Sistem Integumen
Psoriasis Vulgaris (psoriasis Morbus Hansen (Leprae) Dermatitis kontak alergi Tinea Korporis
plakat)
B.Palpasi:
1. Kelembapan: Kering
2. Suhu: Panas
3. Tekstur: Kasar
4. Lesi: Datar (makula, patch) dan Elevasi
(papul, nodul, patch)
ÀPemeriksaan 1. Histopatologis: Temuan 1. Pemeriksaan histopatologik: Uji tempel ● Kerokan KOH 10% dan tinta Parker atau
Penunjang histopatologis dari 10 fitur - untuk menunjang diagnostik dan calcoflour white: Hifa panjang bersekat dan
Tempat untuk melakukan uji tempel biasanya di bercabang (diambil pada tepi lesi atau pada tepi
representatif psoriasis klasifikasi penyakit kusta.
aktif dengan blade/pisau)
diselidiki pada setiap - Biopsi kulit dapat dilakukan punggung. Untuk melakukan uji tempel diperlukan
slide: pemanjangan rete pewarnaan Hematoksilin Eosin antigen. Hal yang perlu diperhatikan pada saat
ridges yang teratur, atau pewarnaan Fite-Faraco. melakukan uji tempel: dermatitis yang terjadi harus
sudah tenang, tes dilakukan min satu minggu setelah ● Kultur Jamur : dengan media Sabouraud’s
pemanjangan papila - Hasil yang diharapkan: biopsi
dextrose agar yang berisi cycloheximide (actidione)
dermal, edema papila kulit diidentifikasi sebagai leprae pemakaian kortikosteroid, uji tempel dibuka pertama
pada suhu 26-28℃ untuk mengidentifikasi spesies
dermal, pembuluh darah tipe tuberculoid. kali setelah 48 jam pembacaan kedua pada hari ke jamur penyebab.
melebar, penipisan 2. Pewarnaan Basil Tahan Asam ( BTA): 3-7, pasien dilarang melakukan aktivitas yang
lempeng suprapapiler, - Hasil yang diharapkan: tampak menyebabkan uji tempe menjadi longgar. Respon
parakeratosis intermiten, kuman berbentuk batang alergi biasanya akan menjadi lebih jelas antara
tidak adanya granular berwarna merah. pembacaan kesatu dan kedua (reaksi tipe
lapisan, infiltrat limfosit - Kesimpulan: ditemukan kuman crescendo), sedangkan respon iritan cender
perivaskular dan dermal, basil tahan asam. menurun (reaksi tipe decresendo). Hasil dicatat
pustula spongiform Kogoj, seperti berikut ini:
dan kadang-kadang
● +1 = reaksi lemah (non vesikuler): eritema,
agregat neutrofil di
infiltrat, papul (+)
stratum korneum
● +2 = reaksi kuat: edema atau vesikel (++)
(mikroabses Munro).
● +3 = reaksi sangat kuat (ekstrim): bula atau
ulkus
● 土 = meragukan: hanya makula eritematosa
● IR= iritasi: seperti terbakar, pustul atau
purpura
● - = reaksi negatif
● NT= tidak dites
Gambar Referensi
Lepromatous Type
Sumber: Dokumentasi pasien pribadi dr. Syahfori W.
M.Sc., Sp.KK
Tuberculoid Type
Daftar Pustaka:
1. Hadinata YA, Darmada IGK, Karmila IGAAD. Morbus Hansen Tipe Borderline Lepromatous Pada Anak Dengan Reaksi Reversal. MDVI. 2013; 40 (1): 16-20.
2. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP, Roh EK. Fitzpatrick’ s Color Atlas And Synopsis Of Clinical Dermatology. 8th ed. USA: McGraw-Hill Education; 2017. p. 574-8.
3. Jacoeb T N A. Psoriasis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Badan Penerbit FK UKI. Jakarta: 2015. hal: 213-21
4. Adhe V, Dongre A, Khopkar U. A retrospective analysis of histopathology of 64 cases of lepra reactions. Indian J Dermatol. 2012;57(2):114-117. doi:10.4103/0019-5154.94278
5. Lastória JC, Abreu MA. Leprosy: review of the epidemiological, clinical, and etiopathogenic aspects - part 1. An Bras Dermatol. 2014;89(2):205-218. doi:10.1590/abd1806-4841.20142450
6. Ely JW, Rosenfeld S, Seabury Stone M. Diagnosis and management of tinea infections. Am Fam Physician. 2014 Nov 15;90(10):702-10. PMID: 25403034.
Effloresensi foto 2 : Pada regio frontalis dan fascialis dextra tampak plak hipopigmentasi, multiple, bentuk tidak teratur, berbatas sebagian tegas dan sebagian tidak tegas, ukuran
bervariasi lentikuler-plakat, tersebar diskrit
Etiologi Jamur superfisial bukan dermatofitosis bernama Disebabkan oleh autoimun yang Autoimun (pengaruh genetik) Penyakit infeksi kronik manusia yang disebabkan
Malassezia furfur (Pitryrosporum furfur) menyebabkan kulit meradang sampai Mycobacteria leprae (M.lepra). Predileksi utama
menimbulkan ruam bersisik dan di saraf perifer, namun dapat timbul juga di kulit
gatal-gatal. dan jaringan lainnya yaitu mata, mukosa saluran
nafas bagian atas, otot, tulang dan testis.
Anamnesis KU: KU: KU : KU:
Pasien pada umumnya datang berobat karena Pasien anak laki laki 1 tahun Pasien umumnya datang berobat karena timbul bercak Pasien datang dengan keluhan bercak berwarna
tampak bercak warna putih, merah atau kecoklatan datang ke klinik dengan keluhan merah bersisik putih tebal berlapis di tengahnya pada merah atau putih yang disertai dengan hilangnya
pada kulitnya. Keluhan gatal ringan muncul adanya bercak putih pada kedua kulit pasien. rasa sensorik dan bisa juga sudah berupa lesi
terutama saat berkeringat, namun sebagian besar pipi yang hilang timbul sejak yang menonjol.
pasien asimptomatik, dan terkadang ada yang tidak Gejala :
sekitar 5 bulan yang lalu. Pada
gatal. Lokasinya dapat ditemukan di bagian dada, Faktor Risiko:
awalnya bercak tersebut berwarna - Bercak merah bersisik putih tebal berlapis dan
lengan, leher, perut, muka, punggung, atau dapat
putih dan bersisik namun sekarang berbentuk seperti tetesan air dengan ukuran - Lahir dan tinggal di tempat endemis lepra
ditemukan juga di tungkai atas atau bawah.
sudah tidak ada lagi sisiknya. lentikuler. Lesi biasa terdapat di badan dan bagian - Kontak Dekat: Kontak langsung dengan
Faktor risiko: Pasien mengaku tidak ada rasa ekstremitas proksimal penderita kusta sangat meningkatkan
gatal, tidak nyeri, dan tidak ada - Timbul lesi yang kecil-kecil atau lesi yang menetap kemungkinan terkena penyakit ini
- Sering dijumpai pada dewasa muda (kelenjar bercak putih di daerah lain selain
berbulan-bulan sampai tahun. dibandingkan dengan populasi lainnya.
sebasea lebih aktif bekerja). - Biasa nya hilang timbul karena merupakan - Usia: Anggota masyarakat yang lebih tua
di kedua pipi.
- Cuaca yang panas dan lembab. Tubuh yang penyakit yang memiliki pengaruh terhadap genetik lebih rentan terhadap risiko tertular kusta.
berkeringat. Pasien sudah pernah mengalami Peningkatan risiko menunjukkan antara 5
- Imunodefisiensi keluhan seperti ini sebelumnya
hingga 15 dan risiko lanjutan setelah 30.
- Imunosupresi: Setelah penekanan sistem
dan telah berobat dan diberi terapi
Gejala: kekebalan, ada peningkatan kemungkinan
topikal oleh dokter. Setelah
tertular infeksi ini. Perkembangan kusta
- Bercak putih pada kulit atau bisa juga bercak pemakaian obat, bercak akan
biasanya terjadi setelah transplantasi
yang berwarna lebih gelap dari kulit dan menghilang namun jika pasien organ padat, kemoterapi, infeksi HIV,
melebar. tidak memakai obat, bercak akan atau setelah pemberian agen untuk gejala
- Muncul bercak berwarna merah muda, merah, timbul kembali. rematik.
kecoklatan, atau cokelat.
- Bercak kulit dapat terjadi pada punggung, Gejala : Gejala:
dada, leher, atau lengan atas.
- Kulit terasa kering atau bersisik dan gatal. - Munculnya bercak-becak merah - keluhan lesi pada kulit:
terang atau merah muda - bercak merah (eritema) atau putih
(pucat) (hipopigmentasi) yang tidak gatal
- Tekstur bercak biasanya kering dan mati rasa.
dan bersisik - Kulit mengkilap dan bersisik
- Cenderung kambuh kala - Luka sulit sembuh
- Ada rasa kesemutan, nyeri, atau rasa
cuaca panas di mana
ditusuk-tusuk pada anggota gerak.
pinggiran bercak bisa - Kelemahan anggota gerak dan
berubah warna menjadi kelumpuhan.
- Adanya cacat atau deformitas
kecoklatan saat terkena
panas.
Faktor resiko :
Pemeriksaan TTV : Batas normal TTV : Batas normal TTV : Batas normal A.Inspeksi:
Jasmani
1. Inspeksi 1. Inspeksi A.Inspeksi 1. Berdasarkan tipe:
a. Tuberculoid (TT, BT): makula
A.Terdapat sedikit eritema Perjalanan klinis terdiri dari tiga 1. Jenis Kulit hipopigmentasi multiple, berbatas
fase: tegas, tepi terangkat, ukuran
B. Di bagian wajah terdapatnya plak a.Warna Kulit : b.Perubahan warna kulit : normal
bervariasi (dari beberapa
hipopigmentasi a.Fase pertama yaitu timbul makula
2. Lesi pada kulit milimeter hingga lesi yang sangat
berwarna merah muda dengan tepi
C.Adanya perubahan warna kulit(dari normal besar menutupi seluruh batang
menimbul.
- lebih terang dari yang sebelumnya ) pada regio thorakalis atau vertebralis atau tubuh). Tepi eritematosa atau
b.Fase kedua timbul dalam ekstremitas proksimal terdapat plak ungu dan pusat hipopigmentasi.
D. Terlihat lesi dapat berupa makula atau beberapa minggu berupa makula hipopigmentasi, multiple, diskrit, berbatas tegas, Berbatas tegas; meninggi; sering
patch hipopigmentasi, hiperpigmentasi, hipopigmentasi dengan skuama berukuran lentikuler yang diatas nya terdapat berbentuk anular; membesar di
eritema, warna dan bercak dapat bervariasi skuama berlapis lapis berwarna putih seperti mika perifer. Daerah pusat menjadi
atrofi atau tertekan. Lesi lanjut
E. Kadangkala terdapat skuama halus dan putih halus (powdery white scale) bersifat anestesi, tanpa asesoris
tipis yang dikelilingi kulit normal. pada permukaannya kulit (kelenjar keringat atau
B.Palpasi folikel rambut). Dapat teralokasi
F. Dapat berbentuk bulat atau tidak beraturan c. Fase ketiga berupa makula di situs mana pun termasuk wajah.
hipopigmentasi tanpa skuama yang f. Kelembapan : kering
TT: Lesi dapat sembuh secara
G. Dengan bisa terlihat batas tegas ataupun dapat menetap hingga beberapa g. Suhu : normal
spontan, tidak berhubungan
tidak tegas. bulan/tahun. Ketiga tahap tersebut h. Tekstur : kasar
dengan reaksi kusta. BT: tidak
dapat ditemukan secara bersamaan. i. Turgor : normal
2. Palpasi sembuh spontan, bisa terjadi
Lesi umumnya berukuran 0,5-3 j. Permukaan : Verukosa
A. Dolor (-) reaksi kusta tipe 1.
cm.Dapat berbentuk bulat,
B. Tumor ( - )
oval,atau ireguler.Tempat Keterlibatan saraf: mungkin saraf
C. Kelembapan : kering
predileksi utama yaitu daerah yang menebal di tepi lesi;
D. Suhu: normal
wajah, dapat pula ditemukan di pembesaran saraf perifer yang
E. Tekstur : kasar
leher , batang tubuh, dan besar sering (ulnaris, auricular
F. Turgor : normal
ekstremitas. posterior, peroneal dan saraf
G. Permukaan : datar
tibialis posterior). Keterlibatan
B. Palpasi : kulit tidak ada pada neural
leprosy. Keterlibatan saraf
1. Kelembapan: kering
dikaitkan dengan hipestesia (
2. Suhu: normal
tusukan jarum, suhu, atau getaran)
3. Tekstur : kasar
dan miopati.
4. Turgor : normal
5. Permukaan : datar b. Borderline BB Leprosi: Lesi
antara tuberculoid dan lepromatus
dan tersusun dari makula, papul
dan plak. Pengurangan keringat
terdapat pada lesi.
c. Lepromatus Leprosi: Kulit
berwarna atau papul eritem ringan
atau nodul. Lesi membesar; lesi
baru muncul dan berkelompok.
Secara simetris berdistrisbusi
nodul, plak dan infiltrate dermal
difus dimana pada wajah
menyebabkan hilangnya rambut
dan leonine facies. Diffus
lepromatosis penunjukan sebagai
difus infiltrate dermal dan
penebalan dermis. Simetris
bilateral meliputi lubang telinga,
muka, wajah, tangan, bokong,
punggung dan kaki.
3. Berdasarkan status reaksi imunologis:
a. Reaksi Lepra tipe 1: Lesi kulit
menjadi inflamasi akut, terasosiasi
dengan edem dan sakit mungkin
ukuserasi. Enema lebih parah
pada wajah, tangan dan kaki
b. Reaksi Lepra tipe 2: Munculnya
nodul merah terasa sakit dari
superfisial dan dalam. Sering
terjadi pada wajah dan extremitas
ekstensor
c. Reaksi Lucio: Terjadi pada pasien
dengan difus LL. Berebentuk plak
eritem ireguler. Lesi dapat
nekrosis dengan ulserasi.
B.Palpasi:
1. Kelembapan: Kering
2. Suhu: Panas
3. Tekstur: Kasar
4. Lesi: Datar (makula, patch) dan Elevasi
(papul, nodul, patch)
Pemeriksaan 1. Histopatologi: Gambaran klinis pasien, 1. Untuk penegakan diagnosis tidak 1. Pemeriksaan Histopatologi: 1. Pemeriksaan histopatologi:
Penunjang Melakukan pemeriksaan mikroskopis dengan perlu pemeriksaan penunjang khusus. - untuk menunjang diagnosis dan
spesimen kerokan kulit dapat dijumpai pada Hasil pemeriksaan histopatologi positif pada psoriasis klasifikasi penyakit kusta.
pemeriksaan mikroskopik adalah gambaran 2. Apabila diagnosis meragukan, dapat gutata didapatkan dengan gambaran masa sel epidermis - Biopsi kulit dapat dilakukan
“spaghetti and meat balls”. dilakukan pemeriksaan penunjang yang meningkat 3-5 kali, masih banyak dijumpai mitosis di pewarnaan Hematoksilin Eosin
2. Kultur: Gambaran morfologi koloni pada sesuai diagnosis banding dengan atas lapisan basal dan dengan degenerasi hidrofilik sel atau pewarnaan Fite-Faraco.
media kultur tergantung pada spesies pemeriksaan histopatologi. basal. Tampak hiperkeratosis (penebalan lapisan korneum) - Hasil yang diharapkan: biopsi
Malassezia. dan parakeratosis (penipisan atau menghilangnya stratum kulit diidentifikasi sebagai lepra
3. Pemeriksaan menggunakan lampu granulosum). Pada epidermis juga tampak spongiosis
3. Lampu wood: Fluoresensi lesi pitiriasis tipe tuberculoid.
Wood membantu untuk memperjelas ringan. Pada dermis superfisial tampak edematous disertai
versikolor berwarna kuning terang atau 2. Pewarnaan Basil Tahan Asam ( BTA):
lesi. Pada pemeriksaan lampu Wood, infiltrasi sel radang limfosit, makrofag, sel dendrit dan sel
kuning keemasan pada sinar wood. - Hasil yang diharapkan: tampak
bercak hipopigmentasi tidak bertambah mast terdapat sekitar pembuluh darah. Gambaran spesifik kuman berbentuk batang berwarna
psoriasis adalah mikroabses Munro yaitu bermigrasinya sel merah.
4. Pada uji biokimia, katalase menunjukkan jelas dan tidak mengeluarkan pendar radang granulosit neutrofil ke epidermis (lapisan - Kesimpulan: ditemukan kuman
hasil positif dan pemeriksaan asimilasi glisin kuning kehijauan. parakeratosis stratum korneum). basil tahan asam.
hanya positif pada Malassezia furfur.
2. Pemeriksaan fenomena bercak lilin
4. Faktor pencetus
Tuberculoid Type
Borderline Type
Sumber gambar: Fitzpatrick’ s Color
Atlas,
2017.
Daftar Pustaka:
1. Pramono AS, Soleha TU. Pitriasis Versikolor: Diagnosis dan Terapi. J Agromedicine. 2018; 5(1): 449-53.
2. Soebono H, Radiono S, Wirohadidjojo YW, Etnawati K, Waskito F, Pudjiati SR, et al. Clinical Decision Making Series Dermatologi dan Venereologi. 1th ed. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2020. p. 74-9.
3. Kaplan AP. Pitriasis Alba: Pemeriksaan Fisik. Dalam Fitzpatrick‟s dermatology in general medicine.Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, penyunting. Mc Graw Hill.
Edisi ke 8. 2012;414-27
4. Hadinata YA, Darmada IGK, Karmila IGAAD. Morbus Hansen Tipe Borderline Lepromatous Pada Anak Dengan Reaksi Reversal. MDVI. 2013; 40 (1): 16-20.
5. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP, Roh EK. Fitzpatrick’ s Color Atlas And Synopsis Of Clinical Dermatology. 8th ed. USA: McGraw-Hill Education; 2017. p. 574-8.
6. Sjamsoe E, menaldi S, Wisnu I. Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia. Medical Multimedia Indonesia.2005