Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL JOURNAL REPORT

PENDIDIKAN PANCASILA

Dosen Pengampu : Dra. Gartima Sitanggang, M.Si.

Disusun oleh :

Nama : Januaris Hutapea

Nim : 4171230006

Kelas : MATEMATIKA ND B 2017

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2018
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya
yang telah dianugrahkan, sehingga penulis mampu menyusun tugas critical journal report ini
tepat pada waktunya meskipun masih banyak kekurangan – kekurangan dalam penulisan
maupun isi pada tugas ini.Adapun jurnal yang saya kritik adalah jurnal yang berkaitan
tentang ideologi pancasila
Penulis mamahami isi dan pemaparan dalam tugas ini sangat terbatas dan banyak
kesalahan terutama dalam penulisan . Oleh karena itu penulis mengharapkan sebuah kritikan
yang membangun dan dapat memperbaiki tugas critical journal report ini , sehingga pada
tugas selanjutnya dapat lebih baik dan terarah sesuai dengan critical journal report pada
umumnya .
Akhirnya penulis mengucapkan banyak terimah kasih dan semoga tugas yang telah
diselesaikan ini dapat bermamfaat bagi para pembaca.

Medan , 1 November 2018.

Januaris Hutapea
Daftar Isi
Kata Pengantar...........................................................................................
Daftar Isi....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................
1.3 Tujuan...................................................................................................
Bab II PEMBAHASAN.............................................................................
2.1 Identitas Jurnal....................................................................................
2.2 Ringkasan Isi Jurnal............................................................................
BAB III Kelebihan dan kekurangan jurnal...............................................
3.1 Kelebihan jurnal...................................................................................
3.2 Kekurangan jurnal................................................................................
BAB IV PENUTUP...................................................................................
4.1 Kesimpulan...........................................................................................
4.2 Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
BAB I
INFORMASI ARTIKEL JURNAL YANG DILAPORKAN
A. Identitas jurnal
Jurnal 1
1.Judul jurnal : perspektif futuristik pancasila sebagai asas/ideologi dalam uu keormasan
2.Volume dan halaman : Volume III, Nomor 2,
3.Tahun : November 2010
4.Penulis : anis ibrahim
5.Jenis Jurnal : Jurnal konstitusi

Abstract
The 1983 law on mass organization states that each mass organization
shall use Pancasila as the only organization basis is not effective anymore. This
ineffectiveness is due to the silence in talking about Pancasila under
perspective in solving the problems of the nation and to the reluctance of the
government to enforce Pancasila as the only basis for mass organizations.
Therefore, it is time to amend it by adopting the 2008 law on political parties,
especially those dealing with the position of Pancasila as a basis that enables
mass organizations to adopt other basis with stipulation that the adopted basis
should not be in contradiction to the Pancasila ideology.
Keywords: law on mass organization, amendment, Pancasila ideology.

Jurnal 2
1.Judul jurnal : menjaga eksistensi pancasila dan penerapannya bagi masyrakat di era
globalisasi
2.Volume dan halaman : Volume 1, Nomor 2,
3.Tahun : Januari 2017
4.Penulis : Ambiro Puji Asmaroini, M.Pd
5.Jenis Jurnal : Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan

ABSTRACT
Pancasila is the basis of the state and outlook of the nation Indonesia. As the foundation of
the State, Pancasila used as the basis to build the Unitary Republic of Indonesia. As an
ideology of nation and state of Indonesia, Pancasila is the crystallization of the customs
value, the value of cultural and religious values contained in the view of life in Indonesia.
Pancasila is the official philosophical foundation and nation’s view of life. As the foundation
of thr State, Pancasila is used as the basis to build the Unitary Republic of Indonesia. As an
ideology of nation and state of Indonesia, Pancasila is the crystalization of the custom value,
cultural and religious values in the view of lifr in Indonesia
The value in Pancasila has a set of values, namely divinity,ŕ humanity, unity, democracy, and
justice. The condition of Indonesia today can be identified by looking at the behavior and
personality of Indonesian society, as reflected in daily behavior.
Globalization is not inevitable. Globalization makes all countries seemed limitless. For that
we need Pancasila as the filter of globalization. The necessity of civilizing values of
Pancasila is not just understanding, but must be lived and embodied in experiences by each
individual and the whole society that foster awareness and the need to implement social,
civic, and state based on Pancasila
Keywords: ideology, Pancasila, Globalization

Jurnal 3
1.Judul jurnal : Relevansi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka Di era Reformasi
2.Volume dan halaman : Volume 2, Nomor 2,
3.Tahun : 2016
4.Penulis : A. Aco Agus
5.Jenis Jurnal : Jurnal officce
ABSTRAK
Pancasila ideologi terbuka berarti pancasila dapat menerima dan mengembangkan
pemikiran baru dari luar dapat berinteraksi dengan perkembangan / perubahan zaman dan
lingkungannya, bersifat demokratis dalam arti membuka diri masuknya budaya luar dan
dapat menampung pengaruh nilai-nilai dari luar yang akan diinkorporasi, untuk
memperkaya aneka bentuk dan ragam kehidupan bermasyarakat Indonesia juga memuat
dimensi-dimensi secara menyeluruh. Pancasila sebagai ideologi, tidak bersifat kaku dan
tertutup, namun bersifat reformasi, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa
ideologi Pancasila bersifat aktual, dinamis antisipasif senantiasa mampu menyesuaikan
perkembangan zaman. Ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan
aspirasi masyarakat, keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai
dasar yang terkandung di dalamnya. Namun mengeksplisikan wawasan secara konkrit
sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk memecahkan masalah-masalah aktual
masyarakat. Pancasila sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka memiliki dimensi yaitu
dimensi idialis, dimensi normatif dan dimensi realistis.
Kata kunci: Relevansi Pancasila, ideology terbuka, era Reformasi

B. Penjelasan tentang relevansi dan konstribusi pemahaman dan pengetahian


mahasiswa terhadap kajian MKWU
Pancasila adalah ideologi terbuka dimana pancasila dapat menerima dan
mengembangkan pemikiran yang baru dari luar maupun dalam dan dapat berinteraksi
dengan perkembangan atau perubahan zaman dan lingkungannya, bersifat demokratis
dalam arti membuka diri masuknya budaya luar dan dapat menampung pengaruh
nilai-nilai dari luar yang akan dipertimbangkan, untuk memperkaya aneka bentuk dan
ragam kehidupan bermasyarakat Indonesia juga memuat bagian pengembangan secara
menyeluruh. Pancasila sebagai ideologi, tidak bersifat kaku dan tertutup, namun
bersifat reformasi, terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila bersifat
terbuka dan senantiasa mampu menyesuaikan perkembangan zaman.
BAB II
PEMBAHASAN UMUM ARTIKEL

A. Terjemahan artikel jurnal yang dilaporkan


Paragraf asal yang Terjemahan paragraf dalam
diterjemahkan dari bahasa asing bahasa indonesia
Pancasila as an ideology reliability Kehandalan Pancasila sebagai Ideologi
All this has been terwacanakan that Selama ini telah terwacanakan bahwa
Pancasila for Indonesia not only as the Pancasila bagi bangsa Indonesia tidak
state, but Pancasila as well as rechtsidee, sekedar sebagai dasar negara saja, namun
basic philosophy and ideology of the Pancasila juga sebagai rechtsidee, filosofi
nation / state. As the foundation of the dasar dan ideologi bangsa/negara.
state, the basic philosophy and ideology Sebagai dasar negara, filosofi dasar, dan
of Pancasila nation had "not negotiable" ideologi bangsa Pancasila sudah “tidak
again. Muladi states that Pancasila should bisa ditawar” lagi. Muladi menyatakan
be viewed as a whole as "National bahwa Pancasila harus dilihat secara utuh
guidelines, or as national standards, sebagai “national guidelines, atau
norms and principles " 11 for the whole sebagai national standart, norms and
trip state, nation, and society in Indonesia. principles” bagi seluruh perjalanan
Ideology also different philosophy. bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat
Ideology does contain values and di Indonesia. Ideologi juga berbeda
philosophical knowledge, but serves as a dengan filsafat. Ideologi memang
normative beliefs. Instead philosophy is a mengandung nilai-nilai dan pengetahuan
series of scientific knowledge filosofis, namun berlaku sebagai sebagai
systematically arranged. keyakinan yang normatif.

B. Resume artikel jurnal


Jurnal 1

Gema Yang Mengendur


Pasca runtuhnya kekuasaan Orde Baru (Orba), sungguh popularitas Pancasila
mengalami kemerosotan yang luar biasa. Kecuali sekedar dilafalkan pada upacara hari senin
di sekolah,
peringatan hari besar RI, dan setahun sekali di awal bulan Juni, selebihnya Pancasila nyaris
dilupakan orang.
Pemerintah melalui Pasal 15 dapat membubarkan ormas yang bersangkutan. Bunyi
selengkapnya Pasal 2 yang terdiri atas 2 ayat tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Organisasi Kemasyarakatan berasaskan Pancasila sebagai satu-satunya asas.
(2) Asas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah asas dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Pancasila sebagai Rechtsidee


Dengan mengunakan perspektif Hans Nawiasky, Pancasila merupakan
Staatsfundamentalnorm – yang diterjemahkan A. Hamid S. Attamimi sebagai “Norma
Fundamental Negara” – adalah norma hukum tertinggi dan merupakan kelompok pertama
dalam hierarki norma hukum. Cita-hukum (rechtsidee) Pancasila berintikan:
(1) Ketuhanan Yang Maha Esa;
(2) Penghormatan atas martabat manusia;
(3) Wawasan Kebangsaan dan Wawasan Nusantara;
(4) Persamaan dan kelayakan;
(5) Keadilan sosial;
(6) Moral dan budi pekerti yang luhur; dan
(7) Partisipasi dan transparansi dalam proses pengambilan putusan publik.

Kehandalan Pancasila sebagai Ideologi


Selama ini telah terwacanakan bahwa Pancasila bagi bangsa Indonesia tidak sekedar
sebagai dasar negara saja, namun Pancasila juga sebagai rechtsidee, filosofi dasar dan
ideologi bangsa/negara. Sebagai dasar negara, filosofi dasar, dan ideologi bangsa Pancasila
sudah “tidak bisa ditawar” lagi. Muladi menyatakan bahwa Pancasila harus dilihat secara
utuh sebagai “national guidelines, atau sebagai national standart, norms and principles”11
bagi seluruh perjalanan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat di Indonesia.

Perspektif Futuristik Pancasila dalam UU Kormasan


Di tengah mengendurnya gema Pancasila dalam berbagai dialog kebangsaan dan
aktifitas keormasan, justru terjadi “kemajuan” dan liberalisasi asas dan ideologi bagi partai
politik (Parpol) di Indonesia produk reformasi. Hal ini terlihat dari UU No. 2/2008 tentang
Parpol yang tidak mewajibkan setiap Parpol untu menggunakan dan mencantumkan secara
formal Pancasila sebagai satu-satunya asas. Yang penting adalah asas Parpol tidak
boleh bertentangan dengan Pancasila.
a. Asas Partai Politik tidak boleh bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Partai Politik dapat mencantumkan ciri tertentu yang mencerminkan kehendak dan cita-cita
Partai Politik yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
c. Asas dan ciri Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) merupakan
penjabaran dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Dengan demikian, berdasarkan fakta-fakta yakni fakta konstitusi, fakta yuridis, dan fakta
empirik dalam dinamika keormasan, maka UU No. 8/1985 sudah pada tempatnya jika
diamandemen. Perumusan posisi Pancasila seperti dalam UU No. 2/2008 tersebut tampak
cukup menarik untuk diadopsi dalam menata hubungan Pancasila dengan kehidupan ormas
Indonesia ke depan. Dasar pertimbangannya adalah:
(1) Pancasila merupakan modus vivendi dan “ruang” bersama bangsa Indonesia sebagai
tempat yang paling niscaya bagi bertemunya kompromi berbagai kepentingan yang mungkin
saling bertentangan;
(2) Pancasila sebagai sebuah ideologi bangsa adalah berisi gagasan yang berorientasi
futuristik yang berisi keyakinan yang jelas yang membawa komitmen untuk diwujudkan
dalam kehidupan nyata;
(3) Pancasila dengan lima silanya adalah sebagai bintang pemandu sekaligus sebagai norma
kritik bagi setiap pokokpokok perumusan kebijakan dan segala tindakan negara,
bangsa, dan masyarakat.
Jurnal 2
Pancasila itu terdiri dari Panca dan Sila. Nama Panca diusulkan oleh Ir. Soekarno
sedangkan nama Sila diusulkan oleh salah seorang ahli bahasa. Pancasila dirasakan sudah
sempurna dan mencakup segala aspek pada Bangsa Indonesia.

1. Ideologi Pancasila dalam pemikiran radikal dan revolusioner


Perlu kita renungkan, Pancasila sebagai dasar Negara diwarnai oleh ketegangan,
konflik, dan consensus bersama. Kondisi bangsa Indonesia yang dimasa kolonial selalu
menempatkan warga Nusantara sebagai pihak yang terkalahkan banyak menginspirasi
perumusan Pancasila. Berbagai nilai-nilai dasar tersebu mulai dirintis oleh tokoh-tokoh
pergerakan nasional. Pada saat Soekarno menyebutkan dan merumuskan dasar Negara yang
ditawarkan dalam siding BPUPKI tidak ada hadirin yang menolak. Berbagai nilai luhur
tersebut sudah sudah ada dan hidup di masyarakat nusantara serta diperkaya dengan
pemikiran dunia yang modern. Prinsip-prinsip yang ada dalam Pancasila tidak semuanya
berasal dari asing. Pancasila juga tidak semuanya berasal dari warisan nusantara. Para pendiri
Negara mengolah kembali warisan nusantara dan memperkaya dengan warisan dunia
sehingga muncul suatu rumusan Pancasila yang sangat cerdas dan visioner. Dari perpaduan
budaya global dan warisan budaya yang luhur itulah berhasil dirumuskan Pancasila sebagai
suatu dasar Negara sekaligus pandangan hidup.

2. Ideologi Pancasila dalam Perspektif Global


Pancasila merupakan dasar Negara dan pandangan hidup bangsa Indoesia. Sebagai dasar
Negara, Pancasila dijadikan sebagai dasar dalam membangun Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pancasila sebagai dasar Negara diwujudkan dalam hukum nasional Indonesia,
dimana Pancasila menjadi sumber dari segala sumber hukum yang ada di Negara Indonesia.
Sedangkan sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila dijadikan sebagai tuntunan bagi
seluruh masyarakat Indonesia dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

2.1 Pancasila Sebagai Ideologi


secara harfiah ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar, cita-cita yang bersifat tetap
yang harus dicapai, sehingga cita-ita yang bersifat tetap itu yang harus dicapai, sehingga cita-
cita yang bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau faham
Kaelan (2005) menyatakan bahwa ideologi sebagai pandangan masyarakat memiliki
karakteristik: (a) ideologi sering muncul dan berkembang alam situasi kritis; (b) ideologi
memiliki jangkauan yang luas, beragam, dan terprogram; (c) ideologi mencakup beberapa
strata pemikiran dan panutan; (d) ideologi memiliki pola pemikiran yang sistematis; (e)
ideologi cenderung eksklusif, absolute dan universal; (f) ideologi memiliki sifat empiris dan
normatif; (g) ideologi dapat dioperasionalkan dan didokumentasikan konseptualisasinya; (h)
ideologi bisanya terjadi dalam gerakan-gerakan politik.

2.2 Globalisasi
Globalisasi merupakan gejala mengglobalnya sosio-cultural antar bangsa sehingga kultur
antar bangsa di dunia seolah-olah melebur menjadi kultur dunia (global). Akibatnya
hubungan antar bangsa semakin dekat.
a. Dampak Positif Globalisasi bagi Indonesia
(1) Semangat kompetitif
Untuk mengikuti arus globalisasi suatu Negara dituntut mampu bersaing di dunia
internasional.
(2) Kemudahan dan kenyamanan hidup

Globalisasi dengan kemajuan di bidang informasi, komunikasi dan transportasi telah


memberi kemudahan dan kenyamanan masyarakat.
(3) Sikap toleransi dan solidaritas kemanusiaan

Informasi mengenai keprihatinan dan penderitaan sejumlah manusia di suatu Negara,


memotivasi pemerintah di Negara lain untuk ikut membantu meringankan penderitaan yang
dirasakan sesamanya.

b. Dampak Negatif Gobalisasi bagi Bangsa Indonesia


(1) Pergeseran nilai
Sesuatu yang baru (nilai, teknologi, budaya, dan lainnya) dari asing secara tidak otomatis
dapat diintegrasikan ke dalam kondisi individu atau masyarakat yang menerimanya.
(2) Pertentangan nilai
Masuknya nilai-nilai baru dan asing yang tidak sejalan atau bahkan bertentangan dengan
nilai-nilai luhur dari pandangan hidup masyarakat.
(3) Perubahan gaya hidup (Life style)
(4) Berkurangnya kedaulatan Negara
Pemerintah harus mengakui dan bekerja di suatu lingkungn dimana sebagian besar
penyelesaian masalah harus dirumuskan dengan memperhatikan dunia global.

3. Nilai-Nilai yang terkandung dalam Pancasila


Berikut ini adalah nilai-nilai dalam lima sila Pancasila

Ketuhanan Yang Maha Esa


Nilai-nilai yang terkandung dalam sila pertama ini adalah dimana kita sebagai manusia yang
diciptakan wajib menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya.

Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Sila kedua ini menjelaskan bahwa kita sesama manusia mempunyai derajat yang sama
dihadapan hukum.

Persatuan Indonesia
Makna persatuan hakikatnya adalah satu, yang artinya bulat tidak terpecah.

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
Dalam sila ini menjelaskan tentang demokrasi, adanya kebersamaan dalam mengambil
keputusan dan penanganannya, dan kejujuran bersama.

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Makna dalam sila ini adalah adanya kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat, seluruh
kekayaan dan sebagainya dipergunakan untuk kebahagiaan bersama, dan melindungi yang
lemah.
4. Kondisi Masyarakat Indonesia saat ini dalam Menerapkan Nilai-Nilai Pancasila
Kondisi bangsa Indonesia saat ini dapat dikaji dan identifikasi dengan melihat prilaku dan
kepribadian masyarakat Indonesia tercermin pada tingkah laku masyarakat Indonesia sehari-
hari.

Penyimpangan sila pertama


Saat ini kita menjumpai generasi muda yang tidak bertaqwa kepada Tuhan YME. Misalnya:
meninggalkan ibadah, melanggar peraturan agama, menganggap dirinya sebagai Tuhan atau
Rasul, dan lain sebagainya.

Penyimpangan sila kedua


Sekarang ini kita temui diantara pemuda Indonesia yang tidak memanusiakan manusia lain
sebagai mana mestinya. Misalnya: kasus pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, dan lain
sebagainya.

Penyimpangan sila ketiga


Memudarnya rasa persatuan dan kesatuan yang terjadi pada masyarakat Indonesia saat ini.
Misalnya: tawuran antar pelajar, bentrok antar warga seperti perang sampit, bentrok antar
suku seperti kisah perang sampit, dan lain sebagainya.

Penyimpangan sila keempat


Demokrasi selayaknya dilaksanakan dengan sehat. Fenomena yang terjadi saat ini masih
adanya money politic di kalangan masyarakat yang biasa dijumpai pada saat pemilihan kepala
desa, pemilihan bupati atau walikota.

Penyimpangan sila kelima


Selanjutnya mengenai keadilan, banyak fakta-fakta mengenai ketidakadilan yang di lakukan
oleh generasi muda bangsa Indonesia saat ini. Tidak perlu jauh-jauh, saat ini dapat kita lihat
pada kelompok belajar kita saja sebagai faktanya.

5. Upaya yang dilakukan Masyarakat Indonesia dalam Membudayakan Nilai-Nilai


Pancasila
Sebelum memasuki upaya masyarakat Indonesia dalam membudayakan nilai-nilai Pancasila
maka perlu kita tahu fungsi dari Pancasila. Sri Untari (2012) menjabarkan fungsi Pancasila
antara lain:
(1) Pancasila sebagai identitas dan kepribadian bangsa
Pancasila adalah kepribadian bangsa yang digali dari nilai-nilai yang telah tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat dan budaya bangsa Indonesia.

(2) Pancasila sebagai sistem filsafat


Pancasila bersifat obyektif ilmiah karena uraiannya bersifat logis dan dapat diterima oleh
paham yang lain.

(3) Pancasila sebagai sumber nilai


Nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
kerakyatan, dan nilai keadilan.
(4) Pancasila sebagai sistem etika
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud etika Pancasila adalah etika yang
mengacu dan bersumber pada nilai-nilai, norma Pancasila sebagai dasar Negara dan
pandangan hidup bangsa.

(5) Pancasila sebagai paradigma keilmuan ekonomi, politik, hukum, dan pendidikan
(6) Pancasila sebagai ideologi terbuka
Menurut Winarno dalam Sri Untari (2012) disebut terbuka sebab ideologi Pancasila
bersumber pada kondisi obyektif, konsep, prinsip, dan nilai-nilai orisinal masyarakat
Indonesia sendiri.

Jurnal 3
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada hakikatnya
bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau sekelompok
orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia. Namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai
adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara.

A. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia


Istilah ideologi berasal dari kata idea, yang artinya gagasan, konsep, pengertian dasar,
cita-cita; dan logos yang berarti ilmu. Ideologi secara etimologis, artinya ilmu tentang ide-ide
(the science of ideas), atau ajaran tentang pengertian dasar Sejarah konsep ideologi dapat
ditelurusi jauh sebelum istilah tersebut digunakan Destutt de Tracy pada penghujung abad
kedelapan belas. Tracy menyebut ideologi sebagai srience of ideas, yaitu suatu program yang
diharapkan dapat membawa perubahan institusional bagi masyarakat Perancis. Namun,
Napoleon mengecam istilah ideologi yang dianggapnya suatu khayalan belaka, yang tidak
mempunyai arti praktek. Hal semacam itu hanya impian belaka yang tidak akan ditemukan
dalam kenyataan

B. Pengertian Ideologi Terbuka


Ciri khas ideologi terbuka ialah bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan
dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya
masyarakatnya sendiri. Dasarnya dari konsensus masyarakat, tidak diciptakan oleh negara,
melainkan ditemukan dalam masyarakatnya sendiri.

C. Tantangan terhadap Pancasila sebagai ldeologi Negara


Unsur-unsur yang memengaruhi tantangan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara
meliputi faktor eksternal dan internal. Adapun faktor eksternal meliputi hal-hal berikut :
1. Pertarungan ideologi antara negara-negara super power antara Amerika Serikat dan Uni
Soviet antara 1945 sampai 1990 yang berakhir dengan bubarnya negara Soviet sehingga
Amerika menjadi satu-satunya negara super power.
2. Menguatnya isu kebudayaan global yang ditandai dengan masuknya berbagai ideologi
asing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena keterbukaan informasi.
3. Meningkatnya kebutuhan dunia sebagai akibat pertambahan penduduk dan kemajuan
ideologi sehingga terjadi eksploitasi terhadap sumber daya alam secara matif. Dampak
konkritnya adalah kerusakan lingkungan, seperti banjir, kebakaran hutan.
Adapun faktor internal meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Pergantian rezim yang berkuasa melahirkan kebijakan politik yang berorientasi pada
kepentingan kelompok atau partai sehingga ideologi Pancasila sering terabaikan.
2. Penyalahgunaan kekuasaan (korupsi) mengakibatkan rendahnya kepercayaan masyarakat
terhadap rezim yang berkuasa sehingga kepercyaan terhadap ideologi menurut drastis.

D. Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara


Peran ideologi negara itu bukan hanya terletak pada aspek legal formal, melainkan
juga harus hadir dalam kehidupan konkret masyarakat itu sendiri. Beberapa peran konkret
Pancasila sebagai ideologi meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Ideologi negara sebagai penuntun warga negara, artinya setiap perilaku warga negara harus
didasarkan pada preskripsi moral. Contohnya, kasus narkoba yang merebak dikalangan
generasi muda menunjukkan bahwa preskripsi moral ideologi
belum disadari kehadirannya.

2. Ideologi negara sebagai penolakan terhadap nilai-nilai yang tidak sesuai dengan sila-sila
pancasila. Contohnya, kasus terorisme yang terjadi dalam bentuk pemaksaan kehendak
melalui kekerasan. Hal ini bertentangan nilai toleransi berkeyakinan, hak-hak asasi manusia,
dan semangat persatuan.

E. Pancasila sebagai Idelogi yang Reformatif, Dinamis dan Terbuka


Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat
reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah
bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan
aspirasi masyarakat. Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar
yang terkandung di dalamnya, namun mengeksplisitkan wawasannya secara lebih kongkrit,
sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk memecahkan masalah-masalah aktual
yang senantiasa berkembang seiring dengan aspirasi rakyat.
mengemukakan ideologi terbuka tersebut nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi
pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai berikut :
Nilai Dasar, yaitu hakikat kelima sila Pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan. Nilai dasar tersebut adalah merupakan essensi dari sila-sila
Pancasila yang sifatnya universal, sehingga dalam nilai dasar tersebut terkandung cita-cita,
tujuan serta nilai-nilai yang baik dan benar.
Nilai Instrumental, yang merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta lembaga
pelaksananya. Nilai instrumental ini merupakan eksplisitasi, penjabaran lebih lanjut dari
nilai-nilai dasar dalam rangka penyesuaian dalam pelaksanaan nilai-nilai dasar ideologi
Pancasila. Misalnya GBHN yang lima tahun sekali senantiasa disesuaikan dengan
perkembangan zaman serta aspirasi masyarakat, undang-undang, departemen-departemen
sebagai lembaga pelaksana dan lain sebagainya. Pada aspek ini senantiasa dapat dilakukan
perubahan (reformatif).
Nilai Praksis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi
pengamalan yang bersifat nyata, dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara (lihat BP-7 Pusat, 1994 : 8). Dalam realisasi praksis inilah maka
penjabaran nilai-nilai Pancasila senantiasa berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan
dan perbaikan (reformasi) sesuai dengan perkembangan zaman ilmu pengetahuan dan
teknologi serat aspirasi masyarakat.
1) Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan-penyimpangan.
2) Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang jelas (landasan
ideologis) tertentu, dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia.
Jadi reformasi pada prinsipnya suatu gerakan untuk mengembalikan kepada dasar nilai-nilai
sebagaimana yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.
3) Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka struktural
tertentu (dalam hal ini UUD) sebagai kerangka acuan reformasi. Reformasi pada prinsipnya
gerakan untuk mengadakan suatu perubahan untuk mengembalikan pada suatu tatanan
struktural yang ada karena adanya suatu penyimpangan.
4) Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan ke arah kondisi serta keadaan yang lebih
baik. Perubahan yang dilakukan dalam reformasi harus mengarah pada suatu kondisi
kehidupan rakyat yang lebih baik dalam segala aspeknya antara lain bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya, serta kehidupan keagamaan. Dengan ini perkataan reformasi harus dilakukan
ke arah peningkatan harkat dan martabat rakyat Indonesia sebagai manusia.
5) Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia yang
Berketuhanan Yang Maha Esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa.

F. Faktor Pendorong Keterbukaan IdeologiPancasila


Faktor yang mendorong pemikiran mengenai keterbukaan ideologi Pancasila adalah sebagai
berikut :
1. Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamika masyarakat yang
berkembang secara cepat.
2. Kenyataan menunjukkan, bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup dan beku dikarenakan
cenderung meredupkan perkembangan dirinya.
3. Pengalaman sejarah politik kita di masa lampau.
4. Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai dasar Pancasila yang bersifat abadi
dan hasrat mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai tujuan
nasional.
BAB III
PEMBAHASAN CRITICAL JOURNAL REPORT

A. Latar belakang masalah yang dikaji


Mengendurnya gema Pancasila dalam berbagai dialog kebangsaan dan aktifitas
keormasan, justru terjadi “kemajuan” dan liberalisasi asas dan ideologi bagi partai politik
(Parpol) di Indonesia produk reformasi. adalah berupa penafsiran kembali dan
merumuskannya dalam sebuah kesepakatan tentang posisi Pancasila baik sebagai asas (dasar,
landasan, pedoman pokok, Pancasila yang merupakan sumber dari karakter bangsa Indonesia,
berarti perwujudan nilai-nilai Pancasila itu dalam:
(1) gagasan, nilai, norma, dan peraturan,
(2) aktivitas serta tindakan terpola dar manusia, dan
(3) wujud hasil cipta manusia
Pembudayaan nilai-nilai Pancasila mulai berkurang terlihat dimasyrakat umum.
Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi pancasila sebagai ideologi terbuka idealistis,
dimensi normatif, dimensi relistis, adalah tidak terlu dipahami masyarakat.
Gerakan reformasi pada masa orde baru memiliki syarat-syarat yaitu adanya suatu
penyimpangan-penyimpangan, suatu cita-cita yang jelas (landasan ideologis) tertentu yaitu
pancasila, reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka struktural tertentu
(dalam hal ini UUD) sebagai kerangka acuan reformasi, Reformasi dilakukan ke arah suatu
perubahan ke arah kondisi serta keadaan yang lebih baik, Reformasi dilakukan dengan suatu
dasar moral dan etik sebagai manusia yang Berketuhanan Yang Maha Esa, serta terjaminnya
persatuan dan kesatuan bangsa.

B. Permasalahan yang dikaji


1. Tidak melekatnya nilai pancasila di dalam seiap orang
2. Kurangnya keinginan mempertahankan ideologi pancasila
3. Tidak sanggupnya masyrakat menyaring perbedaan yang ada di lingkungan

C. Kajian teori / konsep yang digunakan


Dengan mengunakan perspektif Hans Nawiasky, Pancasila
merupakan Staatsfundamentalnorm – yang diterjemahkan A. Hamid S. Attamimi sebagai
“Norma Fundamental Negara” – adalah norma hukum tertinggi dan merupakan kelompok
pertama dalam hierarki norma hukum. Staatsfundamentalnorm suatu negara merupakan dasar
filosofis yang mengandung kaidah dasar bagi pengaturan negara lebih lanjut. Bagi Negara
Republik Indonesia, Pancasila adalah staatsfundamentalnorm, dengan argumentasi karena
Pancasila merupakan rechtsidee rakyat Indonesia.
Sri Untari (2012) menjabarkan fungsi Pancasila antara lain:
Pancasila sebagai identitas dan kepribadian bangsa. Pancasila adalah kepribadian bangsa
yang digali dari nilai-nilai yang telah tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan budaya
bangsa Indonesia.

D. Metode yang digunakan


1. Menerapkan hidup berpancasila dimulaidari lingkungan keluarga dan teman
bermain.
2. Memaparkan bidang studi pendidikan pancasila mulai dari tk hingga kejenjang
yang lebih tinggi dan lingkungan yang tidak mendapat perhatian pendidikan.
3. Mengajarkan betapa pentingnya dan bangganya dimana perbedaan suku bangsa,
bahasa, ras, menjadi satu kesatuan.
E. Analisi Critical Journal Report

1. Kelebiahan jurnal

Jurnal 1
Menjelaskan dan memaparkan bahwa pancasila bisa diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat terutama di dalam organisasi dengan menyatukan perspektif yang berbeda.

Jurnal 2
Menjelaskan dan memaparkan cara menjaga eksistensi pancasila dan bagai mana cara
mempertahankannya dalam kehidupan bermasyarakat.

Jurnal 3
Menjelaskan dan memaparkan bagaimana pancasila sebagai sistem ideologi yang terbuka
dan dapat menerima dan menyaring ideologi lain untuk lebih menyempurnakan
kekurangan yang ada

2. Kelemahan jurnal

Jurnal 1
Tidak menjelaskan lebih detail apa itu pancasila dan apa saja yang ideologi yang
dapat menggoyahkannya di lingkungan masyarakat

Jurnal 2
Tidak menjelaskan kehebatan pancasila sebagai ideologi dan sejarah terciptanya
pancasila dan siapa saja tokoh pendirinya sehingga masyrakat terytama anak kecil
dapat tauh dan menghargai perjuangannya.

Jurnal 3
 Penulisan jurnal kadang berbeda satu sama lain
 Jurnalnya kurang menarik
 Pembahasan lebih sedikit dan simple
 Objek yang ditampilkan tida terlalu terlihat
BAB IV

A.KESIMPULAN

Pancasila merupakan dasar Negara dan pandangan hidup bangsa Indoesia. Sebagai dasar Negara
Pancasila dijadikan sebagai dasar dalam membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Arus globalisasi tidak mungkin dihentikan. Berjalannya globalisasi tidak terlepas dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai penyebabnya. Dampaknya juga tidak bisa
dihindarkan. Bagi masyarakat, bangsa dan Negara Indonesi, globalisasi memiliki dampak positif
dan negative Pembudayaan nilai-nilai luhur Pancasila perlu diupayakan. Diharapkan terdapat
penghayatan dan pengalaman nilai-nilai luhur Pancasila di berbagai bidang kehidupan bagi
seluruh masyarakat Pancasila sebagai ideologi, tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat
reformasi, dinamis dan terbuka.Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi pancasila sebagai
ideologi terbuka adalah Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis.Pancasila sebagai suatu
ideologi yang bersifat terbuka memiliki tiga dimensi yaitu dimensi idealistis, dimensi normatif,
dimensi relistis.

B.SARAN
Dengan adanya tugas ini saya berharap ada masukan dari pembaca dalam hal peningkatan
jurnal dan memperbaiki tugas2 selanjutnya.Dan semoga tugas dapat bermanfaat bagi para
pembaca
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim Anis, 2010, perspektif futuristik pancasila sebagai asas/ideologi dalam uu


keormasan Volume III, Nomor 2.

Asmaroini ambiro, 2017, menjaga eksistensi pancasila dan penerapannya bagi masyrakat di
era globalisasi volume 1 no. 2

Agus Aco A, 2016, Relevansi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka Di era Reformasi Volume
2, Nomor 2,

Anda mungkin juga menyukai