, kelahiran caesar, kelahiran
prematur, dan berat bayi lahir rendah (BBLR). Ibu hamil resiko tinggi ≥ 35 tahun
cenderung mengalami anemia, hal ini disebabkan pengaruh turunnya cadangan zat
besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi (Departemen Kesehatan dan Kesehatan
Masyarakat, 2007). Darah bertambah banyak dalam kehamilan, disebut hidremia
atau hipervolemia.
Data di Rumah Sakit Ibu dan Anak Tambak jumlah ibu hamil yang diperiksa
kadar hemoglobin 1073 orang. Diperkirakan data kunjungan ibu hamil setiap
bulannya ± 90 orang untuk semua usia kehamilan. Usia ibu hamil yang diperiksa
banyak yang lebih dari 35 tahun, sehingga perlu diteliti lebih lanjut nilai indeks
eritrositnya. Pemeriksaan kadar hemoglobin ibu hamil dilakukan untuk memantau
kondisi kehamilan, dengan alat hematology analyzer sekarang dapat langsung
diketahui nilai indeks eritrosit. Nilai indeks eritrosit ibu hamil memberi gambaran
anemia berdasar morfologi, hasil pemeriksaan ditulis dalam data rekam medik ibu
hamil, sehingga dokter atau bidan dapat memantau nilai indeks eritrosit ibu hamil
terutama yang beresiko tinggi dengan umur ≥ 35 tahun. Berdasarkan data diatas,
peneliti tertarik untuk memeriksa indeks erytrosit ibu hamil resiko tinggi usia ≥ 35
tersebut sesuai dengan usia kehamilan ibu pada trimester I, II dan III.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Bagi Klinisi
2. Bagi Peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan
Pada ibu hamil terjadi perubahan indeks eritrosit berdasarkan Mean Corpuscular
Volume (MCV) yang bisa meningkat hingga 4 fL. Penurunan MCV dapat terjadi
pada awal defisiensi besi. Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH) dapat
menurun juga dan akhirnya akan terjadi anemia. Keadaan anemia akan menjadi
berat ketika Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) juga
menurun. Peningkatan volume darah yang tinggi pada kehamilan bertujuan
memenuhi kebutuhan perbesaran uterus dan sistem vaskularisasinya, serta
melindungi ibu dan janin terhadap efek-efek merugikan selama kehamilan dan saat
persalinan. Peningkatan volume darah disebabkan tingginya kadar aldosteron dan
estrogen yang memacu terjadinya retensi cairan oleh ginjal. Sumsum tulang
menjadi sangat aktif dan menghasilkan eritrosit tambahan serta penambahan
volume cairan (Wiknjosastro, 2006).
Kehamilan risiko tinggi adalah suatu kehamilan yang disertai adanya kondisi
yang meningkatkan risiko terjadinya kelainan atau ancaman bahaya pada janin.
Pada kehamilan risiko tinggi akan disertai adanya tindakan-tindakan khusus
terhadap ibu, dan atau janin. Berikut adalah faktor- faktor penyebab terjadinya
faktor risiko pada ibu hamil menurut Rochjati. P (2003) meliputi:
A. Umur ibu
B. Paritas
Paritas yang termasuk risiko tinggi adalah ibu yang pernah hamil atau
melahirkan anak 4 kali atau lebih. Paritas berhubungan dengan terjadinya
anemia, karena semakin sering wanita melahirkan lebih besar risiko
kehilangan darah dan berdampak pada penurunan kadar hemoglobin,
(Purbadewi L, 2013).
C. Jarak kelahiran
Jarak umur anak yang tergolong risiko tinggi ≤ 2 tahun, semakin pendek
(< 2 tahun) ibu berisiko tinggi untuk mengalami pre-eklampsia dan
komplikasi kehamilan lain yang sangat berbahaya terutama pada janin. Jarak
persalinan yang baik untuk kesehatan ibu dan anak adalah > 2 tahun sampai
5 tahun.
Tinggi badan ibu ≤ 145 cm ada potensi gawat obstetric karena ada
risiko komplikasi saat kehamilan dan persalinan, seperti : panggul sempit,
pertumbuhan janin terhambat, ketuban pecah, persalinan premature,
persalinan tidak maju.
E. Status gizi
F. Riwayat obstetrik.
3. Pemeriksaan Kehamilan
Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata yang
dapat memberi keterangan mengenai rata-rata eritrosit dan mengenai banyaknya
hemoglobin per-eritrosit. Pemeriksaan indeks eritrosit digunakan sebagai
pemeriksaan penyaring untuk mendiagnosis terjadinya anemia dan mengetahui
anemia berdasarkan morfologinya (Gandasoebrata, 2013). Pemeriksaan indeks
eritrosit meliputi MCV, MCH dan MCHC. Parameter masing- masing indeks
eritrosit tersebut didapatkan melalui perhitungan yang melibatkan kadar
hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit. Menurut Prof. Dr. I Made Bakta,
Indeks Eritrosit dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi anemia. Anemia
dapat dibagi menjadi tiga jenis :
Rumus perhitungannya :
Rumus perhitungannya :
Rumus Perhitungannya
d) Hematokrit (HCT)
Pria : 40 - 54 %
Wanita : 38 – 46 %
e) Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah pigmen yang membuat sel darah berwarna merah, yang
pada akhirnya akan membuat darah manusia berwarrna merah. Menurut
fungsinya hemoglobin merupakan media transport oksigen dan paru-paru
kejaringan tubuh. Seperti kita ketahui bahwa, oksigen merupakan bagian
terpenting dari metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi. Hemoglobin
juga berfungsi membawa karbondioksida hasil metabolisme dari jaringan
tubuh keparu-paru untuk selanjutnya dikeluarkan saat bernafas, (Riswanto,
2013). Struktur hemoglobin terdiri atas satu golongan heme dan globin yang
merupakan empat rantai polipeptida terdiri dari asam amino yang terdekat
terangkai menjadi rantai dengan urutan tertentu. Molekul hemoglobin
terdiri dari dua pasang rantai polipeptida (globin) dan empat gugus hem
yang masing- masing mengandung sebuah atom besi (Sacher, 2004).
A. Faktor Internal
Kadar hemoglobin adalah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-
butiran darah merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-
kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut 100 persen
(Evelyn, 2009). Faktor internal kadar hemoglobin meliputi :
B. Kecukupan besi dalam tubuh
Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah
dan mioglobin dalam sel otot. Kurang lebih 4 % besi di dalam tubuh
berada sebagai mioglobin dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim
oksidatif. Walaupun jumlahnya sangat kecil namun mempunyai peranan
yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam transport oksigen dan
memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan ATP,
sehingga apabila tubuh mengalami anemia gizi maka terjadi penurunan
kemampuan bekerja, (WHO dalam Zarianis, 2006).
b) Keasaman / pH
c) Tekanan parsial O2
f) Faktor Eksternal
e. Lingkungan, antara lain keadaan ruang kerja, cahaya, suhu ruang, luas
dan tata ruang (Murray, 2009).
Tahap pra analitik sangat menentukan kualitas sampel yang nantinya akan
dihasilkan dan mempengaruhi proses kerja berikutnya. Tahap pra analitik
meliputi kondisi pasien, pengambilan sampel, dan penanganannya. Kondisi
pasien, sebelum pengambilan spesimen form permintaan laboratorium
diperiksa. Identitas harus ditulis dengan benar sesuai dengan pasien yang
akan diambil specimen. Pengambilan sampel idealnya dilakukan waktu
pagi hari. Teknik atau cara pengambilan spesimen dilakukan dengan
benar sesuai Standard Operating Procedure (SOP) yang ada. Penanganan
sampel dalam pencampuran darah dengan antikoagulan EDTA dilakukan akan
diperiksa volume mencukupi, kondisi baik tidak lisis, segar atau tidak
kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak berubah bentuk, pemakaian
antikoagulan atau pengawet tepat, ditampung dalam wadah yang memenuhi
syarat dan identitas sesuai dengan data pasien.
2. Tahap Analitik
Ibu Hamil
Usia <20
tahun
Usia >35
tahun
Index Eritrosit
Faktor yang
mempengaruhi :
Hb Faktor internal
Eritrosit
Kecukupan besi
dalam tubuh
pH
MCV MCHC tekanan parsial O2
V Tekanan parsial
CO2
MCH Temperatur/suhu
Faktor eksternal
D. Kerangka Konsep
Ibu Hamil Dengan Usia
< 20 tahun
Pemeriksaan Indeks
Eritrosit
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Berpengaruh diteliti
E. DEFINISI OPERASIONAL
Untuk menyamakan persepsi terhadap pembaca, penulis membuat definisi
operasional variabel sebagai berikut:
1. Nilai indeks eritrosit adalah cara menentukan nilai indeks eritrosit
berdasarkan nilai MCV,MCH,MCHC
2. Umur adalah lama hidup responden yang dihitung sejak mulai lahir hingga
ulang tahun yang terakhir. Dalam kehamilan, usia tidak berisiko jika 20-35
tahun. Sedangkan <20 tahun dan >35 tahun merupakan usia yang berisiko
terhadap anemia.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan
I. Populasi Penelitian
D. Instrumen Penelitian
tahapan :
F. Analisis Data
Perhitungan persentase:
Keterangan :