Anda di halaman 1dari 8

EFEKTIFITAS SENYAWA KURKUMIN DALAM KUNYIT SEBAGAI

TERAPI TAMBAHAN UNTUK PASIEN KANKER YANG


MENJALANKAN PENGOBATAN KEMOTERAPI

RATNA DWI KRISMONDANI

Kanker merupakan penyebab kematian kedua di dunia setelah penyakit


jantung1. Pada tahun 2018 data dari WHO menyatakan terdapat 18,1 juta kasus baru
kanker di seluruh dunia dengan angka kematian mencapai 9,6 juta jiwa1,2.
Diperkirakan 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 6 perempuan mengalami kanker dengan
1 dari 8 laki-laki dan 1 dari 11 perempuan meninggal akibat kanker2. Kanker
merupakan salah satu masalah kesehatan utama di seluruh dunia khusunya di negara
berkembang dengan fasilitas dan pelayanan kesehatan yang masih terbatas2. Di
Indonesia kanker merupakan penyebab kematian terbanyak kedua setelah penyakit
jantung dan stroke2. Angka kejadian kanker di Indonesia menempati posisi ke 8
terbanyak di Asia tenggara sedangkan di Asia menempati posisi ke 23 dengan
angka kejadian terbanyak sebesar 135,2 per 100.000 penduduk2. Angka tersebut
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) mengalami peningkatan dari 1,4
per 1000 penduduk pada tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun
2018. Angka kejadian tertinggi di indonesia untuk laki-laki adalah kanker paru
yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian sebesar 10,9
per 100.000 penduduk, yang diikuti dengan kanker hati sebesar 12,4 per 100.000
penduduk dengan rata-rata kematian mencapat 17 per 100.000 penduduk.
Sedangkan pada perempuan kejadian tertinggi adalah kanker payudara yaitu
sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan tingkat kematian 7,6 per 100.000
penduduk yang diikuti degan kanker leher Rahim sebesar 23,4 per 100.000
penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk2.
Risiko seseorang untuk mengalami kanker terutama disebabkan oleh faktor
lingkungan dibandingkan dengan faktor genetik3. Perubahan gaya hidup dan pola
makan pada setiap individu di era modern menyebabkan angka kejadian kanker
selalu meningkat dari tahun ke tahun. Faktor lingkungan yang berpengaruhi
terhadap timbulnya kanker diantaranya berat badan yang berlebih, jarang

1
berolahraga, merokok, jarang konsumsi buah dan sayur serta konsumsi alkohol.
Merokok merupakan faktor risiko yang penting terkait dengan tinggi nya angka
kematian pada pasien kanker yaitu sekitar 22 % dari total kematian akibat kanker3.
Untuk mencegah dan mengendalikan kanker di Indonesia pemerintah telah
melakukan banyak upaya terutama kanker dengan angka kejadian terbanyak seperti
kanker payudara dan kanker leher Rahim. Pemerintah telah melakukan berbagai
langkah penting antara lain deteksi dini kanker payudara dan kanker leher Rahim
pada perempuan usia 30-50 tahun dengan menggunakan metode periksa payudara
sendiri (SADARI), periksa payudara klinis (SADANIS) dan alat mammografi
untuk kanker payudara dan inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) untuk
kanker leher Rahim4,5. Namun sampai saat ini cakupan deteksi dini kanker masih
sangat rendah di Indonesia yaitu hanya sebesar 2,45 %6. Hal ini lah yang
menyebabkan sulit nya menurunkan angka kejadian kanker dari tahun ke tahun.
Rendahnya cakupan deteksi dini menyebabkan pasien pasien kanker yang datang
ke fasilitas kesehatan lebih dari 80% kasus ditemukan telah berada dalam stadium
yang lanjut7. Pada stadium lanjut sel-sel kanker telah mengalami menyebar ke
banyak organ5. Hal ini menyebabkan upaya kesehatan menjadi sulit untuk
dilakukan. Oleh karena itu satu-satunya terapi yang dipertimbangkan untuk pasien
kanker stadium lanjut yaitu dengan menjalani kemoterapi5.
Kemoterapi atau yang biasa di sebut kemo merupakan pengobatan yang
bertujuan untuk membunuh sel kanker8. Obat kemoterapi dapat diberikan melalui
suntikan atau diminum. Cara kerja dari kemoterapi yaitu dengan menghentikan dan
membunuh sel-sel kanker yang membelah diri dengan cepat. Saat ini kemoterapi
merupakan salah satu pengobatan utama yang banyak digunakan dalam memerangi
sel-sel kanker. Hanya saja, tingkat keberhasilan pengobatan kemoterapi masih
sangat rendah dengan efek samping yang parah terutama ke jaringan normal. Obat
kemoterapi tidak dapat membedakan antara sel kanker dengan sel normal8. Hal ini
menyebabkan bukan saja sel kanker yang mati namun banyak sel normal
mengalami kerusakan seperti sel pada sumsum tulang, gastrointestinal, jantung,
hati, ginjal, otak, pendengaran dan lain sebagainya menimbulkan gejala seperti
rambut rontok, anemia, sariawan, pendarahan, sering terkena infeksi, gangguan
psikologis, kulit kering dan perih, sulit tidur, kehilangan nafsu makan dan mual

2
muntah9. Beberapa gejala tersebut biasanya menghilang pada saat pengobatan
kemoterapi di hentikan. Namun kadangkalanya gejala tersebut timbul lebih parah
seperti kerusakan pada jantung9. Efek samping yang timbul dapat membatasi hasil
dari pengobatan kemoterapi. Kegagalan dalam menjalankan pengobatan
kemoterapi dapat menurunkan kualitas hidup pasien serta meningkatkan angka
kekambuhan kanker dengan stadium yang lebih parah dan lebih sulit untuk di obati.
Pemberian pengobatan kemoterapi yang berulang dengan stadium kanker yang
telah menyebar ke berbagai organ (Metastasis) dapat menurunkan kepekaan obat
kemoterapi dan angka keberhasilannya menjadi sangat rendah. Hal ini yang
menyebabkan tinggi nya angka kematian akibat kanker bahkan setelah pasien
menerima pengobatan kemoterapi10.
Tantangan terkait efektifitas dan tingkat kepekaan pengobatan kemoterapi
telah membuat berbagai peneliti di berbagai dunia tertarik untuk menemukan terapi
tambahan yang dapat meningkatkan sensitivitas dari obat kemoterapi. Saat ini
banyak peneliti yang menguji efektivitas dari tanaman herbal sebagai obat
antikanker. Salah satu tanaman herbal yang sudah dikenal luas di Indonesia yang
memiliki aktivitas sebagai antikanker adalah kunyit11.

Gambar 1. Kunyit sebagai tanaman herbal di Indonesia12.


Kunyit atau yang dikenal dengan nama ilmiah curcuma longa merupakan
tanaman rempah penyedap masakan yang sangat umum digunakan oleh masyarakat
indonesia. kunyit adalah tanaman asli Asia terutama India, Indonesia dan Cina.
Selain dikenal sebagai tanaman rempah kunyit juga sering digunakan sebagai obat
tradisional untuk mengobati muntah, sakit kepala, diare dan lain-lain11,12. Penelitian
tentang kandungan kimia pada tanaman kunyit telah menemukan senyawa

3
kurkuminoid dan minyat atsiri sebagai komponen utama dalam kunyit. Kurkumin
merupakan kurkuminoid utama dalam kunyit yang memiliki aktivitas sebagai anti
kanker12,13. Berdasarkan sebuah penelitian menemukan aktivitas kunyit sebagai
antikanker terutama dengan mekanisme kerja menghambat pertumbuhan sel kanker
(proapoptosis), menghambat pertumbuhan pembuluh darah yang memasok nutrisi
sel kanker (anti-angiogenik), menghambat penyebaran dari sel kanker (anti-
metastasis), antiradang, antioksidan, dan imunomodulator 9,10,14,15,16. Selain itu juga
kunyit dapat menekan aktivitas mutagen (senyawa yang dapat merangsang
pertumbuhan sel kanker) berdasarkan penelitian pada hewan dan labolatorium.
Efek penghambatan terhadap mutagen ini disebabkan oleh sifat antioksidan dari
senyawa kurkumin dalam kunyit11. Antioksidan berperan dalam meningkatkan
kadar senyawa glutathione yang dapat membantu menetralisir sel-sel hati dari
senyawa mutagen yang masuk kedalam tubuh17.

Gambar 2. Mekanisme kerja senyawa kurkumin dalam kunyi sebagai antikanker


melalui target protein dan gen dalam tubuh. Senyawa kurkumin dalam kunyit
terbukti dapat menghambat pembelahan sel, meningkatkan kematian sel kanker
(anti-apoptosis), mencegah penyebaran sel kanker (anti-metastasis), dan
menghambat pertumbuhan pembuluh darah yang memasok nutrisi untuk sel
kanker (antiangiogenesis)18

4
Selain manfaat nya sebagai antikanker senyawa kurkumin dalam kunyit
terbukti meningkatkan efektivitas dari obat kemoterapi dengan cara membuat sel
kanker peka terhadap kemoterapi, melindungi sel normal dari kerusakan akibat
kemoterapu serta mengurangi efek samping dari obat kemoterapi yang
diberikan10,15. Pada akhirnya kedua kombinasi ini dapat bekerja secara sinergis
dalam meningkatkan angka kelangsungan hidup pasien serta menurunkan angka
kekambuhan dari kanker.
Saat ini penggunaan kunyit sebagai terapi tambahan untuk pasien kanker
memang masih sangat terbatas. Di masa yang akan datang diharapkan penggunaan
kunyit sebagai terapi tambahan pada pasien kanker yang menjalankan pengobatan
kemoterapi dapat digunakan secara luas karena kunyit merupakan tanaman herbal
yang mudah diperoleh, dibudidayakan, dan harganya terjangkau. Selain dari segi
pengobatan yang dupayakan untuk keberhasilan terapi pada pasien kanker,
dukungan psikologis pasien oleh orang terdekat dan tenaga kesehatan yang
menangani juga sangat diperlukan dalam keberhasilan pasien dalam menjalankan
pengobatan. Hal ini disebabkan seseorang yang divonis kanker oleh dokter
merupakan sebuah mimpi buruk dalam hidup nya. Pasien kanker selalui dibayang-
bayangi oleh kekhawatiran yang berlebihan akan kematian yang menyebabkan
hilangnya semangat dalam menjalankan hidup, pessimis, dan depresi. Berdasarkan
sebuah penelitian terkait angka depresi pada pasien kanker sangat tinggi terumata
timbul pada saat pasien sedang menjalankan pengobatan. Penelitian tersebut
menyatakan angkanya berkisar antara 8-24 % dari keseluruhan pasien kanker19.
Angka depresi ini dapat mempengaruhi keputusan hidup yang dijalani oleh pasien.
Banyak pasien kanker di seluruh dunia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya
dengan cara bunuh diri untuk lepas dari penyakitnya. Berdasarkan penelitian di
dunia dari 8,6 juta pasien kanker terdapat 13,3 ribu pasien kanker melakukan bunuh
diri dengan tingkat kejadian menjapai 28,58/100.000 penyandang kanker setiap
tahunnya20. Pasien kanker memiliki hak untuk sembuh dari penyakit nya. Mereka
memiliki hak untuk memperoleh kebahagian dan mencapai cita-cita yang
diidamkannya. Oleh karena itu sudah sepatutnya penyelesaian terkait masalah
kanker di Indonesia merupakan tanggung jawab bersama dari keluarga, tenaga
kesehatan dan pemerintah. Sebuah langkah kecil dari kita merupakan 1000 harapan

5
bagi mereka untuk mendapatkan kehidupan normalnya kembali jauh dari bayang-
bayang kematian dan rasa sakit. Keluarga sebagai orang terdekat pasien dapat
senantiasa mendampingi pasien dalam berobat, memberikan kasih sayang dan
perhatian, mewujudkan sesuatu yang pasien suka misalnya jika pasien memiliki
hobi membaca maka kita bisa menyediakan buku-buku menarik untuk mereka baca,
memotivasi, menjadi tempat berkeluh kesah dan mendukung setiap keputuasan
yang diambil oleh pasien. Untuk tenaga kesehatan yang menangani pasien kanker
juga diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang menyenangkan,
ramah, menyampaikan setiap temuan klinis dengan bahasa yang baik serta
memotivasi pasien untuk sembuh. Sedangkan bagi pemerintah diharapkan dapat
menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang berkualitas, sarana dan prasarana
yang memadai, metode deteksi dini kanker lebih terjangkau dan tenaga kesehatan
ahli yang mencukupi. Sehingga pada akhirnya keterlibatan dalam berbagai pihak
ini dapat membantu dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat
kanker. Selamat hari kanker sedunia, semoga peringatan ini dapat menjadi sebuah
renungan, evaluasi, dan pembelajaran bagi kita semua tentang situasi kanker di
seluruh dunia khususnya di Indonesia dan memberikan sebuah motivasi bagi semua
pihak untuk mencoba menuntaskan masalah kanker di Indonesia.

6
Daftar Pustaka
1. Organization world health. Latest global cancer data: Cancer burden rises
to 18.1 million new cases and 9.6 million cancer deaths in 2018 Strictly.
Asian Pacific J Cancer Prev. 2018;4(1):3–4.
2. Kementerian kesehatan RI. Hari kanker sedunia 2019. Kemenkes. 2019.
Tersedia pada https://www.kemkes.go.id/article/view/19020100003/hari-
kanker-sedunia-
2019.html#:~:text=Berdasarkan%20data%20Riskesdas%2C%20prevalensi
%20tumor,1000%20penduduk%20pada%20tahun%202018.
3. GBD 2015 Risk Factors Collaborators. Global, regional, and national
comparative risk assessment of 79 behavioural, environmental and
occupational, and metabolic risks or clusters of risks, 1990-2015: a
systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2015. Lancet.
2016 Oct; 388 (10053):1659-1724.
4. Wantini NA, Indrayani N. Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Inspeksi
Visual Asam Asetat (IVA). 2019;27–34.
5. Kemenkes. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. Kementeri Kesehat
Republik Indones [Internet]. 2015;1–50. Available from:
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf
6. Bott R. Data dan Informasi Kesehatan Situasi Penyakit Kanker. Igarss 2014.
2014;(1):1–5.
7. Kemenkes. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. Kementeri Kesehat
Republik Indones [Internet]. 2015;1–50. Available from:
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf
8. Kementerian Kesehatan. kemoterapi. Kementerian kesehatan.2015.
9. Mansouri K, Rasoulpoor S, Daneshkhah A, Abolfathi S, Salari N. Clinical
effects of curcumin in enhancing cancer therapy : A systematic review.
2020;1–11.
10. Tan BL. Curcumin Combination Chemotherapy : The Implication and E ffi
cacy in Cancer. 2019;2:1–21.

7
11. Abdurrahman N. Kurkumin pada Curcuma longa sebagai Tatalaksana
Alternatif Kanker Curcumin in Curcuma longa as an Cancer Alternative
Treatment. 2019;6:410–5.
12. Chao IC, Wang CM, Li SP, Lin LG, Ye WC, Zhang QW. Simultaneous
quantification of three curcuminoids and three volatile components of
curcuma longa using pressurized liquid extraction. Molecules. 2018;
23(1568): 1–9.
13. Kocaadam B, Şanlier N. Curcumin, an active component of turmeric
(Curcuma longa), and Its effects on health. Critical Reviews In Food
Science And Nutrition. 2017; 57(13):2889–95.
14. 14. Yang H, Huang S, Wei Y, Cao S, Pi C, Feng T, et al. J o u r n a l o f C
a n c e r Curcumin Enhances the Anticancer Effect Of 5-fluorouracil against
Gastric Cancer through Down-Regulation of COX-2 and NF- κB Signaling
Pathways. 2017;8.
15. Mansouri K, Rasoulpoor S, Daneshkhah A, Abolfathi S, Salari N. Clinical
effects of curcumin in enhancing cancer therapy : A systematic review.
2020;1–11.
16. Unlu A, Nayir E, Kalenderoglu MD, Kirca O. Curcumin (Turmeric) and
cancer. 2016.
17. Das L, Vinayak M. Long term effect of curcumin in restoration of tumour
suppressor P53 and phase-II antioxidant enzymes via activation of nrf2
signalling fnd modulation of inflammation in prevention of cancer. PLoS
ONE. 2015;10:1-22.
18. Tajuddin W, Lajis NH, Abas F, Othman L, Naidu R. mechanistic
understanding of curcumin’s therapeutic effects in lung cancer. Nutrients.
2019;11 (2):2989.
19. Krebber AMH, Buffart LM, Kleijn G, Riepma IC, Bree R De, Leemans CR,
et al. Prevalence of depression in cancer patients : a meta-analysis of
diagnostic interviews and self-report instruments. 2014;130:121–30.
20. Zaorsky NG, Chinchilli VM, Zhang Y, Tuanquin L, Bluethmann SM, Park
HS. Suicide among cancer patients. Nat Commun. 2014;(2019):1–7.
Available from: http://dx.doi.org/10.1038/s41467-018-08170-1.

Anda mungkin juga menyukai