Disusun Oleh
Raihan Alhazmi
1102013242
Pembimbing
Dr. Dani Kurnia, Sp.A
Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad
SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman. Karena atas rahmat dan ridho-
Nya, penulis dapat menyelesaikan referat ini dengan judul “TORCH Pada Anak ” sebagai
salah
satu tugas di kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak di RSUD Arjawinangun.
Berbagai kendala yang telah dihadapi penulis hingga referat ini selesai tidak terlepas
dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Atas bantuan yang telah diberikan, baik moril
maupun materil, maka selanjutnya penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pembimbing saya dr. Dani Kurnia, Sp.A atas bimbingan, arahan dan saran dalam penyusunan
referat ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah
membantu.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga penyusunan ini
dapat lebih baik sesuai dengan hasil yang diharapkan. Akhir kata, dengan mengucapkan
Alhamdulillah, semoga Allah SWT selalu meridhai kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalo dan Herpes Simplex-virus) pada wanita
hamil sering kali tidak menimbulkan gejala atau asimtomatik, tetapi dampak serius bagi janin
yang dikandungnya. Toxoplasmosis pada wanita hamil dapat menyebabkan berbagai kelainan
pada fetus. Pada infeksi rubella, penelitian epidemiologi di India, menunjukan bahwa wanita
usia subur rentan untuk terkena infeksi ini. Infeksi pada saat hamil dapat menyebabkan kelainan
kongenital pada 10-54% kasus. Virus sitomegalo (CMV) pada individu dewasa sering kali
asimtomatik, tetapi pada kehamilan gejala klinis yang timbul menjadi lebih berat. Infeksi oleh
CMV berkaitan dengan keadaan sosioekonomi yang rendah. Sedangkan virus herpes pada
saluran reproduksi wanita hamil menjadi sumber transmisi HSV ke janin pada trimester
pertama kehamilan berkaitan dengan peningkatan kejadian abortus spontan dan malformasi
kongenital.
Infeksi maternal oleh organisme yang menyebabkan TORCH seringkali sulit didiagnosis
akibat gejala klinis yang seringkali tidak muncul. Oleh karena itu, pemahaman penegakan
diagnosis infeksi akut TORCH pada kehamilan yang didasari pada hasil pemeriksaan serologi
harus dipahami agar tidak terjadi over diagnosis pada pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. TOKSOPLASMOSIS KONGENITAL
EPIDEMIOLOGI
Toksoplasmosis tersebar hampir di seluruh dunia karena toksoplasma pada hakekatnya mampu
menginfeksi setiap sel pejamu yang berinti. Sekitar 85 persen wanita usia produktif di Amerika
Serikat mengalami infeksi akut parasit Toxoplasma gondii. Insidens toksoplasmosis kongenital
tergantung proporsi wanita hamil yang terinfeksi toksoplasma selama kehamilan. Estimasi
infeksi kongenital di Amerika Serikat berkisar antara 1 per 3000 sampai 1 per 10.000 kelahiran.
Berdasarkan data studi regional, 400 sampai 4.000 kasus toksoplasmosis kongenital terjadi di
Amerika Serikat setiap tahunnya.
Setelah terjadi infeksi T. gondii akan terjadi proses parasitemia, di mana parasit menyerang
organ dan jaringan serta memperbanyak diri dan menghancurkan sel- sel inang. Pada
toksoplasmosis kongenital, infeksi primer pada janin diawali dengan masuknya darah ibu yang
mengandung parasit ke dalam plasenta, sehingga terjadi plasentitis. Hal ini ditandai dengan
gambaran plasenta dengan reaksi inflamasi menahun pada desidua kapsularis dan fokal reaksi
pada vili. Inflamasi tali pusat jarang dijumpai. Parasit akan menimbulkan keadaan patologik
yang manifestasinya tergantung usia kehamilan.
Risiko toksoplasmosis kongenital sekitar 10 – 25% apabila infeksi akut maternal terjadi pada
trimester pertama kehamilan dan meningkat hingga 60 – 90% apabila terjadi pada trimester
ketiga. Namun, manifestasi toksoplasmosis kongenital lebih parah jika infeksi terjadi pada
trimester pertama.
MANIFESTASI KLINIS
Trias klasik toksoplasmosis kongenital meliputi korioretinitis, kalsifikasi intrakranial, dan
hidrosefalus. Tanda dan gejala toksoplasmosis kongenital lainnya meliputi abnormalitas cairan
spinal, anemia, kejang, demam, tuli, gangguan pertumbuhan, hepatomegali, jaundice,
gangguan pembelajaran, limfadenopati, ruam makulopapular, retardasi mental, mikrosefali,
spastisitas, splenomegali, trombositopenia, dan gangguan penglihatan. Sebagian besar bayi
yang terinfeksi intrauterin lahir dengan gejala tidak khas, lebih dari 80% berkembang menjadi
gangguan penglihatan, pendengaran, perkembangan, dan IQ yang lebih rendah pada masa
anak-anak.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa metode diagnosis toksoplasmosis kongenital antara lain deteksi respons imunitas
humoral spesifik Toxoplasma, amplifikasi DNA Toxoplasma, identifikasi antigen spesifik
Toxoplasma pada jaringan, dan isolasi parasit. Selama kehamilan, adanya parasit dalam cairan
immunoblotting dan imunoasai enzim peptide serum yang dikumpulkan selama masa neonatus
untuk mencari adanya penurunan pita protein E1 dan E2.
Secara spesifik, ada 5 tujuan pemeriksaan serologis rubella, yaitu: a) membantu menetapkan
diagnosis rubella bawaan. Dalam hal ini dilakukan imunoasai IgM terhadap rubella, b)
membantu menetapkan diagnosis rubella akut pada penderita yang dicurigai. Untuk itu perlu
dilakukan imunoasai IgM terhadap penderita, c) memeriksa ibu dengan anamnesis ruam
“rubellaform” di masa lalu, sebelum dan pada awal kehamilan. Sebab ruam kulit semacam ini,
dapat disebabkan oleh berbagai macam virus yang lain, d) memantau ibu hamil yang dicurigai
terinfeksi rubella selama kehamilan sebab seringkali ibu tersebut pada awal kehamilannya
terpajan virus rubella (misalnya di BKIA dan Puskesmas), e) mengetahui derajat imunitas
seseorang pascavaksinasi.
Adanya antibodi IgG rubella dalam serum penderita menunjukkan bahwa penderita tersebut
pernah terinfeksi virus dan mungkin memiliki kekebalan terhadap virus rubella.Penafsiran
hasil IgM dan IgG ELISA untuk rubella sebagai uji saring untuk kehamilan adalah sebagai
berikut: sebelum kehamilan, bila positif ada perlindungan (proteksi) dan bila negatif berarti
tidak diberikan, kehamilan muda (trimester pertama).
3. CYTOMEGALOVIRUS KONGENITAL
Virus CMV yang menginfeksi manusia disebut dengan human Cytomegalovirus. CMV
merupakan virus DNA yang termasuk dalam famili herpesviridae. Virus ini disebut
cytomegalovirus karena sel yang terinfeksi akan membesar hingga dua kali lipat dibandingkan
dengan ukuran sel yang tidak terinfeksi. CMV menginvasi sel inang dan kemudian
memperbanyak diri (replikasi). Struktur CMV terdiri dari bagian tegument, capsid, dan
envelope yang kaya akan lipid. CMV menginfeksi sel dengan cara berikatan dengan reseptor
pada permukaan sel inang, kemudian menembus membran sel dan masuk ke dalam vakuola di
sitoplasma, lalu selubung virus terlepas dan nucleocapsid dengan cepat menuju nukleus sel
inang.
Pemeriksaan fisik
- Hidrops fetalis
- Prematur
- Jaundice*
- Hepatosplenomegali*
- Petechiae*
- Purpura
- Korioretinitis
- Microcephaly*
- Lethargy
- Gangguan intake
- Hipotoni
- Kejang
Pemeriksaan laboratorium
- Anemia*
- Trombositopenia*
- Hiperbilirubinemia*
Pemeriksaan radiologi
- Foto toraks: pneumonia - Neuroimaging
- Kalsifikasi (periventrikular, thalamus, kortikal)* - Ventrikulomegali
- Displasia kortikal
Gangguan pendengaran*