YANG DITELITI
Dasar Teori
II. Kesahihan
Istilah kesahihan, disebut pula sebagai validitas, menunjukkan berapa dekat alat
ukur menyatakan apa yang seharusnya diukur. Contoh yang ekstrem untuk
menyatakan kesahihan adalah: timbangan merupakan alat yang sahih untuk
mengukur berat abdan, namun volume air mata bukan alat ukur yang sahih untuk
menyatakan kesedihan. 1
Kesahihan hasil suatu pengukuran dipengaruhi oleh bias pengukuran
(measurement bias); makin besar bias, makin kurang sahih pengukuran. Analog
dengan variabilitas keandalan pengukuran, terdapat 3 bias pengukuran yaitu bias
pengamat, bias subyek, dan bias instrumen. 1
Bias pengamat adalah distorsi yang konsisten, baik disadari atau tidak, yang
dilakukan oleh peneliti dalam menilai maupun melaporkan hasil pengukuran. Bias
subyek adalah distorsi yang konsisten oleh subyek; sedangkan bias instrument
adalah kesalahan sistematik akibat tidak akuratnya alat ukur. Bias ini akan
memberikan hasil yang menyimpang dari nilai sebenarnya.1
Penilaian kesahihan alat ukur
a. Kesahihan alat ukur berskala numerik
Penilaian kesahihan alat ukur variabel berskala numeric dilakukan dengan cara
membandingkan alat ukur tersebut dengan alat ukur yang baku sebagai penera.
Misalnya, timbangan untuk mengukur berat badan dibandingkan dengan
timbangan baku, kemudian dinyatakan sebagai selisih rerata nilai baku dengan
nilai pengukuran yang diperoleh, dibagi dengan nilai baku.1
b. Kesahihan alat ukur berskala nominal
Alat ukur untuk variabel berskala nominal dapat dinilai dengan cara
membandingkan dengan alat diagnostik terbaik yang ada (gold standard).
Dengan cara tersebut dapat diperoleh nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai
prediksi, serta rasio kemungkinan.1
Hubungan antara keandalan dan kesahihan
Keandalan maupun kesahihan suatu pengukuran bukanlah merupakan sesuatu yang
all or none, andal-sahih atau tidak andal-tidak sahih , akan tetapi lebih merupakan ‘daerah
kelabu’. Keandalan dan kesahihan alat ukur atau pengukuran biasanya dinyatakan secara
kualitatif sebagai amat buruk, buruk, kurang, cukup, baik atau sangat baik. Kedua
karakteristik pengukuran tersebut hendaknya dipandang sebagai dua hal yang terpisah. Suatu
pengukuran dapat mempunyai kenadalan yang sangat baik namun kesahihannya kurang,
tetapi dapat pula kesahihannya cukup sedang keandalannya buruk.1
KRITISI
Pada penelitian seperti di atas, peneliti melakukan pengambilan data bersumber dari data
sekunder, dan menggunakan formulir isian untuk observasi, dan bukan dalam bentuk
kuesioner berupa daftar pertanyaan. Sebagaimana kita ketahui bahwa kuesioner merupakan
alat pengumpulan data primer dengan metode survey untuk memperoleh opini responden.3
Kuesioner yang lebih baik digunakan dalam penelitianseperti ini adalah kuesioner dalam
bentuk daftar pertanyaan. Dimana daftar pertanyaan merupakan suatu sarana pengumpulan
data untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya tentang suatu keadaan. Kuesioner
mempunyai peranan penting sebab di dalamnya mencakup semua tujuan dari
survey/penelitian. Di samping sudah tercakupnya tujuan dari surveinya, suatu kuesioner yang
baik harus juga memenuhi persyaratan: mudah ditanyakan, mudah dijawab, dan mudah
diproses.2
Pengumpulan data menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) biasanya dilakukan
dengan teknik wawancara. Kuesioner sebenarnya sudah mencakup 2 jenis daftar isian
pertama dan ke dua dan sifatnya lebih luas dan lengkap. Hal ini disebabkan adanya dialog
antara pewawancara (interviewer) dengan responden sehingga memungkinkan
didapatkannnya jawaban yang lebih akurat.2
Kuesioner dalam bentuk formulir isian untuk observasi yang digunakan diatas menurut
saya tidak salah. Adapun penelitian tersebut bila menggunakan kuesioner tanpa teknik
wawancara langsung terhadap respondennya dapat digunakan untuk kondisi waktu penelitian
yang pendek, tentu dengan mengambil sumber data sekunder, peneliti dengan mudah
mengumpulkan data penelitian dengan menggunakan kuesioner berupa formulir isian untuk
observasi, dan kemudian diolah dan dianalisis. Meskipun, kuesioner berupa daftar pertanyaan
menggunakan teknik wawancara adalah teknik pengukuran yang lebih baik bila desain
penelitian tersebut penelitian kohort.
Adapun variabel-variabel yang diteliti di atas didominasi variabel nominal, dimana kita
ketahui salah satu cara untuk menilai keandalan pengukuran berskala nominal yang banyak
digunakan adalah penentuan nilai kappa (k). Kappa merupakan suatu statistik yang
mengukur kesesuaian antara variabel berkala nominal dikotom. Nilai kappa merupakan
perbandingan antara kesesuaian bukan akibat peluang dengan kemungkinan terbesar
kesesuaian bukan akibat peluang untuk set data tersebut. Nilai kappa yang ideal adalah 1,
namun hal ini hampir tidak pernah diperoleh. Nilai diatas 0,8 biasanya dianggap sangat baik.
Namun jenis data yang dinilai (penelitian laboratoris, klinis, atau kesehatan masyarakat) perlu
dipertimbangkan dalam menginterpretasi nilai kappa. 1Jadi, keandalan pengukuran variabel
nominal di atas bergantung pada nilai kappa nya.
Sedangkan alat ukur untuk variabel berskala nominal dapat dinilai dengan cara
membandingkan dengan alat diagnostik terbaik yang ada (gold standard). Dengan cara
tersebut dapat diperoleh nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi, serta rasio
kemungkinan.1 Pada penelitian di atas, menurut saya karena menggunakan data sekunder,
semua bergantung pada proses skrining dilapangan. Pengisian form skrining harus seragam di
tiap center vaksinasi Covid-19. Adapun, kita ketahui bersama bahwa form skrining yang
digunakan di tiap center vaksinasi Covid-19 saat ini menggunakan form skrining seragam,
yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI. Jadi, menurut hemat saya, variabel-variabel
di atas, baik akurasi dan presisi pengukurannya sudah sesuai.
DAFTAR PUSTAKA