Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu kedokteran Kehakiman dan Medikolegal (Forensik Kedokteran) adalah

cabang spesialistik ilmu kedokteran yang memanfaatkan ilmu kedokteran untuk

membantu penegakan hukum dan masalah-masalah di bidang hukum, salah satunya

adalah hukum pidana, serta berperan dalam membantu kepolisian untuk

menegakkan keadilan.1

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka, cedera serta

hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksudkan

dengan luka adalah suatu ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.

Trauma merupakan pengertian medis terhadap cedera, baik berupa trauma tumpul

ataupun trauma tajam. Dalam prakteknya seringkali terdapat kombinasi trauma yang

disebabkan oleh satu jenis penyebab, sehingga klasifikasi trauma ditentukan oleh alat

penyebab dan usaha yang menyebabkan trauma.1

Traumatologi secara umum berasal dari gabungan 2 kata yaitu trauma dan

logi, sehingga dapat dikatakan bahwa traumatologi adalah cabang ilmu kedokteran

yang mempelajari berbagai luka / cedera oleh karena kekerasan serta interaksi antar

luka dan kekerasan itu. Hasil dari trauma adalah suatu luka, perdarahan atau

hambatan dalam fungsi organ. Penyebab trauma diklasifikasikan dalam beberapa

1
cara, diantaranya kekuatan mekanik, suhu, kimia, elektromagnet, asfiksia dan trauma

emboli. Dalam prakteknya nanti seringkali terdapat kombinasi trauma yang

disebabkan oleh suatu jenis penyebab, sehingga klasifikasi trauma ditentukan oleh

alat penyebab dan usaha yang menyebabkan trauma.1

Trauma yang akan menimbulkan luka dan cedera. Luka merupakan suatu

keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Berdasarkan sifat dan

penyebabnya trauma dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat mekanik baik

karena benda tajam, benda tumpul, maupun tembakan senjata api; fisika serta kimia.2

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Trauma

Trauma adalah suatu gangguan / kekerasan yang mengakibatkan hilangnya /

putusnya kontiunitas dari jaringan tubuh akibat kekerasan / ruda paksa. Traumatologi

adalah ilmu (cabang ilmu kedokteran) yang mempelajari berbagai luka / cedera oleh

karena kekerasan serta interaksi antar luka dan kekerasan itu.6

2.2 Klasifikasi Trauma

Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada fisik

ataupun psikisnya. Dalam ilmu kedokteran Forensik efek fisik berupa luka-luka yang

ditemukan dalam tubuh/ fisik korban lebih diperiksa dengan teliti. Sehingga ditinjau

dari berbagai sudut dan kepentingan, luka itu sendiri dapat diklasifikasikan

berdasarkan.3

a. Etiologi

Trauma Mekanik

1. Kekerasan Tumpul.

a) Luka memar (bruise, contusion)

b) Luka lecet (abration)

c) Luka robek (laceration)

d) Patah tulang pergeseran sendi (fraktur, dislocation)

3
2. Kekerasan tajam

a) Luka sayat (incised wound)

b) Luka tusuk, tikam (punctured wound)

c) Luka bacok (chopped wound)

3. Luka tembak (fire arm wound)

Luka Thermis (suhu)

1. Temperatur panas

a) Terpapar suhu panas (heat stroke, heat exhaustion, heat cramp)

b) Benda panas (luka bakar dan scald)

2. Temperatur dingin

a) Terpapar dingin (hipothermia)

b) Efek local (frost bite)

Luka Kimiawi

a) Zat korosif

b) Zat iritatif

Luka listrik, radiasi, ledakan, dan petir

b. Derajat Kualifikasi Luka

1. Luka ringan

2. Luka sedang

3. Luka berat

4
c. Medikolegal

1. Perbuatan sendiri (suicide) terkadang dijumpai luka percobaan (tentative

wound).

2. Perbuatan orang lain (homicide) terkadang dijumpai luka tangkis

(denfence wound).

3. Kecelakaan (accidental).

d. Waktu Kematian

1. Ante mortem.

2. Post mortem.

2.3 Trauma Tumpul

Suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kekerasan mekanik dari benda

tumpul (benda-benda yang mempunyai permukaan tumpul / keras / kasar seperti :

batu, kayu, martil, kepalan tangan, kuku, dll) terhadap jaringan tubuh yang

mengakibatkan luka / cedera / trauma.6

Kekerasan oleh benda keras dan tumpul dapat mengakibatkan berbagai macam

jenis luka, antara lain :

2.3.1.Memar (Kontusio)

Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat pecahnya

kapiler dan vena. Merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan

jaringan tanpa disertai discontinuitas permukaan kulit.1

Pada saat timbul memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau

hitam setelah 4-5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan menjadi kuning

5
dalam 7-10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14-15 hari. Perubahan warna

tersebut berlangsung mulai dari tepi.5

Pada orang yang menderita penyakit defisiensi atau menderita kelainan darah,

kerusakan yang terjadi akan lebih besar dibanding orang normal. Oleh sebab itu,

besar kecilnya memar tidak dapat dijadikan ukuran untuk menentukan besar kecilnya

benda penyebabnya atau keras tidaknya pukulan.1

Dilihat sepintas luka memar terlihat seperti lebam mayat, tetapi jika diperiksa

dengan seksama akan dapat dilihat perbedaannya5 :

Memar Lebam Mayat


 Lokasi  Bisa dimana saja  Pada bagian
 Pembengkakan  Positif terendah
 Bila ditekan  Warna tetap  Negatif
 Mikroskopik  Reaksi jaringan  Memucat / hilang
(+)  Reaksi jaringan (-)

2.3.2.Luka Lecet (Abrasi)

Luka lecet atau abrasi adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya

lapisan luar dari kulit, yang ciri-cirinya adalah :

 Bentuk luka tidak teratur

 Batas luka tidak teratur

 Tepi luka tidak rata

 Kadang-kadang ditemukan sedikit perdarahan

 Permukaan tertutup oleh krusta

 Warna coklat kemerahan

6
 Pada pemeriksaan mikroskopis terlihat adanya beberapa bagian yang masih

tertutup epitel dan reaksi jaringan.1

Luka lecet dapat terjadi superfisial jika hanya epidermis saja yang terkena, lebih

dalam ke lapisan bawah kulit (dermis) atau lebih dalam lagi sampai ke jaringan lunak

bawah kulit. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah

dapat terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat ditentukan

dengan pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat digunakan. Tanda yang pertama

adalah arah dimana epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan

kedalaman pada luka yang menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya.4

Perkiraan umur luka lecet:

Umur luka lecet secara makroskopis maupun mikroskopis dapat diperkirakan sebagai

berikut:

 Hari ke 1  berwarna coklat kemerahan karena eksudasi darah dan cairan

limfe.

 2-3 hari kemudian pelan-pelan bertambah suram dan lebih gelap.

  Setelah 1-2 minggu mulai terjadi pembentukan epidermis baru.

 Dalam beberapa minggu akan timbul penyembuhan lengkap.6

Walaupun kerusakan yang ditimbulkan minimal sekali, luka lecet mempunyai arti

penting di dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman, oleh karena dari luka tersebut dapat

memberikan banyak hal, misalnya: 

7
 Petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat dalam

tubuh, seperti hancurnya jaringan hati, ginjal, atau limpa, yang dari

pemeriksaan luar hanya tampak adanya luka lecet di daerah yang sesuai

dengan alat-alat dalam tersebut.

 Petunjuk perihal jenis dan bentuk permukaan dari benda tumpul yang

menyebabkan luka, seperti : 

 Luka lecet tekan pada kasus penjeratan atau penggantungan, akan tampak

sebagai suatu luka lecet yang berwarna merah-coklat, perabaan seperti

perkamen, lebarnya dapat sesuai dengan alat penjerat dan memberikan

gambaran/cetakan yang sesuai dengan bentuk permukaan dari alat penjerat,

seperti jalianan tambang atau jalinan ikat pinggang. Luka lecet tekan dalam

kasus penjeratan sering juga dinamakan “jejas jerat”, khususnya bila alat

penjerat masih tetap berada pada leher korban.

 Di dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban terlindas oleh ban

kendaraan, maka luka lecet tekan yang terdapat pada tubuh korban seringkali

merupakan cetakan dari ban kendaraan tersebut, khususnya bila ban masih

dalam keadaan yang cukup baik, dimana “kembang” dari ban tersebut masih

tampak jelas, misalnya berbentuk zig-zag yang sejajar. Dengan demikian di

dalam kasus tabrak lari, informasi dari sifat-sifat luka yang terdapat pada

tubuh korban sangat bermanfaat di dalam penyidikan.

8
 Dalam kasus penembakan, yaitu bila moncong senjata menempel pada tubuh

korban, akan memberikan gambaran kelainan yang khas yaitu dengan adanya

“jejas laras”, yang tidak lain merupakan luka lecet tekan. Bentuk dari jejas

laras tersebut dapat memberikan informasi perkiraan dari bentuk moncong

senjata yang dipakai untuk menewaskan korban.

 Di dalam kasus penjeratan dengan tangan (manual strangulation), atau yang

lebih dikenal dengan istilah pencekikan, maka kuku jari pembunuh dapat

menimbulkan luka lecet yang berbentuk garis lengkung atau bulan sabit;

dimana dari arah serta lokasi luka tersebut dapat diperkirakan apakah

pencekikan tersebut dilakukan dengan tangan kanan, tangan kiri atau

keduanya. Di dalam penafsiran perlu hati-hati khususnya bila pada leher

korban selain didapatkan luka lecet seperti tadi dijumpai pula alat penjerat;

dalam kasus seperti ini pemeriksaan arah lengkungan serta ada tidaknya kuku-

kuku yang panjang pada jari-jari korban dapat memberikan kejelasan apakah

kasus yang dihadapi itu merupakan kasus bunuh diri atau kasus pembunuhan,

setelah dicekik kemudian digantung. 

 Dalam kasus kecelakaan lalu-lintas dimana tubuh korban bersentuhan dengan

radiator, maka dapat ditemukan luka lecet tekan yang merupakan cetakan dari

bentuk radiator penabrak.

Petunjuk dari arah kekerasan, yang dapat diketahui dari tempat dimana kulit ari

yang terkelupas banyak terkumpul pada tepi luka; bila pengumpulan tersebut terdapat

9
di sebelah kanan maka arah kekerasan yang mengenai tubuh korban adalah dari arah

kiri ke kanan. Di dalam kasus-kasus pembunuhan dimana tubuh korban diseret maka

akan dijumpai pengumpulan kulit ari yang terlepas yang mendekati ke arah tangan,

bila tangan korban dipegang; dan akan mendekati ke arah kaki bila kaki korban yang

dipegang sewaktu korban diseret.7

Sesuai dengan mekanisme terjadinya luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai:

1. Luka lecet gores

Diakibatkan oleh benda runcing, misal kuku jari, yang menggeser lapisan

permukaan kulit (epidermis) dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga

dapat menunjukkan arah kekerasan yang terjadi.

2. Luka lecet serut

Variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan kulit

lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat letak tumpukan epitel.

3. Luka lecet tekan

Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul terhadap kulit. Karena kulit adalah

jaringan yang lentur, maka bentuk luka belum tentu sama dengan permukaan benda,

tetapi masih mungkin untuk mengidentifikasi benda penyebab yang mempunyai

bentuk khas, misal kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan, dsb. Gambaran yang

ditemukan adalah daerah kulit yang kaku dengan warna lebih gelap dari sekitarnya.

10
4. Luka lecet geser

Disebabkan oleh tekanan linier kulit disertai gerakan bergeser, misalnya pada

kasus gantung atau jerat. Luka lecet geser yang terjadi semasa hidup sulit dibedakan

dari luka lecet geser yang terjadi segera pasca mati.5

Perbedaan luka lecet ante motem dan post mortem3

ANTE MORTEM POST MORTEM


1. Coklat kemerahan 1. Kekuningan

2. Terdapat sisa sisa-sisa 2. Epidermis terpisah sempurna dari


epitel dermis

1. Tanda intravital (+) 3. Tanda intravital (-)

2. Sembarang tempat 4. Pada daerah yang ada penonjolan


tulang

2.3.3.Luka Robek (Lacerasi)

Luka robek (vulnus laceratum) / luka terbuka  adalah luka yang disebabkan

karena persentuhan dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek

seluruh lapisan kulit dan jaringan di bawahnya, yang ciri – cirinya sebagai berikut:

- Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata

- Bila ditautkan tidak dapat rapat (karena sebagaian jaringan hancur)

- Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan

- Di sekitar garis batas luka di temukan memar

Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang (misalnya

daerah kepala, muka atau ekstremitas). Karena terjadinya luka disebabkan oleh

11
robeknya jaringan maka bentuk dari luka tersebut tidak menggambarkan bentuk dari

benda penyebabnya. Jika benda tumpul yang mempunyai permukaan bulat atau

persegi dipukulkan pada kepala maka luka robek yang terjadi tidak berbentuk bulat

atau persegi.1

Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan

kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa,

permukaan benda tersebut cukup lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang

menyebabkan laserasi. Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing

tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan

menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi ireguler

dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih

rata dari benda tersebut yang mengalami indentasi.

Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan

dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan. Jembatan jaringan, tepi

luka yang ireguler, kasar dan luka lecet membedakan laserasi dengan luka oleh benda

tajam seperti pisau. Tepi dari laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan.

Tepi yang paling rusak dan tepi laserasi yang landai menunjukkan arah awal

kekerasan. Sisi laserasi yang terdapat memar juga  menunjukkan arah awal kekerasan.

Bentuk dari laserasi tidak dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab

kekerasan tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang

berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan terjadi. Sehingga pukulan yang terjadi

12
karena palu tidak harus berbentuk permukaan palu atau laserasi yang berbentuk

semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung laserasi yang sudutnya berbeda

dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan “swallow tails”. Beberapa benda

dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip.

Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut, perubahan

tersebut tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan awal yaitu pembekuan dari

darah, yang berada pada dasar laserasi dan penyebarannya ke sekitar kulit atau

membran mukosa. Bekuan darah yang bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan

bergabung membentuk eskar atau krusta. Jaringan parut pertama kali tumbuh pada

dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi saluran luka. Kemudian, epitel mulai

tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan penyembuhan selesai. Skar tersebut tidak

mengandung apendises meliputi kelenjar keringat, rambut dan struktur lain.

Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak seperti

luka atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera, beberapa hari, dan lebih

dari beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan ddengan yang

terjadi saat korban hidup yaitu tidak adanya perdarahan.

Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa

adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi

terus menerus. Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis

dapat menyebabkan perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan

kematian. Adanya diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan

13
kuman yang berasal dari permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka  masuk

ke dalam jaringan. Port d’entree tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya

penyembuhan luka yang sempurna.  Bila luka terjadi dekat persendian maka akan

terasa nyeri, khususnya pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut

sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang terjadi

pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat menyebabkan emboli

lemak pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat

dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan

limpa.

Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang

dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat menyebabkan

perdarahan hebat.4

2.3.4.Fraktur

Fraktur adalah suatu diskontinuitas tulang. Istilah fraktur pada bedah hanya

memiliki sedikit makna pada ilmu forensik.  Pada bedah, fraktur dibagi menjadi

fraktur sederhana dan komplit atau terbuka.

Terjadinya fraktur selain disebabkan suatu trauma juga dipengaruhi beberapa

faktor seperti komposisi tulang tersebut. Anak-anak tulangnya masih lunak, sehingga

apabila terjadi trauma khususnya pada tulang tengkorak dapat menyebabkan

kerusakan otak yang hebat tanpa menyebabkan fraktur tulang tengkorak. Wanita usia

14
tua sering kali telah mengalami osteoporosis, dimana dapat terjadi fraktur pada

trauma yang ringan. 

Pada kasus dimana tidak terlihat adanya deformitas maka untuk mengetahui ada

tidaknya fraktur dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan sinar X, mulai dari

fluoroskopi, foto polos. Xero radiografi merupakan teknik lain dalam mendiagnosa

adanya fraktur.

Fraktur mempunyai makna pada pemeriksaan forensik. Bentuk dari fraktur dapat

menggambarkan benda penyebabnya (khususnya fraktur tulang tengkorak), arah

kekerasan. Fraktur yang terjadi pada tulang yang sedang mengalami penyembuhan

berbeda dengan fraktur biasanya. Jangka waktu penyembuhan tulang berbeda-beda

setiap orang. Dari penampang makros dapat dibedakan menjadi fraktur yang baru,

sedang dalam penyembuhan, sebagian telah sembuh, dan telah sembuh sempurna.

Secara radiologis dapat dibedakan berdasarkan akumulasi kalsium pada kalus.

Mikroskopis dapat dibedakan daerah yang fraktur dan daerah penyembuhan.

Penggabungan dari metode diatas menjadikan akurasi yang cukup tinggi. Daerah

fraktur yang sudah sembuh tidaklah dapat menjadi seperti tulang aslinya. 

Perdarahan merupakan salah satu komplikasi dari fraktur. Bila perdarahan sub

periosteum terjadi dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan disfungsi organ tersebut.

Apabila terjadi robekan pembuluh darah kecil dapat menyebabkan darah terbendung

disekitar jaringan lunak yang menyebabkan pembengkakan dan aliran darah balik

dapat berkurang. Apabila terjadi robekan pada arteri yang besar terjadi kehilangan

darah yang banyak dan dapat menyebabkan pasien shok sampai meninggal. Syok

15
yang terjadi pada pasien fraktur tidaklah selalu sebanding dengan fraktur yang

dialaminya.

Selain itu juga dapat terjadi emboli lemak pada paru dan jaringan lain. Gejala

pada emboli lemak di sereberal dapat terjadi 2-4 hari setelah terjadinya fraktur dan

dapat menyebabkan kematian. Gejala pada emboli lemak di paru berupa distres

pernafasan dapat terjadi 14-16 jam setelah terjadinya fraktur yang juga dapat

menyebabkan kematian. Emboli sumsum tulang atau lemak merupakan tanda

antemortem dari sebuah fraktur.

Fraktur linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya fraktur depresi

tidaklah begitu berat kecuali terdapat robekan pembuluh darah yang dapat membuat

hematom ekstra dural, sehingga diperlukan depresi tulang secepatnya. Apabila ujung

tulang mengenai otak dapat merusak otak tersebut, sehingga dapat terjadi penurunan

kesadaran, kejang, koma hingga kematian.4

PERBEDAAN TRAUMA TAJAM DAN TRAUMA TUMPUL

BENDA TUMPUL BENDA TAJAM


Bentuk garis batas luka tidak teratur dan Garis batas luka tegas
tepi luka tidak rata
Bila ditautkan tidak dapat rapat (karena Bila ditautkan membentuk garis lurus
sebagian jaringan hancur)
Tebing luka tidak rata dan terdapat Tebing luka rata, tidak ada jembatan
jembatan jaringan jaringan
Disekitar garis batas luka ditemukan Bisa tidak diitemuka memar
memar
Lokasi luka lebih mudah terjadi pada Bentuk luka bergantung dari cara benda
daerah yang dekat tulang (misalnya tajam tersebut mengenai sasaran
daerah kepala, muka dan ekstremitas)

16
BAB III

LAPORAN KASUS

Seorang laki-laki berinisial A, usia 18 tahun datang diantar warga ke RSUD

Deli Serdang Lubuk Pakam pada tanggal 16 November 2018 sekitar pukul 20.30

WIB. Korban tersebut telah mengalami kecelakaan lalu lintas sepeda motor ketika

berada di kendaraan roda dua yang tersungkur ke tepi jalan desa sarang burung pantai

labu yang mengakibatkan korban mengalami luka memar disekitar kelopak mata

kanan, luka robek dilutut sebelah kanan, dan luka lecet di tungkai bawah sebelah

kanan.

Identitas umum:

-Nama : Ardiansyah -Warna Kulit : Sawo matang

-Jenis kelamin : Laki-laki -Warna Pelangi mata : Coklat

-Umur : 18 Tahun -Ciri Rambut : Hitam, lurus

-Tinggi : 160 cm -Berat badan : 60 kg

Fisik diagnostik

-Kesadaran : Compos mentis -Tekanan darah : 110/70 mmHg

-Pernafasan : 22 x/i -Detak nadi : 86 x/i

17
Benda di tubuh korban : Tidak diketahui

Perhiasan korban : Tidak diketahui

Pemeriksaan luar : Luka memar disekitar kelopak mata sebelah

kanan panjang tiga sentimeter lebar empat sentimeter. Luka robek di lutut

sebalah kanan panjang lima koma lima centimeter lebar dua centimeter, tepi

luka tidak rata, disekitar garis batas luka ditemukan memar. Luka lecet di

tungkai bawah sebalah kanan panjang sembilan koma lima sentimeter lebar

dua sentimeter, berwarna kemerahan, tepi luka tidak rata, disekitar garis batas

luka ditemukan memar

18
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini dilaporkan seorang laki-laki, usia 18 tahun mengalami

dijumpai luka memar disekitar kelopak mata kanan, luka robek dilutut sebelah kanan,

dan luka lecet di tungkai bawah sebelah kanan.

Dari pemeriksaan yang dilakukan, dijumpai korban mengalami trauma tumpul

(luka robek) yang ditandai dengan ciri disekitar garis batas luka ditemukan memar,

panjang dan lebar luka lebih besar dari dalamnya luka, tepi luka tidak rata.

Jenis benda yang menyebabkan luka merupakan benda tumpul. Kualifikasi

luka yang dialami os adalah luka ringan / luka derajat 1 yaitu tidak Menimbulkan

Penyakit atau halangan untuk menjalankan jabatan atau pekerjaan (KUHP 352)

19
BAB V

KESIMPULAN

Dari pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa seorang laki-laki,

umur 18 tahun, dijumpai luka memar disekitar kelopak mata kanan, luka robek dilutut

sebelah kanan, dan luka lecet di tungkai bawah sebelah kanan. Dari hasil pemeriksaan

luka berasal dari trauma tumpul . Kualifikasi luka merupakan luka ringan / derajat

satu.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Amir, Amri. Ilmu Kedokteran Forensik Ed.2. Ramadhan. Medan: 2014.

2. Gani, Husni. Ilmu Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Andalas. 2007

3. Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Ed.3. FKUI. Jakarta. 2000

4. Traumatologi Forensik. Diunduh dari

http://www.freewebs.com/traumatologie2/index.htm 

5. Budiyanto A, Widiatmika W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik.

FK-UI. Jakarta. 1997

6. Gafar AP. Trauma Tumpul. Ibnu Sina Biomedika Volume 1, No. 2. FKUMSU

Sumut. 2017.

21

Anda mungkin juga menyukai