Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN

ANAK USIA PRA SEKOLAH

Disusun Oleh :

1. ENDANG FITRIANI ARIFIN ( 1803001 )


2. LISTYA WIDYAWATI ( 1803057 )
3. NI LUH DINDA COENERLLA ( 1803063 )
4. VERA MURIAN PUTRI (1803103)
5. ANIS DUROTUN NA'IM (1803013)
6. NUR WAHYU ADI SAPUTRA (1803070)

PROGRAM STUDI S 1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA

SEMARANG

TAHUN AJARAN 2021


BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat, dibawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan ( Depkes RI, 1998 )
2. Tugas keluarga dibidang kesehatan adalah :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan
upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan
keadaan keluarga.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
d. Memodifikasi lingkngan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.
B. Anak Prasekolah
1. Pengertian
Anak usia prasekolah adalah anak dengan usia 3 – 5 tahun.
2. Ciri fisik anak pra sekolah
Penampilan maupun gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada
dalam tahapan sebelumya :
a. Anak prasekolah umumnya aktif
Mereka telah memiliki penguasaan dan control terhadap tubuhnya dan sangat
menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
b. Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup,
sering kali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup.
c. Otot – otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari control terhadap jari
dan tangan. Olehy karma itu biasanya anak belum terampil, belum biasa melakukan
kegiatan yang rumit misalnya mengikat tali sepatu.
d. Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya
pada objek – objek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih
belum sempurna.
e. Walaupun tubuh anak lentur tapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih
lunak.
f. Walaupun anak laki – laki lebih besar, anak perempuan lebih terampil dalam tugas
yabg bersifat praktis, khusubya dalam tugas motorik halus.
3. Ciri sosial anak prasekolah
a. Umumnya anak oada tahap ini memiliki sati atau dua sahabat, sahabat yang dipilih
biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari
jenis kelamin yang berbeda.
b. Kelompok bermain cenderung kecil dan tida terorganisasi dengan baik, oleh karena
kelompok tersebut cepat berganti – ganti.
c. Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar.
4. Ciri emosional pada anak prasekolah
a. Anak prasekolah cenderung mengekpresikan emosinya dengan bebas dan terbuka.,
sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
b. Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan
perhatian guru.
5. Ciri kognitif anak prasekolah
a. Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari merekla
senang berbicara khususnya dalam klelompoknya.
b. Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi minat, kesempatan,
interaksi, mengagumi dan kasih sayang.
6. Cara yang dilakukan agar anak berkembang menjadi kompeten dengan cara sebagai
berikut :
a. Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
b. Tunjukan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak
c. Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan
dalam banyak hal.
d. Berikan kesempatan dan dorongan untuk melakukan kegiatan secara mandiri.
e. Tentukan batas – batas tingkah laku yang diperoleh oleh lingkungannya.
f. Kagumilah apa yang dilakukan anak.
C. Konsep Dasar Diare
1. Pengertian Diare
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih dari tiga kali
dalam satu hari (Departemen Kesehatan RI, 2011). Menurut Muslimah (2010),
diare merupakan suatu kondisi buang air besar tidak normal yaitu lebih dari 3 kali
sehari dengan konsistensi tinja yang encer dengan atau tanpa disertai darah atau
lendir akibat dari proses inflamasi pada lambung atau usus.
Diare merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system gastrointestinal
atau penyakit lain di luar saluran pencernaan, dikarenakan keadaan frekuensi buang
air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi
feses encer; dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau
lendir saja. Menurut Borley (2006), diare adalah pengeluaran feses yang tidak
normal dan cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Berdasarkan
beberapa pengertian di atas disimpulkan bahwa diare adalah suatu keadaan dimana
terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (> 3x/hari) disertai perubahan
konsistensi tinja lebih encer konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan atau
tanpa darah dan tanpa lendir.

2. Patofisiologi
Hidayat (2006) menyebutkan bahwa proses terjadinya diare dapat disebabkan
oleh berbagai kemungkinan faktor di antaranya:
a. Faktor infeksi
Faktor ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk
dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak
sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya
terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi
usus dalam absorbs cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin
bakteri akan menyebabkan system transport aktif dalam usus sehingga sel
mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat (Setiawan, 2006).
b. Faktor malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan
tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare
(Elain et all., 2008).
c. Faktor makanan
Faktor makanan terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan
penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan
diare (Setiawan, 2006).
d. Faktor psikologis
Faktor psikologis dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan pristaltik
usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat
menyebabkan diare.
3. Etiologi
a. Infeksi
Diare akut karena infeksi disebabkan oleh masuknya mikroorganisme
atau toksin melalui mulut. Kuman tersebut dapat melalui air, makanan atau
minuman yang terkontaminasi kotoran manusia atau hewan, kontaminasi
tersebut dapat melalui jari/tangan penderita yang telah terkontaminasi
(Mandal et al., 2004).
1) Enternal yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan
merupakan penyebab utama terjadinya diare. Infeksi enternal meliputi:
o Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella
 Compylobacter, Yersenia dan Aeromonas.
o Infeksi virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie dan
 Poliomyelitis, Adenovirus, Rotavirus dan Astrovirus).
o Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, dan
 Strongylodies), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
dan Trichomonas homonis), dan jamur (Candida albicans).
2) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopeneumonia,
ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak
dibawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
Penyebab diare juga dapat bermacam macam tidak selalu karena infeksi dapat
dikarenakan faktor malabsorbsi seperti malabsorbsi karbohidrat, disakarida
(inteloransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) monosakarida (inteloransi glukosa,
fruktosa, dan galaktosa), Karena faktor makanan basi, beracun, alergi karena
makanan, dan diare karena faktor psikologis, rasa takut dan cemas (Vila J et
al., 2000).
1) Malabsorbsi kabohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intiloransi glukosa, fruktosa dan galaktosa),
pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak
yang lebih besar.
4. Klasifikasi Diare Akut
Pada klasifikasi diare dapat dikelompokkan menjadi diare dehidrasi berat, diare
dehidrasi sedang atau ringan, diare tanpa dehidrasi, diare persisten, disentri
(Hidayat, 2005) :
a. Diare Dehidrasi Berat
Diare dehidrasi berat jika terdapat tanda sebagai berikut letargis
atau mengantuk atau tidak sadar, mata cekung, serta turgor kulit jelek.
Penatalaksanaannya yaitu lakukan pemasangan infuse, berikan cairan IV
Ringer Laktat, pemberian ASI sebaiknya tetap diberikan, pertahankan
agar bayi dalam keadaan hangat dan kadar gula tidak turun (Setiawan,
2006).
b. Diare Dehidrasi Sedang atau Ringan
Diare ini mempunyi tanda seperti gelisah atau rewel, mata cekung,
serta turgor kulit jelek. Penatalaksanaannya berikan ASI lebih sering dan
lebih lama untuk setiap kali pemberian, berikan oralit, ajari ibu cara
membuat oralit, lanjutkan pemberian ASI, berikan penjelasan kapan harus
segera dibawa kepetugas kesehatan.
c. Diare Tanpa Dehidrasi
Diare tanpa dehidrasi jika hanya ada salah satu tanda pada dehidrasi berat
atau ringan. Penatalaksanaannya berikan ASI lebih sering dan lebih lama
setiap kali pemberian, berikan cairan tambahan yaitu berupa oralit atau air
matang sebanyak bayi mau, ajari pada ibu cara memberikan oralit dengan
memberi 6 bungkus oralit, anjurkan pada ibu jumlah oralit yang diberikan
sebagai tambahan cairan, anjurkan untuk meminum sedikit tapi sering
(Kunoli, 2013).
d. Diare Persisten
Diare persisten apabila terjadi diare sudah lebih dari 14 hari. Tindakan
dan pengobatan untuk mengatasi masalah diare persisten dan disentri
dalam manajemen balita sakit adalah sebagai berikut : atasi diare sesuai
dengan tingkat diare dan dehidrasi, pertahankan kadar gula agar tidak
turun, anjurkan agar bayi tetap hangat, lakukan rujukan segera
(Kunoli,2013).
e. Disentri
Apabila diare disertai darah pada tinja dan tidak ada tanda
gangguan saluran pencernaan. Tindakan dan pengobatan sama dengan
diare persisten (Stephen et al., 2008).
5. Tanda dan gejala
Arvin (2003), tanda dan gejala diare berdasarkan klasifikasi diare sebagai
berikut:
a. Diare akut
- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
- Onset yang tak terduga dari buang air besar encer , gas – gas dalam perut,
rasa tidak enak , nyeri perut
- Nyeri pada kuadran kanan bawah di sertai kram dan bunyi pada perut
- Demam
b. Diare kronik
- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
- Penurunan BB dan nafsu makan
- Demam indikasi terjadi infeksi
- Dehidrasi tanda – tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah

6. Penatalaksanaan
Whaley and Wong (2009), penatalaksanaan diare pada balita difokuskan
pada penyebab, keseimbangan cairan dan elektrolit, serta fungsi normal perut.
Prinsipnya adalah mengganti cairan yang hilang (rehidrasi), tetap memberikan
makanan, tidak memberikan obat anti diare (antibiotik hanya diberikan atas
indikasi), dan penyuluhan penderita diare kebanyakan dapat sembuh tanpa
pengobatan khusus.
Selain itu bila sudah terkena maka keluarga dapat melakukan pertolongan
dengan memberikan oralit atau campuran gula dan garam. Adapun cara
membuatnya, yaitu: tuangkan air matang kedalam gelas bersih (200 ml),
ditambah 1 sendok teh munjung gula pasir dan ¼ sendok the garam dapur, aduk
sampai larut benar. Pengobatan diare antara lain sebagai berikut (Widjaja, 2004):
a. Pengobatan Dietis
Pengobatan dietis dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase puasa, realimentasi
(pemulihan), dan fase kembali ke makan semul (Setiawan, 2006).
1) Fase puasa
Pada diare ringan cukup diberi teh pahit kental ditambah garam seujung
pisau untuk mengganti cairan tubuh. Lamanya pemberian air teh pahit
kental ini biasanya 6-12 jam. Penderita dengan gejala diare berat harus
diberi cairan oralit lengkap atau cairan intravena (infus).
2) Fase Realimentasi (Pemulihan)
Cara realimentasi tergantung dari umur dan berat badan penderita. Bayi
berumur di bawah 1 tahun, setelah menjalani puasa minum teh, diberi
ASI selama 3-5 hari, kemudian sesudah diare berhenti diberi pisang (1
hari), selanjutnya secara berturutturut diberi bubur susu dan nasi tim
dengan porsi sesuai dengan berat badannya.
3) Fase Makan Biasa
Setelah terapi dietis berhasil dilaksanakan, diet anak dikembalikan
kepada porsi yang normal. Namun, pemberian makanan normal tetap
berpegang kepada tahapan-tahapan, agar anak tidak stress atau
emosional. Misalnya dengan memberikan makanan cair terlebih dahulu,
baru makanan lunak, kemudian makanan biasa.
b. Pemberian ASI
Jika produksi susu ibu tidak memadai, harus dipikirkan cara
menanggulanginya agar produksi air susu meningkat. Jika tidak, harus
dicarikan alternatif pengganti ASI. Seperti sudah diketahui, diare persisten
dapat disebabkan oleh intoleransi laktosa. Maka, susu pengganti ASI harus
dipilih yang bebas laktosa atau rendah laktosa. Bahkan, sebagian bayi ada
yang tidak tahan terhadap lemak, sehingga harus dipilihkan susu yang
mengandung lemak tak jenuh. Ada juga bayi yang intoleransi gula
(karbohidrat). Ia harus diberi susu yang rendah gula. Makanan bayi berupa
susu formula sudah banyak diperjual-belikan, terutama di perkotaan. Berbeda
dengan yang hidup di pedesaan, yang menjadikan ASI sebagai satu-satunya
pilihan. Itulah sebabnya, ASI harus ditingkatkan produksinya (Suraatmaja,
2007).
c. Memberi Makanan Tambahan
Makanan tambahan harus diberikan secara tepat. Biasanya, makanan
tambahan diberikan setelah bayi berumur 6 bulan. Makanan tambahan yang
diberikan terlalu cepat akan menganggu perkembangan lambung atau usus
bayi. Makanan tambahan dapat berupa buah-buahan, biskuit, bubur susu, dan
nasi tim. Pemberian makanan terlalu dini, selalu dapat menyebabkan
gangguan lambung juga akan menyebabkan anak kekenyangan, sehingga tidak
mau lagi minum ASI. Pemberian makanan tambahan ini boleh diberikan
setelah bayi berusia 6 bulan, setelah enzim pencernaannya terbentuk dengan
sempurna.
7. Perkembangan Anak Pra Sekolah
a. Pengertian
Perkembangan anak pra sekolah merupakan hasil interaksi kematangan
susunan syaraf pusat dengan organ tubuh yang di pengaruhinya. Misalnya
kemampuan bicara merupakan hasil dari perkembangan sistem syaraf yang
mengendalikan proses bicara. Pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara
bersamaan. Menurut Imelda perkembangan adalah perubahan yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan
dan keterampilan dalam struktur fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil proses pematangan.
b. Ciri-Ciri Perkembangan Anak Pra Sekolah
Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian
rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan stimulasianak pra sekolah yaitu menyangkut emosi, intelektual,
dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri
perkembangan anak pra sekolah, meliputi:18
1) Perkembangan Menimbulkan Perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Contohnya seperti
perkembangan intelegensi seorang anak akan menyertai pertumbuhan
serabut saraf otak.
2) Perkembangan Mempunyai Kecepatan yang Berbeda
Perkembangan akan mempunyai kecepatan berbeda-beda, baik dalam
perkembangan fungsi organ maupun perkembangan pada masing-masing.
3) Perkembangan Tahap Awal Menentukan Perkembangan Selanjutnya
Setiap anak akan dapat melewati satu tahap perkembangan apabila ia sudah
melewati tahap sebelumnya.
4) Perkembangan Berkolerasi dengan Pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung dengan cepat, perkembangan pun
demikian terjadi peningkatan memori, daya nalar, mental dan asosiasi.
Anak sehat bertambah umur, bertambah berat badan dan tinggi badannya
bertambah serta bertambah pula kepandaianya.
5) Perkembangan Mempunyai Pola yang Tetap
Perkembangan fungsi organ mempunyai hukum yang tetap yaitu
perkembangan terjadi terlebih dahulu didaerah kepala kemudian menuju
kearah anggota tubuh, perkembangan terjadi terlebih dahulu di daerah
proksimal(gerak kasar) lalu perkembangan ke bagian distal seperti jari-jari
yang mempunyai gerak halus.
6) Perkembangan Memiliki Tahap yang Berurutan
Tahap perkembangan seseorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan.Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak
terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat
gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan lain sebagainya.
c. Prinsip-Prinsip Perkembangan Anak Pra Sekolah
Prinsip-prinsip perkembangan pada anak pra sekolah meliputi:
1) Perkembangan Merupakan Hasil Proses Kematangan dan Belajar
Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha.
Melalui belajar anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang di
wariskan dn potensi yang dimiliki anak.
2) Pola Perkembangan Dapat Diramalkan.
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian
perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung
dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi berkesinambungan.

D. Konsep Asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Data Umum
1) Identitas keluarga : Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat,
jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan dan genogram/silsilah
keluarga. Pada pengkajian usia, pekerjaan dan jenis kelamin untuk
mengetahui resiko terjadinya hipertensi pada anggota keluarga yang lain.
2) Tipe keluarga : Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala
atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga yang
3) Suku bangsa: Identifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan (Sutanto, 2012). Terkait Bahasa yang digunakan dalam
keluarga, agama yang di anut dan kebiasaan keluarga yang mempengaruhi
kesehatan.
4) Status sosial ekonomi keluarga: Status sosial ekonomi keluarga ditentukan
oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun dari anggota keluarga
lainnya. Pada pengkajian status sosial ekonomi diketahui bahwa tingkat
status sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang.
Dampak dari ketidakmampuan keluarga membuat seseorang tidak bisa
mencukupi kebutuhan keluarga (Padila, 2012). Selain itu kaji
karakterisktik lingkungan sekitar, letak geosrafisnya, organisasi atau
perkumpulan yang keluarga ikuti di masyarakat dan adanya sistem
penukung keluarga.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini : Tahap perkembangan keluarga
ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti (Gusti, 2013). Biasanya
keluarga dengan hipertensi terdapat pada tahap keluarga dengan anak
dewasa (launcing canter families), tahap keluarga usia pertengahan
(middle age families), dan tahap leuarga usia lanjut.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Menjelaskan
mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala- kendala yang dialami (PadilA, 2012). Biasanya
keluarga belum mampu memenuhi kebutuhan dan membantu pasien
hipertensi dalam mengatasi nyeri.
3) Riwayat keluarga inti : Menjelaskan riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga inti, upaya pencegahan dan pengobatan pada anggota
keluarga yang sakit, serta pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada.
d. Pengkajian lingkungan
Dalam mengkaji karakteristik rumah, anda bisa lakukan dengan observasi atau
wawancara lansung. Hal-hal yang harus anda tuliskan dalam mengkaji
karakteristik rumah seperti : Ukuran rumah (luas rumah), Kondisi dalam dan
luar rumah, Kebersihan rumah, Ventilasi rumah, Saluran pembuangan air
limbah (SPAL), Ketersedian air bersih, Pengelolaan sampah, Kepemilikan
rumah, Kamar mandi/WC, Denah rumah.
2. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif: kaji kerukunan keluarga dan perhatian dalam membina
hubungan rumah tangga.
b. Fungsi sosial: Kaji keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku
sosial yang baik. Kaji tingkat keaktifan keluarga dalam bermasyarakat
dengan mengikuti kegiatan yang ada dalam masyarakat.
c. Fungsi perawatan kesehatan: Keluarga kurang mampu mengenal masalah
kesehatan tentang penyakit hipertensi hal ini ditunjukan dengan keluarga
kurang menyadari dampak masalah kesehatan akibat penyakit hipertensi.
d. Fungsi reproduksi: kaji tingkat produktifitas seluruh anggota keluarga
sesuai usia yang ada dalam keluarga.
e. Fungsi ekonomi: Kaji tingkat ekonomi keluarga dalam sehari-sehari
3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum: Meliputi keadaan pasien, kesadaran, tinggi
badan, berat badan dan tanda-tanda vital.
b. Pemeriksaan fisik dilakukan kepada semua anggota keluarga yang tedapat
di rumah. Metode pemeriksaan head to toe meliputi sistem pernafasan,
sistem kardiovaskuler, sistem gangrointestinal, sistem urinaria, sistem
musculoskeletal, sistem neurologis dan sistem reproduksi.
4. Diagnosa Keperawatan
Komponen diagnosis keperawatan keluarga di rumuskan berdasarkan data yang
didapat pada pengkajian. Tipe dan komponen diagnosa keperawatan antara lain:
Aktual, resiko, kemungkinan, kesejahteraan dan sindrom. Sedangkan etiologi
mengacu pada 5 tugas keluarga sebagai berikut :
- Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
- Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
- Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
- Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan
- Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
E. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan di tentukan
oleh perawat bersama-sama sasaran, yaitu keluarga untuk dilaksanakan sehingga
masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang telah diidentifikasi dapat
diselesaikan. Setelah menentukan prioritas diagnosa keperawatan keluarga maka perlu
dibuat perencanaan intervensi keperawatan. Tujuan intervensi keperawatan adalah
untuk menghilangkan, mengurangi dan mencegah masalah keperawatan klien.
Tabel 2. Penentuan prioritas menggunakan seckoring

No Kriteria Skor Bobot Skoring


1 Sifat masalah Skor x bobot
-Tidak/kurang sehat 3 Angka tertinggi

-Ancaman kesehatan 2 1
-Krisis atau keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
-Dengan Mudah 2 2
-Hanya sebagian 1
-Tidak dapat diubah 0
3 Potensial masalah dapat dicegah

-Tinggi 3
-Cukup 2 1
-Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
-Masalah berat, harus segara di tangani 2 1
-Ada masalah, tetapi tidak perlu segera di 1
Tangani
- Masalah tidak dirasakan 0
2. Implementasi
Implementasi atau tindakan keperawatan merupakan inisiatif dari
rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana keperawatan disusun dan
ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu pasien
mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah
membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Fase yang
dilakukan dalam implementasi, yaitu :
a. Fase perkenalan/orientasi
Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan
klien dilakukan. Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi
keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan
keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan
yang telah lalu.
b. Fase kerja
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses
komunikasi terapeutik. Tahap kerja merupakan tahap yang
terpanjang dalam komunikasi terapeutik karea didalamnya
perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien
untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian
menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan
non verbal yang disampaikan oleh klien.
c. Fase terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan
klien. Tahap terminasi dibagi menjadi dua yaitu terminasi
sementara dan terminasi akhir.
Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan
perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan
klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda
sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama.
Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah
menyelesaikan seluruh proses keperawatan.
3. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian asuhan keperawatan yang telah
diberikan atau dilaksanakan dengan berpedoman pada tujuan yang
ingin dicapai. Pada bagian ini akan di ketahui apakah perencanaan
sudah mencapai sebagai atau akan timbul masalah lain yang baru
(Wilkinson, M Judith dkk, 2012 dan Taylor, Cynthia M,
2010).Terdapat dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang
dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera.
Sedangkan evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil
observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu
berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keluarga

a. Data Umum
1) Nama kepala keluarga (KK) : Tn. M
2) Usia : 30 Tahun
3) Pendidikan : SMA
4) Pekerjaan : Petani
5) Alamat : Bawen, Kab. Semarang.
6) Komposisi keluarga :

Tabel 2. Komposisi keluarga


No Nama Jenis Hub dg Umr Pendi Status Imunisasi
Kelamin KK dikan
BCG Polio DPT Hepatitis Cam
pak
1 Ibu H Perempuan Istri 28 thn SMA
2 An. P Perempuan Anak 5 thn TK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

7) Genogram

Gambar 1. Genogram Keluarga Tn. M

Keterangan :
: Kepala keluarga : Laki –laki
: perempuan
: Serumah
: Pasien

7. Tipe Keluarga
Tipe Keluarga Bpk. M adalah keluarga dengan Nuclear Family, dimana
dalam keluarga hanya ada ayah, ibu dan anak.
8. Suku Bangsa
Keluarga Bpk. M adalah suku Jawa. Kebiasaan dalam keluarga apabila
ada yang sakit berobat ke klinik ataupun langsung membeli obat ke
apotik
9. Agama
Keluarga menganut agama Islam dan menjalankan kewajiban shalat 5
waktu, semua aktivitas yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan
ajaran agama.
10. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Ibu H mengatakan penghasilan suaminya sudah mencukupi untuk
kebutuhan sehari – hari ditambah dengan pengasilan ibu H yang
berjualan sayuran dipasar. Ibu H dan Bpk M tinggal di perkampungan
Penghasilan :

Gaji suami : Rp. 1.500.000,00

Tambahan : Rp. 900.000,00 +

Rp. 2.400.000,00

Kebutuhan yang dibutuhkan keluarga :

Makan : Rp. 1.000.000,00

Listrik : Rp. 400.000,00

Lain : Rp. 150.000,00+


Rp. 1.550.000,00

Barang-barang yang dimiliki : Televisi, kipas angin,


kulkas, mesin cuci sepeda motor beat, 2 almari , 1 set
kursi tamu.
11. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga tidak mempunyai kebiasaan rutin untuk berekreasi keluar
kota,salah satu disebabkan karma aktifitas suami ibu H yang sibuk
sebagai komandan di tempat kerja. Untuk berkunjung ke keluarga ibu H
atau Bpk M jarang di lakukan kecuali ada acara – acara penting.
b. Riwayat dan Tahapan Perkembangan
1. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn. M adalah keluarga dengan usia anak
pra sekolah.
2. Tugas perkembangan keluarga
 Memastikan rasa aman setiap anggota keluarga
 Membantu anak untuk bersosialisasi
 Beradaptasi dengan bayi baru lahir sambil memenuhi kebutuhan anak
lain
 Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam keluarga maupun
dengan masyarakat
 Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak.
3. Tugas Perkembangan yang sudah terpenuhi
Ibu H mengatakan sudah menanamkan nilai dan norma agama, mengatur
waktu bermain, bersosialisasi, menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan dan memberikan perhatian yang cukup untuk anak mereka.
4. Tugas perkembangan yang belum terpenuhi
Ibu H mengatakan karena kesibukan suaminya (Tn. M) sehingga mereka
jarang sekali meluangkan waktu untuk keluarga karena hanya sebentar saja
dirumah dan jika pulang pun tengah malam. Dan kurang mengetahui
pengetahuan tentang penyakit yang dialami anaknya yaitu diare.
5. Riwayat Keluarga Inti
a. Mengenal masalah kesehatan
Tn. M sebagai Kepala Keluarga jarang sakit namun anaknya yaitu An.
P sering diare karna sering jajan sembarangan, bila anaknya diare ibu
H memberinya oralit buatan. Ibu H bingung mengapa anaknya sering
diare. Pada saat dibawa ke RS IGD keadaan compos metis dan lemas
dengan N : 100 X/ menit dan RR 30X/menit, tetapi kondisi BAB cair
sehari sudah 5X, dan saat diberikan oralit buatan tidak kunjung
sembuh diarenya. Sehingga, hal ini membuat ibu H khawatir, karna ia
menyatakan belum mengetahui harus bagaimana. Tn. M memberikan
pernyataan bahwa ia juga tidak paham dengan keadaannya.
b. Memutuskan tindakan
Tn. M mengatakan jika ada keluarganya yang sakit agar segera berobat dan
ditangani. Sebagai kepala keluarga, Tn M mempunyai jaminan kesehatan.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit
Ibu H mengatakan bila anaknya diare ibu H memberinya oralit buatan. Ibu
mengatakan tidak tahu komposisi oralit, ibu hanya mengarang sendiri dan
saran yang diberikan tetangga. Ibu H bingung mengapa anaknya sering diare.
d. Modifikasi lingkungan
Akses jalan menuju rumah Tn. M sudah beraspal bagus dan rata,. Penerangan
dan ventilasi rumah baik sehingga sirkulasi udara sehat
e. Memanfaatkan pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan yang digunakan adalah puskesmas terdekat dari tempat
tinggal Tn. M
6. Riwayat Keluarga sebelumnya
Riwayat orang tua dan pihak suami atau istri tidak memiliki penyakit keturunan
dan menular seperti DM, HIV atau yang lainnya.
C. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Rumah yang di huni oleh Tn. M merupakan rumah hak milik sendiri ( SHM ) atas
nama Tn. M rumah 1 ( lantai ) terdiri dari 3 kamar tidur , 1 kamar mandi, 1 ruang
tamu sekaligus ruang keluarga, 1 dapur dan 1 garasi. Memiliki sirkulasi udara yang
baik , memiliki sistem sanitasi yang cukup baik, tetapi untuk sistem penerangan
kurang. Lantai kamar mandi yang bersih.

Gambar 2. Denah rumah

kamar mandi Dapur

Ruang kamar 2
kamar 1 tamu dan
r. keluarga
kamar 3
teras

a) Pembuangan air kotor


Rumah Tn. M sudah memiliki tempat pembuangan air limbah karena
perkampungan terdapat saluran got di setiap rumah.
b) Pembuangan sampah
Pembuangan sampah di lingkungan rumah Tn. M dengan cara setiap rumah
tersedia tempat sampah.
c) Sanitasi
Rumah Tn. M tampak kurang rapi dalam penataan perabot keluarga dikarenakan
ruangan yang sempit dan barang-barang yang ada di rumah.
d) Sumber pencemaran
Tn. M mengatakan kondisi rumah yang dihuni berdekatan dengan tetangga
sebelah, sehingga untuk pencahayaan rumah sangat kurang.
e) Sumber air minum
Air minum yang digunakan oleh keluarga Tn. M bersumber dari artetis. Sehingga
jika keluarga ingin memasak atau minum, air tidak direbus terlebih dahulu.
f) Jamban
Jamban yang digunakan adalah jamban jongkok
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Hubungan antar tetangga saling membantu, kegiatan di lingkungan masyarakat
sering diadakan, seperti rapat bulanan, siskamling, dll. Di RT 02 RW 04 yang
merupakan tempat tinggal Tn. M tidak ada warga yang transmigrasi maupun
imigrasi. Sehingga warga disini seluruhnya berasal dari suku Jawa.
D. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Anggota keluarga menggunakan bahasa jawa dalam berkomunikasi sehari-harinya.
Untuk mendapatkan informasi kesehatan, keluarga mendapat informasi dari
televisi dan sangat jarang dengan tenaga kesehatan, sehingga pengetahuan tentang
kesehatan sangat kurang.
2) Struktur dan kekuatan keluarga
Pengambil keputusan di keluarga adalah Tn. M dengan pertimbangan dari istri.
Segala sesuatu yang terjadi dalam keluarga selalu didiskusikan bersama.
3) Struktur peran (formal & informal) Formal :
Tn. M sebagai Kepala Keluarga berperan mencari nafkah , Ny. H sebagai istri
sebagai ibu rumah tangga, an. P sebagai anak.
4) Nilai dan norma budaya
Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur, demikian pula dengan
sehat dan sakit keluarga juga percaya bahwa tiap sakit ada obatnya, bila ada
keluarga yang sakit dibawa ke Puskesmas.
E. Fungsi Keluarga
1) Keluarga afektif
Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit langsung dibawa
ke Puskesmas.
2) Fungsi sosial
Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam keluarga baik
dan selalu mentaati norma-norma yang berlaku di masyarakat.
3) Fungsi Ekonomi
Ekonomi keluarga Tn. M dapat dipenuhi dengan hasil gajinya menjadi tani..
4) Fungsi Perawatan Keluarga
a. Kemampuan keluarga mengenal Masalah
Tn. M dan Ibu H. mengatakan tidak tahu mengapa anaknya diare.
b. Kemampuan Kelurga mengambil keputusan
Tn. M mengatakan jika ada keluarganya yang sakit agar segera berobat dan
ditangani. Sebagai kepala keluarga, Tn M mempunyai jaminan kesehatan.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Ibu H mengatakan bila anaknya diare ibu H memberinya oralit buatan. Ibu
mengatakan tidak tahu komposisi oralit, ibu hanya mengarang sendiri dan saran
yang diberikan tetangga. Ibu H bingung mengapa anaknya sering diare.
d. Kemampuan kelurga memodifikasi lingkungan
Akses jalan menuju rumah Tn. M sudah beraspal bagus dan rata,. Penerangan
dan ventilasi rumah baik sehingga sirkulasi udara sehat
e. Kemampuan keluarga memanfaatkan layanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang digunakan adalah puskesmas terdekat dari tempat
tinggal Tn. M. Keluraga pasien menolak mengukuti anjuran terkait informasi
kesehatan tentang permasalahan anaknya.
5) Pola Pengkajian Fungsional Menurut Gordon.
a) Pola makan dan minum
Penyediaan makanan selalu dimasak terdiri dari komposisi nasi, lauk pauk, dan
sayur dengan frekuensi 3 kali sehari dan bila ada anggota keluarga yang sakit
keluarga merawat dan mengantarkan ke Puskesmas. Dalam merawat An. P
diberikan makanan yang sama dengan anggota keluarga yang lain.
b) Pola Istirahat dan tidur
Pola istirahat dan tidur seluruh anggota kurang lebih 8 jam sehari. An. P
terkadang terbangun di malam hari ketika perutnya terasa mulas dan harus
BAB.
c) Pola aktivitas
Seluruh anggota Keluarga Tn. M memiliki aktivitas yang bermacam-macam.
Tn. M mempunyai lahan yang biasanya untuk bertani , hasil taninya dijual
olehnya ke pasar. Ny. H memiliki aktivitas berjualan sayur. Tn. M setiap pagi
mengantar An. P berangkat ke TK.
d) Pola eliminasi
Pola eliminasi keluarga Tn. M sehari semalam kurang lebih 6-8 x BAK dan 1
sampai 2 BAB. Kecuali An. P BABnya 5x sehari dan berbentuk cair.
e) Pola personal hygiene
Keluarga Tn. M mengatakan anaknya mandi biasanya 2 sampai 3 kali sehari
karena terkadang kalau pulang dari bermain pasti selalu membersihkan badan.
F. Stres dan Koping Keluarga
1) Stressor Jangka Pendek
Tn. M mengatakan pusing dan bingung jika anaknya diare, karena tidak mengerti
tentang keadaan yang dialami anaknya.
2) Stresor jangka panjang
Tn. M mengatakan tidak ada stressor jangka panjang yang dialami.
3) Kemampuan keluarga dalam berespon terhadap masalah
Keluarga selalu memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke Puskesmas. Tn M
dan Ibu H selalu mengantar berobat anaknya jika mengalami diare tetapi karena
takut apabila obat oralitnya itu terdapat bahan kimia maka oralit yang dari
puskesmas tidak diberikan. Namun karena sering diare ibu H akhirnya
memutuskan untuk membawa anaknya ke RS.
4) Strategi koping yang digunakan
Anggota keluarga akan bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Keluarga Tn. M juga selalu berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa.
5) Strategi adaptasi disfungsional
Tn. M bila merasakan pusing maka dibuat tidur atau istirahat.
G. Pemeriksaan Fisik

Nama anggota keluarga


Pemeriksaan
Fisik Tn. M Ny. H An. P

TD 115/80 mmHg 110/80 mmHg -

Nadi 84 x/menit 85x/menit 84 x/menit


0 0
Suhu 37 C 36,5 C 36,70C

RR 20 x/menit 18 x/menit 30 x/menit

BB 55 Kg 52 Kg 13 kg
TB 165 Cm 155 cm 100 cm
Kepala Bentuk bulat, tidak Bentuk bulat dan Bentuk bulat dan
ada benjolan. tidak ada tidak ada benjolan
benjolan

Rambut Bersih Bersih, Bersih, hitam


Tidak nampak panjang, lurus,panjang dan
ketombe hitam, dan tidak ada ketombe
tidak ada
ketombe

Mata Simetris Simetris kiri Simetris kiri


kiridan kanan, dan kanan, reflek dan kanan, reflek
reflek pupil pupil positif, pupil positif, miosis
positif, miosis

miosis
Konjungtiva Tdk anemis Tdk anemis Tdk anemis
Sklera Tdk ikterik Tdk ikterik Tdk ikterik
Hidung Bentuk Bersih, tidak Bersih, tidak
simetris, tidak ada ada lesi, tidak ada ada lesi, tidak ada
sekret, tidak perdarahan perdarahan

ada kelainan
seperti polip,
bersih, tidak ada lesi

Telinga Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak


tampak tampak tampak
adanya adanya adanya
serumen, serumen, serumen,
tidak ada tidak ada lesi, tidak ada
lesi, bentuk bentuk lesi, bentuk
simetris kiri simetris kiri simetris kiri
dan kanan dan kanan dan kanan

Mulut Mukosa Mukosa bibir Mukosa bibir


bibir lembab, tidak lembab, tidak ada
lembab, gigi ada caries, gigi
tidak caries lengkap
lengkap dan
ada sedikit
caries

Leher Tdk ada Normal, tidak Normal,


pembesaran ada pembesaran tidak ada
thyroid pembesaran
kelenjar thyroid, thyroid
Tn.
K terkadang
mengeluh
tengkuk di
belakang
terasa berat
Paru I: I: I:
pengemban gan pengemban gan pengemban gan
dada simetris dada simetris dada simetris

P: tidak ada nyeri P: tidak ada P: tidak ada nyeri


tekan nyeri tekan tekan
P: sonor P: sonor P: sonor
A: vesiculer A: vesiculer A: vesiculer
Dada I : ictus I : ictus cordis I : ictus
cordis tidak tidak tampak cordis tidak
tampak P : ictus tampak
P : ictus cordis tidak P : ictus
cordis tidak teraba di SIC cordis tidak
teraba di SIC V teraba di SIC
V P : bunyi lup V
P : bunyi lup dup P : bunyi lup
dup A : suara dup
A : suara vesikuler A : suara
vesikuler vesikuler

Abdomen I : tidak ada jejas I : tidak ada jejas I : tidak ada jejas
P : peristaltik usus P : peristaltik usus P : peristaltik usus
10x menit 16x/menit P : tidak 35x menit
P : tidak ada nyeri ada nyeri tekan P : terdapat nyeri
tekan A : tympani A : tympani tekan dengan skala
2
A : bising usus

Ekstermitas Tidak ada varises, Tidak ada Tidak ada varises,


tidak ada edema varises, tidak ada tidak ada edema
edema

Kulit Sawo Sawo matang Sawo matang


matang
Turgor kulit Baik / elastis Baik/elastis Baik/elastis
Keluhan Kepala Tidak ada Tidak ada
terkadang
pusing

H. Harapan Keluarga
Keluarga sangat berharap kepada team pelayanan kesehatan, agar tidak memandang
status social dan ekonomi dalam melayani pasien/orang-orang yang butuh pengobatan.
Analisa Data

No. Analisa Data Etiologi / Faktor Masalah Keperawatan


Penyebab
1. DS : Terpapar kontaminan Diare
Pasien mengatakan nyeri di
perut dengan skala 2
Ibu pasien mengatakan
anaknya sudah BAB cair 5X
Keluarga pasien menyatakan
anaknya sering jajan
sembarangan
DO :
Peristaltik usus 35 x/mnt
Bising usus hiperaktif
2. DS : Kurangnya kontrol tidur Gangguan pola tidur
Pasien mengatakan sulit
tidur, tidak merasa puas saat
tidur, istirahat tidak cukup
Keluarga pasien mengatakan
bahwa ia tidak berangkat
sekolah
DO :
Pasien terlihat lemah dan
nampak tidak segar
3. DS : Kurang terpapar informasi Defisit pengetahuan
Keluarga pasien mengatakan tentang diare
kurang paham terkait
informasi kesehatan tentang
permasalahan anaknya
Keluarga pasien mengatakan
bingung saat menghadapai
diare anaknya
Ibu pasien mengatakan, dulu
saat anaknya diare ia
membuatnya sendiri, tapi
tidak tahu komposisinya
Keluarga pasien mengatakan,
hanya mendapat informasi
dari TV saja
Keluarga pasien mengatakan
saat mendapat obat oralit
dari puskesmas, Ibu pasien
takut akan isi obat kimia di
dalam oralitnya
DO :
Keluarga pasien tampak
bingung
3. DS: Ketidakadekuatan (kurang Ketidakpatuhan
Keluarga pasien mengatakan motivasi)
menolak mengikuti
anjuran/saran terkait
informasi kesehatan tentang
permasalahan anaknya
Pasien mengatakan tidak
mengikut program terkait
informasi kesehatan tentang
permasalahan anaknya
Ibu pasien mengatakan tidak
memberikan oralit dari
puskesmas karna takut akan
bahaya kimia
DO:
Keluarga pasien terlihat tidak
menjalankan anjuran terkait
informasi kesehatan tentang
permasalahan anaknya
Tampak tanda dan gejala
penyakit masalah kesehatan
masih ada pada keluarga
pasien

Skoring Data

Diagnosa Keperawatan :

Diare berhubungan dengan terpapar kontaminan ditandai dengan pasien mengatakan nyeri di
perut dengan skala 2, ibu pasien mengatakan anaknya sudah BAB cair 5X, keluarga pasien
menyatakan anaknya sering jajan sembarangan, peristaltik usus 35 x/mnt, dan bising usus
hiperaktif

No. Kriteria Score Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat masalah : Tidak 3 1 3/3 X 1 Ibu pasien mengatakan
sehat =1 anaknya sudah BAB cair
5X
2. Kemungkinan 1 2 ½ X 2 = Keluarga pasien
masalah dapat 1 menyatakan akan
diubah : Sebagian mengubah pola jajan
anaknya sebisa mungkin

3. Potensial masalah 1 1 1/3 X 1 Ibu pasien mengatakan


dapat dicegah : = 1/3 anaknya sudah BAB cair
Rendah 5X dan pasien mengatakan
nyeri di perut dengan skala
2 dengan peristaltik usus
35 x/mnt serta bising usus
hiperaktif
4. Menonjolnya masalah 2 1 2/2 X 1 Ibu pasien mengatakan
: Masalah berat harus =1 anaknya sudah BAB cair
segera ditangani 5X dan pasien mengatakan
nyeri di perut dengan skala
2 dengan peristaltik usus
35 x/mnt serta bising usus
hiperaktif
Jumlah 3 1/3
Diagnosa Keperawatan :

Gangguan pola tidur berhubungan dengan kontrolnya tidur ditandai dengan pasien
mengatakan sulit tidur, tidak merasa puas saat tidur, istirahat tidak cukup, keluarga pasien
mengatakan bahwa ia tidak berangkat sekolah, dan pasien terlihat lemah dan nampak tidak
segar

No. Kriteria Score Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat masalah : 2 1 2/3 X 1 Ibu pasien mengatakan
Ancaman = 2/3 anaknya masih sering
terbangun di malam hari
2. Kemungkinan 2 2 2/2 X 2 Keluarga pasien menyatakan
masalah dapat diubah =2 akan akan membuat kondisi
: Mudah lingkungan tidur anaknya
menjadi nyaman
3. Potensial masalah 3 1 3/3 X 1 Ibu pasien mengatakan
dapat dicegah : =1 selalu mengoptimalkan
Tinggi kondisi tidur anaknya
4. Menonjolnya 1 1 1/2 X 1 Ibu pasien mengatakan
masalah : Ada = 1/2 selalu mengoptimalkan
masalah tetapi tidak kondisi dan pola tidur
perlu di tangani anaknya
segera
Jumlah 4 1/6

Diagnosa Keperawatan :

Defisit pengetahuan tentang diare berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan keluarga pasien mengatakan kurang paham terkait informasi kesehatan tentang
permasalahan anaknya, keluarga pasien mengatakan bingung saat menghadapi diare anaknya
ibu pasien mengatakan, dulu saat anaknya diare ia membuatnya sendiri, tapi tidak tahu
komposisinya, keluarga pasien mengatakan, hanya mendapat informasi dari TV saja,
keluarga pasien mengatakan saat mendapat obat oralit dari puskesmas, Ibu pasien takut akan
isi obat kimia di dalam oralitnya, dan keluarga pasien tampak bingung

No. Kriteria Score Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat masalah : 1 1 1/1 X 1 Keluarga pasien
Keadaan sejahtera =1 mengatakan bersedia untuk
mendengarkan dan
memahami informasi
2. Kemungkinan 1 2 1/2 X 2 Keluarga pasien
masalah dapat diubah =1 mengatakan bersedia untuk
: Sebagian mendengarkan dan
memahami informasi serta
menyimak tambahan
pengetahuan yang
disampaikan
3. Potensial masalah 3 1 3/3 X 1 Keluarga pasien tampak
dapat dicegah : =1 menyimak dengan baik
Tinggi setiap pertanyaan atau
informasi yang disampaikan
4. Menonjolnya masalah 1 1 0/2 X 1 Keluarga pasien tampak
: Masalah tidak =0 menyimak dengan baik
dirasakan setiap pertanyaan atau
informasi yang disampaikan
Jumlah 3

Diagnosa Keperawatan:

Ketidakpatuhan tentang berhubungan dengan ketidakadekuatan (kurang motivasi) ditandai


dengan Keluarga pasien mengatakan menolak mengikuti anjuran/saran terkait informasi
kesehatan tentang permasalahan anaknya, Keluarga pasien mengatakan tidak mengikut
program terkait informasi kesehatan tentang permasalahan anaknya, Ibu pasien mengatakan
tidak memberikan oralit dari puskesmas karna takut akan bahaya kimia, Keluarga pasien
terlihat tidak menjalankan anjuran terkait informasi kesehatan tentang permasalahan anaknya,
Tampak tanda dan gejala penyakit masalah kesehatan masih ada pada keluarga pasien

No. Kriteria Score Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat masalah : 1 1 1/1 X 1 Keluarga pasien
Keadaan sejahtera =1 mengatakan bersedia untuk
mengikuti anjuran/saran
terkait informasi kesehatan
tentang permasalahan
anaknya
2. Kemungkinan 1 2 1/2 X 2 Keluarga pasien
masalah dapat =1 mengatakan bersedia
diubah : Sebagian mengikut program terkait
informasi kesehatan tentang
permasalahan anaknya
3. Potensial masalah 3 1 3/3 X 1 Keluarga pasien
dapat dicegah : =1 mengatakan mau
Tinggi memberikan oralit dari
puskesmas karna sudah
tidak takut akan bahaya
kimia
4. Menonjolnya masalah 1 1 0/2 X 1 Keluarga pasien terlihat
: Masalah tidak =0 sudah menjalankan anjuran
dirasakan terkait informasi kesehatan
tentang permasalahan
anaknya
Jumlah 3

Prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Diare berhubungan dengan terpapar kontaminan ditandai dengan pasien mengatakan


nyeri di perut dengan skala 2, ibu pasien mengatakan anaknya sudah BAB cair 5X,
keluarga pasien menyatakan anaknya sering jajan sembarangan, peristaltik usus 35
x
/mnt, dan bising usus hiperaktif
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kontrolnya tidur ditandai dengan pasien
mengatakan sulit tidur, tidak merasa puas saat tidur, istirahat tidak cukup, keluarga
pasien mengatakan bahwa ia tidak berangkat sekolah, dan pasien terlihat lemah dan
nampak tidak segar
3. Defisit pengetahuan tentang diare berhubungan dengan kurang terpapar informasi
ditandai dengan keluarga pasien mengatakan kurang paham terkait informasi
kesehatan tentang permasalahan anaknya, keluarga pasien mengatakan bingung saat
menghadapai diare anaknya ibu pasien mengatakan, dulu saat anaknya diare ia
membuatnya sendiri, tapi tidak tahu komposisinya, keluarga pasien mengatakan,
hanya mendapat informasi dari TV saja, keluarga pasien mengatakan saat mendapat
obat oralit dari puskesmas, Ibu pasien takut akan isi obat kimia di dalam oralitnya,
dan keluarga pasien tampak bingung
4. Ketidakpatuhan tentang berhubungan dengan ketidakadekuatan (kurang motivasi)
ditandai dengan Keluarga pasien mengatakan menolak mengikuti anjuran/saran terkait
informasi kesehatan tentang permasalahan anaknya, Keluarga pasien mengatakan
tidak mengikut program terkait informasi kesehatan tentang permasalahan anaknya,
Ibu pasien mengatakan tidak memberikan oralit dari puskesmas karna takut akan
bahaya kimia, Keluarga pasien terlihat tidak menjalankan anjuran terkait informasi
kesehatan tentang permasalahan anaknya, Tampak tanda dan gejala penyakit masalah
kesehatan masih ada pada keluarga pasien

Anda mungkin juga menyukai