A. Pendahuluan
Pandemi COVID-19 telah menyebabkan tantangan yang belum pernah terjadi
sebelumnya pada sistem kesehatan masyarakat dan ekonomi global (McKibben & Fernando,
2020). Dampak terhadap dunia kerja adalah penerapan bekerja dari rumah. Untuk pertama
kalinya dalam sejarah modern, pekerja pengetahuan di seluruh dunia dipaksa untuk bekerja
dari rumah setiap hari melalui penguncian yang diberlakukan oleh pemerintah dan
menghadapi banyak tantangan teknologi baru yang mungkin belum mereka siapkan. Kerja
yang dipaksakan dari rumah tersebut berdampak pada orang-orang yang tidak pernah
berkeinginan atau tidak diizinkan bekerja dari rumah karena kebijakan organisasi
(Waizenegger et al., 2020). Pemerintah telah menerapkan jarak sosial melalui langkah
angkah pengendalian pada banyak aspek masyarakat, khususnya mobilitas (Walker et al.,
2020). Kehidupan sosial dan pekerjaan kita tiba-tiba telah berubah, dan banyak negara
sedang mempertimbangkan tindakan penguncian (pemerintah memaksa orang untuk tinggal
di rumah) atau jarak sosial (orang-orang yang tinggal pada jarak tertentu dari satu sama lain)
untuk berlanjut sampai masa mendatang (Gallagher, 2020).
Penerapan Work From Home (WFH) pun menghadapi tantangan karena selain tidak
semua jenis pekerjaan dapat dikerjakan dari rumah tetapi juga dihadapkan oleh hambatan
seperti alat kerja, koordinasi, gangguan dari dalam rumah misalnya pekerjaan rumah tangga
merawat anak, masalah jaringan dan lain sebagainya. Bekerja di ruang yang digunakan
bersama dengan penghuni rumah lainnya, yang menyebabkan gangguan dan kesulitan untuk
fokus pada tugas-tugas pekerjaan (Waizenegger et al., 2020). Kehidupan masyarakat yang
serba dilakukan dari rumah ini kemudian menjadi “New Normal” atau aktivitas normal baru
(Ahmad, 2020). Kondisi tersebut merupakan dampak dari pandemi.
Pandemi mengubah batas yang ada dan menantang praktik yang “biasa”. Pandemi
mengaburkan batas mikro, lintas domain yang membentuk perilaku kerja sehari-hari. Karena
Covid-19 telah mendorong adopsi pekerjaan jarak jauh (Duffy, 2020), banyak orang bekerja
dari rumah sambil menjalankan berbagai tuntutan non kerja, misalnya, membantu anak-anak
belajar dari rumah, menjalankan tugas untuk anggota keluarga lanjut usia yang disarankan
tinggal di rumah setiap saat, dan lain sebagainya. "New Normal" telah mengubah bisnis
menjadi kasual di rumah, pertemuan langsung menjadi konferensi web, dan ruang sekolah
tatap muka menjadi tugas online dan pelajaran virtual (Davis et al., 2020).
Pegawai yang berpengetahuan dipaksa untuk menggunakan teknologi dengan cara
baru untuk melakukan pekerjaan mereka, terlibat dengan rekan kerja mereka,
dikombinasikan dengan tekanan tambahan dalam mengelola lingkungan rumah yang
mungkin tidak sesuai untuk tujuan kerja (Waizenegger et al., 2020). Karyawan menjadi
lebih mahir dalam menggunakan alat kerja digital, yang membawa rutinitas dan kebiasaan
baru ke dalam kehidupan mereka. Penting untuk diingat bahwa perangkat kerja digital dapat
ditempa, mereka dalam fleksibilitas dan keterbukaan yang melekat di perusahaan saat
mengaktifkan dan mendukung berbagai praktik kerja tanpa perlu penyesuaian teknis
(Richter & Riemer, 2013). Perubahan-perubahan ini cenderung mempengaruhi hasil kerja
dan karier individu dengan cara yang berbeda (Cho, 2020). Secara teori, gagasan
"fleksibilitas" mencakup sejumlah besar praktik kerja seperti pembagian tugas, "ruang
fleksibel", "waktu fleksibel" dan bekerja di rumah (Burnett et al., 2011). Praktik kerja yang
fleksibel telah diidentifikasi oleh pemerintah kontemporer sebagai elemen kunci dalam
kebijakan keluarga dan ketenagakerjaan serta menunjukkan bahwa mereka umumnya
ditafsirkan dan diberlakukan oleh politisi, organisasi dan karyawan sehubungan dengan
keinginan untuk memfasilitasi peningkatan keseimbangan kehidupan kerja (Burnett et al.,
2011). Himbauan Presiden tentang bekerja dari rumah ditindaklanjuti dengan Peraturan yang
dikeluarkan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi melalui
Surat Edaran Nomor 19 Tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja Aparatur Sipil
Negara dalam Upaya Pencegahan Covid-19 di Lingkungan Instansi Pemerintah. Poin
penting dari surat edaran tersebut adalah ASN dapat bekerja di rumah atau tempat tinggal
namun ada dua level pejabat struktural tertinggi yang bekerja di kantor serta penundaan atau
pembatalan penyelenggaraan kegiatan tatap muka dengan banyak peserta.
Tepat pada tanggal 15 Mei 2020, dalam berita Medcom.id Menteri Keuangan
Republik Indonesia Sri Mulyani merilis Kebijakan Flexible Working Space (FWS) sebagai
aktivitas normal baru (New Normal) pegawai Kemenkeu karena adanya Covid-19.
Menurutnya keberadaan pandemi memberikan banyak pelajaran baru dan memaksa
lingkungan untuk berubah dan beradaptasi dengan cepat. Kebijakan FWS yang diterapkan
untuk pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan telah disahkan dalam Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 223/KMK.01/2020. FWS ini merupakan pengaturan pola kerja
pegawai yang memberikan fleksibilitas lokasi bekerja. Setelah pandemi Covid-19 berakhir
konsep FWS yang merupakan sebuah terobosan penting ini kedepannya akan diberlakukan
sebagai new normal di lingkungan Kementerian Keuangan. Menurut Anderson dan Kelliher,
opsi-opsi kerja yang fleksibel menawarkan kepada para karyawan suatu tingkat pilihan
mengenai dimana dan seberapa banyak mereka bekerja. Biasanya opsi tersebut mungkin
termasuk waktu kerja, kerja jarak jauh (biasanya dari rumah), jam kerja dikurangi atau
waktu kerja yang terkompresi atau ditekan (Anderson & Kelliher, 2009). Hal ini diperkuat
dengan Crouncher dan Kelliher dalam Anderson dan Kelliher yang mengatakan bahwa bagi
banyak pengusaha, motivasi untuk memperkenalkan pekerjaan yang fleksibel adalah untuk
meningkatkan daya tarik mereka di pasar tenaga kerja dan untuk membantu mereka
merekrut dan mempertahankan staf berkualitas tinggi.
Prinsip utama pekerjaan yang fleksibel adalah pilihan karyawan, yang dapat menjadi
faktor kontribusi dalam peningkatan keterlibatan karyawan. Para eksekutif telah
mendapatkan kenyamanan bahwa pekerjaan terus berlanjut ketika karyawan mereka jauh
secara fisik. Sebagai contoh yang menonjol, twitter.com mengumumkan bahwa karyawan
mereka akan diizinkan untuk 'bekerja dari rumah selamanya' (Paul, 2020).
Menurut Anderson dan Kelliher (2009:14-15) kerja fleksibel atau flexible working
dapat membangun komitmen, yaitu pekerja yang fleksibel memiliki tingkat komitmen
organisasi yang lebih tinggi, ditunjukkan oleh kebanggaan mereka sebagai bagian dari
organisasi dan kontribusi mereka terhadap keberhasilan organisasi. Karyawan merasa lebih
berkomitmen dan loyal kepada atasan mereka karena pekerjaan yang fleksibel
memungkinkan kebutuhan mereka dapat diakomodasi.
Karyawan yang melakukan flexible working akan bekerja lebih keras daripada
biasanya. Dalam hal ini, flexible working menuntut karyawan untuk menghabiskan waktu
lebih lama saat bekerja di rumah. Organisasi yang menerapkan flexible working dipandang
sebagai bagian penting dari strategi yang digunakan oleh departemen SDM untuk menarik
kandidat terbaik dan mempertahankan karyawan yang dihargai. Konsep Flexible Working
Space (FWS) ini merupakan sebuah konsep yang baru bagi masyarakat kita dan seperti apa
tantangan dalam penerapan FWS ini untuk kementerian atau lembaga negara lainnya. Paper
ini akan membahas konsep FWS dan penerapannya untuk organisasi pemerintah.
B. Kajian Teoritik
1. Keragaman Istilah
Penamaan konsep bekerja jarak jauh sendiri beragam tetapi hanya beberapa yang
masih sering dipergunakan. Awalnya istilah yang dipergunakan adalah ‘electronic
homework’ yang terdengar kuno sekarang. Istilahnya berkembang menjadi
‘telecommuting’, menggunakan konsep Jack Nilles pada tahun 1973, karena terkait erat
dengan penglaju dari rumah ke kantor berikut masalah kemacetannya (Nilles dkk. 1976).
Kemudian ‘flexiwork’, sebuah istilah yang lebih dikenal di Eropa. Penamaan yang
beragam ini disesuaikan dengan fokus dari penerapan bekerja jarak jauh. Penggunaan
istilah flexy (flexywork, flexibility working) dengan mempertimbangkan kondisi
keleluasaan dalam bekerja, yang artinya jam kerja disesuaikan dengan kondisi yang ada.
Lainnya seperti ‘homework’, ‘alternative officing’ dan ‘mobile working’ berdasarkan
keragaman bentuk bekerja jarak jauh misal bekerja dari rumah dengan kantor pusat,
gabungan bekerja pada kantor pusat dan kantor cabang, dan nomaden tanpa kantor
(Stanworth dan Stanworth, 1991; dan Gordon, 1996).
2. Keragaman Bentuk
Bentuk yang paling mudah dikenali dari bekerja jarak jauh adalah bekerja dari
rumah (home-based telecommuting) dan bekerja dari kantor cabang (center-based
telecommuting). Seperti namanya, bekerja dari rumah menunjukkan lokasi kerja di
rumah dengan berkomunikasi ke kantor, sementara bekerja dari kantor cabang/satelit
menunjukkan lokasi bekerja bukan di rumah tapi di kantor yang terdekat dari rumah.
Menggunakan perspektif transportasi, bekerja dari rumah mengurangi sepenuhnya
perjalanan penglaju, sementara bekerja dari kantor cabang hanya mengurangi jarak
perjalanan (Asgari, 2015).
Teo dkk. (1998) menggambarkan bekerja jarak jauh sebagai menyelesaikan tugas
jauh dari lokasi kantor reguler setidaknya satu sampai dua hari per minggu. Perlu juga
diingat bahwa bekerja jarak jauh tidak perlu melibatkan bekerja di rumah, tetapi bisa
juga termasuk memanfaatkan pusat bekerja jarak jauh (telework center), berlokasi di luar
rumah dan kantor regular.
Penelitian pada tahun 2001, The International Telework Association and Council
ITAC- 2 menemukan bahwa bekerja jarak jauh dapat dilakukan di rumah, jalan, lokasi
pelanggan, atau kantor satelit (cabang). Sebagai tambahan, beragam peneliti
menyepakati bahwa bekerja jarak jauh mengarah pada substitusi sebagian atau
seluruhnya dari penglaju harian (Nilles, 1988; Mokhtarian, 1991; Sampath dkk., 1991;
Handy dan Mokhtarian, 1995; Walls dan Safirova, 2004).
Menurut Heathfield (2019) terdapat beragam skema bekerja diantaranya bekerja
leluasa (flexible schedule), dan bekerja jarak jauh (telecommuting), tentu saja selain
bekerja penuh waktu sampai bekerja sementara. Selanjutnya, bekerja leluasa dimaknai
sebagai pekerja dimungkinkan bekerja berbeda dari waktu kerja konvensional sehingga
pekerja dapat menyeimbangkan bekerja dan berkehidupan. Bekerja jarak jauh (dari
rumah dan/atau lokasi lain di luar kantor) adalah pengaturan bekerja leluasa yang
memungkinkan bekerja jauh dari kantor sepanjang atau sebagian waktu (Mungkasa,
2020).
Literatur mengategorikan praktek kerja leluasa (flexible work) sebagai praktek
kerja kantoran (office-based) dan lokasi leluasa (flexi-place) (Grobler dan De Bruyn,
2011); atau waktu leluasa (flexitime) dan lokasi leluasa (flexi-place) (Munsch, Ridgeway
dan Williams, 2014). Kelly, Moen dan Tranby (2011) mengacu pada keleluasaan
terhadap kendali jadwal, sebab pilihan kerja leluasa dapat mencakup kerja darurat
(contingent work), kerja kontrak (contract work) dan pegawai sesaat (just-in-time
staffing) (Mungkasa, 2020).
Keleluasaan waktu kerja (Flexible Working Time) atau waktu kerja leluasa (Flexi
Time) adalah sistem pengaturan kerja yang memberi lebih banyak kebebasan kepada
karyawan dalam mengatur jam kerja sendiri. Flexi Time banyak digunakan oleh
perusahaan berskala global yang sulit jika harus menyamakan waktu bekerja karena
adanya perbedaan zona waktu di beberapa negara. Flexi Time memegang prinsip bahwa
jam berapapun karyawan masuk, asalkan pekerjaan selesai dan waktu yang digunakan
memenuhi jumlah jam yang sudah disepakati dalam perjanjian kerja. Di bawah ini
adalah beberapa jenis Flexi Time yang sering digunakan:
a. Fixed Working Hours
Sistem kerja yang memungkinkan pegawai dapat bebas memilih sesi kerjanya setiap
hari sesuai ketetapan perusahaan sepanjang memenuhi jumlah minimal 40 jam
seminggu. Sebagai contoh, perusahaan memberi kebebasan kepada karyawan untuk
memilih jam kerja dengan ketentuan 25% karyawan bekerja pada jam 07.00-15.00;
25% karyawan bekerja pada jam 08.00-16.00; 25% karyawan bekerja pada jam
09.00- 17.00; dan 25% terakhir dari karyawan bekerja pada jam 10.00-18.00.
b. Flexible Working Hours
Sistem kerja yang memungkinkan pegawai bekerja leluasa sepanjang memenuhi
jumlah waktu minimal adalah 40 jam per minggu. Jumlah jam kerja tidak harus sama
setiap harinya.
c. Variable Working Hours
Sistem kerja yang mengharuskan pegawai hadir pada jam tertentu di kantor dan
pegawai dapat menetapkan sendiri waktu selebihnya. Sebagai contoh, karyawan
diwajibkan masuk setiap hari jam 09.00-13.00, dan selebihnya dapat bekerja jarak
jauh sampai memenuhi minimal 40 jam seminggu (Ayuna, 2019)
Penelitian lain menyimpulkan terdapat 3 (tiga) kategori bekerja leluasa (flexible work
arrangement/FWA) yaitu flexi-time (leluasa jadwal), tele-homeworking (leluasa tempat),
dan part time (paruh waktu/leluasa lama bekerja). Dalam kenyataannya ketiganya dapat
digabungkan dan saling melengkapi disesuaikan kebutuhan (Possenried dan Plantenga,
2011). Sehingga bekerja leluasa diartikan sebagai kemampuan pekerja mengendalikan
sendiri lamanya bekerja, tempat bekerja jauh dari kantor, penjadwalan kerja yang
ditawarkan perusahaan (Atkinson dan Hall, 2011). Walaupun beragam bentuk bekerja
jarak jauh, namun secara sederhana, bekerja jarak jauh dapat dikategorikan dalam 3
(tiga) jenis yaitu (i) bekerja di rumah (telecommuting); (ii) bekerja dari kantor cabang
yang berlokasi dekat rumah atau kantor satelit (satellite offices); (iii) bekerja di mana
saja di luar kantor sesuai kebutuhan (mobile work) (Mungkasa, 2020).
Daftar Pustaka
Ahmad, T. (2020). Corona Virus (COVID-19) Pandemic and Work from Home: Challenges
of Cybercrimes and Cybersecurity. SSRN Electronic Journal.
https://doi.org/10.2139/ssrn.3568830
Anderson, D., & Kelliher, C. (2009). Flexible working and engagement: the importance of
choice. Strategic HR Review, 8(2), 13–18. https://doi.org/10.1108/14754390910937530
Burnett, S., Gatrell, C., Cooper, C., & Sparrow, P. (2011). Fatherhood and flexible working:
A contradiction in terms? In Creating Balance?: International Perspectives on the Work-
Life Integration of Professionals (pp. 157–171). Springer Berlin Heidelberg.
https://doi.org/10.1007/978-3-642- 16199-5_9
Cho, E. (2020). Examining boundaries to understand the impact of COVID-19 on vocational
behaviors.Journal of Vocational Behavior, 119(xxxx), 2011–2013.
https://doi.org/10.1016/j.jvb.2020.103437
Davis, K. G., Kotowski, S. E., Daniel, D., Gerding, T., Naylor, J., & Syck, M. (2020). The
Home Office:Ergonomic Lessons From the “New Normal.” Ergonomics in Design,
28(4), 4–10.https://doi.org/10.1177/1064804620937907
Duffy, C. (2020). Big tech firms ramp up remote working orders to prevent coronavirus
spread. CNN. Retrieved from https://edition.cnn.com/2020/03/10/tech/ google-work-
from-homecoronavirus/index.html
Gallagher, J. (2020). Analysis: How do we get out of lockdown? BBC News.
https://www.bbc.com/news/ health-52183295
Hartati, I. & Arfin. (2020). Strategi Pembangunan SDM Kementerian Keuangan Republik
Indonesia dalam Menghadapi Tantangan Era Disrupsi 4.0. Jurnal BPPK, Vol. 13 No. 1,
hal. 109-129.
Hogarth T, Hasluck C, Pierre G, Vivian D. (2001). Work-Life Balance 2000: Results from
the Baseline. Department for Education and Employment Research, Report RR249.
Hyman, J., Baldry, C., Scholarios, D., & Bunzel, D. (2003). Work-life imbalance in call
centres and software development. British Journal of Industrial Relations, 41(2), 215–
239. https://doi.org/10.1111/1467-8543.00270
Idris, M. (2020). Usai Corona, Sri Mulyani Bebaskan PNS Kemenkeu Kerja dari Mana Saja,
Ini Syaratnya. https://money.kompas.com/read/2020/05/17/111323626/usai-corona-sri-
mulyanibebaskan-pns-kemenkeu-kerja-dari-mana-saja ini?page =all
McKibben, W., & Fernando, R. (2020). Centre for Applied Macroeconomic Analysis The
Global Macroeconomic Impacts of COVID-19: Seven Scenarios. Centre for Applied
Macroeconomic Analysis, 1–45.
https://cama.crawford.anu.edu.au/sites/default/files/publication/cama_crawford_anu_ed
u _au/2020-03/19_2020_mckibbin_fernando_0.pdf
Paul, K. (2020). Twitter announces employees will be allowed to work from home ‘for-
ever’. The Guardian. https://www.theguardian.com/technology/2020/may/12/ twitter-
coronavirus-covid19-work-from-home.
Waizenegger, L., McKenna, B., Cai, W., & Bendz, T. (2020). An affordance perspective of
team collaboration and enforced working from home during COVID-19. European
Journal of Information Systems, 29(4), 429–442.
https://doi.org/10.1080/0960085X.2020.1800417
Walker, A., Gt, P., Walker, P. G. T., Whittaker, C., & Watson, O. (2020). O impacto global
do COVID-19 e as estratégias de atenuação e supressão ok. 1–16