Anda di halaman 1dari 11

PRAKTEK KLINIK KOMPREHENSIF II

ANALISA KASUS MASALAH PSIKOSOSIAL

Fasilitator : Hapsah S.Kep., Ns., M.Kep


Mahasiswa : Hasbiah Basri C051171304

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020
Kasus 2
Hasil Pengkajian Pada Tn. H Dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus Tipe 2 Di Ruang
Antasena Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor

Pengkajian dilakukan pada tanggal 03 - 06 Juni 2014. Klien adalah Tn. H yang berusia
44 tahun. Klien dibawa ke Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor dengan keluhan mengeluh sakit
pada ulu hati dan sesak, terasa mual, muntah tidak ada, pusing, dan mempunyai riwayat penyakit
diabetes sejak satu tahun yang lalu. Keluhan utama klien saat ini adalah mual dan sesak. Klien
mengatakan sesak bila beraktifitas, selama perawatan klien terlihat sering termenung dan jarang
berinteraksi dengan orang lain, klien sendiri bekerja sebagai tenaga pengajar didaerah kota
Bogor, klien telah menikah dan dikaruniai tiga orang putra tercinta, klien tinggal didaerah yang
tak begitu padat namun klien dalam kesehariannya gemar melakukan aktifitas sosial, setelah
klien terdiagnosa mengidap penyakit diabetes mellitus sekitar 2 tahun yang lalu klien mulai
membatasi aktifitasnya karena merasa tak berdaya dengan kondisi penyakitnya, klien rajin
kontrol ke Poli diabetes namun hanya untuk mengambil jatah obat bulanan saja, sejak dua
minggu sebelum masuk Rumah Sakit klien mengeluh sesak napas bila bergerak.

Menurut klien orang yang berarti dalam kehidupannya adalah istri dan anak anaknya.
Klien berpenampilan rapi, memakai baju sesuai ukurannya. Saat berbicara klien tampak tenang,
terkadang tampak termenung dan sedih saat menceritakan masa lalunya yang menurut klien
sangat menyedihkan dan sempat membuat klien depresi ketika mengetahui mengidap
penyakitnya, klien tak mengerti mengapa menderita penyakit diabetes melitus kenapa bukan
orang lain saja, klien merasa selama ini tak pernah mengontrol pola makannya, klien mengatakan
tidak tahu harapan kedepan dalam kehidupannya ini khususnya terhadap pemulihan penyakitnya
ini dan masa depan anak- anaknya terhadap kondisi penyakitnya yang kronis, klien merasa tak
mampu menentukan pilihan bila ditanya daerah mana yang akan dilakukan penyuntikan, klien
merasa apapun yang akan dilakukan tak akan mengubah klien sebagai sebagai penderita diabetes
melitus. Klien tidak mengalami ganguan memori, namun kadang bila dalam pembicaraan klien
sulit untuk berkonsentrasi dan kadang terlihat gelisah Klien dapat menceritakan kejadian masa
lalunya dan kejadian yang baru saja terjadi.
I. Pengkajian Keperawatan

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
MASALAH PSIKOSOSIAL

Ruang rawat : Antasena Tanggal dirawat :-

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. H ( L/P ) Umur : 44 tahun No. RM : -

II. ALASAN MASUK


Klien mengeluh sakit pada ulu hati dan sesak, terasa mual, muntah tidak ada, pusing, dan
mempunyai riwayat penyakit diabetes sejak satu tahun yang lalu

III. PEMERIKSAAN FISIK


TTV : TD : - mmHg N : - X/mnt

S : - °C P : - X/mnt

IV. PSIKOSOSIAL
1. Konsep diri
a. Citra tubuh : Klien berpenampilan rapi, memakai baju sesuai ukurannya
b. Identitas : Klien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak laki-laki. Saat
berbicara klien tampak tenang, terkadang tampak termenung dan sedih saat
menceritakan masalalunya yang menurut klien sangat menyedihkan dan sempat
membuat klien depresi ketika mengetahui mengidap penyakitnya
c. Peran : Klien adalah seorang ayah dan suami dalam keluarganya serta klien
bekerja sebagai tenaga pengajar di daerah kota Bogor
d. Ideal diri : Klien mengatakan tidak tahu harapan kedepan dalam kehidupannya ini
khususnya terhadap pemulihan penyakitnya ini dan masa depan anak- anaknya
terhadap kondisi penyakitnya yang kronis
e. Harga diri : Merasa tak berdaya dengan kondisi penyakitnya

2. Hubungan sosial
1. Orang yang berarti : istri dan 3 orang putranya.
Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: Klien mengatakan dalam
kesehariannya gemar melakukan aktifitas sosial.
2. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
- Klien mulai membatasi aktifitasnya karena merasa tak berdaya dengan
kondisi penyakitnya.
- Dalam pembicaraan klien sulit untuk berkonsentrasi dan kadang terlihat
gelisah.

V. MEKANISME KOPING

Adaptif : Maladaptif :

 Bicara dengan orang lain (+)  Minum alcohol (-)


 Mampu menyelesaikan  Reaksi lambat (+)
masalah (-)  Bekerja berlebihann (-)
 Teknik relokasi (-)  Menghindar (+)
 Aktivitas konstruktif (-)  Mencederai diri (-)
 Olahgara (-)  Termenung (+)

VI. MASALAH PSIKOSOSIAL & LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan
 Masalah dengan pendidikan, uraikan
 Masalah dengan pekerjaan, uraikan
 Masalah dengan perumahan, uraikan
 Masalah dengan ekonomi, uraikan
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan
Klien rajin control ke Poli diabetes namun hanya untuk mengambil jatah obat bulanan
saja, tidak melakukan pemeriksaan dan konsultasi.
 Masalah lainnya, uraikan
- Klien merasa selama ini tak pernah mengontrol pola makannya
- Klien merasa tak mampu menentukan pilihan bila di tanya daerah mana yang akan
dilakukan penyuntikan
- Klien merasa apapun yang akan dilakukan tak akan mengubah klien sebagai
penderita diabetes mellitus
- Kadang bila dalam pembicaraan klien sulit untuk berkonsentrasi dan kadang terlihat
gelisah

VII. ASPEK MEDIK


Diagnosis medik : Diabetes Mellitus Tipe 2

Terapi medik : Pemberian Insulin


N DATA DIAGNOSA
O
1 Data Subjektif Ketidakberdayaan
- Klien mengatakan mulai membatasi aktifitasnya karena merasa tak berdaya setelah klien
terdiagnosa mengidap penyakit diabetes mellitus sekitar 2 tahun yang lalu
- Klien tak mengerti mengapa menderita penyakit diabetes melitus kenapa bukan orang lain
saja
- Klien mengatakan tidak tahu harapan kedepan dalam kehidupannya ini khususnya terhadap
pemulihan penyakitnya ini dan masa depan anak- anaknya terhadap kondisi penyakitnya yang
kronis
- Klien mengatakan merasa tak mampu menentukan pilihan bila ditanya daerah mana yang
akan dilakukan penyuntikan
- Klien merasa apapun yang akan dilakukan tak akan mengubah klien sebagai sebagai
penderita diabetes melitus
Data Objektif
- Klien tampak termenung dan sedih saat menceritakan masa lalunya yang menurut klien
sangat menyedihkan dan sempat membuat klien depresi ketika mengetahui mengidap
penyakitnya
- Tampak sedih dan murung saat menceritakan masalahnya
- Klien tampak jarang berinteraksi dengan orang lain
- Dalam pembicaraan klien sulit untuk berkonsentrasi
2 DS: Koping Individu Tidak
Efektif
- Klien membatasi aktivitasnya karena merasa tak berdaya dengan penyakitnya
- klien mengatakan klientakmengertimengapamenderitapenyakit diabetes melituskenapabukan
orang lain saja (denial)
- Klien mengatakan tidak pernah mengontrol pola makannya
DO:
- Klien tidak mampu menentukan pilihannya dalam penentuan lokasi penyuntikan insulin

II. Analisa Data


III. Pohon Masalah

Efek :
Keputusasaan

Core Problem :
Ketidakberdayaan

Causa :
Koping Individu Tidak efektif

IV. Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakberdayaan
2. Koping Individu Tidak Efektif

V. Rencana Keperawatan
1. Ketidakberdayaan
a. Tujuan
1) Tujuan umum
Klien mampu menyelesaikan masalah-masalah dengan cara-cara yang efektif
untuk mengontrol situasi kehidupannya, dengan demikian menurunkan perasaan
ketidakberdayaan.
2) Tujuan khusus
Klien berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan
perawatan kesehatannya sendiri dalam waktu (misalnya) 5 hari.
b. Intervensi
1) Biarkan klien mengambil sebanyak mungkin tanggung jawab untuk praktik-
praktik perawatan dirinya sendiri.
Rasional : memberikan klien pilihan-pilihan akan meningkatkan perasaan
mampu mengontrol pada klien.
Contoh :
a) Libatkan pasien dalam menetapkan tujuan-tujuan perawatan dirinya yang
ingin dicapai
b) Biarkan pasien menetapkan sendiri jadwal aktifitas perawatan dirinya.
c) Berikan pasien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan.
d) Berikan umpan balik positif untuk keputusan yang dibuat. Hargai hak
pasien dalam membuat keputusan-keputusan tersebut secara mandiri, dan
menahan diri dari usaha-usaha untuk mempengaruhinya terhadap hal-hal
yang kelihatannya lebih logis.
2) Lakukan pendekatan yang hangat, menerima pasien apa adanya dan bersifat
empati.
3) Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri
( misalnya rasa marah, frustasi dan simpati).
4) Dukung aktifitas secara bertahap, tingkatkan sejalan dengan mobilisasi energi
pasien.
5) Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya supportif.
6) Beri waktu untuk pasien berespons.
7) Tunjukkan respons emosional dan menerima pasien.
8) Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi dan klarifikasi.
9) Berikan program yang nyata dan berstruktur.
10) Tetapkan tujuan yang realistik, relevan dengan kebutuhan dan minat pasien,
fokuskan pada aktivitas positif.
11) Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupannya yang tidak berada
dalam kemampuannya untuk mengontrol.
12) Dorong untuk menyatakan secara verbal perasaan-perasaan yang berhubungan
dengan ketidakmampuan.
13) Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif.
14) Bantu pasien untuk menyadari nilai-nilai yang dimilikinya atau perilakunya dan
perubahan yang terjadi.
15) Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuat pasien.
16) Motivasi pada keluarga untuk berperan aktif dalam membantu pasien
menurunkan perasaan tidak berdaya.
17) Libatkan keluarga untuk mendukung respons emosional adaptif pasien.

2. Koping Individu Tidak Efektif


Tujuan :
1) Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya
2) Menyatakan kesadaran kemmapuan koping/kekuatan pribadi
3) Mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk
menghindari/merubahnya.
4) Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan/metode koping efektif.

Intervensi :
1) Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,
misalnya, kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan
berpartisipasi dalam rencana pengobatan
2) Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsang, ketidakmampuan untuk
mengatasi/menyelesaikan masalah.
3) Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya.
4) Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan
partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.
5) Dorong pasien untuk mengevalusai prioritas/tujuan hidup. Tanyakan
pertanyaan seperti “apakah yang Anda lakukan merupakan yang Anda
inginkan?”
6) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan
hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan, ketimbang membatalkan
tujuan diri/keluarga.

Anda mungkin juga menyukai