Anda di halaman 1dari 23

BAHAYA POTENSIAL DAN PENCEGAHAN KECELAKAAN

KERJA DI PERUSAHAAN GALANGAN KAPAL PT. SAMUDRA


KALIMANTAN TIMUR

KELOMPOK III :

HAIDIR RASYID

........

..........

........
BAB I
LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah usaha pencegahan yang dibuat untuk
pekerja atau buruh maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan timbulnya kecelakaan
kerja dan penyakit akibat hubungan kerja di dalam lingkungan kerja dengan cara
mengenali potensi yang akan menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja. Adapun syarat-syarat keselamatan kerja telah diatur dalam Pasal 3 ayat
(1) UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, di antaranya yaitu mencegah
dan mengurangi kecelakaan, memberi pertolongan pada kecelakaan, memberi alat-alat
perlindungan diri pada para pekerja, mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit
akibat kerja baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan, menyesuaikan
dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya
menjadi bertambah tinggi.
Permasalahan K3 masih sering terabaikan, padahal setiap kejadian kecelakaan kerja
nyatanya dapat menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Indonesia merupakan negara
berkembang yang dalam usahanya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi salah
satunya mengandalkan pada sektor industri. Saat ini perkembangan industri di
Indonesia semakin pesat sehingga Indonesia banyak terdapat berbagai jenis industri.
Industri tersebut dalam mengelola aktivitasnya menggunakan berbagai macam tingkat
teknologi mulai dari teknologi yang sederhana hingga teknologi maju. Semakin tinggi
teknologi yang digunakan, semakin tinggi pula risiko bahaya yang dihadapi.
B. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana bahaya potensial dan pencegahan kecelakaan kerja
di PT. Pancaran Samudra Kalimantan Timur

C. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi bahaya potensial dan pencegahan kecelakaan kerja di PT.
Pancaran Samudra Kalimantan Timur
2. Mengindentifikasi dalam mengendalikan bahaya potensial dan pencegahan
kecelakaan kerja di PT. Pancaran Samudra Kalimantan Timur
BAB II
ISI
N JENIS PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA JENIS HAZARD KETERANGAN
O
1 Faktor Fisik yaitu
tentang pekerja
yang duduk
dibawah kapal

2 Faktor Fisik yaitu


Ketinggian

3 Faktor Fisik yaitu


kebisingan dan
aliran listrik

Faktor Kimia yaitu


resiko terhirup debu
saat pembersihan
kapal

Faktor Kimia yaitu


kebocoran gas yang
dapat menyebabkan
keracunan
Faktor ergonomi
yaitu posisi
jongkok atau posisi
yang tidak
nyaman saat
melakukan
pengelasan

Faktor biologi yaitu


tempat
berkumpulnya
serangga akibat
tempat
penyimpanan
sepatu yang kumuh
atau kurang bersih
Faktor Psikososial
yaitu bahaya
lingkungan dengan
menggunakan
fasilitas yang
kurang memadai
serta pekerjaan
yang monoton

Faktor Psikosisial
yaitu Target
pengerjaan mepet,
Jam kerja
berlebihan
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan
Kecelakaan kerja merupakan masalah besar bagi perusahaan. Tidak hanya
kerugian materi yang cukup besar, namun juga bisa memakan korban jiwa. Menurut
De Reamer, 1958; National Safety Council, 1985, kecelakaan dapat didefinisikan
sebagai suatu kejadian yang tidak terencana. Kecelakaan tidak selalu menyebabkan
luka-luka, tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan material dan peralatan yang
ada, tetapi kecelakaan yang mengakibatkan luka-luka ini mendapatkan perhatian
yang lebih besar. Jadi dapat disimpulkan bahwa kecelakaan kerja adalah suatu
kerjadian yang tidak terencana saat melakukan pekerjaan.
Faktor negatif dari indentifikasi hazard :
1. Faktor Fisik resiko yang terjadi yaitu jatuhnya kapal disaat pekerja lagi duduk
dibawah kapal sehingga kekuatan dari kapal itu jika jatuh dapat menyebabkan
kecelakaan kerja
2. Faktor Kimia resiko yang terjadi yaitu terhirupnya seperti debu karena debu
dapat menyebabkan resiko gangguan kesehatan seperti asma sehingga
keselamatan pekerja bisa berbahaya. Kemudian kebocoran gas yang dapat
merugikan kesehatan para pekerja.
3. Faktor Ergonometri yaitu akibat posisi jongkok dapat menimbulkan rasa tidak
nyaman tubuh pekerja dalam melakukan kegiatan. Seharusnya agar posisi las
nyaman jika posisi benda yang pengen di las bagian bawah harusnya benda itu
ditinggikan sehingga pekerja tidak melakukan posisi jongkok agar mengurangi
cedera atau kecelakaan pekerja.
4. Faktor Biologi yaitu disebabkan penataan sepatu yang kurang rapi
menyebabkan banyak serangga dan bakteri
5. Faktor Psikososial yaitu menjelaskan adanya bahaya dalam pekerjaan dengan
menggunakan fasilitas kerja yang kurang memadai sehingga dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
B. Saran
Dengan adanya kecelakaan akibat kerja, peran perusahaan seharusnya lebih ketat
lagi dalam pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja agar para pekerja
aman dan perusahaan tidak mengalami kerugian. Sedangkan para pekerja harus
berhati-hati dalam bekerja dan dalam pemakaian alat. Jika hal ini sangat di
perhatikan maka dapat meminimalisir kecelakaan akibat kerja.
REFERENSI
https://drive.google.com/drive/u/0/folders/1C3aOW0w5Nyii4sLMelVrbLY4yt0QMYau
https://media.neliti.com/media/publications/127643-ID-analisis-potensi-bahaya-serta-
rekomendas.pdf
https://slideplayer.info/slide/2695378/
JAWABAN ANGGOTA KELOMPOK

NAMA : ALVIA RESTY DATUAN


KELOMPOK : II
1. JEFRY ( BAGAIMANA CARA PENCEGAHAN DARI LIMA HAZARD
YANG DISAMPAIKAN KELOMPOK 2
JAWABAN :
Identifikasi bahaya yang dilaksanakan memperhatikan faktor-faktor bahaya
sebagai berikut :
1. Biologi (jamur, virus, bakteri, mikroorganisme, tanaman, binatang).
2. Kimia (bahan/material/gas/uap/debu/cairan beracun, berbahaya, mudah
meledak/menyala/terbakar, korosif, iritan, bertekanan, reaktif, radioaktif,
oksidator, penyebab kanker, bahaya pernafasan, membahayakan lingkungan,
dsb).
3. Fisik/Mekanik (infrastruktur, mesin/alat/perlengkapan/kendaraan/alat berat,
ketinggian, tekanan, suhu, ruang terbatas/terkurung, cahaya, listrik, radiasi,
kebisingan, getaran dan ventilasi).
4. Biomekanik (postur/posisi kerja, pengangkutan manual, gerakan berulang serta
ergonomi tempat kerja/alat/mesin).
5. Psikis/Sosial (berlebihnya beban kerja, komunikasi, pengendalian manajemen,
lingkungan sosial tempat kerja, kekerasan dan intimidasi).

Pengendalian resiko didasarkan pada hierarki sebagai berikut :


1. Eliminasi
menghilangkan sumber/aktivitas berbahaya).
2. Substitusi
(mengganti sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area yang lebih aman)
3. Perancangan
(modifikasi/instalasi sumber/alat/mesin/bahan/material/ aktivitas/area supaya
menjadi aman)
4. Administrasi
(penerapan prosedur/aturan kerja, pelatihan dan pengendalian visual di tempat
kerja).

5.Alat pelindung diri


(penyediaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja dengan paparan
bahaya/resiko tinggi)

Referensi
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengendalian-
resikobahaya.html
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/identifikasi-bahaya-
penilaian-resiko.html?m=1

2. Dari 5 Hazard tersebut jika ada kecelakaan kerja apa yang harus dilakukan
oleh kelompok / team lakukan?
JAWABAN :
Hal yang perlu dilakukan sebelum menangani jika terjadi kecelakaan kerja adalah kita
sebagai penolong harus aman diri, pasien dan lingkungan.
1. Jangan panik
Meskipun situasi dan kondisi selama kecelakaan berlangsung tegang, cobalah
untuk tetap tenang dan segera mengambil tindakan dengan benar, cepat dan tepat.
Apabila kecelakaan bersifat massal korban yang luka ringan dapat di arahkan untuk
membantu.
2. Jauhkan korban dari kecelakaan berikutnya
Menjauhkan korban kecelakaandari tempat kejadian berfungsi untuk
menghindari kecelakaan yang mungkin akan terjadi lagi. Selain itu, dengan
menghindari lokasi kecelakaan, pekerja yang melakukan pertolongan pertama akan
dapat lebih fokus dalam melakukan tindakan pada korban.
3. Perhatikan pernapasan, detak jantung, perdarahan, dan tanda-tanda syok
Jika korban kecelakaan mengalami masalah pernapasan, pendarahan, dan tanda-
tanda syok, segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan standar operasional yang
berlaku.
4. Jangan memindahkan korban dengan terburu-buru
Jangan pindahkan korban sebelum diketahui persis jenis dan tingkat keparahan
cidera yang dialami, kecuali jika tempat itu tidak lagi memungkinkan untuk melakukan
perawatan. Jika korban mengalami pendarahan hentikan pendarahan terelebih dahulu
dan pastikan korban mendapat penanganan terbaik sebelum dipindah ke rumah sakit.

5. Segera merujuk ke pusat medis terdekat


Pertolongan pertama pada kecelakaan pada prinsipnya adalah bantuan
sementara. Jika korban terluka parah, jangan ragu untuk merujuk ke pusat medis
terdekat seperti fasilitas kesehatan, dokter spesialis, maupun rumah sakit.
Referensi
1. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (K3).
https://wandasaputra93.wordpress.com/2014/01/19/158/
2. Apa saja syarat fasilitas P3K di tempat kerja.
https://k3community.blogspot.com/2017/11/apa-saja-syarat-fasilitas-p3k-di-
tempat.html

NAMA : ASTI WIJAYANTI


KELOMPOK : 2

1. Jawaban pertanyaan (Jefry)

Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Pengendalian Resiko  merupakan


salah satu syarat elemen Sistem Manajemen Keselamatan Kerja OHSAS
18001:2007 klausul 4.3.1. Identifikasi Bahaya dilaksanakan guna menentukan
rencana penerapan K3 di lingkungan Perusahaan.
Identifikasi bahaya termasuk di dalamnya ialah identifikasi aspek dampak
lingkungan operasional Perusahaan terhadap alam dan penduduk sekitar di
wilayah Perusahaan menyangkut beberapa elemen seperti tanah, air, udara,
sumber daya energi serta sumber daya alam lainnya termasuk aspek flora dan
fauna di lingkungan Perusahaan.

A. Identifikasi Bahaya dilakukan terhadap seluruh aktivitas operasional


Perusahaan di tempat kerja meliputi :

1. Aktivitas kerja rutin maupun non-rutin di tempat kerja.


2. Aktivitas semua pihak yang memasuki termpat kerja termasuk
kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu.
3. Budaya manusia, kemampuan manusia dan faktor manusia lainnya.
4. Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja yang dapat
mengganggu keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja yang berada
di tempat kerja.
5. Infrastruktur, perlengkapan dan bahan (material) di tempat kerja baik
yang disediakan Perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan
dengan Perusahaan.
6. Perubahan atau usulan perubahan yang berkaitan dengan aktivitas
maupun bahan/material yang digunakan.
7. Perubahan Sistem Manajemen K3 termasuk perubahan yang bersifat
sementara dan dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas kerja.
8. Penerapan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang
berlaku.
9. Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur
operasional, struktur organisasi termasuk penerapannya terhadap
kemampuan manusia

B. Identifikasi bahaya yang dilaksanakan memperhatikan faktor-faktor bahaya


sebagai berikut :
1. Biologi (jamur, virus, bakteri, mikroorganisme, tanaman, binatang).
2. Kimia (bahan/material/gas/uap/debu/cairan beracun, berbahaya, mudah
meledak/menyala/terbakar, korosif, iritan, bertekanan, reaktif,
radioaktif, oksidator, penyebab kanker, bahaya pernafasan,
membahayakan lingkungan, dsb).
3. Fisik/Mekanik (infrastruktur, mesin/alat/perlengkapan/kendaraan/alat
berat, ketinggian, tekanan, suhu, ruang terbatas/terkurung, cahaya,
listrik, radiasi, kebisingan, getaran dan ventilasi).
4. Biomekanik (postur/posisi kerja, pengangkutan manual, gerakan
berulang serta ergonomi tempat kerja/alat/mesin).
5. Psikis/Sosial (berlebihnya beban kerja, komunikasi, pengendalian
manajemen, lingkungan sosial tempat kerja, kekerasan dan intimidasi).
6. Dampak Lingkungan (air, tanah, udara, ambien, sumber daya energi,
sumber daya alam, flora dan fauna).

C. Penilaian resiko menggunakan pendekatan metode matriks resiko yang


relatif sederhana serta mudah digunakan, diterapkan dan menyajikan
representasi visual di dalamnya
Pengendalian resiko didasarkan pada hierarki sebagai berikut :
1. Eliminasi (menghilangkan sumber/aktivitas berbahaya).
2. Substitusi (mengganti sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area
yang lebih aman).
3. Perancangan (modifikasi/instalasi
sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area supaya menjadi aman).
4. Administrasi (penerapan prosedur/aturan kerja, pelatihan dan
pengendalian visual di tempat kerja).
5. Alat Pelindung Diri (penyediaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja
dengan paparan bahaya/resiko tinggi).
Keseluruhan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko
didokumentasikan dan diperbarui sebagai acuan rencana penerapan K3 di
lingkungan Perusahaan.
2. Jawaban pertanyaan (Yunita)

A. Fasilitas Pertolongan Pertama Pada Kecelekaan di Tempat Kerja :

1. Ruang P3K
Ruang P3K merupakan ruangan yang disediakan dan dirancang khusus
oleh perusahaan untuk penanganan pertama tenaga kerja yang mengalami
kecelakaan maupun tempat merawat pekerja yang sedang sakit saat bekerja.
Perusahaan yang mempekerjakan 100 orang atau lebih dan perusahaan yang
mempekerjakan kurang dari 100 orang namun memiliki potensi bahaya
tinggi WAJIB memiliki ruang P3K.
Lokasi yang ideal untuk ruang P3K adalah ruangan yang dekat dengan
toilet/kamar mandi, dekat jalan keluar, mudah dijangkau dari area kerja, dan
dekat dengan tempat parkir kendaraan.
Syarat utama ruang P3K adalah bersih/steril dan memiliki luas yang cukup
untuk menampung tempat tidur, lemari/kotak obat P3K, timbangan badan,
tempat menyimpan tandu dan kursi roda, tempat sampah, air minum,
penyejuk ruangan, meja dan kursi. Selain itu, ruang P3K yang baik juga
terdapat petugas kesehatan yang telah terlatih P3K.

2. Lemari atau Kotak P3K dan isinya


Lemari atau kotak P3K adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan
berbagai peralatan dan obat  pertolongan pertama pada kecelakaan. Selain
dipasang di ruang P3K, kotak ini biasanya juga dipasang di beberapa tempat
yang mudah dilihat dan dijangkau oleh pekerja.
Kotak P3K yang baik harus kuat dan mudah diangkat/dipindah. Biasanya
kotak ini terbuat dari bahan kayu atau logam, berwarna putih, diberi
lambang palang merah dan tulisan “P3K” atau “First Aid” dibagian kaca
pintu kotak K3 sebagai penanda.
Kotak P3K memiliki ukuran yang beragam, penggunaannyapun juga
tergantung kebutuhan.  Semakin besar jumlah tenaga kerja yang ada di
perusahaan maka akan semakin besar pula kotak obat yang dibutuhkan.
Bahkan bagi perusahaan dengan karyawan yang banyak, kotak P3K bisa
dibuat lebih banyak dan ditempatkan di berbagai tempat yang rawan terjadi
kecelakaan.
Beberapa isi perlengkapan di kotak K3 terdiri dari : Kasa steril terbungkus,
Perban, Plester, Kapas, Kain mittela, Gunting, Peniti, Sarung tangan,
Masker, Pinset, Lampu senter, Gelas untuk cuci mata, Kantong plastik,
Aquades, Povidon Iodin, Alkohol 70%, Buku panduan P3K, Buku catatan,
Tensimeter, Stetoskop, Daftar isi kotak, dan obat-obatan

3. Alat Evakuasi dan Transportasi


Alat Evakuasi adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan
korban kecelakaan kerja dari lokasi kecelakaan ke tempat lain yang lebih
aman dengan cara-cara yang sederhana.
Dalam melakukan evakuasi, penolong bisa menggunakan alat transportasi
seadanya, dan saat korban dievakuasi maka penolong juga wajib melakukan
perawatan darurat selama perjalanan.
Beberap alat evakuasi dan transportasi yang bisa digunakan pertolongan
pertama adalah tandu, alat bantu pernafasan, kursi roda, dan jika
memungkinkan bisa menggunakan mobil ambulan atau kendaraan lain yang
dapat digunakan untuk mengangkut korban.

4. Petugas P3K
Petugas P3K yang mimiliki pengetahuan dan keterampilan penanganan
korban kecelakaan kerja sangat dibutuhkan di perusahaan. Petugas yang
cekatan dan mampu mengatasi berbagai situasi kecelakaan kerja, akan dapat
mengurangi resiko akibat kecelakaan.
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor :
Per.15/Men/VIII/2008 Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Kerja; Idealnya rasio jumlah petugas P3K untuk perusahaan yang memiliki
resiko rendah terhadap kecelakaan, setidaknya memiliki satu petugas P3K
untuk menangani 150 tenaga kerja. Sedangkan untuk perusahaan yang
memiliki resiko kecelakaan kerja yang tinggi, setidaknya memiliki satu
petugas untuk setiap 100 orang atau kurang.
Petugas P3K di tempat kerja mempunyai tugas :
1. Melaksanakan tindakan P3K di tempat kerja;
2. Merawat fasilitas P3K di tempat kerja
3. Mencatat setiap kegiatan P3K dalam buku kegiatan; dan
4. Melaporkan kegiatan P3K kepada pengurus.
5. Fasilitas Tambahan
Selain berbagai fasilitas P3K yang telah disebutkan diatas, perusahaan
tertentu juga membutuhkan berbagai fasilitas tambahan untuk menjamin
kegiatan P3K dapat berjalan dengan baik.Fasilitas tambahan tersebut bisa
berupa alat pelindung diri atau peralatan khusus yang digunakan di tempat
kerja yang menangani potensi bahaya yang membutuhkan penanganan
khusus. (Baca juga : Alat Pelindung Diri dan Perlengkapan Kerja)
Alat pelindung diri ini khusus disediakan untuk perlindungan petugas K3
maupun korban kecelakaan. Hal ini disesuaikan dengan potensi bahaya di
tempat kerja, misalnya alat pencuci mata, seragam anti api, alat pembasahan
tubuh cepat, dan lain sebagainya.

B. Prinsip Dasar Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan


Saat terjadi kecelakaan kerja, petugas P3K wajib segera menolong korban.
Demi kebaikan bersama, petugas P3K harus perhatikan prinsip dasar dalam
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan, yaitu :

1. Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya.


Saat terjadi kecelakaan kerja biasanya timbul situasi panik.Sebagai petugas
P3K usahakan tetap tenang dan lihatlah situasi dengan cermat sehingga
Anda tidak menjadi korban kecelakaan berikutnya. Pastikan diri Anda
dalam posisi aman untuk bisa menolong orang lain.

2. Pakailah metode pertolongan yang cepat, mudah dan efesien.


Untuk menangani pertolongan pertama pada kecelakaan, lakukan sesegera
mungkin dengan berbagai peralatan dan sumber daya yang ada.

3. Catat semua usaha pertolongan yang telah dilakukan.


Pencatatan ini berfungsi untuk memberikan data secara falid kepada pihak
lain (misalanya rumah sakit/rujukan) tentang identitas korban, kronologi
kejadian, dan gejala penyakit yang diderita.

C. Sistematika Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan


Saat terjadi kecelakaan kerja, petugas P3K wajib segera menolong korban.
Demi kebaikan bersama, petugas P3K harus perhatikan prinsip dasar dalam
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan, yaitu :

1. Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya.


Saat terjadi kecelakaan kerja biasanya timbul situasi panik.Sebagai petugas
P3K usahakan tetap tenang dan lihatlah situasi dengan cermat sehingga
Anda tidak menjadi korban kecelakaan berikutnya. Pastikan diri Anda
dalam posisi aman untuk bisa menolong orang lain.
2. Pakailah metode pertolongan yang cepat, mudah dan efesien.

Untuk menangani pertolongan pertama pada kecelakaan, lakukan sesegera


mungkin dengan berbagai peralatan dan sumber daya yang ada.

3. Catat semua usaha pertolongan yang telah dilakukan.


Pencatatan ini berfungsi untuk memberikan data secara falid kepada pihak
lain (misalanya rumah sakit/rujukan) tentang identitas korban, kronologi
kejadian, dan gejala penyakit yang diderita.

D. Sistematika Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan


Menolong orang yang sedang mengalami kecelakaan memang
membutuhkan mental kuat dan keterampilan P3K yang cukup. Beberpa tips
untuk memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan kerja :

1. Jangan Panik.
Meski situasi dan kondisi saat terjadi kecelakaan crowded, usahakan tetap
tenang dan segera mengambil tindakan secara tepat dan cepat.

2. Jauhkan korban dari kecelakaan berikutnya.


Menjauhkan korban kecelakaan dari tempat semula berfungsi untuk
menghindari kecelakaan susulan yang mungkin bisa saja terjadi. Selain itu,
dengan menghindar dari lokasi terjadinya kecelakaan, petugas P3K akan
dapat lebih fokus mengurus korban.

3. Perhatikan pernafasan,denyut jantung, pendarahan dan tanda-tanda shock.


Jika korban kecelakaan mengalami kendala dalam pernafasan, pendarahan,
dan terjadi tenda-tanda shock maka segera beri pertolongan pertama sesuai
dengan SOP.

4. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.


Jangan pindahkan korban sebelum diketahui secara pasti jenis dan
keparahan cidera yang dialami, kecuali bila tempat tersebut tidak
memungkinkan lagi untuk melalukan perawatan.Apabila korban hendak
diusung, hentikan pendarahan dan pastikan tulang yang patah sudah dibidai.
5. Segera rujuk ke pusat pengobatan terdekat.
Pertolongan pertama pada prinsipnya adalah pertolongan sementara.Apabila
korban mengalami luka parah, jangan segan untuk merujuk ke pusat
pengobatan terdekat, bisa ke puskesmas, dokter spesialis maupun rumah
sakit.

NAMA : JENI DIANA


KELOMPOK : II
1. JEFRY ( BAGAIMANA CARA PENCEGAHAN DARI LIMA HAZARD
YANG DISAMPAIKAN KELOMPOK 2
JAWABAN :
Identifikasi bahaya yang dilaksanakan memperhatikan faktor-faktor bahaya
sebagai berikut :
1. Biologi (jamur, virus, bakteri, mikroorganisme)
2. Kimia (bahan/material/gas/uap/debu/cairan beracun, berbahaya, mudah
meledak/menyala/terbakar, korosif, iritan, bertekanan, reaktif, radioaktif,
oksidator, penyebab kanker, bahaya pernafasan, membahayakan lingkungan,
dsb).
3. Fisik/Mekanik (infrastruktur, mesin/alat/perlengkapan/kendaraan/alat berat,
ketinggian, tekanan, suhu, ruang terbatas/terkurung, cahaya, listrik, radiasi,
kebisingan, getaran dan ventilasi).
4. Biomekanik (postur/posisi kerja, pengangkutan manual, gerakan berulang serta
ergonomi tempat kerja/alat/mesin).
5. Psikis/Sosial (berlebihnya beban kerja, komunikasi, pengendalian manajemen,
lingkungan sosial tempat kerja, kekerasan dan intimidasi).
Pengendalian resiko didasarkan pada hierarki sebagai berikut :
1. Eliminasi(menghilangkan sumber/aktivitas berbahaya).
2. Substitusi (mengganti sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area yang
lebih aman)
3. Perancangan (modifikasi/instalasi sumber/alat/mesin/bahan/material/
aktivitas/area supaya menjadi aman)
4. Administrasi (penerapan prosedur/aturan kerja, pelatihan dan pengendalian
visual di tempat kerja).
5. Alat pelindung diri
(penyediaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja dengan paparan
bahaya/resiko tinggi)
Referensi
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengendalian-
resikobahaya.html
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/identifikasi-bahaya-
penilaian-resiko.html?m=1

2. Dari 5 Hazard tersebut jika ada kecelakaan kerja apa yang harus dilakukan
oleh kelompok / team lakukan?
JAWABAN :
1. Jangan panik
Meskipun situasi dan kondisi selama kecelakaan berlangsung tegang, cobalah
untuk tetap tenang dan segera mengambil tindakan dengan benar, cepat dan tepat.
2. Jauhkan korban dari kecelakaan berikutnya
Menjauhkan korban kecelakaan dari tempat kejadian berfungsi untuk
menghindari kecelakaan yang mungkin akan terjadi lagi. Selain itu, dengan
menghindari lokasi kecelakaan, pekerja yang melakukan pertolongan pertama akan
dapat lebih fokus dalam melakukan tindakan pada korban.
3. Perhatikan pernapasan, detak jantung, perdarahan, dan tanda-tanda syok
Jika korban kecelakaan mengalami masalah pernapasan, pendarahan, dan tanda-
tanda syok, segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan standar operasional yang
berlaku.
4. Jangan memindahkan korban dengan terburu-buru
Jangan pindahkan korban sebelum diketahui persis jenis dan tingkat keparahan
cidera yang dialami, kecuali jika tempat itu tidak lagi memungkinkan untuk melakukan
perawatan. Jika korban mengalami pendarahan hentikan pendarahan terelebih dahulu
dan pastikan korban mendapat penanganan terbaik sebelum dipindah ke rumah sakit.
5. Segera merujuk ke pusat medis terdekat
Pertolongan pertama pada kecelakaan pada prinsipnya adalah bantuan
sementara. Jika korban terluka parah, jangan ragu untuk merujuk ke pusat medis
terdekat seperti fasilitas kesehatan, dokter spesialis, maupun rumah sakit.
Referensi
1. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (K3).
https://wandasaputra93.wordpress.com/2014/01/19/158/
2. Apa saja syarat fasilitas P3K di tempat kerja.
https://k3community.blogspot.com/2017/11/apa-saja-syarat-fasilitas-p3k-di-
tempat.html
NAMA : RENSI TANGKE LAYUK
KELOMPOK : II
1. JEFRY ( BAGAIMANA CARA PENCEGAHAN DARI LIMA HAZARD
YANG DISAMPAIKAN KELOMPOK 2
JAWABAN :
Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Pengendalian Resiko merupakan salah
satu syarat elemen Sistem Manajemen Keselamatan KerjaOHSAS 18001:2007 klausul
4.3.1. Identifikasi Bahaya dilaksanakan guna menentukan rencana penerapan K3di
lingkungan Perusahaan.
Identifikasi bahaya yang dilaksanakan memperhatikan faktor-faktor bahaya
sebagai berikut :
1. Biologi (jamur, virus, bakteri, mikroorganisme, tanaman, binatang).
2. Kimia (bahan/material/gas/uap/debu/cairan beracun, berbahaya, mudah
meledak/menyala/terbakar, korosif, iritan, bertekanan, reaktif, radioaktif,
oksidator, penyebab kanker, bahaya pernafasan, membahayakan lingkungan,
dsb).
3. Fisik/Mekanik (infrastruktur, mesin/alat/perlengkapan/kendaraan/alat berat,
ketinggian, tekanan, suhu, ruang terbatas/terkurung, cahaya, listrik, radiasi,
kebisingan, getaran dan ventilasi).
4. Biomekanik (postur/posisi kerja, pengangkutan manual, gerakan berulang serta
ergonomi tempat kerja/alat/mesin).
5. Psikis/Sosial (berlebihnya beban kerja, komunikasi, pengendalian manajemen,
lingkungan sosial tempat kerja, kekerasan dan intimidasi).
6. Dampak Lingkungan (air, tanah, udara, ambien, sumber daya energi, sumber
daya alam, flora dan fauna).
Pengendalian resiko didasarkan pada hierarki sebagai berikut :
1. Eliminasi
menghilangkan sumber/aktivitas berbahaya).
2. Substitusi
(mengganti sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area yang lebih aman)
3. Perancangan
(modifikasi/instalasi sumber/alat/mesin/bahan/material/ aktivitas/area supaya
menjadi aman)
4. Administrasi
(penerapan prosedur/aturan kerja, pelatihan dan pengendalian visual di tempat
kerja).
5.Alat pelindung diri
(penyediaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja dengan paparan
bahaya/resiko tinggi)

Referensi
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengendalian-
resikobahaya.html
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/identifikasi-bahaya-
penilaian-resiko.html?m=1

2. Dari 5 Hazard tersebut jika ada kecelakaan kerja apa yang harus dilakukan
oleh kelompok / team lakukan?
JAWABAN :
Hal yang perlu dilakukan sebelum menangani jika terjadi kecelakaan kerja adalah kita
sebagai penolong harus aman diri, pasien dan lingkungan.
1. Jangan panik
Meskipun situasi dan kondisi selama kecelakaan berlangsung tegang, cobalah
untuk tetap tenang dan segera mengambil tindakan dengan benar, cepat dan tepat.
Apabila kecelakaan bersifat massal korban yang luka ringan dapat di arahkan untuk
membantu.
2. Jauhkan korban dari kecelakaan berikutnya
Menjauhkan korban kecelakaandari tempat kejadian berfungsi untuk
menghindari kecelakaan yang mungkin akan terjadi lagi. Selain itu, dengan
menghindari lokasi kecelakaan, pekerja yang melakukan pertolongan pertama akan
dapat lebih fokus dalam melakukan tindakan pada korban.
3. Perhatikan pernapasan, detak jantung, perdarahan, dan tanda-tanda syok
Jika korban kecelakaan mengalami masalah pernapasan, pendarahan, dan tanda-
tanda syok, segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan standar operasional yang
berlaku.
4. Jangan memindahkan korban dengan terburu-buru
Jangan pindahkan korban sebelum diketahui persis jenis dan tingkat keparahan
cidera yang dialami, kecuali jika tempat itu tidak lagi memungkinkan untuk melakukan
perawatan. Jika korban mengalami pendarahan hentikan pendarahan terelebih dahulu
dan pastikan korban mendapat penanganan terbaik sebelum dipindah ke rumah sakit.
5. Segera merujuk ke pusat medis terdekat
Pertolongan pertama pada kecelakaan pada prinsipnya adalah bantuan
sementara. Jika korban terluka parah, jangan ragu untuk merujuk ke pusat medis
terdekat seperti fasilitas kesehatan, dokter spesialis, maupun rumah sakit.
Referensi
1. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (K3).
https://wandasaputra93.wordpress.com/2014/01/19/158/
2. Apa saja syarat fasilitas P3K di tempat kerja.
https://k3community.blogspot.com/2017/11/apa-saja-syarat-fasilitas-p3k-di-
tempat.html

NAMA : SEPTYANINGRUM
KELOMPOK : II
1. JEFRY ( BAGAIMANA CARA PENCEGAHAN DARI LIMA HAZARD
YANG DISAMPAIKAN KELOMPOK 2
JAWABAN :
kita bisa menggunakan hirarki pengendalian resiko K3 yaitu :
a. Eliminasi
yaitu kita harus mengetahui Sumber Bahaya, memodifikasi desain untuk
menghilangkan bahaya ; misalnya memperkenalkan perangkat
mengangkat mekanik untuk menghilangkan penanganan bahaya
manual.
b. Substitusi
yaitu pengganti bahan kurang berbahaya atau mengurangi energi sistem
yang berkaitan dengan alat/mesin/ dan bahan; misalnya menurunkan
kekuaatan , ampere, tekanan , suhu, dll.
c. Perancangan
Modifikasi/perancangan alat/mesin/tempat kerja yang lebih aman
atau menginstal sistem ventilasi, mesin penjagaan, interlock, dll.
d. Administrasi
Prosedur, aturan, pelatihan, durasi kerja, tanda bahaya, rambu ,
poster, label , tanda-tanda keselamatan , daerah berbahaya , tanda-
tanda foto luminescent, tanda untuk trotoar pejalan kaki, peringatan
sirine/ lampu, alarm, prosedur keselamatan, inspeksi peralatan,
kontrol akses, sistem yang aman, penandaan, dan izin kerja, dll.
e. APD
Alat perlindungan diri tenaga kerjamisalnya kacamata safety,
perlindungan pendengaran, pelindung wajah, respirator, dan sarung
tangan.
Referensi
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengendalian-
resikobahaya.html
2. Dari 5 Hazard tersebut jika ada kecelakaan kerja apa yang harus
dilakukan oleh kelompok / team lakukan ?
JAWABAN :
a. Jangan Panik

Berlakulah cekatan tetapi tetap tenang. Apabila kecelakaan bersifat massal,


korban-korban yang mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk membantu
dan pertolongan diutamakan diberikan kepada korban yang menderita luka yang
paling parah tapi masih mungkin untuk ditolong.

b. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya.

Pentingnya menjauhkan dari sumber kecelakaannya adalah untuk mencegah


terjadinya kecelakan ulang yang akan memperberat kondisi korban. Keuntungan
lainnya adalah penolong dapat memberikan pertolongan dengan tenang dan
dapat lebih mengkonsentrasikan perhatiannya pada kondisi korban yang
ditolongnya. Kerugian bila dilakukan secara tergesa-gesa yaitu dapat
membahayakan atau memperparah kondisi korban.

c. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban.

Bila pernafasan penderita berhenti segera kerjakan pernafasan bantuan.

d. Pendarahan

Pendarahan yang keluar pembuluh darah besar dapat membawa kematian dalam
waktu 3 sampai 5 menit. Dengan menggunakan saputangan atau kain yang
bersih tekan tempat pendarahan kuat-kuat kemudian ikatlah saputangan tadi
dengan dasi, baju, ikat pinggang, atau apapun juga agar saputangan tersebut
menekan luka-luka itu. Kalau lokasi luka memungkinkan, letakkan bagian
pendarahan lebih tinggi dari bagian tubuh.

e. Perhatikan tanda-tanda shock.

Korban-korban ditelentangkan dengan bagian kepala lebih rendah dari letak


anggota tubuh yang lain. Apabila korban muntah-muntah dalm keadaan setengah
sadar, baringankan telungkup dengan letak kepala lebih rendah dari bagian
tubuh yang lainnya. Cara ini juga dilakukan untuk korban-korban yang
dikhawatirkan akan tersedak muntahan, darah, atau air dalam paru-parunya.
Apabila penderita mengalami cidera di dada dan penderita sesak nafas (tapi
masih sadar) letakkan dalam posisi setengah duduk.

f. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.

Korban tidak boleh dipindahakan dari tempatnya sebelum dapat dipastikan jenis
dan keparahan cidera yang dialaminya kecuali bila tempat kecelakaan tidak
memungkinkan bagi korban dibiarkan ditempat tersebut. Apabila korban hendak
diusung terlebih dahulu pendarahan harus dihentikan serta tulang-tulang yang
patah dibidai. Dalam mengusung korban usahakanlah supaya kepala korban
tetap terlindung dan perhatikan jangan sampai saluran pernafasannya tersumbat
oleh kotoran atau muntahan.

g. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.

Setelah dilakukan pertolongan pertama pada korban setelah evakuasi korban ke


sentral pengobatan, puskesmas atau rumah sakit. Perlu diingat bahwa
pertolongan pertama hanyalah sebagai life saving dan mengurangi kecacatan,
bukan terapi. Serahkan keputusan tindakan selanjutnya kepada dokter atau
tenaga medis yang berkompeten.
Setiap pemberian pemberian pertolongan pada kecelakaan secara terinci tentu
berbeda, tergantung pada jeniskecelakaan yang terjadi, jenis dan bentuk cidera
serta situasi dan kondisi korban.

Referensi
1. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (K3).
https://wandasaputra93.wordpress.com/2014/01/19/158/
2. Apa saja syarat fasilitas P3K di tempat kerja.
https://k3community.blogspot.com/2017/11/apa-saja-syarat-fasilitas-p3k-di-
tempat.html

Anda mungkin juga menyukai