Anda di halaman 1dari 12

Departemen Keperawatan Jiwa

LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL ANSIETAS

Preseptor Institusi,

Rasmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.J

Disusun Oleh:

Ummu Alfatimah, S.Kep


NIM: 70900119026

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
2021

1
BAB 1
KONSEP DASAR MEDIS

A. DEFENISI
Ansietas merupakan salah satu dampak psikologis dari masalah gangguan
mental emosional (Sutejo, Keliat & Hastono, 2011).
Ansietas didefenisikan sebagai gangguan kejiwaan yang paling umum
dengan gejala kehawatiran yang berlebih, hiperarousal, serta ketakutan yang
kontraproduktif dan melemahkan. Meskipun kurang terlihat seperti skizofrenia,
depresi atau gangguan bipolar, ansietas bisa sama-sama melumpuhkan.
Ansietas sering dikaitkan dengan beban penyakit yang tinggi (Azzahra,dkk,
2020)
B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menimbulkan kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat
berupa:
a. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu naik krisis perkembangan atau
situasional
b. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara ide dan superego atau antara keinginan dan
kenyataan yang menimbulkan kecemasan pada individu
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi knsep diri
individu
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam
keluarga
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan engatasi kecemasan
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodizepin, karena benzodizepin dapat menekan
neurotransmiter gama amino butyric acid (GABA) yang mengontrol

2
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan
kecemasan.

2. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan tibulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a. Ancaman terhadap intregitas fisik.Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi:
1) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya
hamil).
2) Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal
3) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber eksternal dan internal
b. Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman
terhadap intergritas fisik juga dapat mengancam harga diri
c. Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya [ CITATION Pra14 \l
1057 ]
C. MANIFESTASI KLINIS
Respon yang muncul saat individu mengalami ansietas, antara lain:
khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung,
merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, takut sendirian, takut
pada keramaian dan banyak orang, gangguan pola tidur, mimp yang
menegangkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat, keluhan somatik (rasa
sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak
napas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala) (PH,
Liviana, dkk,2018)
D. PATOFISIOLOGI
1. Model Noradrenergik
a. Sistem saraf autonom penderita ansietas bersifat hipersensitif dan
mempunyai reaksi yang berlebihan terhadap berbagai jenis
stimulasi/rangsangan.
b. LC (locus ceruleus) sebagai pusat alarm.
c. Akan mengaktivasi pelepasan NE dan

3
d. Menstimulasi sistem saraf simpatik dan parasimpatik.
2. Model Reseptor GABA
a. GABA = major inhibitor neurotransmitter di CNS
b. Benzodiazepin = meningkatkan efek inhibisi dari GABA
c. Secara fungsional dan structural, reseptor benzodiazepin berhubungan
dengan reseptor GABA tipe A (GABA) dan chanel ion yang dikenal
sebagai GABA-BZ reseptor complex.
d. Pada pasien dengan GAD, ikatan BZ, pada lobus temporal bagian kiri itu
menurun.
3. Model Serotonin
a. Ansietas berhubungan dengan transmisi 5HT yang berlebihan atau
overaktivitas dari simulasi jalur 5HT
b. Mekanisme kerja 5HT terhadap anxietas belum jelas.
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan dan terapi memerlukan suatu
metode pendekatan yang bersiat holistik, yaitu mencakup fiisik (somatik),
psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkapnya yaitu:
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara:
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2. Terapi psikofarmaka, terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat
anti cemas (anxuolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, romazepam,
lorazepam, buspirone Hcl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi Somatik, gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai
gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat dierikan obat-
obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan
4. Psikoterapi, psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu,
antara lain:
a. Psikoterapi Suportif

4
b. Psikoterapi re-edukatif
c. Psikoterapi re-konstruktif
d. Psikoterapi kognitif
e. Psikoterapi psikodinamik
f. Psikoterapi keluarga
5. Psikoterapi psikoreligius, untuk meningkatkan keimanan seseorang yang
erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi
berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial
F. POHON MASALAH

Menurut, Yusuf, A.H, (2015)., Pasien biasanya memiliki lebih dari 1


maslaah keperawatan, sejumlah masalah pasien akan saling berhubungan dan
dapat digambarkan sebagai pohon masalah. Untuk membuat pohon masalah
minimal harus ada 3 masalah yang berekedudukan sebagai :
1. Penyebab (Causa)
2. Masalah utama (Core problem)
3. Akibat (effect)

Causa :
Gangguan Pola Tidur

Core Problem :
Ansietas

Effect : Kurang pengetahuan

5
BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian pasien ansietas dapat dilakukan melalui wawancara dan observasi
kepada pasien dan keluarga.
1. Anamnesis/ wawancara, Tanda dan gejala ansietas dapat ditemukan dengan
wawancara, melalui bentuk pertanyaan sebagai berikut, contohnya:
a. Coba ibu/bapak ceritakan masalah yang menghantui fikiran ibu setelah
operasi ?
b. Coba ibu/bapak ceritakan apa yang dirasakan pada saat memikirkan
masalah yang dialami terutama setelah operasi?
c. Apakah ada kelurhan lain yang dirasakan
d. Apakah keluhan tersebut menganggu aktifitas atau kegiatan sehari-hari
2. Observasi, Tanda dan gejala ansietas yang dapat ditemukan melalui
observasi adalah sebagai berikut: Ekspresi wajah terlihat tegang, rentang
perhatian menyempit, perubahan tanda-tanda vital (nadi dan tekanan darah
naik), tampak sering nafas pendek, gerakan tersentak – sentak, meremas-
remas tangan dan tampak bicara banyak dan lebih cepat.
3. Kaji faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan seperti:
a. Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasandengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
b. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan
kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

6
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realistissehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri
individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam
keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan
neurotrasmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan
kecemasan.
4. Kaji stressor presipitasi
Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian:
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang
mengancam integritas fisik meliputi:
1) Sumber internal, mrliputi kegagalan mekanisme
fisiologis system imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis
normal (mis.hamil)
2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadapinfeksi
virus dan bakteri, polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.

7
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan
eksternal.
1) Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan
interpersonal dirumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap
peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat
mengancanm harga diri.
2) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai,
perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social
budaya.

5. Kaji perilaku
Secara langsung kecemasan dapat di ekspresikan melalui respon fisiologis
dan psikologis dan secara tidak langsung melalui pengambangan
mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan.
a. Respon fisiologis.
Mengaktifkan system saraf otonom(simpatis dan parasimpatis)
b. Respon psikologologis.
Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal maupun personal.
c. Respon kognitif.
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses pikir
maupun isis pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan,
konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunya lapangan persepsi,
bingung.
d. Respon afektif.
Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga
berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.
6. Kaji penilaian terhadap stressor
7. Kaji sumber dan mekanisme koping
8. Rentang perhatian menurun
9. Gelisah, iritabilitas
10. Kontrol impuls buruk
11. Perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau tidak berdaya

8
12. Deficit lapangan persepsi
13. Penurunan kemampuan berkomunikasi secara verbal
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas

9
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSIS RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


PERTEMUAN PERTAMA PERTEMUAN KEDUA PERTEMUAN KETIGA DST
Ansietas Pasien Pasien Pasien
1. Kaji ansietas pasien 1. Evaluasi ansietas dan kemampuan 1. Evaluasi ansietas dan kemampuan
2. Bantu pasien mengenal ansietas pasien melakukan tarik napas dalam tarik nafas dalam, distraksi,
a. Mengidentifikasi dan dan distraksi teknik lima jari, spiritual. Beri
menguraikan perasaannya 2. Latihan hypnosis diri sendiri (teknik pujian
b. Mengenal penyebab ansietas lima jari) dan kegiatan spiritual 2. Latih sampai membudaya
c. Menyadari perilaku akibat 3. Anjurkan pasien melakukan Tarik 3. Nilai kemampuan yang telah
ansietas napas dalam (setiap dua jam), mandiri
3. Latih teknik relaksasi distraksi (setiap saat), teknik lima jari 4. Nilai dampaknya pada ansietas
a. Tarik napas dalam (5 kali setiap (lima kali sehari) dan kegiatan
latihan) spiritual (disesuaikan)
b. Distraksi (baca, bercakap-cakap,
nonton tv)
4. Anjurkan latihan napas dalam tiap 2
jam, distraksi setiap saat (kecuali
saaat tidur

10
11
DAFTAR PUSTAKA

Azzahra, Fatimah, dkk.2020. Farmakoterapi Gangguan Ansietas dan Pengaruh


Jenis Kelamin Terhadap Efikasi Antiansietas. Jurnal. Vol.8.No.1.November
2019-Februari 2020.JIMKI.

PH, Liviana, dkk.2018.Penurunan Tingkat Ansietas Mahasiswa Dalam Menyusun


Skripsi Melalui Terapi Generalis Ansietas. Jurnal. Jurnal Ilmu Keperawatan
Jiwa Volume 1 No 2, Hal 76 – 82, November 2018. ISSN 2621-2978 (media
online)

Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika

Sutejo, Keliat, &Hastono. 2011. Penurunan Ansietas Melalui Logoterapi


Kelompok Pada Penduduk Pasca-Gempa Di Kabupaten Klaten. Jurnal. Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Yogyakarta: Jurnal
Keperawatan Indonesia

12

Anda mungkin juga menyukai