Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tujuan pendidikan Program Studi Perancangan Jalan dan Jembatan
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ketapang adalah mencetak sarjana teknik sipil
yang ahli dan terampil dalam bidang infrastruktur. Untuk mencapai tujuan tersebut
tidaklah cukup jika mahasiswa hanya menerima pendidikan di bangku kuliah saja,
maka dalam upaya untuk memperluas pengetahuan dan menambah pengalaman
pelaksanaan di lapangan, Politeknik Negeri Ketapang, memberikan mata kuliah
Praktik Kerja Lapangan (PKL). Hal ini sangat diperlukan untuk lebih mengenalkan
mahasiswa pada dunia kerja, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang
akan memberikan gambaran nyata mengenai dunia kerja kepada mahasiswa.
Sehingga mahasiswa mempunyai bekal dan wawasan untuk terjun ke masyarakat.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini bertujuan agar mahasiswa dapat
membandingkan teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan pelaksanaan di
lapangan dan memahami teknik-teknik penyelesaian dari permasalahan yang terjadi
dalam suatu pelaksanaan jembatan, sekaligus mempelajari aspek teknis yang
berhubungan dengan pelaksanaan proyek dan aspek manajerial yang berhubungan
dengan penyusunan rencana kerja, rencana bahan, tenaga dan alat serta koordinasi
antara para pihak (Pemilik, Konsultan, Kontraktor dan Pemerintah). Dalam
melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL), mahasiswa dituntut aktif dalam
pengamatan pelaksanaan pekerjaan dilapangan dan keaktifannya dalam pengumpulan
data-data lapangan selama pelaksanaan pekerjaan, hal ini diperlukan karena nantinya
akan dipergunakan dalam menyusun laporan praktik kerja. Laporan praktik kerja ini
menggunakan beberapa metode untuk memperoleh data–data yang dibutuhkan dalam
penyusunannya.
1
Adapun metode-metode yang digunakan untuk memperoleh data antara lain
adalah :
1.1.1 Metode observasi (pengamatan)
Dalam metode observasi ini pelaksanaan yang dilakukan adalah dengan
mengamati proses pekerjaan yang berlangsung Pekerjaan Jembatan Nanjung CS (
Ruas Jalan Pesaguan – Kendawangan ) Kabupaten Ketapang. Dari mulai sampai
selesai batas waktu yang ditentukan oleh pihak yang bersangkutan.
1.1.2 Metode interview (wawancara langsung)
Dalam metode interview ini pelaksanaan yang dilakukan adalah dengan
melakukan wawancara secara langsung kepada semua pihak yang terlibat dalam
proses pembangunan dari pihak manajemen konstruksi, salah satunya dengan
memberikan pertanyaan kepada pihak yang terkait.
1.1.3 Metode pustaka (Literatur)
Dalam metode pustaka, mencari informasi dengan mengumpulkan data dalam
Pekerjaan Jembatan Nanjung CS ( Ruas Jalan Pesaguan – Kendawangan ) Kabupaten
Ketapang. Dengan bereferensikan dari internet, jurnal ataupun buku.
1.1.4 Metode instrumen
Dalam metode instrumen pelaksanaan dilakukan dengan menggunakan alat
bantu seperti kamera ataupun alat tulis, guna untuk mendapatkan data-data ataupun
informasi mengenai Pekerjaan Jembatan Nanjung CS ( Ruas Jalan Pesaguan –
Kendawangan ) Kabupaten Ketapang.
Karena pada PKL-2 difokuskan pada Proyek Jembatan, maka dalam kegiatan
Praktik Kerja Lapangan ini akan dilakukan pengamatan proses pekerjaan terhadap
“Penggantian Jembatan Nanjung CS ( Ruas Jalan Pesaguan – Kendawangan ) CV.
Lamtoro Ketapang” yang dipilih sebagai objek kerja praktik.

2
Kegiatan Pekerjaan Jembatan Nanjung CS ( Ruas Jalan Pesaguan –
Kendawangan ) Kabupaten Ketapang dilaksanakan oleh CV. Lamtoro Ketapang
selaku pemenang tender pekerjaan tersebut. Sumber dana pekerjaan tersebut
diperoleh dari APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) Provinsi Kalimantan
Barat. Panjang ruas Jembatan yang dilaksanakan sepanjang 24 m dengan lebar 4,20
m. Dengan nomor kontrak 630/07/SP/JBT-NJG/PUPR-B.2/2/2020 Tahun anggaran
2020 yang berjumlah RP. 1.919.998.000,00 ( Satu Miliar Sembilan Ratus Sembilan
Belas Juta Sembilan Ratus Sembilan Puluh Delapan Rupiah ). Tanggal pelaksanaan
masa kontrak 23 Oktober 2020 sampai dengan 23 Desember 2020 serta masa
pemeliharaan 24 desember 2020 sampai dengan 31 maret 2021.
Apabila terjadi perubahan ketentuan pemerintah dalam hal berakhirnya tahun
anggaran akan di lakukan perubahan waktu penyesuaian pekerjaan.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Dengan terlaksananya praktik kerja lapangan ini dapat membentuk mahasiswa
untuk mampu membandingkan secara langsung antara pekerjaan di lapangan dengan
teori yang diperoleh dibangku kuliah, sekaligus memahami mekanisme penyelesaian
dari permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan di lapangan dan budaya-budaya
kerja yang sering digunakan di lapangan.
1.2.1 Tujuan umum praktik kerja lapangan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) bagi mahasiswa DIV Teknik Sipil Politeknik
Negeri Ketapang secara umum bertujuan untuk:
a) Memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan mata pelajaran Studi
Teknik Sipil D4. Karena praktek kerja lapangan merupakan matakuliah wajib
pada semester VII Program Studi Teknik Sipil D4 Politeknik Negeri
Ketapang.
3
b) Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengamati secara langsung
penerapan cara-cara praktis pelaksanaan proyek di lapangan, dan dijadikan
pengetahuan untuk memperdalam dan menambah pengetahuan baik secara
teori maupun praktik.
c) Mendidik sikap mental dan disiplin kerja yang profesional.
d) Mengetahui dan memahami kegiatan yang sebenarnya dari suatu proses
pelaksanaan sebuah proyek/industri konstruksi.
e) Sebagai bekal mahasiswa untuk terjun dalam dunia kerja dan membuka
komunikasi yang baik antara masyarakat yang berkecimpung dalam dunia
konstruksi.
1.2.2 Tujuan Khusus Praktik Kerja Lapangan
Adapun tujuan khusus yang dicapai dengan dilakukannya Praktik Kerja
Lapangan (PKL), yaitu :

a) Mengetahui Proses Addendum Volume Kajian Teknis Pasangan Batu Pada


Pekerjaan Penggantian Jembatan Sungai Nanjung.
b) Menganalisa Volume Kajian Teknis Pasangan Batu Pada Pekerjaan
Penggantian Jembatan Sungai Nanjung.
1.2.3 Manfaat
Adapun manfaat yang bisa diambil dalam pelaksanaan Pratik Kerja Lapangan
(PKL) Jembatan Nanjung CS. (Ruas Jalan Pesaguan - Kendawangan) adalah sebagai
berikut :
a. Untuk Dapat Mengetahui Proses Addendum Volume Kajian Teknis
Pasangan Batu Pada Pekerjaan Penggantian Jembatan Sungai Nanjung.
b. Untuk Dapat Mengetahui Kebutuhan Volume Kajian Teknis Pasangan
Batu Pada Pekerjaan Penggantian Jembatan Sungai Nanjung.

4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Gambaran Umum Perusahaan
2.1.1 Umum
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan
yang berkualitas serta mempertimbangkan perkembangan teknologi konstruksi di
bidang jalan dan jembatan serta terbitnya norma, standar, pedoman, dan kriteria
terkait dengan bidang jalan dan jembatan, perlu dilakukan penyesuaian terhadap
spesifikasi umum untuk pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan sebagaimana
termuat dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga Nomor 10/SE/Db/2014
tentang Penyampaian Standar Dokumen Pengadaan dan Spesifikasi Umum 2010
(Revisi 3) untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan. Spesifikasi Umum ini
memuat ketentuan teknis pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan
berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 31/PRT/M/2015 tentang
Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011
tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa
Konsultansi, dan Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02/M/BM/2017.
2.1.2 Dasar Pembentukan
1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4444).

5
2. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4655).
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015
tentanG Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 8).
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 16).
5. Keputusan Presiden Nomor 79/TPA Tahun 2018 tentang Pemberhentian dan
Pengangkatan dari dan dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Madya di Lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M /2011 tentang Standar
dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 31/PRT/M/2015 tentang
Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi dan Jasa Konsultansi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1285).
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 05/PRT/M/2017
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
6
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 466).
2.2 Latar Belakang Perusahaan
CV. Lamtoro Ketapang berdiri pada hari kamis 19 Juli 1984 yang
berkedudukan di Ketapang, Kabupaten Ketapang. CV. Lamtoro Ketapang ini
bermaksud dan bertujuan menjalankan usaha dalam bidang perdagangan, usaha
perindustrian, usaha pemborongan/pembangunan, usaha pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan, pertambangan, usaha pengangkutan darat/sungai dan usaha-
usaha lain yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan maksud-maksud
tersebut diatas. Dalam bidang pembangunan, CV. Lamtoro Ketapang berkomitmen
menjalankan usaha pemborongan bangunan-bangunan, gedung-gedung, jembatan-
jembatan, jalan, bangunan konstruksi, instalasi listrik, saluran air minum, irigasi -
irigasi, borongan pekerjaan penyiapan lahan transmigrasi, lahan perkebunan dan
pekerjaan pemeliharaan tanaman pekebunan dan sebagainya. Komitmen kami pada
kepuasan client diwujudkan dengan cara memenuhi tenggat waktu pekerjaan, juga
anggaran pekerjaan dan kualitas yang sesuai dengan harapan.

7
2.3 Lokasi Proyek
Berdasarkan gambar dibawah lokasi proyek berada di titik merah. Dipantau
secara geografis lokasi proyek Penggantian Jembatan Nanjung CS (Ruas Jalan
Pesaguan – Kendawangan) berlokasi di Kecamatan Matan Hilir Selatan Kabupaten
Ketapang, Kalimantan Barat.

Gambar 2.1 Lokasi proyek Penggantian Jembatan Nanjung CS (Ruas Jalan Pesaguan – Kendawangan)
(Sumber : Citra Satelit (Google Maps))
8
2.4 Struktur Organisasi Penyedia Jasa Konstruksi
Struktur Organisasi Kontraktor Penggantian Jembatan
Nanjung CS (Ruas Jalan Pesaguan – Kendawangan) Kecamatan
Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, Sumber Dana APBD
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2020.

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Kontraktor


(Sumber : CV. Lamtoro Ketapang)
9
2.5 Hubungan Kerja Dalam Proyek
Dalam sebuah proyek konstruksi, antara Pemilik Proyek, Konsultan dan
Kontraktor terdapat hubungan kerja untuk mencapai hasil yang efektif. Di bawah ini
kami mencoba menguraikan hubungan kerja antara Pemberi Tugas / Pemilik Proyek,
Konsultan dan Kontraktor dalam sebuah proyek konstruksi.
1. Hubungan kerja antara Konsultan dengan Pemilik Proyek :
a. Ikatan berdasarkan kontrak.
b. Konsultan memberikan layanan konsultasi, dimana produk yang
dihasilkan berupa gambar rencana, peraturan dan syarat-syarat.
c. Pemilik proyek memberikan biaya jasa atas konsultasi yang diberikan
oleh Konsultan.
2. Hubungan kerja antara Kontraktor dengan Pemilik Proyek :
a. Ikatan berdasarkan kontrak.
b. Kontraktor memberikan layanan jasa profesional, dimana produk
yang dihasilkan berupa bangunan sebagai realisasi dari keinginan
pemilik proyek sesuai dengan peraturan dan syarat-syarat.
c. Pemilik proyek memberikan biaya jasa profesional kontraktor.
3. Hubungan kerja antara Konsultan dengan Kontraktor :
a. Ikatan berdasarkan peraturan pelaksanaan proyek.
b. Konsultan memberikan gambar rencana, peraturan dan syarat-syarat.
c. Kontraktor merealisasikan menjadi sebuah hasil konstruksi.
2.6 Pengendalian Proyek
Pada umumnya, terdapat tiga kendala utama yang saling berketergantungan
dalam suatu proyek yaitu : Waktu, Biaya dan Lingkup. Ketiga kendala utama atau
Constraint tersebut juga dikenal dengan Segitiga Manajemen Proyek.
Keseimbangan ketiganya sangat menentukan kualitas proyek yang dilaksanakan.
10
1. Waktu (Time)
Waktu merupakan salah satu faktor terpenting dalam menangani suatu
proyek. Setiap proyek memiliki batas waktu dalam penyelesaiannya, ada
yang memerlukan waktu panjang, ada juga memerlukan waktu pendek.
Waktu penyelesaian tugas dalam suatu proyek sangat tergantung pada
jumlah orang dan pengalaman serta keterampilan orang-orang tersebut
dalam mengerjakan tugas- tugasnya. Kegagalan dalam memenuhi batas
waktu penyelesaian proyek akan berakibat buruk terhadap organisasi,
misalnya terjadi teguran dari pelanggan, denda akibat keterlambatan,
mengurangi kepercayaan pelanggan terhadap organisasi dan biaya-biaya
lainnya. Salah satu penyebab ataupun alasan terjadinya kegagalan dalam
memenuhi batas waktu penyelesaian proyek dalam suatu organisasi adalah
kurangnya sumber daya yang dimilikinya. Menurut Buku “Project
Management Body of Knowledge (PMBOK)”, proses penanganan
waktu dalam manajemen proyek terdiri dari :
 Plan Schedule Management (Manajemen Perencanaan Jadwal)
 Define Activities (Pendefinisian Kegiatan)
 Sequence Activities (Urutan Kegiatan)
 Estimate Activity Resources (Estimasi Sumber daya Kegiatan)
 Estimate Activity Durations (Estimasi Durasi atau Jangka Waktu
Kegiatan)
 Develop Schedule (Pengembangan Jadwal)
 Control Schedule (Pengendalian Jadwal)
2. Biaya (Cost)
Setiap proyek memerlukan Biaya dalam pelaksanaannya. Biaya-biaya
tersebut diantaranya seperti biaya tenaga kerja, biaya peralatan dan biaya-
11
biaya sumber daya lainnya. Oleh karena itu, penganggaran (Budgeting)
atau perkiraan biaya merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
memastikan proyek yang dijalankan tersebut dibawah biaya tertentu.
Kadang-kadang Manager Proyek harus mengalokasikan sumber daya
tambahan untuk mencapai batas waktu yang ditentukan sehingga
memerlukan biaya tambahan dan juga kemungkinan munculnya biaya
penalti akibat keterlambatan dalam penyelesaian proyek. Beberapa proses
dalam penanganan Biaya dalam Manajemen Proyek diantaranya seperti
 Cost Estimating, Estimasi Biaya yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan proyek.
 Cost Budgeting, Penganggaran biaya yang menggabungkan
estimasi biaya sumber daya yang dibutuhkan, paket pekerjaan dan
biaya-biaya kegiatan lainnya sehingga membentuk suatu rencana
biaya yang sistematis.
 Cost Control (Pengendalian Biaya). Faktor-faktor yang
mengakibatkan fluktuasinya biaya dapat dikendalikan dengan
beberapa alat manajemen biaya.
3. Lingkup (Scope)
Lingkup atau Scope yang dimaksud disini adalah hasil akhir yang ingin
dicapai oleh pelaksanaan proyek itu sendiri. Hasil akhir tersebut harus
didefinisikan secara spesfik dan dikomunikasi ke semua anggota tim yang
melaksanakan tugas- tugas dalam proyek. Pada umumnya, komponen
utama dalam lingkup adalah kualitas produk akhir. Seorang Manajer
Proyek harus mengetahui cara untuk mengelola lingkup atau scope suatu
proyek termasuk perubahannya yang akan berdampak pada waktu dan
biaya.
12
Enam Tahapan Manajemen Proyek, Setiap Proyek akan mengalami enam
tahapan seperti dibawah ini :
 Project Definition (Pendefinisian Proyek), yaitu mendefinisikan
tujuan proyek dan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan
agar proyek yang dilaksanakan tersebut berhasil dengan kualitas
yang diinginkan.
 Project Initiation (Inisialisasi Proyek), yaitu perencanaan awal
terhadap sumber daya yang akan digunakan sebelum suatu proyek
dimulai.
 Project Planning (Perencanaan Proyek), yaitu menguraikan dengan
jelas bagaimana sebuah proyek harus dijalankan. Pada Project
Planning ini, akan terlihat dengan jelas pentingnya Segitiga
Manajemen Proyek yaitu Waktu, Biaya dan Ruang Lingkup suatu
Proyek.
 Project Execution (Pelaksanaan Proyek), yaitu melakukan
pekerjaan agar proyek yang dimaksud tersebut berhasil sesuai
dengan keinginan.
 Project Monitoring & Control (Pemantauan dan Pengendalian
Proyek), yaitu pengambilan langkah-langkah yang diperlukan
sehingga pengoperasian proyek berjalan dengan lancar.
 Project Closure (Penutupan Proyek), yaitu menerima hasil akhir
dari proyek dan menghentikan semua penggunaan sumber daya.

13
BAB III
RUANG LINGKUP PEKERJAAN
3.1 Deskripsi Kerja
3.1.1 Data Umum Kegiatan
Ruang lingkup pekerjaan menggambarkan bidang pekerjaan yang dilakukan
dan pengalaman bekerja selama di tempat PKL, meliputi sistem penugasan kerja dan
rangkuman yang dilakukan selam PKL. Dalam Praktik Kerja Lapangan (PKL),
penulis diberi waktu selama 8 minggu dimulai dari tanggal 01 Desember 2020 hingga
tanggal 31 Januari 2021 untuk melakukan pengamatan kegiatan proyek Preservasi
Rekonstruksi Penggantian Jembatan Nanjung CS (Ruas Jalan Pesaguan-
Kendawangan), sehingga penulis hanya dapat mengamati sebagian dari proses
pelaksanaan pekerjaan tersebut. dalam Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini substansi
yang di amati meliputi alat, bahan, tenaga kerja, metode pekerjaan,dan aspek-aspek
yang mempengaruhi kelancaran pelaksanaannya.
3.1.2 Berikut data dari proyek Penggantian Jembatan Nanjung CS (Ruas Jalan
Pesaguan - Kendawangan :

Nama Paket : Penggantian Jembatan Nanjung CS

(Ruas Jalan Pesaguan - Kendawangan)

Nomor Kontrak : 630/07/SP/JBT-NJG/PUPR-B.2/2020

Tanggal Kontrak : 23 Oktober 2020

Sumber Dana : APBD

Tahun Anggaran : 2020

Waktu Pelaksanaan : 23 Oktober S/D 23 Desember 2020

Tanggal Mulai : 23 Oktober 2020


14
Tanggal Selesai : 23 Desember 2020

Pelaksana : Cv. Lamtoro Ketapang

Konsultan Supervisi : PT.Tri Tunggal Rekayasa Khatulistiwa

3.2 Sistem Penugasan

Pada kegiatan PKL 2 Penggantian Jembatan Nanjung CS (Ruas Jalan


Pesaguan-Kendawangan) pelaksanaan pekerjaan yang benar dan sesuai dengan
prosedur dalam sebuah proyek konstruksi akan menghasilkan konstuksi yang bagus.
Pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh kontraktor (pelaksana) dimana nantinya
pekerjaan tersebut akan diawasi dan dievaluasi oleh tim Satuan Kerja PUPR.
3.2.1 Kegiatan yang diikuti
a. Sendcone LPB
b. Pekerjaan timbunan
c. Pekerjaan LPB
d. Pembuatan Base Plate
e. Pekerjaan rangka jembatan
f. Pemasangan tiang pancang
3.2.2 Kegiatan yang tidak diikuti

a. Pembersihan Lahan
b. Pekerjaaan RetainingWall
c. Pekerjaan Oprit
d. Perletakan jembatan

3.3 Tahapan Pekerjaan

Dalam proyek pembangunan jembatan, tahapan harus sesuai dengan prosedur


agar menghasilkan pekerjaan yang baik, pada proyek pembangunan jembatan
15
khususnya jembatan Nanjung CS (Ruas jalan Pesaguan-Kendawangan). Adapun
tahapan pekerjaan, yaitu:

3.3.1 Mobilisasi

Pekerjaan mobilisasi adalah pekerjaan persiapan yang meliputi kegiatan-


kegiatan pendahuluan untuk mendukung permulaan proyek meliputi:
a. Pembuatan Shop Drawing
Sebelum pekerjaan utama dilaksanakan terlebih dahulu dilaksanakan
pembuatan shop drawing yang akan dipakai sebagai acuan kerja pada proyek
pembangunan jembatan Nanjung CS.
b. Kantor Lapangan dan Fasilitasnya
Tahap berikutnya penentuan lokasi basecamp, pembuatan kantor lapangan
dan fasilitasnya dilokasi proyek dan kemudian dilanjutkan dengan mobilisasi
peralatan yang diperlukan sesuai dengan tahapan pelaksaan pekerjaan.
c. Pengaturan Arus Transportasi dan Pemeliharaan Terhadap Arus Lalu Lintas
Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, pengaturan arus lalu lintas
transportasi dilakukan dengan pembuatan tanda-tanda lalu lintas yang
memadai disetiap kegiatan lapangan. Bila diperlukan dapat ditempatkan
petugas pemberi isyarat yang bertugas mengatur arus lalu lintas pada saat
pelaksanaan.
d. Rekayasa Lapangan
Dengan petunjuk Direksi Teknis survey/rekayasa lapangan dilaksanakan
untuk menentukan kondisi fisik dan struktural dari pekerjaan dan
fasilitas yang ada dilokasi pekerjaan, sehingga dimungkinkan untuk
mengadakan peninjauan ulang terhadap rancangan kerja yang telah diberikan
sistem dan tata cara survey dikordinasikan dengan direksi teknis.
16
e. Jadwal Konstruksi
Jadwal konstruksi dibuat pihak kontraktor, diajukan kepada Direksi Teknis
untuk dibahas dan mendapatkan persetujuan pada saat dilaksanakan rapat
pendahuluan (Pre Construction Meeting/PCM).
f. Pelaksanaan Mobilisasi Peralatan
Dalam pelaksanaan proyek ini mobilisasi alat-alat yang digunakan adalah
sebagai berikut:
A. Dump Truck
Dump Truck berfungsi sebagai alat pengangkut material dari quarry ke lokasi
proyek.

Gambar 3.1 Dump Truck


Sumber Dokumentasi Lapangan

B. Vibratory Roller
Vibratory Roller atau yang biasa disebut Vibro Roller adalah alat berat yang
digunakan untuk menggilas dan memadatkan hasil timbunan sehingga
kepadatan tanah yang dihasilkan lebih sempurna.
17
Gambar 3.2 Vibratory Roller

Sumber Dokumentasi Lapangan

C. Excavator
Excavator adalat alat yang digunakan pada pekerjaan tanah, serta untuk
mengangkut material dan kerangka jembatan.

Gambar 3.3 Excavator

Sumber Dokumentasi Lapangan

18
D. Motor Grader
Motor Grader adalah salah satu jenis traktor dengan fungsi sebagai perata
bentuk permukaan tanah, biasanya digunakan dalam proyek jalan dan
jembatan untuk membuat kemiringan tertentu suatu ruas jalan. Dengan blade
yang dapat diatur tingkat kemiringannya.

Gambar 3.4 Motor Grader

Sumber Dokumentasi Lapangan

E. Water Tank
Water tank digunakan untuk menyiramkan air pada permukaan jalan jika
lapisan tanah atau agregat yang akan dipadatkan memiliki kadar air yang
lebih rendah dari kadar air optimumnya.

Gambar 3.5 Water Tank

Sumber Dokumentasi Lapangan


19
F. Papan Nama Proyek
 Papan nama ini digunakan sebagai identitas dan informasi mengenai
proyek.
 Papan nama proyek dibuat dengan ukuran atas persetujuan Direksi
pekerjaan
 Bahan yang dipakai: kayu kaso, paku, dan banner nama proyek.
 Papan nama proyek dipasang dipangkal dan ujung lokasi pekerjaan.
 Papan nama dipelihara selama pelaksanaan proyek.

Gambar 3.6 Papan Nama Proyek

Sumber Dokumentasi Lapangan

3.3.2 Manajemen & Keselamatan Lalu Lintas

Pengaturan lalu lintas adalah salah satu bagian yang sangat penting guna
menjamin pada saat pelaksanaa pekerjaan yang tentunya pada saat aktivitas lalu lintas
berjalan kemudian pekerjaan tidak mengalami gangguan dan juga terlindungi dari
kerusakan yang bisa diakibatkan oleh lalu lintas tersebut. Adapun pengaturan lalu
lintas itu dapat berupa:
20
1. Rambu dan penghalang yang dipasang saat atau tidak berlangsung pekerjaan
dan rambu ini dapat dituliskan peringatan.
2. Petugas bendera, personil ini ditempatkan pada setiap yang sedang
berlangsung dan bertugas mengatur arah serta memberi aba-aba kepada driver
dan operator alat berat agar lalu lintas tidak terhenti apabila pekerjaan sedang
berlangsung.
3. Peralatan Keselamatan Lalu Lintas :
- Kerucut Lalu Lintas
- Rambu Peringatan
- Sepatu Boot
- Helm
- Rompi
3.3.3 Pekerjaan Dinding Penahan (Retaining Wall)
Menurut E.Khuzaifah bangunan dinding penahan tanah merupakan struktur
bangunan yang berfungsi memikul beban yang sebagian besar dari beban horizontal/
lateral dan atau beban yang diteruskan akibat bangunan yang ada diatasnya
(abutment jembatan) dan diteruskan melalui pondasi kedalam tanah.
Pada dasarnya dinding penahan memiliki beberapa fungsi antara lain:

 Menahan tekanan lateral tanah aktif (Active Lateral Force Soil) yang dapat
berpotensi menyebabkan terjadinya keruntuhan lateral tanah misalnya
longsor/landslide.
 Menahan tekanan lateral air (Lateral Force Water) yang dapat berpotensi
menyebabkan terjadinya keruntuhan lateral akibat tekanan air yang besar.
 Mencegah terjadinya proses perembesan air/seepage secara lateral yang
diakibatkan oleh kondisi elevasi muka air tanah yang cukup tinggi. Dalam hal ini

21
juga berfungsi dalam proses dewatering yaitu dengan memotong aliran air (Flow
net) pada tanah (Cut Off).

3.3.4 Pekerjaan Oprit

A. Timbunan Tanah Biasa


Material timbunan harus ditempatkan pada lokasi pekerjaan. Kemudian setiap
lapisan dihampar menggunakan Excavator dengan ketebalan maksimum 20
cm dan dipadatkan menggunakan Vibratory Roller sambil disiram air hingga
mencapai kadar air optimum. Setelah lapisan pertama selesai dipadatkan,
kemudian dihampar lapisan berikutnya hingga mencapai elevasi timbunan
yang telah direncanakan.

Gambar 3.7 Pekerjaan Timbunan Tanah


Sumber Dokumentasi Lapangan

22
Gambar 3.8 Pemadatan Timbunan Tanah

Sumber Dokumentasi Lapangan

B. Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas B (LPB)


Teknis Pelaksanaan Pekerjaan LPB :
1. Pengangkatan material LPB dari quary ke lokasi proyek menggunakan dump
truck.
2. Penumpukan material LPB di lokasi proyek dengan cara membagi beberapa
tumpukan setiap satu kali pengangkutan material dalam dump truck.
3. Penghamparan material LPB menggunakan Motor Grader.
4. Pemadatan material LPB menggunakan vibratory roller namun sebelum
dilakukan pemadatan dilakukan penyiraman.

23
Gambar 3.9 Penghamparan LPB Menggunakan
Motor Grader
Sumber Dokumentasi Lapangan

Gambar 3.10 Pengujian Sandcone Pada


Pekerjaan LPB
Sumber Dokumentasi Lapangan
24
3.3.5 Pekerjaan Struktur/Pekerjaan Jembatan
A. Pile Cap dan Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang terdiri dari beberapa tiang dalam satu kelompok
yang disatukan dengan pile cap, karena momen lentur struktur atas
dan beban aksial yang akan didukung pondasi cukup besar. Pile
cap dipakai untuk mendistribusikan beban ke seluruh tiang, ukuran
pile cap pada proyek jembatan Nanjung Cs yaitu sebesar 1 m x 1 m.
Secara umum pelat penutup tiang (pile cap) merupakan elemen
struktur yang berfungsi untuk menyebarkan beban dari kolom ke
tiang-tiang. Pemakaian pelat penutup tiang (pile cap) pada suatu
bangunan, apabila pondasi tiang dipancang pada tanah dasar pondasi
yang mempunyai nilai kohesi tinggi, maka beban yang diterima oleh
tiang akan ditahan oleh pelat penutup tiang (pile cap).

Gambar 3.11 Bekisting Pile cap

Sumber Dokumentasi Lapangan

25
Gambar 3.12 Pengecoran Pile Cap

Sumber Dokumentasi Lapangan

Gambar 3.13 Pemasangan Tiang Pancang

Sumber Dokumentasi Lapangan


26
B. Perakitan dan Peletakan Rangka Jembatan
Proses perakitan jembatan Bailey dapat menggunakan tenaga manusia
atau menggunakan alat berat. Pada pembangunan jembatan Bailey
Nanjung CS dengan panjang bentang 24m digunakan alat berat
excavator untuk merakit rangka jembatannya. Secara umum
prosedurnya yaitu dengan merakit segmen jembatan dan kemudian
dihubungkan antar segmen. Setelah satu bentang jembatan selesai
maka jembatan diangkat menggunakan excavator dengan kapasitas
yang sesuai dengan beban yang diangkat.

Gambar 3.14 Mobilisasi Rangka Jembatan


Sumber Dokumentasi Lapangan

27
Gambar 3.15 Perakitan Rangka Jembatan
Menggunakan Excavator
Sumber Dokumentasi Lapangan

Gambar 3.16 Peletakan Rangka dan


Pemasangan Plat Lantai
Sumber Dokumentasi Lapangan

28
3.3.6 Pemeriksaan Detail Jembatan (Final Check)
Pemeriksaan secara mendetail dilaksanakan untuk menilai secara akurat
kondisi suatu jembatan. Semua komponen dan elemen jembatan harus diperiksa serta
kerusakan-kerusakan yang berarti dikenali kemudian didata. Secara lebih khusus,
Pemeriksaan secara Detail dilakukan untuk :
 Mengenali dan mendata semua kerusakan penting pada elemen
jembatan;
 Menilai kondisi elemen dan sekelompok elemen jembatan dan secara
obyektif menentukan suatu Nilai Kondisi;
 Melaporkan apakah Tindakan Darurat dibutuhkan dan alasannya;
 Melaporkan apakah suatu Laporan Khusus dibutuhkan dan alasannya;
 Melaporkan apakah pemeliharaan rutin yang baik sedang berlangsung.

Data dari Pemeriksaan secara Detail dimasukkan dalam Database yang mampu
memproses data tersebut dan menganjurkan pemeliharaan setiap jembatan secara
keseluruhan yang dapat mengembalikan jembatan tersebut ke suatu kondisi tertentu
dan dalam tingkat layak layak.

29
BAB IV

TUGAS KHUSUS

ADDENDUM VOLUME KAJIAN TEKNIS PASANGAN BATU

4.1 Umum

Kajian Teknis sebagai dokumen pendukung proses perubahan kontrak


mencakup alasan utama perubahan, uraian pekerjaan yang menyebabkan perubahan
dan kajian terhadap usulan perubahan tersebut untuk dapat memenuhi kelayakan
teknis.

4.1.1 Definisi

a) Kajian Teknis
Kajian Teknis adalah pembuktian tertulis yang disertai dengan penjelasan
rinci tentang adanya perubahan kebutuhan pada penyelenggaraan kegiatan
yang berdampak pada terjadinya perubahan konstruksi dan digunakan sebagai
dasar dilakukannya perubahan kontrak.
b) Adendum Kontrak
Addendum Kontrak/Perubahan kontrak adalah perubahan yang dapat
dilaksanakan apabila disetujui pihak.
(Sumber : Permen PUPR No. 31/PRT/M/2015, BUKU PK 01 HS, BAB IX
SSUK B.336).
c) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Pejabat Pembuat Komitmen yang disebut PPK adalah pejabat yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
(Sumber : Pepres No.4 Tahun 2015 Pasal 1 Angka 7).
d) Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak (PPPK)
Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak yang disebut PPPK adalah Tim
pendukung yang dapat dibentuk oleh KPA/PA untuk membantu KPA/PA
dalam kepentingan perubahan kontrak.
(Sumber : Permen PUPR No.31/PRT/M/2015, BUKU PK 01 HS, BAB IX
SSUK B.4 36.3).
e) Unsur Perencana
30
Unsur Perencana adalah unsur satuan kerja perencanaan dan pengawasan jalan
Nasional (P2JN) dan/atau konsultan perencana.
(Sumber : Lampiran SE Dirjen Bina Marga No.02/SE/Db/2016 butir 4.c).
f) Pengawas Pekerjaan
Pengawas Pekerjaan adalah personil yang diangkat oleh PPK yang berasal
dari personil PPK atau Konsultan Pengawas. Pengawas pekerjaan
berkewajiban untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan.
(Sumber : Lampiran SE Dirjen Bina Marga No.02/SE/Db/2016 butir 4.d).
g) Kajian Teknis Lapangan
Kajian Teknis Lapangan adalah suatu kegiatan untuk mencari kesesuaian
antara rancangan asli yang ditunjukan dalam Gambar dengan kebutuhan
aktual lapangan sebagaimana dijelaskan pada Spesifikasi Umum 2010 (Revisi
3) Divisi 1 Seksi 1.9.
(Sumber : Lampiran SE Dirjen Bina Marga No.02/SE/Db/2016 butir 4.e).
h) Penyedia
Penyedia adalah badan usaha yang menyediakan/melaksanakan pekerjaan
konstruksi.
(Sumber : Permen PUPR No.31/PRT/M/2015, BUKU PK 01 HS, BAB IX
SSUK A.1.8).
i) Perubahan Kontrak
Perubahan Kontrak adalah perubahan akibat terdapat perbedaan antara kondisi
lapangan pada saat pelaksanaan, dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis
yang ditentukan dalam dokumen kontrak, atas persetujuan PPK dengan
penyedia.
(Sumber : Perpres No.70 tahun 2012 Pasal 87 ayat (1)).

31
4.1.2 Prosedur Kajian Teknis

4.1 Gambar Penandatanganan Kontrak

(Sumber : Dokumentasi Dinas PUTR)

a. Peninjauan Terhadap Rancangan dan Hasil Kajian Teknis Lapangan


Penyedia melaksanakan tinjauan terhadap perbedaan antara kondisi lapangan
pada saat pelaksanaan dengan Gambar dan/atau spesifikasi teknis yang
ditentukan dalam Dokumen Kontrak.
b. Menyusun Kajian Teknis
Penyedia Menyusun Kajian Teknis yang mencakup alasan utama perubahan
danuraian pekerjaan yang menyebabkan perubahan.
c. Pembahasan Kajian Teknis Tingkat PPK
Kajian Teknis dibahas oleh PPK, pengawas pekerjaan dan penyedia jasa.
d. Pembahasan Kajian Teknis Tingkat Satker
Kajian Teknis dibahas oleh PPPK, PPK, Unsur Perencana, Pengawas
Pekerjaan dan Penyedia.
e. Pembahasan Kaian Teknis Tingkat Balai
Kajian Teknis dibahas oleh Tim Teknis Balai, Unsur Satker, PPK, Unsur
Perencanaan, Pengawas Pekerjaan Dan Penyedia.
f. Pembahasan Kajian Teknis Tingkat Direktorat
Kajian Teknis dibahas oleh Tim Teknis Evaluasi Perubahan Kontrak,
Kasubdit Terkait, Unsur Balai, Unsur Satker, PPK dan Penyedia jasa.

32
g. Membuat addendum kontrak
PPK bersama penyedia membuat addendum kontrak berdasarkan Kompilasi
Perintah Perubahan Chief Communication Officer (CCO), atau persetujuan
perubahan kontrak dari Ka.Satker atau Persetujuan Perubahan Kontrak dari
Ka. Balai atau persetujuan perubahan kontrak dari Direktur Terkait.

4.2 Realisasi Kajian Teknis

4.2.1 Pasangan Batu

Pasangan batu adalah susunan batu yang diantaranya diisi dengan bahan
adukan atau mortar sebagai bahan pengikatnya. Pekerjaan ini harus mencakup
pembuatan struktur yang ditunjukkan dalam gambar atau seperti yang diperintahkan
pengawas pekerjaan, yang dibuat dari pasangan batu, pekerjaan harus meliputi
pemasokan semua bahan, penyiapan seluruh formasi atau fondasi termasuk galian
maupun timbunan dan seluruh pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan
struktur sesuai spesifikasi ini dan memenuhi garis ketinggian, potongan dan dimensi
seperti ditunjukan dalam gambar atau sebagaimana yang diperintahkan secara tertulis
oleh pengawas pekerjaan, serta toleransi, pengajuan kesiapan kerja, jadwal kerja,
kondisi tempat kerja, perbaikan atas pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan atau
rusak. Sebelum memulai pekerjaan, penyedia jasa harus menyiapkan dan
menyerahkan gambar kerja detail pelaksanaan pasangan batu untuk mendapatkan
persetujuan dari pengawas.

4.2.1.1 Bahan

a. Batu
 Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus
dari jenis yang diketahui awet. bila perlu, batu harus dibentuk untuk
menghilangkan bagian yang tipis atau lemah. Batu yang terdiri dari
bahan yang porous atau batu kulit harus ditolak.
 Batu harus lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan
saling mengunci bila dipasang bersama-sama.
 Ukuran batu dalam arah manapun tidak boleh kurang dari 15 cm.

33
b. Adukan Mortar Semen
 Adukan mortar semen haruslah adukan mortar semen yang memenuhi
kebutuhan yang disyaratkan.
c. Drainase Porous
 Bahan untuk membentuk landasan, lubang sulingan atau kantung
penyaring untuk pekerjaan pasangan batu.

4.2.1.2 Pelaksanaan Pekerjaan

4.2 Gambar Pasangan Batu

(Sumber Pelaksana Lapangan)

a) Persiapan Fondasi
 Fondasi untuk struktur pasangan batu harus disiapkan sesuai dengan
syarat untuk galian.
 Dasar fondasi untuk struktur dinding penahan harus tegak lurus, atau
bertangga yang juga tegak lurus terhadap muka dari dinding.
 Lapis landasan yang rembes air (permeable) dan kantung penyaring
harus disediakan bilamana disyaratkan sesuai dengan ketentuan dalam
drainase porous.

34
b) Pemasangan Batu
 Landasan dari adukan mortar semen baru Paling sedikit 3 cm tebalnya
harus dipasang pada fondasi yang disiapkan sesaat sebelum
penempatan masing-masing batu pada lapisan pertama. Batu besar
pilihan harus digunakan untuk lapis dasar dan pada sudut-sudut.
Perhatian harus diberikan untuk menghindari pengelompokkan batu
yang berukuran sama.
 Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan
muka yang tampak harus dipasang sejajar dengan muka dinding dari
batu yang terpasang.
 Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau
memindahkan batu yang telah terpasang. Peralatan yang cocok harus
disediakan untuk memasang batu yang lebih besar dari ukuran yang
dapat ditangani oleh dua orang. Menggelindingkan atau
menggulingkan batu pada pekerjaan yang baru dipasang tidak
diperkenankan.
c) Penempatan Adukan Mortar Semen
 Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai
merata dan dalam wakru yang cukup untuk memungkinkan
penyerapan air mendekati titik jenuh. Landasan yang menerima setiap
batu juga harus dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan harus
disebar pada sisi batu yang bersebelahan dengan batu yang akan
dipasang.
 Tebal dari landasan adukan mortar semen harus pada rentang 2 cm
sampai 5 cm dan merupakan kebutuhan minimum untuk menjamim
bahwa seluruh rongga antara batu yang dipasang terisi penuh.
 Banyaknya adukan mortar semen untuk landasan yang ditempatkan
pada suatu waktu haruslah dibatasi hingga batu hanya dipasang pada
adukan mortar semen baru yang belum mengeras. Bilamana batu
menjadi longgar atau lepas setelah adukan mortar semen mencapai
pengerasan awal, maka batu tersebut harus dibongkar, dan adukannya
dibersihkan dan batu tersebut dipasang lagi dengan adukan mortar
semen yang baru.

35
d) Ketentuan Lubang Sulingan Dan Delatasi
 Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan,
kecuali lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak antara tidak
lebih dari 2 meter dari sumbu lainnya dan harus berdiameter 50
milimeter.
 Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan tanah,
maka delatasi harus dibentuk untuk panjang struktur tidak lebih dari
20 meter. Deletasi harus 30 milimeter lebarnya dan harus diteruskan
sampa seluruh tinggi dinding. Batu yang digunakan untuk
pembentukan sambungan tegak yang bersih dengan dimensi yang
disyaratkan di atas.
 Timbunan dibelakang delatasi haruslah dari bahan drainase porous
berbutir kasar dengan gradasi menerus yang dipilih sedemikian hingga
tanah yang ditahan tidak dapat hanyut jika melewatinya, juga bahan
drainase porous tidak hanyut melewati sambungan.
e) Pekerjaan Akhir Pasangan Batu
 Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hamper rata
dengan permukaan pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu,
sebagaimana pekerjaan dilaksanakan.
 Permukaan horizontal dari seluruh pemasangan batu harus dikerjakan
dengan tambahan adukan mortar semen tahan cuaca setebal 2
centimeter, dan dikerjakan sampai permukaan tersebut rata,
mempunyai lereng melintang yang dapat menjamin pengaliran hujan,
dan sudut yang dibulatkan. Lapisan tahan cuaca tersebut harus
dimasukan ke dalam dimensi struktur yang disyaratkan.
 Segera setelah batu ditempatkan, dan sewaktu adukan mortar semen
masih baru, seluruh permukaan batu harus dibersihkan dari bekas
adukan.
 Permukaan yang telah selesai dikerjakan harus dirawat.
 Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan
untuk memperoleh bidang antara muka rapat dan halus dengan
pasangan batu sehingga akan memberikan drainase yang lancer dan
mencegah gerusan pada tepi pekerjaan pasangan batu.

36
4.2.2Timbunan

Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan


pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan,
untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang
diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan
elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan.

4.2.2.1 Bahan
a. Sumber Bahan
Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai dengan
ketentuan dari pengawas lapangan.
b. Timbunan Biasa
Yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari bahan galian
tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh pengawas lapangan pekerjaan
sebagai bahan memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan permanen.
c. Timbunan Pilihan
Timbunan hanya diklasifikasikan sebaga timbunan pilihan apabila digunakan
pada lokasai atau untuk maksud dimana bahan-bahan ini telah ditentukan atau
disetujui secara tertulis oleh pengawas pekerjaan. Timbunan pilihan diatas
tanah rawa untuk keadaan dimana penghamparan dalam kondisi jenuh atau
banjir tidak dapat dihindari haruslah batu, pasir atau kerikil atau bahan
berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6%(enam persen).

4.2.2.2 Penghamparan Dan Pemadatan Timbunan


a. Penyiapan Tempat Kerja
 Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan
yang tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh
pengawas pekerjaan.
 Dasar fondasi timbunan harus dipadatkan seluruhnya kecuali untuk
daerah tanah lunak atau tanah yang tidak dapat dipadatkan atau tanah
rawa.

37
 Jika timbunan akan dibangun diatas permukaan tanah dengan
kelandaian lereng lebih dari 10%, ditempatkan diatas permukaan lama
atau pembangunan timbunan baru, maka lereng lama akan dipotong
sampai tanah yang keras dan bertangga dengan lebar yang cukup
sehingga memungkinkan peralatan pemadat dapat beroperasi.
 Dasar saluran yang ditimbun harus diratakan dan dilebarkan
sedemikian hingga memungkinkan pengoperasian peralatan pemadat
yang efektif.
b. Penghamparan Timbunan

4.3 Gambar Pekerjaan Penghamparan Tanah Timbunan


Sumber : Dokumentasi Lapangan

 Sebelum melakukan pekerjaan penghamparan, dilakukan pekerjaan


pengangkutan tanah timbunan.
 Lokasi Pengambilan tanah timbunan diambil dari quarry yang berada
di kendawangan, dibawa menggunakan alat berat menuju lokasi
penghamparan berada disungai nanjung.
 Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan
disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan
memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan.

38
 Tanah timbunan umumnya diangkat langsung dari lokasi sumber
bahan ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan
disebarkan.
 Tidak diperkenankan untuk penimbunan atau penumpukan tanah
terutama pada musim hujan.
 Lapisan penopang diatas tanah lunak harus dihampar sesegera
mungkin dan tidak lebih dari tiga hari setelah persetujuan setiap
penggalian atau pembersihan dan pengupasan oleh pengawas
pekerjaan.
c. Pemadatan Timbunan

4.4 Gambar Pekerjaan Pemadatan Timbunan


Sumber : Dokumentasi Lapangan

 Segera setelah penempatan penghamparan timbunan, setiap lapisan


harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan
disetujui pengawas pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang
disyaratkan.
 Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar
air bahan berada dalam rentang 3% dibawah kadar air optimum
sampai 1% diatas kadar air optimum.

39
 Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang
disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh pengawas
pekerjaan sebelum lapisan berikutnya dihampar.
 Timbunan mulai dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju
ke arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan
menerima jumlah usaha pemadatan yang sama.

d. Penyiapan Tanah Dasar Pada Timbunan


 Pekerjaan penyiapan tanah dasar pada timbunan baru dilaksanakan
bila pekerjaan lapis fondasi agregat atau perkerasan sudah akan segera
dilaksanakan.
4.2.3 Cerucuk

4.5 Gambar Sketsa Cerucuk

Sumber : Pelaksana Lapangan

Pondasi Cerucuk adalah salah satu jenis pondasi yang biasanya diaplikasikan
didaerah dengan kondisi tanah yang kurang stabil dimana umumnya dengan jenis
tanah lumpur ataupun tanah gambut dengan elevasi muka air yang cukup tingggi.
Cerucuk dalam defenisinya adalah susunan tiang kayu dengan diameter antara 8
sampai 15 meter yang dimasukkan atau ditancapkan secara vertikal kedalam tanah
yang ditujukan untuk memperkuat daya dukung terhadap beban diatasnya. Dalam

40
konstruksinya ujung atas dari susunan cerucuk disatukan untuk menyatukan
kelompok susunan kayu yang disebut dengan kepala cerucuk. Kepala cerucuk dapat
berupa pengapit dan tiang -tiang kayu , matras, kawat pengikat , papan penutup atau
balok poer.

Perlunya pemberian pondasi cerucuk didasarkan atas :

a) Daya dukung tanah yang cukup rendah.


b) Kesulitan saat konstruksi, dimana untuk mengerjakan pondasi dalam saat
konstruksi akan mengalami kesulitan oleh ketinggian elevasi muka air tanah
yang cukup tinggi.
Secara konstruksi, pelaksanaan pekerjaan pondasi cerucuk dapat dibagi atas :
a) Perkuatan tanah dasar, dilakukan penggantian tanah dasar dengan menimbun
tanah baru yang lebih stabil, dilakukan dengan menguruk tanah pada lokasi yang
sudah direncanakan.
b) Penancapan kayu cerucuk, dilakukan dengan menancapkan kayu terhadap lokasi
pondasi yang akan dikerjakan, Pelaksanakan diseuaikan dengan jarak antar titik
kayu dan kedalaman yang direncanakan.
c) Pemasangan kepala cerucuk. Dialakukan dengan menyatukan ujung kepala kayu
yang sudah ditanamkan dengan membuat ikatan antar kepala kayu dan dibuat
bidang datar sebagai penempatan pondasi konstruksi yang direncanakan.

Kadang dalam hal tertentu, pondasi cerucuk ditanamkan pada kedalam tertentu
dimana sebelumnya kita terlebih dahulu melakukan penggalian tanah asli sesuai
dengan kedalaman yang direncanakan, dan setelah itu baru dilakukan penancapan
kayu cerucuk. Untuk pelaksanaan pemancangan kayu cerucuk dapat dilakukan secara
manual (tenaga manusia) dan dapat juga dilakukan dengan mekanik atau alat mesin
yang sering disebut mesin pancang (back hoe). Pada prinsipnya kedua cara tersebut
adalah melakukan pemberian tekanan ke kepala kayu pancang sehingga kayu akan
tergeser secara vertikal kedalam tanah yang ditumbukkan.

Secara umum, untuk pondasi cerucuk kayu yang dipergunakan harus mengikuti
persyaratan teknis yaitu :

41
a. Kayu harus mempunyai diameter yang seragam yaitu antara 8 – 15 cm, dimana
pada ujung terkecil tidak boleh kurang dari 8 cm dan pada ujung terbesar tidak
melebihi 15 cm
b. Kayu harus dalam bentang yang lurus untuk kemudahan penancapan dan juga
daya dukung yang makin besar.
c. Jenis kayu harus merupakan kayu yang tidak busuk jika terendam air, kayu tidak
dalam kondisi busuk dan tidak dalam keadaan mudah patah jika ada
pembebanan.

4.2.3.1 Bahan

Bahan Peralatan Yang Umumnya Digunakan


1. Gergaji Kayu
2. Kapak
3. Palu 5 Kg
4. Linggis
5. Cangkul
6. Alat Pengangkut Tanah
7. Alat Pancang Cerucuk
8. Alas Pemukul Tiang
9. Perancah Atau Platform Dari Susunan Drum-Drum Dan Papan Kayu
10. Back Hoe Atau Excavator
11. Mesin Las

4.2.3.2 Pelaksanaan Pekerjaan

Teknik Pelaksanaan Pondasi Cerucuk

a. Pemancangan cerucuk kayu dapat menggunakan tenaga manusia, alat


pancang cerucuk atau dengan Back Hoe.

b. Lantai kerja, dengan muka air cukup tinggi, maka lokasi pemancangan
cerucuk dapat diurug terlebih dahulu dengan material setempat. Bila
menggunakan alat pancang cerucuk harus diberi landasan dari balok
atau papan kayu.

c. Diatas pondasi cerucuk kayu yang diberi kepala tiang yang selanjutnya
dibentuk timbunan badan jalan.

42
4.3 Analisa Volume Kajian Teknis
Sebelum pelaksanaan pemasangan batu yang diperlukan adalah perhitungan
kebutuhan pasokan batu. Pada penerimaan awal Paket Proyek Perkiraan Total
Kuantitas Pekerjaan Pasangan Batu Penggantian Jembatan Nanjung CS (Ruas Jalan
Pesaguan – Kendawangan) Sekitar 42,00 M3 (Meter Kubik). Pekerjaan pasangan batu
dilaksanakan selama 8 (delapan) hari mulai terhitung dari tanggal 16 november
sampai dengan 23 november 2020. Berikut Data Pasangan Batu yang dibutuhkan
pada Pekerjaan Jembatan Sungai Nanjung CS ( Ruas Jalan Pesaguan -
Kendawangan) :

4.6 Gambar Sketsa Pasangan Batu

Sumber : Pelaksana Lapangan

43
4.1 Tabel Volume Hasil Kajian Teknis Pasangan Batu M3 (Meter Kubik)

Rencana Pekerjaan Awal Balance Budget.

Dimensi
Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3
No Uraian Posisi L T L T L T Luas Panjang Jumla Volu Keterangan
2
M M M M M M (m ) (m) h me
3
Sisi (m )
A.Arah Pesaguan
1. B1 Kanan 1,00 0,50 0,30 0,71 0,40 0,71 0,86 3,50 1
2. C Kanan 1,00 0,50 0,30 1,00 0,40 1,00 1,00 3,50 1 3,25
3. D Kanan 1,00 0,50 0,30 1,30 0,40 1,30 1,15 3,50 1 3,76
4. Backwall Kanan 1,00 0,50 0,30 1,30 0,40 1,30 1,15 5,00 1 5,75
1. B1 Kiri 1,00 0,50 0,30 0,71 0,40 0,71 0,86 3,50 1
2. C Kiri 1,00 0,50 0,30 1,00 0,40 1,00 1,00 3,50 1 3,25
3. D Kiri 1,00 0,50 0,30 1,30 0,40 1,30 1,15 3,50 1 3,76
4. Backwall Kiri 1,00 0,50 0,30 1,30 0,40 1,30 1,15 5,00 1 5,75

JUMLAH 25,52
B.Arah Kendawangan

1 Backwall Kanan 1,00 0,50 0,30 1,30 0,40 1,30 1,15 5,00 1 5,75
2 E Kanan 1,00 0,50 0,30 1,30 0,40 1,30 1,15 3,50 1 3,81
3 F Kanan 1,00 0,50 0,30 1,05 0,40 1,05 1,03 3,50 1 3,87
4 G1 Kanan 1,00 0,50 0,30 1,37 0,40 1,37 1,19
5 Backwall Kiri 1,00 0,50 0,30 1,30 0,40 1,30 1,15 5,00 1 5,75
6 E Kiri 1,00 0,50 0,30 1,30 0,40 1,30 1,15 3,50 1 3,81
7 F Kiri 1,00 0,50 0,30 1,05 0,40 1,05 1,03 3,50 1 3,36
8 G1 Kiri 1,00 0,50 0,30 0,79 0,40 0,79 0,90
JUMLAH 26,34
C. PENUTUP
1 Arah Ki+Ka 1,00 0,50 0,30 1,30 0,40 1,30 1,15 1,00 2,00 2,30
Kendawan
gan
2 Arah Ki+Ka 1,00 0,50 0,30 1,30 0,40 1,30 1,15 1,00 2,00 2,30
Pesaguan
JUMLAH 4,60
TOTAL JUMLAH 56,46

44
4.2 Tabel Volume Hasil Kajian Teknis Pasangan Batu M3 (Meter Kubik) Alternatif
2(Ideal) .

Dimensi
Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3 luas Panjan Juml Volum keterang
No Uraian Posisi T L L T L T (m2) g (m) ah e an
M m M M M m sisi (m3)

A.Arah Pesaguan
1 0+012,5 Ka&Ki 1,00 0,50 0,30 1,89 0,30 1,89 1,35

2 PB 1 Ka&Ki 1,00 0,50 0,30 2,25 0,30 2,25 1,51 4,90 2 14,03

3 B Ka&Ki 1,00 0,50 0,30 2,50 0,30 2,50 1,63 3,50 2 10,98

4 Sayap Ka&Ki 1,00 0,50 0,30 2,50 0,30 2,50 1,63 3,50 2 11,38

JUMLAH 36,38

B. Arah Kendawangan

1 Sayap Ka&Ki 1,00 0,50 0,30 2,50 0,30 2,50 1,63 3,50 2 11,38

2 C Ka&Ki 1,00 0,50 0,30 2,50 0,30 2,50 1,63 3,50 2 10,98

3 PB 2 Ka&Ki 1,00 0,50 0,30 2,25 0,30 2,25 1,51 4,90 2 14,03

4 0+064,5 Ka&Ki 1,00 0,50 0,30 1,89 0,30 1,89 1,35

JUMLAH 36,38
TOTAL JUMLAH 72,77

4.5 Gambar Potongan Melintang Jembatan Nanjung

Sumber : Pelaksana Lapangan

45
Dari data yang di dapatkan Volume Awal Pekerjaan Pasangan Batu Jembatan
Nanjung CS (Ruas Jalan Pesaguan – Kendawangan) sebanyak 42,00 m3 (meter
kubik), didapatkan total jumlah hasil Kajian Teknis Lapangan yang dilaksanakan
adalah sebanyak 72,77 m3 (meter kubik), artinya ada perubahan atau Addendum
dalam kontrak pelaksanaan pekerjaan Pasangan Batu pada Penggantian Jembatan
Nanjung CS (Ruas Jalan Pesaguan – Kendawangan).

Penyebab adanya Addendum disebabkan cuaca atau kejadian alam, sehingga


penundaan pekerjaan sementara oleh Owner, karena proyek memiliki batas waktu
yang ditentukan. Agar mempercepat penyelesaian pekerjaan Owner melakukan
Addendum jenis addendum tambah atau kurang, nilai kontrak bertambah, target atau
sasaran berubah. Antara lain pekerjaan dalam Addendum yaitu pada pekerjaan
pasangan batu, awal rencana pekerjaan hanya 1(satu) sisi menjadi 2(dua) sisi seperti
di tabel sehingga adanya penambahan material maupun biaya.

46
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pelaksanaan Pekerjaan Penggantian Jembatan Nanjung CS (Ruas Jalan


Pesaguan – Kendawangan), Kecamatan Matan Hilir Selatan Kabupaten Ketapang,
Kalimantan Barat. Bertujuan untuk meningkatkan kelancaran transportasi karena
keberadaan jembatan telah lama rusak akibat penyusutan dan penurunan mutu
konstruksi pada jembatan yang lama, menyebabkan banyak masyarakat yang
melintasi jembatan tersebut mengalami kesulitan. Kerusakan jembatan yang
disebabkan berbagai faktor seperti faktor alam, kelebihan muatan (over tonase),
minimnya perawatan (mentenance) dari instansi terkait dan lain-lain.
Berdasarkan data metode pekerjaan Penggantian Jembatan Nanjung CS
(Ruas Jalan Pesaguan – Kendawangan), Kecamatan Matan Hilir Selatan Kabupaten
Ketapang, Kalimantan Barat, sebagai berikut : Mobilisasi, Drainase, Pekerjaan
Tanah, Perkerasan Beraspal, Struktur, Rehabilitas Jembatan, Pekerjaan Harian,
Pemeliharaan Kinerja.

Pelaksanaan Pekerjaan Penggantian Jembatan Nanjung CS (Ruas Jalan


Pesaguan – Kendawangan), Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang,
Kalimantan Barat, dengan panjang jembatan Bailey adalah 24 m serta lebar 4,20 m,
dan Total Volume rencana awal pasangan batu membutuhkan 42,00 m3, setelah
proses Addendum Pekerjaan Pasangan Batu yang terlaksanakan sebesar 72,77 m3
serta mahasiswa PKL dapat mengetahui penyebab adanya Addendum Volume Kajian
Teknis Pasangan Batu.

47
5.2 Saran

a) Seharusnya di lokasi proyek yang sedang berlangsungnya pekerjaan, di


sediakan obat-obatan serta perlengkapan Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K) untuk Kesehatan, Keselamatan, Kerja (K3). Hal ini sangat
penting untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan pada saat bekerja, serta
kelancaran pekerjaan suatu proyek.
b) Sebaiknya pada suatu proyek harus dilaksanakan sesuai dengan rencana kerja
dan syarat.
c) Untuk kedepannya diharapkan mahasiswa PKL mampu lebih jauh memahami
prosedur pekerjaan sebelum turun kelapangan. Hal ini agar mengurangi
kekeliruan saat melakukan praktik langsung di lapangan.

48
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.scribd.com/presentation/379828929/Metode-Jembatan-
Sementara-Bailey
 https://baixardoc.com/documents/metode-kerja-jembatan-5dc5d0aab0e58
 http://repository.unugha.ac.id/453/1/EVALUASI%20RENCANA%20ANGG
ARAN%20BIAYA%20PADA%20PROYEK%20PEKERJAAN%20OLCS%
20DUMPING%20STATION.pdf
 http://www.testindo.com/article/359/konstruksi-jembatan
 https://www.academia.edu/37074422/work_method_bailey_bridge_by_suparn
o
 http://perpustakaan.pusjatan.pu.go.id/repositori/system/files/13%20Teknologi
%20Jembatan%20Sementara.pdf
 http://lecturer.polnes.ac.id/dosen/budinugroho/NSPM/STANDAR%20PERE
NC.%20STRUKTUR%20BAJA%20UTK%20JEMBATAN/RSNI%20T-03-
2005%20PERENCANAAN%20STRUKTUR%20BAJA%20UNTUK%20JE
MBATAN.pdf
 https://klc.kemenkeu.go.id/bagaimana-prosedur-addendum-kontrak-dalam-
pengadaan-barang-jasa/
 https://pkms.lkpp.go.id/detail/studikasus/23/addendum-kontrak
 https://www.kumpulengineer.com/2018/01/pekerjaan-pasangan-batu-dan-
bahan-
yang.html#:~:text=Pasangan%20batu%20adalah%20susunan%20batu,atau%2
0mortar%20sebagai%20bahan%20pengikatnya.
 https://www.situstekniksipil.com/2017/11/oprit-jembatan-
adalah.html#:~:text=Oprit%20jembatan%20adalah%20timbunan%20tanah,se
padat%20mungkin%20untuk%20menghindari%20penurunan.
 https://fretswilsonlosa.blogspot.com/2018/08/kegiatan-mobilisasi-proyek-
konstruksi.html

49

Anda mungkin juga menyukai