Disusun Oleh :
SEMARANG
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat, dibawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan ( Depkes RI, 1998 )
2. Tugas keluarga dibidang kesehatan adalah :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan
upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan
keadaan keluarga.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
d. Memodifikasi lingkngan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.
B. Anak Prasekolah
1. Pengertian
Anak usia prasekolah adalah anak dengan usia 3 – 5 tahun.
2. Ciri fisik anak pra sekolah
Penampilan maupun gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada
dalam tahapan sebelumya :
a. Anak prasekolah umumnya aktif
Mereka telah memiliki penguasaan dan control terhadap tubuhnya dan sangat
menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
b. Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup,
sering kali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup.
c. Otot – otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari control terhadap jari
dan tangan. Olehy karma itu biasanya anak belum terampil, belum biasa melakukan
kegiatan yang rumit misalnya mengikat tali sepatu.
d. Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya
pada objek – objek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih
belum sempurna.
e. Walaupun tubuh anak lentur tapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih
lunak.
f. Walaupun anak laki – laki lebih besar, anak perempuan lebih terampil dalam tugas
yabg bersifat praktis, khusubya dalam tugas motorik halus.
3. Ciri sosial anak prasekolah
a. Umumnya anak oada tahap ini memiliki sati atau dua sahabat, sahabat yang dipilih
biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari
jenis kelamin yang berbeda.
b. Kelompok bermain cenderung kecil dan tida terorganisasi dengan baik, oleh karena
kelompok tersebut cepat berganti – ganti.
c. Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar.
4. Ciri emosional pada anak prasekolah
a. Anak prasekolah cenderung mengekpresikan emosinya dengan bebas dan terbuka.,
sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
b. Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan
perhatian guru.
5. Ciri kognitif anak prasekolah
a. Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari merekla
senang berbicara khususnya dalam klelompoknya.
b. Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi minat, kesempatan,
interaksi, mengagumi dan kasih sayang.
6. Cara yang dilakukan agar anak berkembang menjadi kompeten dengan cara sebagai
berikut :
a. Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
b. Tunjukan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak
c. Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan
dalam banyak hal.
d. Berikan kesempatan dan dorongan untuk melakukan kegiatan secara mandiri.
e. Tentukan batas – batas tingkah laku yang diperoleh oleh lingkungannya.
f. Kagumilah apa yang dilakukan anak.
C. Konsep Dasar Diare
1. Pengertian Diare
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih dari tiga kali
dalam satu hari (Departemen Kesehatan RI, 2011). Menurut Muslimah (2010),
diare merupakan suatu kondisi buang air besar tidak normal yaitu lebih dari 3 kali
sehari dengan konsistensi tinja yang encer dengan atau tanpa disertai darah atau
lendir akibat dari proses inflamasi pada lambung atau usus.
Diare merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system gastrointestinal
atau penyakit lain di luar saluran pencernaan, dikarenakan keadaan frekuensi buang
air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi
feses encer; dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau
lendir saja. Menurut Borley (2006), diare adalah pengeluaran feses yang tidak
normal dan cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Berdasarkan
beberapa pengertian di atas disimpulkan bahwa diare adalah suatu keadaan dimana
terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (> 3x/hari) disertai perubahan
konsistensi tinja lebih encer konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan atau
tanpa darah dan tanpa lendir.
2. Patofisiologi
Hidayat (2006) menyebutkan bahwa proses terjadinya diare dapat disebabkan
oleh berbagai kemungkinan faktor di antaranya:
a. Faktor infeksi
Faktor ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk
dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak
sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya
terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi
usus dalam absorbs cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin
bakteri akan menyebabkan system transport aktif dalam usus sehingga sel
mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat (Setiawan, 2006).
b. Faktor malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan
tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare
(Elain et all., 2008).
c. Faktor makanan
Faktor makanan terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan
penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan
diare (Setiawan, 2006).
d. Faktor psikologis
Faktor psikologis dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan pristaltik
usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat
menyebabkan diare.
3. Etiologi
a. Infeksi
Diare akut karena infeksi disebabkan oleh masuknya mikroorganisme
atau toksin melalui mulut. Kuman tersebut dapat melalui air, makanan atau
minuman yang terkontaminasi kotoran manusia atau hewan, kontaminasi
tersebut dapat melalui jari/tangan penderita yang telah terkontaminasi
(Mandal et al., 2004).
1) Enternal yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan
merupakan penyebab utama terjadinya diare. Infeksi enternal meliputi:
o Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella
Compylobacter, Yersenia dan Aeromonas.
o Infeksi virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie dan
Poliomyelitis, Adenovirus, Rotavirus dan Astrovirus).
o Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, dan
Strongylodies), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
dan Trichomonas homonis), dan jamur (Candida albicans).
2) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopeneumonia,
ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak
dibawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
Penyebab diare juga dapat bermacam macam tidak selalu karena infeksi dapat
dikarenakan faktor malabsorbsi seperti malabsorbsi karbohidrat, disakarida
(inteloransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) monosakarida (inteloransi glukosa,
fruktosa, dan galaktosa), Karena faktor makanan basi, beracun, alergi karena
makanan, dan diare karena faktor psikologis, rasa takut dan cemas (Vila J et
al., 2000).
1) Malabsorbsi kabohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intiloransi glukosa, fruktosa dan galaktosa),
pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak
yang lebih besar.
4. Klasifikasi Diare Akut
Pada klasifikasi diare dapat dikelompokkan menjadi diare dehidrasi berat, diare
dehidrasi sedang atau ringan, diare tanpa dehidrasi, diare persisten, disentri
(Hidayat, 2005) :
a. Diare Dehidrasi Berat
Diare dehidrasi berat jika terdapat tanda sebagai berikut letargis
atau mengantuk atau tidak sadar, mata cekung, serta turgor kulit jelek.
Penatalaksanaannya yaitu lakukan pemasangan infuse, berikan cairan IV
Ringer Laktat, pemberian ASI sebaiknya tetap diberikan, pertahankan
agar bayi dalam keadaan hangat dan kadar gula tidak turun (Setiawan,
2006).
b. Diare Dehidrasi Sedang atau Ringan
Diare ini mempunyi tanda seperti gelisah atau rewel, mata cekung,
serta turgor kulit jelek. Penatalaksanaannya berikan ASI lebih sering dan
lebih lama untuk setiap kali pemberian, berikan oralit, ajari ibu cara
membuat oralit, lanjutkan pemberian ASI, berikan penjelasan kapan harus
segera dibawa kepetugas kesehatan.
c. Diare Tanpa Dehidrasi
Diare tanpa dehidrasi jika hanya ada salah satu tanda pada dehidrasi berat
atau ringan. Penatalaksanaannya berikan ASI lebih sering dan lebih lama
setiap kali pemberian, berikan cairan tambahan yaitu berupa oralit atau air
matang sebanyak bayi mau, ajari pada ibu cara memberikan oralit dengan
memberi 6 bungkus oralit, anjurkan pada ibu jumlah oralit yang diberikan
sebagai tambahan cairan, anjurkan untuk meminum sedikit tapi sering
(Kunoli, 2013).
d. Diare Persisten
Diare persisten apabila terjadi diare sudah lebih dari 14 hari. Tindakan
dan pengobatan untuk mengatasi masalah diare persisten dan disentri
dalam manajemen balita sakit adalah sebagai berikut : atasi diare sesuai
dengan tingkat diare dan dehidrasi, pertahankan kadar gula agar tidak
turun, anjurkan agar bayi tetap hangat, lakukan rujukan segera
(Kunoli,2013).
e. Disentri
Apabila diare disertai darah pada tinja dan tidak ada tanda
gangguan saluran pencernaan. Tindakan dan pengobatan sama dengan
diare persisten (Stephen et al., 2008).
5. Tanda dan gejala
Arvin (2003), tanda dan gejala diare berdasarkan klasifikasi diare sebagai
berikut:
a. Diare akut
- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
- Onset yang tak terduga dari buang air besar encer , gas – gas dalam perut,
rasa tidak enak , nyeri perut
- Nyeri pada kuadran kanan bawah di sertai kram dan bunyi pada perut
- Demam
b. Diare kronik
- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
- Penurunan BB dan nafsu makan
- Demam indikasi terjadi infeksi
- Dehidrasi tanda – tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah
6. Penatalaksanaan
Whaley and Wong (2009), penatalaksanaan diare pada balita difokuskan
pada penyebab, keseimbangan cairan dan elektrolit, serta fungsi normal perut.
Prinsipnya adalah mengganti cairan yang hilang (rehidrasi), tetap memberikan
makanan, tidak memberikan obat anti diare (antibiotik hanya diberikan atas
indikasi), dan penyuluhan penderita diare kebanyakan dapat sembuh tanpa
pengobatan khusus.
Selain itu bila sudah terkena maka keluarga dapat melakukan pertolongan
dengan memberikan oralit atau campuran gula dan garam. Adapun cara
membuatnya, yaitu: tuangkan air matang kedalam gelas bersih (200 ml),
ditambah 1 sendok teh munjung gula pasir dan ¼ sendok the garam dapur, aduk
sampai larut benar. Pengobatan diare antara lain sebagai berikut (Widjaja, 2004):
a. Pengobatan Dietis
Pengobatan dietis dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase puasa, realimentasi
(pemulihan), dan fase kembali ke makan semul (Setiawan, 2006).
1) Fase puasa
Pada diare ringan cukup diberi teh pahit kental ditambah garam seujung
pisau untuk mengganti cairan tubuh. Lamanya pemberian air teh pahit
kental ini biasanya 6-12 jam. Penderita dengan gejala diare berat harus
diberi cairan oralit lengkap atau cairan intravena (infus).
2) Fase Realimentasi (Pemulihan)
Cara realimentasi tergantung dari umur dan berat badan penderita. Bayi
berumur di bawah 1 tahun, setelah menjalani puasa minum teh, diberi
ASI selama 3-5 hari, kemudian sesudah diare berhenti diberi pisang (1
hari), selanjutnya secara berturutturut diberi bubur susu dan nasi tim
dengan porsi sesuai dengan berat badannya.
3) Fase Makan Biasa
Setelah terapi dietis berhasil dilaksanakan, diet anak dikembalikan
kepada porsi yang normal. Namun, pemberian makanan normal tetap
berpegang kepada tahapan-tahapan, agar anak tidak stress atau
emosional. Misalnya dengan memberikan makanan cair terlebih dahulu,
baru makanan lunak, kemudian makanan biasa.
b. Pemberian ASI
Jika produksi susu ibu tidak memadai, harus dipikirkan cara
menanggulanginya agar produksi air susu meningkat. Jika tidak, harus
dicarikan alternatif pengganti ASI. Seperti sudah diketahui, diare persisten
dapat disebabkan oleh intoleransi laktosa. Maka, susu pengganti ASI harus
dipilih yang bebas laktosa atau rendah laktosa. Bahkan, sebagian bayi ada
yang tidak tahan terhadap lemak, sehingga harus dipilihkan susu yang
mengandung lemak tak jenuh. Ada juga bayi yang intoleransi gula
(karbohidrat). Ia harus diberi susu yang rendah gula. Makanan bayi berupa
susu formula sudah banyak diperjual-belikan, terutama di perkotaan. Berbeda
dengan yang hidup di pedesaan, yang menjadikan ASI sebagai satu-satunya
pilihan. Itulah sebabnya, ASI harus ditingkatkan produksinya (Suraatmaja,
2007).
c. Memberi Makanan Tambahan
Makanan tambahan harus diberikan secara tepat. Biasanya, makanan
tambahan diberikan setelah bayi berumur 6 bulan. Makanan tambahan yang
diberikan terlalu cepat akan menganggu perkembangan lambung atau usus
bayi. Makanan tambahan dapat berupa buah-buahan, biskuit, bubur susu, dan
nasi tim. Pemberian makanan terlalu dini, selalu dapat menyebabkan
gangguan lambung juga akan menyebabkan anak kekenyangan, sehingga tidak
mau lagi minum ASI. Pemberian makanan tambahan ini boleh diberikan
setelah bayi berusia 6 bulan, setelah enzim pencernaannya terbentuk dengan
sempurna.
7. Perkembangan Anak Pra Sekolah
a. Pengertian
Perkembangan anak pra sekolah merupakan hasil interaksi kematangan
susunan syaraf pusat dengan organ tubuh yang di pengaruhinya. Misalnya
kemampuan bicara merupakan hasil dari perkembangan sistem syaraf yang
mengendalikan proses bicara. Pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara
bersamaan. Menurut Imelda perkembangan adalah perubahan yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan
dan keterampilan dalam struktur fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil proses pematangan.
b. Ciri-Ciri Perkembangan Anak Pra Sekolah
Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian
rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan stimulasianak pra sekolah yaitu menyangkut emosi, intelektual,
dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri
perkembangan anak pra sekolah, meliputi:18
1) Perkembangan Menimbulkan Perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Contohnya seperti
perkembangan intelegensi seorang anak akan menyertai pertumbuhan
serabut saraf otak.
2) Perkembangan Mempunyai Kecepatan yang Berbeda
Perkembangan akan mempunyai kecepatan berbeda-beda, baik dalam
perkembangan fungsi organ maupun perkembangan pada masing-masing.
3) Perkembangan Tahap Awal Menentukan Perkembangan Selanjutnya
Setiap anak akan dapat melewati satu tahap perkembangan apabila ia sudah
melewati tahap sebelumnya.
4) Perkembangan Berkolerasi dengan Pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung dengan cepat, perkembangan pun
demikian terjadi peningkatan memori, daya nalar, mental dan asosiasi.
Anak sehat bertambah umur, bertambah berat badan dan tinggi badannya
bertambah serta bertambah pula kepandaianya.
5) Perkembangan Mempunyai Pola yang Tetap
Perkembangan fungsi organ mempunyai hukum yang tetap yaitu
perkembangan terjadi terlebih dahulu didaerah kepala kemudian menuju
kearah anggota tubuh, perkembangan terjadi terlebih dahulu di daerah
proksimal(gerak kasar) lalu perkembangan ke bagian distal seperti jari-jari
yang mempunyai gerak halus.
6) Perkembangan Memiliki Tahap yang Berurutan
Tahap perkembangan seseorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan.Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak
terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat
gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan lain sebagainya.
c. Prinsip-Prinsip Perkembangan Anak Pra Sekolah
Prinsip-prinsip perkembangan pada anak pra sekolah meliputi:
1) Perkembangan Merupakan Hasil Proses Kematangan dan Belajar
Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha.
Melalui belajar anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang di
wariskan dn potensi yang dimiliki anak.
2) Pola Perkembangan Dapat Diramalkan.
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian
perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung
dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi berkesinambungan.
-Ancaman kesehatan 2 1
-Krisis atau keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
-Dengan Mudah 2 2
-Hanya sebagian 1
-Tidak dapat diubah 0
3 Potensial masalah dapat dicegah
-Tinggi 3
-Cukup 2 1
-Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
-Masalah berat, harus segara di tangani 2 1
-Ada masalah, tetapi tidak perlu segera di 1
Tangani
- Masalah tidak dirasakan 0
2. Implementasi
Implementasi atau tindakan keperawatan merupakan inisiatif dari
rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana keperawatan disusun dan
ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu pasien
mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah
membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Fase yang
dilakukan dalam implementasi, yaitu :
a. Fase perkenalan/orientasi
Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan
klien dilakukan. Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi
keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan
keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan
yang telah lalu.
b. Fase kerja
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses
komunikasi terapeutik. Tahap kerja merupakan tahap yang
terpanjang dalam komunikasi terapeutik karea didalamnya
perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien
untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian
menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan
non verbal yang disampaikan oleh klien.
c. Fase terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan
klien. Tahap terminasi dibagi menjadi dua yaitu terminasi
sementara dan terminasi akhir.
Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan
perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan
klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda
sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama.
Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah
menyelesaikan seluruh proses keperawatan.
3. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian asuhan keperawatan yang telah
diberikan atau dilaksanakan dengan berpedoman pada tujuan yang
ingin dicapai. Pada bagian ini akan di ketahui apakah perencanaan
sudah mencapai sebagai atau akan timbul masalah lain yang baru
(Wilkinson, M Judith dkk, 2012 dan Taylor, Cynthia M,
2010).Terdapat dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang
dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera.
Sedangkan evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil
observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu
berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keluarga
a. Data Umum
1) Nama kepala keluarga (KK) : Tn. M
2) Usia : 30 Tahun
3) Pendidikan : SMA
4) Pekerjaan : Petani
5) Alamat : Bawen, Kab. Semarang.
6) Komposisi keluarga :
7) Genogram
Keterangan :
: Kepala keluarga : Laki –laki
: perempuan
: Serumah
: Pasien
7. Tipe Keluarga
Tipe Keluarga Bpk. M adalah keluarga dengan Nuclear Family, dimana
dalam keluarga hanya ada ayah, ibu dan anak.
8. Suku Bangsa
Keluarga Bpk. M adalah suku Jawa. Kebiasaan dalam keluarga apabila
ada yang sakit berobat ke klinik ataupun langsung membeli obat ke
apotik
9. Agama
Keluarga menganut agama Islam dan menjalankan kewajiban shalat 5
waktu, semua aktivitas yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan
ajaran agama.
10. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Ibu H mengatakan penghasilan suaminya sudah mencukupi untuk
kebutuhan sehari – hari ditambah dengan pengasilan ibu H yang
berjualan sayuran dipasar. Ibu H dan Bpk M tinggal di perkampungan
Penghasilan :
Rp. 2.400.000,00
Ruang kamar 2
kamar 1 tamu dan
r. keluarga
kamar 3
teras
BB 55 Kg 52 Kg 13 kg
TB 165 Cm 155 cm 100 cm
Kepala Bentuk bulat, tidak Bentuk bulat dan Bentuk bulat dan
ada benjolan. tidak ada tidak ada benjolan
benjolan
miosis
Konjungtiva Tdk anemis Tdk anemis Tdk anemis
Sklera Tdk ikterik Tdk ikterik Tdk ikterik
Hidung Bentuk Bersih, tidak Bersih, tidak
simetris, tidak ada ada lesi, tidak ada ada lesi, tidak ada
sekret, tidak perdarahan perdarahan
ada kelainan
seperti polip,
bersih, tidak ada lesi
Abdomen I : tidak ada jejas I : tidak ada jejas I : tidak ada jejas
P : peristaltik usus P : peristaltik usus P : peristaltik usus
10x menit 16x/menit P : tidak 35x menit
P : tidak ada nyeri ada nyeri tekan P : terdapat nyeri
tekan A : tympani A : tympani tekan dengan skala
2
A : bising usus
H. Harapan Keluarga
Keluarga sangat berharap kepada team pelayanan kesehatan, agar tidak memandang
status social dan ekonomi dalam melayani pasien/orang-orang yang butuh pengobatan.
Analisa Data
Skoring Data
Diagnosa Keperawatan :
Diare berhubungan dengan terpapar kontaminan ditandai dengan pasien mengatakan nyeri di
perut dengan skala 2, ibu pasien mengatakan anaknya sudah BAB cair 5X, keluarga pasien
menyatakan anaknya sering jajan sembarangan, peristaltik usus 35 x/mnt, dan bising usus
hiperaktif
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kontrolnya tidur ditandai dengan pasien
mengatakan sulit tidur, tidak merasa puas saat tidur, istirahat tidak cukup, keluarga pasien
mengatakan bahwa ia tidak berangkat sekolah, dan pasien terlihat lemah dan nampak tidak
segar
Diagnosa Keperawatan :
Defisit pengetahuan tentang diare berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan keluarga pasien mengatakan kurang paham terkait informasi kesehatan tentang
permasalahan anaknya, keluarga pasien mengatakan bingung saat menghadapi diare anaknya
ibu pasien mengatakan, dulu saat anaknya diare ia membuatnya sendiri, tapi tidak tahu
komposisinya, keluarga pasien mengatakan, hanya mendapat informasi dari TV saja,
keluarga pasien mengatakan saat mendapat obat oralit dari puskesmas, Ibu pasien takut akan
isi obat kimia di dalam oralitnya, dan keluarga pasien tampak bingung
Diagnosa Keperawatan: