Anda di halaman 1dari 43

TUGAS KEPERAWATAN JIWA II

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Kelompok 3 :
1. Ayuni Ditya Cahyati
2. Deby Aprilia
3. Febria Novita
4. Lusi Septiana
5. Nadya Warman

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIKES ALIFAH PADANG
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
berkat-Nya, kami dapat menyelesaiankan makalah Keperawatan Jiwa II ini tepat
pada waktunya. Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata kami megucapkan limpah terima
kasihkepada semua pihak yang turut serta dalam penyelesaian makalah ini.

Padang, 30
November 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perkembangan di dalam kebudayaan masyarakat banyak membawa


perubahan yang tidak kecil di dalam segi kehidupan manusia. Perubahan situasi
individu baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan
fisik, mental dan sosial. Individu yang sehat jiwa ini meliputi menyadari
kemampuan dirinya secara penuh. Mampu menghadapi problem maupun situasi
yang berat dan mampu berada dengan orang lain (Keliat,dkk.2007).

Data statistik yang dikemukakan oleh (WHO) (2012) menyebutkan bahwa


sekitar 450 juta orang di dunia mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa.
Sepertiga diantaranya terjadi di Negara berkembang. Data yang ditemukan oleh
peneliti di Harvard University dan University College London, mengatakan
penyakit kejiwaan pada tahun 2016 meliputi 32% dari semua jenis kecacatan di
seluruh dunia. Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya (VOA Indonesia,
2016).

Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60


juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena dimensia. Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah
236 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan
0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung.
Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia 15-24 tahun mengalami gangguan jiwa,
dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera Barat merupakan peringkat ke 9 dengan
jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi masalah skizofrenia
pada urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil. Peningkatan gangguan jiwa yang terjadi
saat ini akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan ketidakmampuan dan
gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penderita (Riskesdas 2013).

Dalam pasien dengan gangguan jiwa kurangnya keperawatan diri akibat


adanya perubahan proses pikir sehingga dalam kemampuan melakukan aktifitas
perawatan diri menurun. Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk
kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat
memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi
rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Selain itu,beragam
faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien.

B. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri.

Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Definisi Defisit Perawatan Diri.
b. Untuk mengetahui Etiologi Defisit Perawatan Diri.
c. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri.
d. Untuk mengetahui Jenis Defisit Perawatan Diri.
e. Untuk mengetahui Etiologi Defisit Perawatan Diri..
f. Untuk mengetahui Proses Terjadiya Masalah Defisit Perawatan Diri.
g. Untuk mengetahui Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri.
h. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri.
i. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien Defisit Perawatan
Diri.
j. Untuk mengetahui Evaluasi dari Defisit Perawatan Diri.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalai
kelainandalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupansehari hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi
secara teratur,tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas,
dan penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan diri,
makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau kecil
sendiri (toileting) (Keliat B. A, dkk, 2011).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada
pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku
negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga
maupun masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik,2015)
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun.Kurang perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri diantaranya mandi,makan dan
minum secara mandiri,berhias secara mandiri, dan toileting.

2. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan tidak melakukan perawatan


seimbang diri tidak seimbang diri

Gambar 1. Rentang Respon Defisit Perawatan Diri


Keterangan :
1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stresor
kadang kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.

3. Faktor Penyebab
1. Faktor Perdiposisi
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kurang perawatan
diri adalah, Perkembangan. Dalam perkembangan, keluarga yang
terlalu melindungi dan memanjakan klien dapat
menimbulkanperkembangan inisiatif dan keterampilan.Lalu faktor
predisposisi selanjutnya adalah Faktor Biologis, beberapa penyakit
kronis dapat menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri secara mandiri.Faktor selanjutnya adalah kemampuan realitas
yang menurun.Klien dengan gangguan jiwa mempunyai kemampuan
realitas yang kurang, sehingga menyebabkan ketidak pedulian dirinya
terhadap lingkungan termasuk perawatan diri.Selanjutnya adalah
faktor Sosial, kurang dukungan serta latihan kemampuan dari
lingkungannya, menyebabkan klien merasa
2. Faktor Presipitasi.
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurangnya atau penurunan motivasi, kerusakan kognisi, atau
perseptual, cemas, lelah / lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Sedangkan menurut Depkes tahun 2000 faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah body Image, praktik social, status sosial
ekonomi, pengetahuan, budaya, kebiasaan dan kondisi fisik.
Berikut penjabarannya.gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan
fisik sehingga individu tidak perduli dengan dirinya.Pada anak anak
selalu dimanja dalam kebersihan diri maka,kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan, seperti sabun,
sikat gigi, shampoo dan alat mandi lainnya yang membutuhkan uang
untuk menyediakannya.Pengetahuan personal hygiene sangat penting
karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan,
misalnya pada pasien penderita DM yang harus menjaga kebersihan
kakinya.Pada faktor Budaya, terdapat budaya di sebagian masyarakat
tertentu jika individu sakit tidak boleh dimandikan. Ada pula
kebiasaan seseorang yang enggan menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri, missal sabun, shampoo,
Sedangkan, untuk factor kondisi fisik, pada keadaan tertentu / sakit
kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan
untukmelakukan nya.

4. Prose Terjadinya
Masalah yang ditemukan adalah : Defisit Perawatan Diri (SP 1
Kebersihan Diri, SP 2 berhias, SP 3 makan,minum SP 4 Teiloting
BAB/BAK )
a) Data Subjektif :
Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa tidak berdaya
b) Data Objektif :
Rambut kotor acak-acakan,badan dan pakaian kotor serta bau,mulut dan
gigi bau,kulit kusam dan kotor,kuku panjang dan tidak terawat.
c) Mekanisme Koping :
Regresi,penyangkalan, isolasi social menarik diri,intelektualisasi.
Defisit perawatan diri bukan merupakan bagian dari komponen pohon
masalah (causa,core problem,effect) tetapi sebagai masalah pendukung.
a) Effect
b) Core Problem
c) Causa
d) Defisit Perawatan Diri.

5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan nya di bagi 2 (Stuart &
Sundeen, 2000), yaitu :
a) Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan,
belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah : Klien bisa memenuhi
kebutuhan perawatan diri secara mandiri.

b) Mekanisme Koping Mal Adaptif


Mekanisme koping yang menghambat, fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategori nya adalah : Tidak mau merawat diri.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
PADA PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Pengkajian
a) Data Subjektif :
Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa tidak berdaya
b) Data Objektif :
Rambut kotor acak-acakan,badan dan pakaian kotor serta bau,mulut dan
gigi bau,kulit kusam dan kotor,kuku panjang dan tidak terawat.

B. Alasan Masuk
Regresi,penyangkalan, isolasi social menarik diri,intelektualisasi.
Defisit perawatan diri bukan merupakan bagian dari komponen pohon
masalah (causa,core problem,effect) tetapi sebagai masalah pendukung.
C. Penjabaran Masalah
Pohon Masalah
Effect Gangguan pemeliharaan
Kesehatan (BAB/BAK,
mandi, makan, minum)

Defisit
Core
perawatan diri
problem

Causa Menurunnya motivasi dalam


Perawatan diri

Isolasi sosial : menarik diri


(Sumber : Keliat, 2006)

Diagnosa keperawatan
 Defisit Perawatan Diri : Ketidakmampuan merawat kebersihan diri
 Menurunnya motivasi dalam merawat diri

Rencana keperawatan

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATANPADA PASIEN DENGAN


DEFISIT PERAWATAN DIRI : KEBERSIHAN DIRI

Tgl No Dx. Perencanaan


.D Keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi/strategi
x pelaksanaan
I Defisit Klien dapat Setelah interaksi Bina hubungan
Perawatan melakukan klien saling percaya
Diri : perawatan menunjukkan dengan :
Merawat diri secara tanda – tanda          Beri salam setiap
Kebersihan mandiri percaya pada berinteraksi
Diri perawat :          Perkenalkan nama,
Klien dapat          Wajah cerah, nama panggilan
membina tersenyum perawat, dan tujuan
hubungan          Mau berkenalan perawat
saling          Ada kontak berinteraksi.
percaya mata          Tanyakan dan
         Bersedia panggil nama
menceritakan kesukaan klien
perasaan          Tunjukkan sikap
         Bersedia empati, jujur dan
mengungkapkan menepati janji
masalahnya setiap kali
berinteraksi.
         Tanyakan perasaan
klien dan masalah
yang dihadapi klien
         Buat kontrak
interaksi yang jelas
         Dengarkan dengan
empati
         Penuhi kebutuhan
dasar klien

Klien 2.    Dalam interaksi 2. diskusikan


mengetahui klien dengan klien :
pentingnya menyebutkan :          Penyebab klien
perawatan          Penyebab tidak tidak merawat diri
diri merawat diri          Manfaat menjaga
         Manfaat perawatan diri
menjaga untuk keadaan
perawatan diri fisik, mental dan
         Tanda-tanda sosial
bersih dan rapi          Tanda-tanda
         Gangguan yang perawatan diri yang
dialami jika baik
perawatan diri          Penyakit atau
tidak gangguan
diperhatikan kesehatan yang bisa
dialami oleh klien
bila perawatan diri
tidak adekuat

Klien 3.1 Dalam …x 3.1 diskusika frekuensi


mengetahui interaksi klien menjaga perawatan
cara-cara menyebutkan diri selama ini
melakukan frekuensi         Mandi
perawatan menjaga
diri perawatan diri :         Gosok gigi
         Frekuensi        Keramas
mandi         Berpakain
         Frekuensi        Berhias
gosok gigi         Gunting kuku
         Frekuensi
3.2 diskusikan cara
keramas praktek perawatan
         Frekuensi ganti diri yang baik dan
pakaian benar
         Frekuensi        Mandi
berhias         Gosok gigi
         Frekuensi        Keramas
gunting kuku         Berpakain
3.2 Dalam …x        Berhias
interaksi klien        Gunting kuku
menjelaskan 3.3 berikan pujian untuk
cara menjaga setiap respon kliken
perawatan diri : yang positif
         Cara mandi
         Cara gosok gigi
         Cara keramas
         Cara
berpakaian
         Cara berhias
         Cara gunting
kuku

Klien dapat
4. Dalam …x 4.1 Bantu klien saat
melaksanaka interaksi klien perawatan diri :
n perawatan mempraktekan          Mandi
diri dengan perawatan diri          Gosok gigi
bantuan dengan dibantu          Keramas
perawat oleh perawat :          Berpakain
         Mandi          Berhias
         Gosok gigi          Gunting kuku
         Keramas 4.2 Beri pujian setelah
         Berpakain klien selesai
         Berhias melaksanakan
         Gunting kuku perawatan diri
Klien dapat
5. Dalam …x 5.1 Pantau klien
melaksanaka interaksi klien dalam
n perawatan melaksanakan melaksanakan
secara praktek perawatan diri :
mandiri perawatan diri          Mandi
secara mandiri :         Gosok gigi
         Mandi 2x sehari
         Keramas
         Gosok gigi          Berpakain
sehabis makan          Berhias
         Keramas 2x          Gunting kuku
seminggu 5.2 Beri pujian saat
         Ganti pakaian klien melaksanakan
1x sehari perawatan diri
         Berhias sehabis secara mandiri
mandi
         Gunting kuku
setelah mulai
panjang
Klien 6.1 Dalam …x 6.1 Diskusikan
mendapatkan interaksi dengan keluarga :
dukungan keluarga          Penyebab klien
keluarga menjelaskan tidak melaksanakan
untuk cara-cara perawatan diri
meningkatka membantu klien          Tindakan yang
n perawatan dalam telah dilakukan
diri memenuhi klien selama di
kebutuhan Rumah Sakit dalam
perawatan menjaga perawatan
dirinya diri dan kemajuan
6.2 Dalam …x yang telah dialami
interaksi oleh klien
keluarga          Dukungan yang
menyiapakan bisa diberika oleh
sarana keluarga untuk
perawatan diri meningkatkan
klien : sabun kemempuan klien
mandi, pasta dalam perawatan
gigi, sikat gigi, diri
sampo, handuk, 6.2 Diskusikan
pakaian bersih, denagn keluarga
sandal dan alat tentang :
berhias          Sarana yang
6.3 Keluarga diperlukan untuk
mempraktekan menjaga perawatan
perawatan diri diri klien
kepada klien          Anjurkan kepada
keluarga
menyiapkan sarana
tersebut
6.3 Diskusikan
dengan keluarga
hal-hal yang perlu
dilakukan keluarga
dalam perawatan
diri :
         Anjurkan keluarga
untuk
mempraktekan
perawatan diri
(mandi, gosok gigi,
keramas, ganti
baju, berhias dan
gunting kuku)
         Ingatkan klien
waktu mandi,
gosok gigi,
keramas, ganti
baju, berhias dan
gunting kuku
         Bantu jika klien
mengalami
hambatan dalam
perawatan diri
         Berikan pujian atas
keberhasilan klien
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 PASIEN

DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : KEBERSIHAN DIRI

(Pengkajian dan melatih cara menjaga kebersihandiri : Mandi, gosok gigi, cuci rambut)

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Data Subjektif :
Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa tidak berdaya

Data Objektif :
Rambut kotor dan acak-acakan,badan dan pakaian kotor serta bau,mulut dan

gigi bau,kulit kusam dan kotor,

2. Diagnosa Keperawatan

Defisit Keperawatan Diri : Mandi, Gosok gigi, cuci rambut

3. Tujuan Tindakan keperawatan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

b. Klien dapat menjelaskan, pentingnya kebersihan diri.

c. Klien dapat menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.

d. Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat.

e. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.

4. Tindakan Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya.

b. Jelaskan pentingnya perawatan diri yang baik..


c. Ajarkan klien mempraktekan cara perawatan diri : mandi, gosok gigi dan
cuci rambut

d. Bantu klien mempraktekancara perawatan diri.

e. Anjurkan klien memasukan kegiatan perawatan diri secara mandiri di


dalan jadwal kegiatan harian.

B. Strategi Komunikasi.

i. Fase Orientasi

a. Salam Teurapeutik

“Assalamualaikum..!! Selamat Pagi Bu, Perkenalkan nama uci Saya Mahasiswa


STikes alifah, saya akan dinas diruangan Ini selama 3 minggu. Hari ini saya dinas
pagi, dari jam 07 pagi sampai jam 2 siang. Saya akan merawat ibu selama di RS
ini, nama ibu siapa? Senang nya dipanggil apa.”

b. Evaluasi / Validasi

“Bagaimana perasaan ibu hari ini..? Apakah ibu sudah mandi& gosok gigi..?”

c. Kontrak

 Topik :

“Baiklah bu.. Bagaimana kalau kita diskusi tentang kebersihan diri..?”

 Waktu :

“ Berapa lama ibu mau mengobrolnya..?, Bagaimana kalau 15 menit..?”

 Tempat :
“ Ibu maunya kita ngobrol dimana..?, Bagaimana kalau di ruang tamu..?”

ii. Fase Kerja

“Berapa kali ibu mandi dalam sehari..?, Menurut ibu, apa sih kegunaan mandi..?,
Apa alasan ibu sehingga tidak mau mandi..?, Menurut ibu, apa manfaatnya kalau
kita menjaga kebersihan dir kiti,,? Kira – kira tanda tanda orang yang merawat diri
dengan baik, seperti apa yaa..? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri,
masalah apa menurut ibu yang bias timbul..? Sekarang coba ibu sebutkan alat apa
saja yang digunakan untuk menjaga kebersihan diri, seperti kalau kita mandi, cuci
rambut, gosok gigi… apa saja yang disiapkan..? Benar sekali..!! Ibu perlu
menyiapkan pakaian ganti, handuk, sabun, sikat gigi, sampo dan odol serta sisir.
Wahhhh… Bagus sekali..!!Ibu bias menyebutkan dengan benar..”.

iii. Fase Terminasi

a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :

“..Bagaimana perasaan ibu setelah, kita membicarakan tentang cara merawat


kebersihan diri?Baguss sekali Bu..! Nah, sekarang, coba ibu sebutkan, cara
perawatan diri yang telah kita pelajari dan latih tadi..? Bagus sekali..!!

b. RTL

“ Baiklah bu, tadi ibu sudah menyebutkan manfaat bagi kita jika kita menjaga
kebersihan diri, dan kita juga sudah melakukan latihan, cara Merawat diri,
masukan kedalam jadwal yaa..! Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan
sesuai jadwal ya bu..! mandi 2 X Sehari, gosok gigi 2 X sehari juga, keramas 2
X Seminggu. Bagaimana bu..? Bisa dilakukan..? Baguss sekali, ibu mau
mencoba melakukannya..!”

c. Kontrak yang akan datang

 Topik :
“..Baiklah ibu, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan
membicarakan tentang kebutuhan dan latihan cara makan dan minum yang
baik dan benar, apakah ibu bersedia..?..”

 Waktu :

“.. Ibu mau jam berapa dan berapa lama..? bagaimana kalau jam 11,,? Baik
bu kita akan berbincang selama 15 menit”

 Tempat :

“..Ibu maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di ruang


makan..? baiklah bu, besok saya akan kesini jam 11 ya..! Sampai Jumpa
besok ya bu..Saya permisi. Assalamualaikum..Wr. Wb..”.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 2 PASIEN

DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : BERHIAS

(Pengkajian dan melatih cara berhias : Berpakaian dan Berdandan)

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Data Subjektif :
Pasien merasa lemas dan tidak berdaya.

Data Objektif :
Baju kotor dan berantakan, rambut acak2an, muka kusam.

2. Diagnosa Keperawatan

Defisit Keperawatan Diri : Berhias (berpakaian dan berdandan)

3. Tujuan Tindakan keperawatan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

b. Klien dapat menjelaskan cara berhias dengan benar.

c. Klien dapat melakukan pemenuhan kebutuhan berhias dengan benar


dengan bantuan perawat.

d. Klien dapat melakukan pemenuhan berhias secara mandiri.

e. Klien dapat memasukan kegiatan berhias dengan benar ke dalam jadwal


harian.
4. Tindakan Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya.

b. Jelaskan caraberhias (berpakaian dan berdandan) dengan benar.

c. Bantu Klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan berdandan dengan


benar.

d. Anjurkan klien melakukan pemenuhan berdandan secara mandiri.

e. Anjurkan klien untuk memasukan kegiatan berdandan dengan benar ke


dalam jadwal harian

B. Strategi Komunikasi.

1. Fase Orientasi

a. Salam Teurapeutik

“Assalamualaikum..!! Selamat Pagi Bu , apa kabar pagi ini??

b. Evaluasi / Validasi

“Apakah ibu sudah mandi & gosok gigi sendiri?Bagaiman perasaan ibu
setelah mandi dan menggosok gigi? Sudah makan pagi ini..? sudah BAB /
BAK pagi ini? Dimana ibu BAB dan BAK pagi ini? Apa yang ibu lakukan
setelah BAB / BAK..?”

a. Kontrak

 Topik :

“Baiklah bu.. sesuai janji kita kemarin, hari ini jam 11 kita berjumpa lagi dan
akan membicarakan tentang berhias (berpakaian dan berdandan)..?

 Waktu :
“ Sesuai janji kita kemarin , kita akan berbincang bincang selama 15 menit
ya bu, bagaimana ibu setuju?”

 Tempat :

“ Bagaimana kalau kita berbincang di ruang makan ini saja?”

B. Fase Kerja

“..Menurut ibu apa itu berhias..? Apa manfaat berpakaian dan berdandan untuk
ibu..? Bagus sekali ibu bisa menyebutkan manfaat berhias dan berpakaian..!
Sekarang coba ibu tunjukan cara berpakaian dan berdandan yang baik..? Bagus
sekali ibu sudah dapat menunjukan cara berhias dan berpakaian yang baik!
Mulai besok coba ibu masukan Berhias dan Berpakaian kedalam kegiatan
harian..!”

C. Fase Terminasi

a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :

“..Bagaimana perasaan ibu setelah kita membicarakan tentang manfaat dan


tata cara berhias dan berpakaian yang baik..? BAgus sekali bu, ibu sudah
bisa menyebutkan dengan baik tentang manfaat dan cara berhias dan
berpakaian yang baik, “

b. RTL

“ Baiklah bu, tadi ibu sudah menyebutkan manfaat bagi ibu tentang cara
berhias dan berpakaian yang baik dan benar, mulai besok coba ibu masukan
ke jadwal kegiatan harian ibu”

c. Kontrak yang akan datang.

 Topik :
“..Baiklah ibu, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan
mengevaluasi tentang kebutuhan dan latihan cara berhias diri (berpakaian
dan berdandan)..!”

 Waktu :

“.. Ibu mau jam berapa..? bagaimana kalau jam 11,,?..”

 Tempat :

“..Ibu maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di ruang


makan..? baiklah bu, besok saya akan kesini jam 11 ya..! Sampai Jumpa
besok ya bu..Saya permisi. Assalamualaikum..Wr. Wb..

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 3 PASIEN

DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : MAKAN DAN MINUM

(Pengkajian dan melatih cara makan dan minum)

1. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Data Subjektif :
Pasien merasa lemas dan tidak berdaya.

Data Objektif :
Badan kurus, kulit bersih dan mulut bersih tapi klien masih terlihat lemah,

klien terlihat mengacuhkan makanan nya.

2. Diagnosa Keperawatan

Defisit Keperawatan Diri : Makan dan minum

3. Tujuan Tindakan keperawatan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

b. Klien dapat menjelaskan, pentingnya manfaat makan dan minum.

c. Klien dapat menjelaskan cara makan dan minum yang baik.

d. Klien dapat melakukan pemenuhan makan dan minum dengan bantuan


perawat.

e. Klien dapat melakukan pemenuhan makan dan minum dengan bantuan


perawat.

C. Tindakan Keperawatan

a. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b. Evaluasi pengetahuan klien tentang manfaat makan dan minum

c.Ajarkan klien mempraktekan tata cara makan dan minum yang baik

d. Bantu klien mempraktekan tata cara makan dan minum yang baik

e.Anjurkan klien memasukan kegiatan makan dan minum secara mandiri di dalan
jadwal kegiatan harian.

2. Strategi Komunikasi.

1. Fase Orientasi

a. Salam Teurapeutik
“Assalamualaikum..!! Selamat Pagi Bu , apa kabar pagi ini??

b. Evaluasi / Validasi

“Apakah ibu sudah mandi & gosok gigi sendiri?bagaimana perasaan ibu
setelah mandi dan menggosok gigi?

c. Kontrak

 Topik :

“Baiklah bu.. sesuai janji kita kemarin, hari ini jam 11 kita berjumpa lagi dan
akan membicarakan tentang manfaat dan tata cara makan dan minum yang
baik”

 Waktu :

“ sesuai janji kita kemarin , kita akan mengobsrol selama 15 menit ya bu,
bagaimana ibu setuju?”

 Tempat :

“ Bagaimana kalau kita berbincang di ruang makan ini saja?”

2. Fase Kerja

“..Berapa kali ibu makan sehari..? Iya baguss..!! Ibu makan 3 X Sehari..! Kalau
minum, sehari berapa gelas bu..?? Betul, Minum 10 Gelas sehari..? Apa saja
yang disiapkan untuk makan,,? Dimana ibu makan..? Bagaimana cara makan
yanag baik menurut ibu..? Apa yang dilakukan sebelum makan..? Apa pula yang
dilakukan setelah makan..?..”

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :


“..Bagaimana perasaan ibu setelah, kita membicarakan tentang cara Makan
dan minum yang baik? Baik sekali bu, ibu sudah bisa menyebutkan manfaat
makan dan minum dengan baik”

b. RTL

“ Baiklah bu, tadi ibu sudah menyebutkan manfaat bagi kita jika kita
menjaga kebersihan diri, dan kita juga sudah melakukan latihan,
Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan sesuai jadwal ya bu..! makan 3 X
sehari, dan minum 8 – 10 gelas sehari..”

c. Kontrak yang akan datang.

 Topik :

“..Baiklah ibu, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan
membicarakan tentang kebutuhan dan latihan cara Toileting yang baik dan
benar (BAB dan BAK) besok..”

 Waktu :

“.. Ibu mau jam berapa..? bagaimana kalau jam 11,,?..”

 Tempat :

“..Ibu maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di ruang


makan..? baiklah bu, besok saya akan kesini jam 11 ya..! Sampai Jumpa
besok ya bu..Saya permisi. Assalamualaikum..Wr. Wb..”.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 4 PASIEN

DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : TOILETING

(Pengkajian dan melatih cara BAB dan BAK)

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Data Subjektif :
Pasien merasa lemas dan tidak berdaya.

Data Objektif :
Kulit kotor, baju bau pesing, sekitar kamar klien bau pesing

2. Diagnosa Keperawatan

Defisit Keperawatan Diri :Toileting (BAB dan BAK)

3. Tujuan Tindakan keperawatan

b. Klien dapat membina hubungan saling percaya..

c. Klien dapat menjelaskan cara BAK dan BAB dengan benar.

d. Klien dapat melakukan pemenuhan kebutuhan BAK dan BAB dengan


benar dengan bantuan perawat

e. Klien dapat melakukan pemenuhan makan dan minum secara mandiri


f. Klien dapat memasukan kegiatan BAK dan BAB dengan benar ke dalam
jadwal harian

4. Tindakan Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya..

b. Jelaskan cara BAK dan BAB dengan benar.

c. Bantu Klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan BAK dan BAB dengan
benar

d. Anjurkan klien melakukan pemenuhan makan dan minum secara mandiri

e. Anjurkan klien untuk memasukan kegiatan BAK dan BAB dengan benar ke
dalam jadwal harian

B. Strategi Komunikasi.

1. Fase Orientasi

a. Salam Teurapeutik

“Assalamualaikum..!! Selamat Pagi Bu , apa kabar pagi ini??

b. Evaluasi / Validasi

“Apakah ibu sudah mandi & gosok gigi sendiri?Bagaiman perasaan ibu
setelah mandi dan menggosok gigi? Sudah makan pagi ini..?”

c. Kontrak

 Topik :

“Baiklah bu.. sesuai janji kita kemarin, hari ini jam 11 kita berjumpa lagi dan
akan membicarakan tentang tata cara BAK dan BAB yang baik”

 Waktu :
“ sesuai janji kita kemarin , kita akan mengobsrol selama 15 menit ya bu,
bagaimana ibu setuju?”

 Tempat :

“ Bagaimana kalau kita berbincang di ruang makan ini saja?”

2. Fase Kerja

“..Berapa kali ibu BAB sehari..? Kalau BAK berapa kali sehari..?, kalau ibu
BAB dan BAK di mana biasanya..? Setelah BAK dan BAB biasanya apa yang
ibu lakukan..? Menurut ibu apa manfaatnya jika menjaga kebersihan setelah
BAB dan BAK..?”

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :

“..Bagaimana perasaan ibu setelah kita membicarakan tentang caraBAB dan


BAK yang baik..? Bagaimana perasaan ibu setelah membersihkan diri
setelah BAB dan BAK..? BAgus sekali bu, ibu sudah bisa menyebutkan
dengan baik cara BAK dan BAB yang benar..!”

b. RTL

“ Baiklah bu, tadi ibu sudah menyebutkan manfaat bagi kita jika kita
menjaga kebersihan diri setelah BAB dan BAK. Sekarang, coba ibu
masukan kedalam Jadwal Kegiatan Harian ibu, sesuai ceklis, BAB 1x di
toilet, BAK 1x di toilet/dikamar?”

c. Kontrak yang akan datang.

 Topik :
“..Baiklah ibu, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan
membicarakan tentang kebutuhan dan latihan cara berhias diri (berpakaian
dan berdandan)..!”

 Waktu :

“.. Ibu mau jam berapa..? bagaimana kalau jam 11,,?..”

 Tempat :

“..Ibu maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di ruang


makan..? baiklah bu, besok saya akan kesini jam 11 ya..! Sampai Jumpa
besok ya bu..Saya permisi. Assalamualaikum..Wr. Wb..”.

STRATEGI PELAKSANAAN KELUARGA (SP) 1 PASIEN

SP1 Keluarga: Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang   masalah  


perawatan diri dan cara  merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang
perawatan diri      
                 
FASE ORIENTASI
“Selamat pagi Pak / Bu, saya D, perawat yang merawat  T”
“Apa pendapat Bapak tentang anak Bapak, T?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang dialami T dan bantuan apa yang
dapat diberikan.”
“Berapa lama waktu Bapak/ Ibu yang tersedia?, bagaimana kalau 20 menit?, mari kita duduk
di kantor perawat!”
FASE KERJA
“Apa saja masalah yang Bapak/ Ibu rasakan dalam merawat T ?” Perawatan diri yang utama
adalah kebersihan diri, berdandan, makan dan BAB/BAK.
 “Perilaku yang ditunjukkan oleh T itu dikarenakan gangguan jiwanya yang membuat pasien
tidak mempunyai minat untuk mengurus diri sendiri. Baik...akan saya jelaskan ; untuk
kebersihan diri, kami telah melatih T untuk mandi, keramas, gosok gigi, cukuran, ganti baju,
dan potong kuku. Kami harapkan Bapak/Ibu dapat menyediakan alat-alatnya. T juga telah
mempunyai jadual pelaksanaanya untuk berdandan, karena anak Bapak/ Ibu perempuan, kami
harapkan dimotivasi sehabis mandi untuk sisiran yang rapi, pakai bedak,dan lipstik. Untuk
makan, sebaiknya makan bersama keluarga dirumah, T telah mengetahui lanhkah-langkahnya
: Cuci tangan, ambil makanan, berdoa, makan yang rapih, cuci piring dan gelas, lalu cuci
tangan. Sebaiknya makan pas jam makan obat, agar sehabis makan langsung makan obat.
Dan untuk BAB?BAK, dirumah ada WC Bapak/Ibu ?Iya..., T juga sudah belajar BAB/BAK
yang bersih. Kalau T  kurang motivasi  dalam merawat diri apa yang bapak lakukan?
 Bapak juga perlu mendampinginya pada saat merawat diri sehingga dapat diketahui apakah
T sudah bisa mandiri atau mengalami hambatan dalam melakukannya.” 
”Ada yang Bapak/Ibu tanyakan?”

FASE TERMINASI
Bagaimana perasaan Pak J  setelah kita bercakap-cakap?”
“Coba Pak J sebutkan lagi apa saja yang harus diperhatikan dalam membantu anak Bapak, T
dalam merawat diri.”
” Baik nanti kalau Bapak/Ibu besuk bisa ditanyakan pada T.”
“Dan dirumah nanti, cobalah Bapak/Ibu mendampingi dan membantu T saat membersihkan
diri.”
“Dua hari lagi kita akan ketemu dan Bapak/Ibu akan saya dampingi untuk memotivasi T
dalam merawat diri.”
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien

     FASE ORIENTASI

“Assalamualaikum Bapak/Ibu sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi”
“Bagaimana Bapak/Ibu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari yang
lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung keT ya?”
“Berapa lama ada waktu Bapak/Ibu?”

FASE KERJA
“Sekarang anggap saya adalah T, coba bapak praktekkan cara memotivasi T untuk mandi, berdandan,
buang air, dan makan”
“Bagus, betul begitu caranya”
 “Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada T”
“Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi T minum obat dan melakukan kegiatan positifnya sesuai
jadual?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat T”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada T?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)
FASE TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat T ?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan ibu
membesuk T”
 “Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan mencoba
lagi cara merawat T sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
      
FASE ORIENTASI

“Assalamualaikum Bapak/Ibu hari ini T sudah boleh pulang, untuk itu perlu dibicarakan
jadual T selama dirumah”
“Bagaimana pak, bu, selama bapak dan ibu membesuk apakah sudah terus dilatih cara
merawat T?”
“Nah sekarang mari kita bicarakan jadual di rumah tersebut disini saja?”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu.?”

FASE KERJA
“Pak,Bu...,ini jadwal kegiatan T dirumah sakit, coba perhatikan apakah dapat dilaksanakan
dirumah.?
“ Pak / Bu..jadwal  yang telah dibuat selama T di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik
jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak ibu
dan bapak selama di rumah. Kalau misalnya T menolak terus menerus untuk makan, minum,
dan mandi serta menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang
lain, maka segera hubungi Suster S di Puskesmas Ingin Jaya, puskesmas terdekat dari rumah
ibu dan bapak, Selanjutnya suster S yang akan membantu memantau perkembangan T selama
di rumah”

FASE TERMINASI

“ Bagaimana Pak, Bu...ada yang belun jelas ?. Ini jadual harian T untuk dibawa pulang.” Dan
ini surat rujukan untuk perawat K di puskesmas.”
“ Jangan lupa kontrol ke Puskesmas sebelum obat habis, atau ada gejala-gejala yang tampak.”
“  Silahkan selesaikan administrasinya.”

Analisa Proses Interaksi

Inisial klien : NY.S


Umur : 24 tahun
Status Interaksi :
a.Pertemuan ke :1
b.Fase :
Ruang : Stikes Alifah padang
Deskripsi klien : klien anak tunggul dari Tn A dan Ny R, kelurga tidak pernah
mengalami gangguan jiwa klien tinggal serumah dengan nenek dari
ibu Ny R , klien tampak kotor telah 2 minggu tidak mandi dan
membersihkan diri
Tujuan interaksi : 1. Klien dapat melakukan pembersihan diri

Tanggal waktu : 30 november 2018

N Komunikasi Komunikasi Analisa Analisa berpusat pada Rasional


o non verbal berpusat pada perawat
Verbal
klien

1. P: “selamat P: Tersenyum Merasa Merasa ragu apakah Pada awal


pagi, buk Terkejut klien mau menerima interaksi
K : Merunduk
disama oleh kehadiran perawat harus
K: ‘’pagi” sambil lihat
perawat didahuluan
kebawah
atau dimulai
dengan
membina
Merasa senang karena
saling
klien mau menjawab
percaya
salam
2. P : “ Saya P : Sambil Duduk agak
perawat uci, tersenyum dan ragu dan
saya
mengulurkan memcoba
mahasiswa
S1 tangan sambil tidur kembali Perkenalan
keperawatan bersamaan kemudian diharapkan
yang
dengan klien bangkit lagu dapat
sementara
praktek disini meningkatkan
K : Mau
selama 2 hubungan
minggu. bersalaman tapi
saling
Kalau bole ragu
tau siapa percaya
nama ibu?

K : ‘’ Nama
saya S
3. P : “Oh P : Sikap Klien duduk Berharap dapat Untuk
namanya S terbuka, tetap berhadapan melanjutkan menimbulkan
yah, biasa tersenyum kelihatan pembicaraan kepercayaan
dipanggil ragu dan bagi klien,
apa?” masih curiga mengulangi
apa yang
K : Nama Klien mau
diucapkan
saya S, biasa K:Memperhati menuruti apa Berpikir apakah klien
untuk
dipanggil kan namun yang diminta mau melanjutkan
memvalidasi
Sabrina masih ragu perawat. interaksi, berfikir
atau
untuk interaksi
4. P:Sebrina, menegaskan
kalau tidak Mau selanjutnya.
P :Tetap kembali
keberatan mendengar
bisakah kita tersenyum, dengan serius memberikan
cerita-cerita Berharap klien mulai
memperhatikan dan informasi
sebentar mau berinteraksi
klien dengan memperhatik tentang waktu
sekitar 10 dengan Perawat
menit. sikap terbuka. an. dan tujuan
Berharap klien mau Pasien
K: K: Ia buk
K :Tetap terbuka dan mengadakan
Mengerti apa
tersenyum, dan menceritakanmasalah interkasi
yang
P: Maunya tetap nya. dengan klien
ibuk kita dimaksud
mempertahank
ceritanya
oleh perawat.
dimana? an kontak
mata.
K: Di meja
makan saja. Ekspresi
Kontrak
tersenyum pada
P: Jadi hari diperlukan
ini kita akan perawat,
untuk
membicaraka
kadang
n apa yang interaksi
dirasakan menundukkan
selanjutnya.
oleh ibuk
kepala.
P: ibuk, saya Kalimat
praktek diP: Menggunakan
terbuka
sini setiap
nada suara
hari selama 2 memberi
minggu dari sedang tapi
kesempatan
jam 08.00 –
jelas.
14.00. Saya padaa Klien
akan
untuk
bersama-
sama dengan mengungkapk
ibuk. Nanti
an
kita akan
sama-sama perasaannya.
membahas
masalah yang
ibuk rasakan.
Mudah-
mudahan
saya dapat
membantu
mengatasi
masalahnya,
Untuk itu
saya sangat
berharap ibuk
mau
menceritakan
masalah dan
apa yang
dirasakan
atau
dipikirkan
sekarang ini,
biar saya P:
tahu. Saya Merasa senang karena
akan menjaga Klien setuju untuk
kerahasiaann
ya. ApakahP: Tetap kontrak petemuan
ibuksetuju ? mempertahank berikutnya..
an kontak mata Tampak
dan tersenyum. Pertantaan
K: K: Ia buk. Klien tidak
5. Tidak memaksakan terbuka
Nampak keberatan
diri untuk bertanya memberi
P: ibuk, tersenyum dan dengan
bagaimana menatap ke kesempatan
tentang masalah K
perasaannya arah Pasien kontrak watu
dan mengalihkan pada klien
hari ini, yang
apakah pembicaraan. untuk
semalam ditawarkan.
P: Berdiri di mengungkapk
tidurnya
nyenyak atau samping Klien Merasa yakin bahwa an
tidak ? sambil P:
mengulur mengakhiri perasaannya.
P:Merasa tangan dan pembicaraan adalah
baik-baik salaman
tepat agar klien bisa Menunjukkan
saja.Bisakah dengan Klien
ibuk cerita, sebagai tanda istirahat. perhatian
mulanya perpisahan.
adalah awal
kenapa
sampai ibuk yang baik
dibawah keMembalas jabat
untuk
rumah sakit ? tangan.
membina
K:Saya
hubunga n
memukul
orang. saling
P: percaya,

P: Baiklah
mungkin
ibuk mau
istirahat dan
makan,
pertemuan
kita cukup Kontrak
dulu. Nanti
penting untuk
besok kita
lanjutkan melakukan
pembicaraan
interaksi
kita sekitar
jam 10.00 selanjutnya.
pagi, tentang
bagaimana
ibu biasa
dibawa kesini
Bagaimana
apakah
setuju ?

K: Ia buk

P:Bagus
sekali, sudah
mau
berceritera
dengan saya,
Selamat
pagi ..!
Terima kasih
buk. Selamat
siang ..!

DAFTAR PUSTAKA
Herdman Ade. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika.

Iqbal Wahit, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.Jakarta: Salemba
Medika.
Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN
(Basic Course).Yogyakarta: EGC.
Kelliat, B., A, dkk. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa :Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Mukhripah & Iskandar.(2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: PT Refika
Aditama.
Nurjannah.(2004). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.Yogyakarta:
Momedia.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi Keempat.Jakarta: Salemba Medika.
Yusuf, Rizky, & Hanik.(2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai