Anda di halaman 1dari 10

Daftar Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Ukurnya.

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Kategori


.
1 Usia Definisi Konseptual: Kuesioner Interval  < 20 tahun
Lama waktu hidup semenjak dilahirkan sampai waktu menjadi akseptor  21–30 tahun
vaksin covid-19.  31–40 tahun
Kriteria Objektif:  41–50 tahun
Data usia akseptor vaksin covid-19 tercatat dalam basis data form  >51 tahun
skrining kemenkes saat registrasi vaksinasi Covid-19 di lokasi vaksinasi
Covid-19 kota Palu diukur dalam satuan tahun.
2 Jenis kelamin Definisi Konseptual: Kuesioner Nominal  Laki-laki
Identitas pasien berdasarkan ciri khas biologis organ reproduksi akseptor  Perempuan
vaksin covid-19.
Kriteria Objektif:
Data jenis kelamin akseptor vaksin covid-19 tercatat dalam basis data
form skrining kemenkes saat registrasi vaksinasi Covid-19 di lokasi
vaksinasi Covid-19 kota Palu.
3 Tingkat Definisi Konseptual: Kuesioner Ordinal  SD
pendidikan Jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh akseptor vaksin  SMP
Covid-19.  SMA
Kriteria Objektif:  Diploma
Data tingkat pendidikan akseptor vaksin covid-19 tercatat dalam basis  Sarjana
data form skrining kemenkes saat registrasi vaksinasi Covid-19 di lokasi  Pascasarjana
vaksinasi Covid-19 kota Palu.
4 Pekerjaan Definisi Konseptual: Kuesioner Nominal  PNS
Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari oleh akseptor vaksin  Wiraswasta
Covid-19 untuk mendapat upah dari pekerjaannya tersebut dalam rangka  Pengusaha
memenuhi kebutuhan hidupnya.  Pelajar
Kriteria Objektif:  Pensiunan
Data pekerjaan akseptor vaksin covid-19 tercatat dalam basis data form
skrining kemenkes saat registrasi vaksinasi Covid-19 di lokasi vaksinasi
Covid-19 kota Palu.
5 Agama Definisi Konseptual: Kuesioner Nominal  Islam
Kepercayaan rohani dan ajaran yang dianut oleh akseptor vaksin Covid-  Buddha
19.  Hindu
Kriteria Objektif:  Kristen
Data agama akseptor vaksin covid-19 tercatat dalam basis data form  Katolik
skrining kemenkes saat registrasi vaksinasi Covid-19 di lokasi vaksinasi  Kong hu chu
Covid-19 kota Palu.
6 Status Definisi Konseptual: Kuesioner Nominal  Lajang
pernikahan Kondisi terkait sudah tidaknya akseptor vaksin Covid-19 menikah.  Menikah
Kriteria Objektif:
Data status pernikahan akseptor vaksin covid-19 tercatat dalam basis data
form skrining kemenkes saat registrasi vaksinasi Covid-19 di lokasi
vaksinasi Covid-19 kota Palu.
7 Pendapatan Definisi Konseptual: Kuesioner Ordinal  <2,5 juta
bulanan Upah tetap yang dihitung dari jumlah rata-rata pendapatan yang diterima  2,5 – 5 juta
oleh akseptor vaksin Covid-19 dari hasil usaha ataupun pekerjaan setiap  6 – 10 juta
bulannya.  >10 juta
Kriteria Objektif:
Data pendapatan bulanan tercatat dalam basis data form skrining
kemenkes saat registrasi vaksinasi Covid-19 di lokasi vaksinasi Covid-19
kota Palu.
8 Tempat Definisi Konseptual: Kuesioner Nominal  Perkotaan
tinggal/lokasi Alamat tempat tinggal akseptor vaksin Covid-19.  Pedesaan
kependudukan Kriteria Objektif:
Data tempat tinggal/lokasi kependudukan akseptor vaksin covid-19
tercatat dalam basis data form skrining kemenkes saat registrasi vaksinasi
Covid-19 di lokasi vaksinasi Covid-19 kota Palu.
9 Indeks Massa Definisi Konseptual: Kuesioner Ordinal  Underweight
Tubuh (IMT) Status gizi akseptor Covid-19 yang dihitung dari hasil bagi antara berat  Normoweight
badan (kg) dan kuadrat dari tinggi badan (m).  Overweight
Kriteria Objektif:  Obese 1
Data IMT akseptor Covid-19 tercatat dalam basis data form skrining  Obese 2
kemenkes saat registrasi vaksinasi Covid-19 di lokasi vaksinasi Covid-19
kota Palu.
9 Penyakit Definisi Konseptual: Kuesioner Nominal  Asma
komorbid Penyakit penyerta yang telah diderita oleh akseptor Covid-19 dari  Diabetes
sebelum menerima vaksinasi Covid-19.  Hipertensi
Kriteria Objektif:  Peny.autoimun
Data penyakit komorbid akseptor vaksin covid-19 tercatat dalam basis  TBC
data form skrining kemenkes saat registrasi vaksinasi Covid-19 di lokasi  PPOK
vaksinasi Covid-19 kota Palu.
 Peny.Ginjal
 Peny.
gastrointestinal
 Peny.keganasan
 Peny.immunodefi
siensi
10 Pernah Definisi Konseptual: Kuesioner Nominal  Ya Pernah
terinfeksi Informasi pernah tidaknya akseptor vaksin Covid-19 terinfeksi Covid-19  Tidak pernah
Covid-19 sebelum menerima vaksin Covid-19.
Kriteria Objektif:
Data pernah tidaknya terinfeksi Covid-19 akseptor vaksin covid-19
tercatat dalam basis data form skrining kemenkes saat registrasi vaksinasi
Covid-19 di lokasi vaksinasi Covid-19 kota Palu.
11 Status Definisi Konseptual: Kuesioner Nominal  Vaksinasi dosis I
Vaksinasi Kondisi tahapan/dosis imunisasi yang telah diterima oleh akseptor vaksin  Vaksinasi dosis II
Covid-19.
Kriteria Objektif:
Data status vaksinasi akseptor vaksin covid-19 tercatat dalam basis data
form skrining kemenkes saat registrasi vaksinasi Covid-19 di lokasi
vaksinasi Covid-19 kota Palu.
12 Kelompok Definisi Konseptual: Kuesioner Nominal  SDM Kesehatan
target Kelompok yang masuk dalam kriteria prioritas penerima vaksin Covid-19  Petugas publik
vaksinasi pada program vaksinasi Covid-19 oleh pemerintah Indonesia.  Lansia
Kriteria Objektif:  Masyarakat
Data kelompok target vaksinasi akseptor vaksin covid-19 tercatat dalam umum dan rentan
basis data form skrining kemenkes saat registrasi vaksinasi Covid-19 di  Usia 12-17 tahun
lokasi vaksinasi Covid-19 kota Palu.
13 Kejadian Definisi Konseptual: Kuesioner Nominal  Tidak ada
Ikutan Pasca Kejadian medis yang tidak diinginkan yang terjadi setelah imunisasi  Reaksi lokal
Imunisasi Covid-19 sampai kurun waktu satu bulan setelah imunisasi, dapat berupa  Reaksi sistemik
(KIPI) reaksi vaksin, reaksi suntikan, kesalahan prosedur, ataupun koinsidens  Reaksi lainnya
sampai ditentukan adanya hubungan kausal.
Kriteria Objektif:
Data kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang dialami oleh akseptor
vaksin covid-19 tercatat dalam basis data formulir laporan KIPI yang
dimiliki oleh pelaksana vaksinasi/call center/dinas kesehatan lokasi
vaksinasi Covid-19 di kota Palu.
KRITISI ASPEK AKURASI DAN PRESISI PENGUKURAN VARIABEL-VARIABEL

YANG DITELITI

Dasar Teori

Pengukuran merupakan suatu proses kuantifikasi hasil observasi dengan


memperhatikan referensi tertentu dan dinyatakan dengan memperhatikan referensi tertentu
dan dinyatakan dalam unit yang baku atau dianggap baku. Obyek, keadaan, serta
karakteristiknya dikuantifikasi yang dinyatakan dalam unit pengukuran. Dari sudut teknis,
yang diukur bukan kejadiannya (sakit), atau obyeknya (responden), melainkan dimensi
kualitas atau kuantitasnya, misal derajat sakit, usia responden,dll. 1
Peran pengukuran dalam penelitian sangat enentukan, karena dasar semua hasil
penelitian adalah data yang diperoleh dengan cara pengukuran. Kesalahan pengukuran
dengan sendirinya menyebabkan rentetan kesalahan sehingga hasil penelitian tidak
menunjukkan keadaan sebenarnya. Hanya dengan pengukuran yang sahih maka hasil suatu
penelitian dapat dipercaya. Dalam kaitan ini terdapat pemeo ‘GIGO’ (garbage in garbage
out); artinya, bila data yang akan dianalisis buruk kualitasnya (sampah), maka hasil analisis
yang diperoleh pastilah akan berupa sampah pula.1
Dua karakteristik alat ukur dan pengukuran yang amat penting yakni keandalan
(reliabilitas) dan kesahihan (validitas). Kedua karakteristik itu harus selalu diperhitungkan
dalam tiap proses pengukuran. Harus dipahami bahwa tidak pernah ada satu pengukuran pun
yang memiliki keandalan dan kesahihan yang sempurna. Untuk penilaian akurasi hasil suatu
pengukuran dilakukan informasi tentang populasi penelitian, periode observasi, teknik atau
cara pengukuran, penilaian hasil, dan keandalan serta kesahihan pengukurannya.1
I. Keandalan
Istilah lain untuk keandalan adalah keterandalan, reliabilitas, reprodusibilitas,
presisi, atau ketepatan pengukuran. Suatu pengukuran disebut andal, apabila ia
memberikan nilai yang sama ataupun hampir sama pada pemeriksaan yang
dilakukab berulang-ulang. Ketepatan alat ukur sangat berpengaruh pada kekuatan
penelitian. Pengukuran yang makin tepat pada besar sampel tertentu mempunyai
nilai yang makin baik untuk memperkirakan nilai rerata (mean) serta untuk
menguji hipotesis.1
Keandalan suatu pengukuran dipengaruhi oleh kesalahan acak (random error);
bila kesalahannya makin besar, berarti pengukuran tersebut kurang andal. Dalam
proses pengukuran terdapat 3 jenis variabilitas yang berperan, yakni variabilitas
pengamat, variabilitas subyek, dan variabilitas instrumen.1
Penilaian keandalan pengukuran
a. Keandalan pengukuran variabel numerik
Penilaian keandalan pengukuran variabel numerik umumnya dilakukan
dengan menggunakan simpang baku (standard deviation). Salah satu statistik
yang bermanfaat untuk keperluan ini adalah koefisien variasi, yakni simpang
baku dibagi rerata. Pengukuran yang andal mempunyai koefisien variasi yang
lebih lebar. Interval kepercayaan juga menunjukkan tingkat keandalan alat
ukur atau pengukuran; makin sempit rentang interval, makin andal pengukuran
tersebut.1
b. Keandalan pengukuran variabel berskala nominal
Salah satu cara untuk menilai keandalan pengukuran berskala nominal yang
banyak digunakan adalah penentuan nilai kappa (k). Kappa merupakan suatu
statistik yang mengukur kesesuaian antara variabel berkala nominal dikotom.
Nilai kappa merupakan perbandingan antara kesesuaian bukan akibat peluang
dengan kemungkinan terbesar kesesuaian bukan akibat peluang untuk set data
tersebut. Nilai kappa yang ideal adalah 1, namun hal ini hamper tidak pernah
diperoleh. Nilai diatas 0,8 biasanya dianggap sangat baik. Namun jenis data
yang dinilai (penelitian laboratoris, klinis, atau kesehatan masyarakat) perlu
dipertimbangkan dalam menginterpretasi nilai kappa. 1

II. Kesahihan
Istilah kesahihan, disebut pula sebagai validitas, menunjukkan berapa dekat alat
ukur menyatakan apa yang seharusnya diukur. Contoh yang ekstrem untuk
menyatakan kesahihan adalah: timbangan merupakan alat yang sahih untuk
mengukur berat abdan, namun volume air mata bukan alat ukur yang sahih untuk
menyatakan kesedihan. 1
Kesahihan hasil suatu pengukuran dipengaruhi oleh bias pengukuran
(measurement bias); makin besar bias, makin kurang sahih pengukuran. Analog
dengan variabilitas keandalan pengukuran, terdapat 3 bias pengukuran yaitu bias
pengamat, bias subyek, dan bias instrumen. 1
Bias pengamat adalah distorsi yang konsisten, baik disadari atau tidak, yang
dilakukan oleh peneliti dalam menilai maupun melaporkan hasil pengukuran. Bias
subyek adalah distorsi yang konsisten oleh subyek; sedangkan bias instrument
adalah kesalahan sistematik akibat tidak akuratnya alat ukur. Bias ini akan
memberikan hasil yang menyimpang dari nilai sebenarnya.1
Penilaian kesahihan alat ukur
a. Kesahihan alat ukur berskala numerik
Penilaian kesahihan alat ukur variabel berskala numeric dilakukan dengan cara
membandingkan alat ukur tersebut dengan alat ukur yang baku sebagai penera.
Misalnya, timbangan untuk mengukur berat badan dibandingkan dengan
timbangan baku, kemudian dinyatakan sebagai selisih rerata nilai baku dengan
nilai pengukuran yang diperoleh, dibagi dengan nilai baku.1
b. Kesahihan alat ukur berskala nominal
Alat ukur untuk variabel berskala nominal dapat dinilai dengan cara
membandingkan dengan alat diagnostik terbaik yang ada (gold standard).
Dengan cara tersebut dapat diperoleh nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai
prediksi, serta rasio kemungkinan.1
Hubungan antara keandalan dan kesahihan
Keandalan maupun kesahihan suatu pengukuran bukanlah merupakan sesuatu yang
all or none, andal-sahih atau tidak andal-tidak sahih , akan tetapi lebih merupakan ‘daerah
kelabu’. Keandalan dan kesahihan alat ukur atau pengukuran biasanya dinyatakan secara
kualitatif sebagai amat buruk, buruk, kurang, cukup, baik atau sangat baik. Kedua
karakteristik pengukuran tersebut hendaknya dipandang sebagai dua hal yang terpisah. Suatu
pengukuran dapat mempunyai kenadalan yang sangat baik namun kesahihannya kurang,
tetapi dapat pula kesahihannya cukup sedang keandalannya buruk.1

KRITISI

Tabel definisi operasional di atas, menunjukkan suatu penelitian deskriptif observasional


dengan mengambil data sekunder, menggunakan pendekatan cross sectional study. Variabel-
variabel yang diteliti diukur menggunakan kuesioner. Perlu diketahui bersama bahwa ada 3
macam kuesioner/formulir isian yang sering digunakan dalam pengumpulan data, yaitu : 2
1. Formulir isian untuk keperluan administrasi
2. Formulir isian untuk observasi.
3. Daftar pertanyaan (Kuesioner).

Pada penelitian seperti di atas, peneliti melakukan pengambilan data bersumber dari data
sekunder, dan menggunakan formulir isian untuk observasi, dan bukan dalam bentuk
kuesioner berupa daftar pertanyaan. Sebagaimana kita ketahui bahwa kuesioner merupakan
alat pengumpulan data primer dengan metode survey untuk memperoleh opini responden.3
Kuesioner yang lebih baik digunakan dalam penelitianseperti ini adalah kuesioner dalam
bentuk daftar pertanyaan. Dimana daftar pertanyaan merupakan suatu sarana pengumpulan
data untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya tentang suatu keadaan. Kuesioner
mempunyai peranan penting sebab di dalamnya mencakup semua tujuan dari
survey/penelitian. Di samping sudah tercakupnya tujuan dari surveinya, suatu kuesioner yang
baik harus juga memenuhi persyaratan: mudah ditanyakan, mudah dijawab, dan mudah
diproses.2
Pengumpulan data menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) biasanya dilakukan
dengan teknik wawancara. Kuesioner sebenarnya sudah mencakup 2 jenis daftar isian
pertama dan ke dua dan sifatnya lebih luas dan lengkap. Hal ini disebabkan adanya dialog
antara pewawancara (interviewer) dengan responden sehingga memungkinkan
didapatkannnya jawaban yang lebih akurat.2
Kuesioner dalam bentuk formulir isian untuk observasi yang digunakan diatas menurut
saya tidak salah. Adapun penelitian tersebut bila menggunakan kuesioner tanpa teknik
wawancara langsung terhadap respondennya dapat digunakan untuk kondisi waktu penelitian
yang pendek, tentu dengan mengambil sumber data sekunder, peneliti dengan mudah
mengumpulkan data penelitian dengan menggunakan kuesioner berupa formulir isian untuk
observasi, dan kemudian diolah dan dianalisis. Meskipun, kuesioner berupa daftar pertanyaan
menggunakan teknik wawancara adalah teknik pengukuran yang lebih baik bila desain
penelitian tersebut penelitian kohort.
Adapun variabel-variabel yang diteliti di atas didominasi variabel nominal, dimana kita
ketahui salah satu cara untuk menilai keandalan pengukuran berskala nominal yang banyak
digunakan adalah penentuan nilai kappa (k). Kappa merupakan suatu statistik yang
mengukur kesesuaian antara variabel berkala nominal dikotom. Nilai kappa merupakan
perbandingan antara kesesuaian bukan akibat peluang dengan kemungkinan terbesar
kesesuaian bukan akibat peluang untuk set data tersebut. Nilai kappa yang ideal adalah 1,
namun hal ini hampir tidak pernah diperoleh. Nilai diatas 0,8 biasanya dianggap sangat baik.
Namun jenis data yang dinilai (penelitian laboratoris, klinis, atau kesehatan masyarakat) perlu
dipertimbangkan dalam menginterpretasi nilai kappa. 1Jadi, keandalan pengukuran variabel
nominal di atas bergantung pada nilai kappa nya.
Sedangkan alat ukur untuk variabel berskala nominal dapat dinilai dengan cara
membandingkan dengan alat diagnostik terbaik yang ada (gold standard). Dengan cara
tersebut dapat diperoleh nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi, serta rasio
kemungkinan.1 Pada penelitian di atas, menurut saya karena menggunakan data sekunder,
semua bergantung pada proses skrining dilapangan. Pengisian form skrining harus seragam di
tiap center vaksinasi Covid-19. Adapun, kita ketahui bersama bahwa form skrining yang
digunakan di tiap center vaksinasi Covid-19 saat ini menggunakan form skrining seragam,
yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI. Jadi, menurut hemat saya, variabel-variabel
di atas, baik akurasi dan presisi pengukurannya sudah sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

1. Alan R Tumbelaka, M Hardjono Abdoerrachman, Abdul latief, Maria abdulsalam,


Darlan Darwis. Pengukuran. Dalam Buku Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis
Sudigdo. Edisi ke 3. 2010. Jakarta: Sagung Seto.
2. Kasnodihardjo. Langkah-langkah menyusun kuesioner. Artikel dalam jurnal Media
Litbangkes Vol. IIII No. 02/1993.
3. Isti Pujihastuti. Prinsip penulisan kuesioner penelitian. Artikel dalam jurnal agribisnis
dan pengembanagn wilayah Vol.2 No 1 Desember 2010.

Anda mungkin juga menyukai