Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
tepat waktu. Penulisan makalah ini dapat diselesaikan karena bantuan banyak
pihak. Kami berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi pihak yang
tertarik padamakalah tersebut. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca
mendapatkan ilmu baru setelah membaca makalah ini.
Penulis menyadari makalah bertema bahasa ini masih memerlukan
penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk
kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah
bahasa Indonesia ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan
subtropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunya. Sementara itu,
terhitung sejak tahun 1968 hingga 2009, World HealthOrganization (WHO)
mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia
Tenggara. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita
dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan
meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Demam Berdarah di
Indonesia pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana
sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia
(Angka Kematian (AK) : 41,3%) dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar
luas ke seluruh Indonesia (Kemenkes, 2010).
Pada tahun 2014 jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak
100.347 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 907 orang (IR/Angka
Kesakitan = 39,8 per 100.000 penduduk serta CFR angka kematian = 0,9%).
Selama tahun 2014, 7 kabupaten/kota di 5 provinsi yang melaporkan
terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu di Kabupaten Dumai (Provinsi
Riau), Kabupaten Belitung dan Kabupaten Bangka Barat (Provinsi Bangka
Belitung), Kabupaten Karimun (Provinsi Kepulauan Riau), Kabupaten Sintang
dan Kabupaten Ketapang (Provinsi Kalimantan Barat) serta Kabupaten
Morowali (Provinsi Sulawesi Tengah) (Kemenkes, 2014).
Data dari Direktorat Pengendalian Penyakit Tular dan Zoonosis
Kementerian Kesehatan hingga akhir Januari tahun 2016 silam, KLB penyakit
DBD dilaporkan terdapat 9 Kabupaten dan 2 Kota dari 7 Provinsi di Indonesia
yaitu Kabupaten Tangerang (Provinsi Banten), Kota Lubuklinggau (Provinsi
Sumatera Selatan), Kota Bengkulu (Provinsi Bengkulu), Kota Denpasar dan
Kabupaten Gianyar (Provinsi Bali), Kabupaten Bulukumba, Pangkep, Luwu
Utara, dan Wajo (Provinsi Gorontalo) serta Kabupaten Kaimana (Provinsi
Papua Barat) (Kemenkes, 2016).
Beberapa aspek mengenai DBD telah diteliti untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi berat ringannya infeksi virus dengue. Beberapa
penelitian menghubungkan status gizi dengan kejadian Sindrom Syok Dengue
(SSD) pada anak. Status gizi merupakan faktor resiko terjadinya infeksi virus
dengue (Permatasari etal., 2015).
Pada tahun 2013 prevelensi gemuk secara nasional di Indonesia adalah
11,9% yang menunjukkan terjadi penurunan dari 14,0% pada tahun 2010.
Terdapat 12 provinsi yang memiliki masalah anak gemuk di atas angka
nasional dengan urutan prevelensi tertinggi sampai terendah, yaitu : (1)
Lampung, (2) Sumatera Selatan, (3) Bengkulu, (4) Papua, (5) Riau, (6)
Bangka Belitung, (7) Jambi, (8) Sumatera Utara, (9) Kalimantan Timur, (10)
Bali, (11) Kalimantan Barat, dan (12) Jawa Tengah (Riskesdes, 2013).
Pada hasil uji statistik yang menilai hubungan status gizi dengan
derajat infeksi dengue menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara status gizi dengan derajat infeksi dengue (Permatasaretal., 2015).
Penelitian yang di lakukan di Thailand menemukan jika SSD lebih
sering terjadi pada anak dengan status gizi kurang daripada anak yang
berstatus gizi normal (Kalayanarooj& Suchitra., 2005).
Penelitian yang dilakukan di enam rumah sakit di Jakarta saat kejadian
luar biasa pada tahun 2004, mendapatkan 1818 kasus DBD pada anak usia 0-
15 tahun. Penelitian ini mendapatkan sebagian besar pasien memiliki status
gizi baik 42,3% dan 1,4% pasien DBD yang memiliki status gizi buruk
(Citraresmietal., 2007).
Hasil penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hakim (2012) yang menunjukkan bahwa pasien dengan status
gizi tidak normal (kurang atau lebih) berisiko 1,250 kali lebih besar untuk
sindrom syok dengue dibandingkan pasien dengan status gizi normal (Hakim
& Asep, 2012).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dari DHF (dengue haemorrhagic fever) ?
2. Apa saja penjelasan lain yang terkait DHF ?
3. Apa saja faktor dan gejala bila terjangkit DHF ?
4. Bagaimana soulusi diet yang baik untuk penyakit DHF ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari DHF
2. Untuk mengetahui penjelasan lain terkait DHF
3. Untuk mengetahui faltor dan gejala bila terjangkit DHF
4. Untuk mengetahui solusi diet yang baik untuk penyakit DHF
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada
DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrome
renjatan dengue (dengue shock syndrome) adal demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif & Hardhi, 2015).
Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat menyebar di
seluruh wilayah WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus dengue ditularkan
oleh nyamuk betina terutama dari spesies Aedes aegypti dan, pada tingkat lebih
rendah, A. albopictus. Penyakit ini tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan
variasi lokal dalam risiko dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan urbanisasi yang
cepat tidak direncanakan (WHO, 2015).
Dengue adalah penyakit nyamuk yang disebabkan oleh salah satu dari
empat virus dengue yang terkait erat dengan (DENV-1, -2, -3, dan -4). Infeksi
dengan salah satu serotipe dari DENV memberikan kekebalan terhadap serotipe
tersebut untuk hidup, tapi tidak memberikan kekebalan jangka panjang untuk
serotipe lainnya. Dengan demikian, seseorang bisa terinfeksi sebanyak empat kali,
sekali dengan masing-masing serotipe. Virus dengue ditularkan dari orang ke
orang oleh nyamuk Aedes (paling sering Aedes aegypti) (Centers for Disease
Control and Prevention, 2009).
Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam
berdarah. Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang
terinfeksi virus. Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies utama yang menyebar
penyakit ini. Ada lebih dari 100 juta kasus baru demam berdarah setiap tahun di
seluruh dunia. Sejumlah kecil ini berkembang menjadi demam berdarah.
Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang dibawa dari negara lain. Faktor
risiko untuk demam berdarah termasuk memiliki antibodi terhadap virus demam
berdarah dari infeksi sebelumnya (Vyas, et al, 2014).
B. Anatomi dan Fisiologi

Berikut adalah anatomi fisiologi menurut (Vyas, et al, 2014) yang


berhubungan degan penyakit DHF yang petama adalah sistem sirkulasi. Sistem
sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus
distivus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, sistem sirkulasi
merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-sel ke ginjal,
paru-paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme.
Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung, pembuluh darah, dan darah.
1. Jantung
Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax,
diantara paru-paru, agak lebih kearah kiri.

Gambar 1 : Anatomi sistem sirkulasi (Vyas, et al, 2014)


2. Pembuluh Darah

Pembuluh darah ada 3 yaitu :


a. Arteri (Pembuluh Nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan.
Beberapa pembuluh darah arteri yang penting :
1) Arteri koronaria. Arteri koronaria adalah arteri yang mendarahi
dinding jantung
2) Arteri subklavikula. Arteri subklafikula adalah bawah selangka
yang bercabang kanan kiri leher dan melewati aksila.
3) Arteri Brachialis. Arteri brachialis adalah arteri yang terdapat pada
lengan atas
4) rteri radialis. Arteri radialis adalah arteri yang teraba pada pangkal
ibu jari
5) Arteri karotis. Arteri karotis adalah arteri yang mendarahi kepala
dan otak
6) Arteri temporalis. Arteri temporalis adalah arteri yang teraba
denyutnya di depan telinga
7) Arteri facialis. Teraba facialis adalah arteri yang denyutan disudut
kanan bawah.
8) Arteri femoralis.Arteri femorais adalah arteri yang berjalan
kebawah menyusuri paha menuju ke belakang lutut
9) Arteri Tibia. Arteri tibia adalah arteri yang terdapat pada kaki
10) Arteri Pulmonalis. Arteri pulmonalis adalah arteri yang menuju ke
paru-paru.
b. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari
cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah
mikroskop. Kapiler membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh,
kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi darah yang
lebih besar yang disebut vena.
c. Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung. Beberapa vena
yang penting :
1) Vena Cava Superior. Vena balik yang memasuki atrium kanan,
membawa darah kotor dari daerah kepala, thorax, dan ekstremitas
atas.
2) Vena Cava Inferior. Vena yang mengembalikan darah kotor ke
jantung dari semua organ tubuh bagian bawah
3) Vena jugularis. Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak
ke jantung
4) Vena pulmonalis. Vena yang mengembalikan darah kotor ke
jantung dari paru-paru.

3. Darah

Beberapa pengertian darah menurut beberapa ahli adalah sebagai


berikut :
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian cair
yang disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel darah. Darah adalah
suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang berwarna
merah. Darah adalah suatu cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma.
Jadi darah adalah jaringan cair yang terdapat dalam pembuluh darah
yang berwarna merah yang cair disebut plasma dan yang padat di sebut sel
darah yang befungsi sabagai transfer makanan bagi sel. Volume darah pada
tubuh yang sehat / organ dewasa terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat
badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap orang tidak
sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh
darah. Tekanan viskositas atau kekentalan dari pada darah lebih kental dari
pada air yaitu mempunyai berat jenis 1.041 – 1.067 dengan temperatur 380C
dan PH 7.37 – 1.45.
C. Manifestasi Klinis
Demam berdarah menurut (WHO, 2015) adalah, penyakit seperti flu berat
yang mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang dewasa, tapi jarang menyebabkan
kematian. Dengue harus dicurigai bila demam tinggi (40 ° C / 104 ° F) disertai
dengan 2 dari gejala berikut: sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri otot
dan sendi, mual, muntah, pembengkakan kelenjar atau ruam. Gejala biasanya
berlangsung selama 2-7 hari, setelah masa inkubasi 4-10 hari setelah gigitan dari
nyamuk yang terinfeksi.
Dengue yang parah adalah komplikasi yang berpotensi mematikan karena
plasma bocor, akumulasi cairan, gangguan pernapasan, pendarahan parah, atau
gangguan organ. Tanda-tanda peringatan terjadi 3-7 hari setelah gejala pertama
dalam hubungannya dengan penurunan suhu (di bawah 38 ° C / 100 ° F) dan
meliputi: sakit parah perut, muntah terus menerus, napas cepat, gusi berdarah,
kelelahan, kegelisahan dan darah di muntah. 24-48 jam berikutnya dari tahap
kritis dapat mematikan; perawatan medis yang tepat diperlukan untuk
menghindari komplikasi dan risiko kematian. Menurut WHO DHF dibagi dalam 4
derajat yaitu:
1. Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.
2. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau
tempat lain. \
3. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat
dan lemah, tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi disertai dengan
kulit dingin dan gelisah.
4. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
Terukur.
Menurut (Vyas et. Al 2014), gejala awal DHF mirip dengan demam
berdarah. Tapi setelah beberapa hari orang yang terinfeksi menjadi mudah marah,
gelisah, dan berkeringat. Terjadi perdarahan, muncul bintik-bintik kecil seperti
darah pada kulit. Luka ringan dapat menyebabkan perdarahan. Syok dapat
menyebabkan kematian. Jika orang tersebut bertahan, pemulihan dimulai setelah
masa krisis 1-hari.
1. Gejala awal termasuk:
a. Nafsu makan menurun
b. Demam
c. Sakit kepala
d. Nyeri sendi atau otot
e. Perasaan sakit umum
f. Muntah
2. Gejala fase akut termasuk kegelisahan diikuti oleh:
a. Bercak darah di bawah kulit
b. Bintik-bintik kecil darah di kulit
c. Ruam Generalized
d. Memburuknya gejala awal
3. Fase akut termasuk seperti shock ditandai dengan:
a. Dingin, lengan dan kaki berkeringat
b. Berkeringat
D. Patofisiologi
Fenomena patologis menurut (Herdman , 2012), yang utama pada
penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang
mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan
permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma yang
secara otomatis jumlah trombosit berkurang, terjadinya hipotensi (tekanan darah
rendah) yang dikarenakan kekurangan haemoglobin, terjadinya hemokonsentrasi
(peningkatan hematocrit > 20%) dan renjatan (syok). Hal pertama yang terjadi
setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah penderita mengalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau
bitnik-bintik merah pada kulit (petekie), sakit tenggorokan dan hal lain yang
mungkin terjadi seperti pembesaran limpa (splenomegali).
Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran
atau perembesan plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai hematocrit menjadi
penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu, pada
penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantauhematocrit darah berkala untuk
mengetahuinya. Setelah pemberian cairan intravena peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan
intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya
edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan
kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan dan apabila tidak segera
ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan kematian. Sebelumnya
terjadinya kematian biasanya dilakukan pemberian transfusi guna menambah
semua komponen-komponen di dalam darah yang telah hilang.
E. Pathway

F. Penyebaran Penyakit DHF


Epidemi penyakit demam dengue (dengue fever / DF) pertama kali
dilaporkan diBatavia oleh David Bylon pada tahun 1779. Penyakit ini disebut
penyakit demam 5 hari.Wabah demam dengue terjadi pada tahun 1871- 1873 di
Zanzibar kemudian di Pantai Arabdan terus menyebar ke Samudra Hindia.
Quintos dkk, pada tahun 1953 melaporkan kasus demam berdarah dengue di
Philipina, kemudian disusul negara- negara lain seperti Thailand dan Vietnam.
Pada dekade 60-an penyakit ini mulai menyebar ke negara- negaraAsia Tenggara,
antara lain Singapura, Malaysia, Srilangka dan Indonesia. Pada dekade 70-an,
penyakit ini menyerang di kawasan Pasifik termasuk di kepulauan Polinesia.
Dekade 80-an demam berdarah menyerang negara- negara Amerika Latin, yang
dimulai dengan negara Kuba pada tahun 1981. Penyakit demam berdarah hingga
saat ini terus menyebar luas di negara- negara tropis dan sub tropis
Kasus DHF di Indonesia, pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun
1968, tetapikonfirmasi pasti melalui isolasi virus baru didapat pada 1970. Di
Jakarta, kasus pertama dilaporkan pada 1969. Kemudian, DHF berturut-turut
dilaporkan di Bandung danYogyakarta pada 1972. Epidemi pertama di luar Jawa
dilaporkan pada 1972 di Sumatra Barat dan Lampung, disusul oleh daerah Riau,
Sulawesi utara dan Bali, penyebaran DHFdi Indonesia semakin meluas, hingga
saat ini Indonesia menempati urutan kedua terbesa rsetelah Thailand dengan
jumlah penderita dan tingkat kematian yang tinggi akibat demam berdarah.
 
G. Faktor Penyebab DHF
Penyebab demam dengue dan DHF disebabkan oleh salah satu dari 4
serotipe virusyang berbeda antigen. Virus ini adalah kelompok flavivirus dan
serotype
tersebut terdiri dari DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN 4, sedangkan menurut
Depkes RI 2012 menjelaskan bahwa dari 4 serotype tersebut yang terbanyak
kasusnya disebabkan oleh serotype DEN-3dan DEN-2. Infeksi oleh salah satu
jenis serotype akan memberikan imunitas seumur hidup terhadap serotype
tersebut, tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap serotype yang lain.
(Mardiana, 2010)
Faktor primer dan yang paling efektif terhadap penyakit DHF adalah
nyamuk Aedes aegypti (di daerah perkotaan) yang merupakan nyamuk tropis dan
subtropis, akan tetapi distribusi nyamuk ini dibatasi oleh ketinggian, biasanya
tidak dijumpai pada daerah dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter dan faktor
sekundernya yaitu nyamuk Aedes albopictus (di daerah pedesaan). Depkes RI
(2012) menjelaskan bahwa Nyamuk Aedes aegypti aktif menggigit pada waktu
pagi hari (pukul 08.00-12.00) dan sore hari (pukul 15.00 -17.00). Nyamuk Aedes
aegypti ini hidup dan berkembang biak pada tempat- tempat penampungan air
bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah seperti: vas bunga, toren
air, bakmandi, tempayan, ban bekas, kaleng bekas, botol minuman bekas.
Perkembangan hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa
memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. hanya nyamuk betina yang menggigit dan
menghisap darah serta memilih darah manusia untuk mematangkan telurnya,
sedangkan nyamuk jantan tidak menghisap darah manusia, melainkan hidup dari
sari bunga tumbuh- tumbuhan.
Umur nyamuk  Aedes aegypti betina berkisar antara 2 minggu sampai 3
bulan atau rata-rata 1½ bulan, tergantung dari suhu kelembaban udara
disekelilingnya. Kemampuan terbangnya berkisar antara 40-100 meter dari tempat
perkembangbiakannya. Tempat istirahat yang disukai nyamuk Aedes aegypti
adalah benda-benda yang tergantung yang ada didalam rumah, seperti gordyn
ataupun baju-baju dikamar yang gelap dan lembab,sehingga menjadi tempat
perindukan yang baik bagi nyamuk Aedes aegypti, terutama pada pemukiman
penduduk yang tidak dibersihkan. Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada
waktu musim hujan, dimana terdapat banyak genangan air bersih yang dapat
menjadi tempat perkembang biakkan nyamuk Aedes aegypti.
Vektor lain penyebab demam berdarah juga dapat ditularkan oleh
nyamuk Aedes albopictus, namun nyamuk ini kurang berperan dalam
menyebarkan penyakit demam berdarah, jika dibandingkan dengan nyamuk Aedes
aegypti. Hal ini karena nyamuk Aedes albopictus
hidup dan berkembangbiak dikebun atau semak- semak, sehingga lebih jarang
kontak dengan manusia dibandingkan dengan nyamuk  Aedes aegypti yang berada
didalamdan disekitar rumah.
 
H. Faktor- Faktor Resiko pada DHF
Infeksi sekunder dengue merupakan faktor risiko untuk DHF, termasuk
juga antibodi pasif pada bayi. Strain virus juga merupakan faktor risiko untuk
terkena DHF, tidak semua tipe virus berpotensi menimbulkan epidemi atau
mengakibatkan kasus yang parah. Usia dan genetik pejamu juga termasuk faktor
risiko terhadap DHF. Walaupun DHF dapat dan memang menyerang orang
dewasa, kebanyakan kasusnya ditemukan pada anak- anak yang berusia
kurang dari 15 tahun, dan bukti tidak langsung memperlihatkan bahwa beberapa
kelompok di masyarakat mungkin justru lebih rentan terhadap sindrom
pecahnya pembuluh darah daripada kelompok lainnya. (WHO, 2012)

I. Macam-macam DHF
Infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik atau mengakibatkan
penyakit demam biasa (sindrom virus), Dengue Fever, atau demam berdarah
dengue (DHF) termasuk sindrom syok dengue (DSS).

J. Intervensi Gizi
Rencana terapi diet yang diberikan pada pelaksanaan asuhan gizi pada
penderita demam berdarah (DHF) pada anak yaitu diet TETP 2275 kkal. Yang
diberikan dalam bentuk makanan lunak (tim) pada hari pertama perawatan dan
bentuk makanan biasa (NS) pada hari selanjutnya. Diet yang diberikan
disesuaikan dengan keadaan pasien dimana masalah giziutama terdapat pada
kurangnya asupan makan dengan rendahnya nafsu makan
serta penggantian makanan bentuk tim menjadi nasi biasa dikarenakan pasien tida
k menyukaimakanan lunak.
Diet TETP diberikan dengan tujuan adalah memberikan asupan energi dan
protein yang adekuat guna mengoptimalkan kondisi pasien agar tidak lemah serta
membantu meningkatkan berat badan pasien agar ideal. Snack yang diberikan
berupa bubur kacang hijaudan buah pisang, melon serta semangka. Kemudian
menu makanan utama pasien terdiri darimakanan pokok yaitu nasi, lauk hewani,
lauk nabati, dan sayuran dalam batas yang ditentukan.Dengan standar makanan
tersebut asupan makanan pasien belum memenuhi kebutuhan dikarenakan pasien
tidak ada nafsu makanan disebabkan adanya rasa pahit di lidah dikarenakan
kondisi pasien yang demam. Pemberian makanan dengan standar makanan
yangtelah dimodifikasi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan asupan makanan
atau gizi pasien
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan
Profesional. Yogyakarta : Mediaction Jogja.
Vyas, et al, 2014. Anatomi sistem sirkulasi. Bandung : Gramedia Pustaka
WHO. 2015. Informasi Kesehatan. Www.Infokes.Com. Diunduh Tanggal 21 Juli
2020.
Herdman,H.T. (2012). Diagnosis Keperawatan Defenisidan Klasifikasi. Jakarta :
EGC
Margian Dani. 2017. PENATALAKSANAAN TERAPI DIIT PADA PASIEN
DENGUEHEMORAGIC FEVER DI RUANGAN NUSA INDAH KAMAR
5RUMAH SAKIT TENTARA TK. II dr. SOEPRAOEN MALANG.

Anda mungkin juga menyukai