Anda di halaman 1dari 4

PERBANDINGAN ANGKA KEJADIAN PENDERITA PENYAKIT INFEKSI

SEBELUM DAN SELAMA PANDEMI DI KOTA PALU

dr. Andi Makhury


BAB I

PENDAHULUAN

Wabah pneumonia yang disebabkan oleh suatu virus corona baru di Kota
Wuhan, China pertama kali diidentifikasi pada akhir musim dingin Desember 2019,
dan dengan penyebaran yang merajalela di seluruh China, hal tersebut memicu dunia
untuk muncul sebagai pandemi.1 Agen etiologi penyakit ini awalnya disebut sebagai
novel coronavirus 2019 (2019-nCoV), tetapi kemudian dinamai sebagai severe acute
respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2), dan proses penyakit sebagai
Coronavirus Disease–2019 (COVID-19) oleh WHO.2 WHO mengeluarkan peringatan
pada 30 Desember 2019 dan pada 30 Januari 2020, dan menyatakan infeksi virus ini
sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Pada 11
Februari 2020, International Committee of Taxonomy of Viruses memberi nama virus
ini Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)-CoV-2 berdasarkan pada hubungan
filogenetik dari coronavirus yang menyebabkan wabah SARS pada tahun 2003. Pada
hari yang sama, WHO mengumumkan COVID-19 sebagai nama penyakit baru yang
disebabkan oleh virus ini.3
Wabah COVID-19 berdampak ke 223 negara dan wilayah. Pada 19 Juni 2021,
total kasus virus corona di seluruh dunia adalah 178.885.264, dengan kematian
3.873.382, dan pasien sembuh 163.404.791. Di Indonesia pada hari yang sama,
pemerintah Republik Indonesia telah melaporkan 1.976.172 orang terkonfirmasi
COVID-19. Telah dilaporkan 54.291 kematian terkait COVID-19 dan 1.786.143
pasien sembuh dari penyakit tersebut. WHO bekerja sama dengan pemerintah
Indonesia untuk memantau situasi dan mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut. 3
Oleh karena itu, wabah pandemi COVID-19 menjadi perhatian kesehatan masyarakat
dengan konsekuensi kesehatan, lingkungan, dan ekonomi yang mengerikan.1
Salah satu dampak pandemi Covid-19 adalah meningkatnya kebutuhan
pelayanan kesehatan terkait Covid-19 baik di tingkat layanan kesehatan mandiri,
tingkat layanan primer, tingkat layanan sekunder, maupun tersier. Pelayanan
kesehatan disibukkan dengan upaya meningkatkan skrining, diagnosis, terapi dan
preventif dalam menghadapi wabah Covid-19 yang masih terus berlangsung hingga
saat ini. Puskesmas yang berperan sebagai pelaksana pelayanan kesehatan tingkat
primer sangatlah penting keberadaannya dalam melanjutkan perannya memberikan
pelayanan kesehatan untuk segala jenis penyakit dasar, termasuk penyakit infeksi
selain infeksi Covid-19. Hal ini sangatlah penting karena penyakit infeksi lain tetap
dapat berbahaya untuk kesehatan masyarakat sehingga tetap patut menjadi perhatian
setiap layanan kesehatan. Belum adanya penelitian awal terkait dampak Covid-19
terhadap pelayanan kesehatan terkait penyakit infeksi di tingkat puskesmas, menjadi
dasar pemikiran penulis untuk mengetahui bagaimanakah perbandingan angka
kejadian penderita penyakit infeksi sebelum dan selama pandemi di Kota Palu.

DAFTAR PUSTAKA
1. Wang, C.; Horby, P.W.; Hayden, F.G.; Gao, G.F. A novel coronavirus outbreak of
global health concern. Lancet 2020, 395, 470–473. [CrossRef]
2. Li, H.; Liu, S.-M.; Yu, X.-H.; Tang, S.-L.; Tang, C.-K. Coronavirus disease 2019
(COVID-19): Current status and future perspectives. Int. J. Antimicrob. Agents 2020,
55, 105951. [CrossRef]
3. World Health Organization. Coronavirus Disease (COVID-2019) Situation Reports
(World Health Organization, 2020)

Anda mungkin juga menyukai