Anda di halaman 1dari 40

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karuniaNya
sehingga buku ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Buku ini merupakan tugas
mata kuliah Taksonomi Spermatophyta. Pembuatan buku ini bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca dan terutama bagi pembaca yang
membutuhkan informasi tentang Caesalpiniaceae dan mimosaceae.

Terima kasih disampaikan kepada ibu Wina Dyah Puspita Sari, S.Pd, M.Si dan
bapak Dr. Idramsa M.Si selaku dosen mata kuliah Taksonomi Spermatophyta. Terimaksih
juga disampaikan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan
buku ini dan semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian buku ini.

Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam buku ini, untuk itu kritik dan
saran terhadap penyempurnaan buku ini sangat diharapkan. Semoga buku ini dapat
memberi manfaat bagi pembaca terutama mahasiswa UNIMED.

Medan, 27 Mei 2019

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................1

BAB I.....................................................................................................................................4

CAESALPINIACEAE...........................................................................................................4

1.1. PENGANTAR.........................................................................................................4

1.2. PENGERTIAN........................................................................................................4

1.3. DESKRIPSI.............................................................................................................4

1.4. CIRI-CIRI UMUM..................................................................................................5

A. Caesalpinia...........................................................................................................5

B. Peltophorum.........................................................................................................6

C. Delonix.................................................................................................................6

D. Bauhinia...............................................................................................................7

E. Cynometra............................................................................................................7

F. Cassia...................................................................................................................7

G. Tamarindus..........................................................................................................8

H. Amherstia.............................................................................................................8

1.5. SPESIES CAESALPINIACEAE............................................................................9

BAB II..................................................................................................................................22

MIMOSACEAE...................................................................................................................22

2.1. PENGANTAR...........................................................................................................22

2.2. PENGERTIAN..........................................................................................................22

2.3. DESKRIPSI...............................................................................................................22

2.4. CIRI-CIRI UMUM....................................................................................................23

A. Samanea.............................................................................................................23

B. Albizzia..............................................................................................................24

C. Parkia.................................................................................................................24

D. Leucaena............................................................................................................24

2
E. Mimosa..............................................................................................................25

F. Pithecellobium...................................................................................................25

G. Acacia................................................................................................................25

2.5. SPESIES MIMOSACEAE........................................................................................26

RANGKUMAN...................................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................37

3
BAB I
CAESALPINIACEAE
1.1. PENGANTAR
Caesalpiniaceae merupakan nama suku untuk Flamboyan-flamboyanan yang diambil
dari nama seorang taksonom terkenal Andreas Caesalpino. Caesalpiniaceae juga
merupakan bagian dari kelopok polong-polongan yang serbuk sarinya berjumlah sepuluh
namun susunannya tersebar atau melingkar. Susunan perbungaannya adalah majemuk tidak
terbatas. Kelompok suku ini banyak digunakan sebagai tanaman peneduh dan tanaman
hias. Caesalpinia pulcherima (kembang merak) memiliki berbagai variasi warna bunga,
Delonix regia (flamboyan) merupakan tanaman peneduh yang memiliki arsitektur batang
yang sangat bagus dan keras. Bauchinia purpurea (daun kupu-kupu) merupakan tanaman
hias yang juga memiliki variasi bunga yang sangat beragam. Dalam beberapa hal
Papilionaceae, Mimosaceae, dan Caesalpiniaceae disatukan dalam satu suku yaitu
Fabaceae (Leguminosae = Nomen Conservanda = nama yang dilindungi)

1.2. PENGERTIAN
Caesalpiniaceae lebih dikenal dengan Suku polong-polongan, merupakan suku ketiga
terbesar tumbuhan berbunga setelah suku Orchidaceae dan Asteraceae atau Compositae.
Suku polong-polongan mempunyai habitus herbaceous hingga semak, berkayu merambat
(liana), pohon dan sebagian kecil merupakan tumbuhan air (aquatic). Suku ini terdiri dari
18.000 jenis dan 630 marga. Anggota suku polong-polongan mudah dikenal dari bentuk
buahnya yang berbentuk polong. Polong tersebut ada yang pecah saat masak dan ada juga
yang tidak. Suku polongpolongan dibagi menjadi 3 suku yaitu Mimosaceae,
Caesalpiniaceae, dan Papilionaceae
Tanaman ini memiliki keragaman karakter morfologi serbuk sari yaitu: simetri,
bentuk, polaritas, pola apertura dan patung. Keanekaragaman ini dapat membantu di
otentik identifikasi berbagai kelompok dan dengan demikian akan bermanfaat dalam
taksonomi.
1.3. DESKRIPSI
Pohon, perdu atau semak. Daun berseling atau tersebar, kerap kali menyirip atau menyirip
rangap, kadang-kadang tunggal. Daun penumpu ada, kerap kali cepat rontok. Bunga kerap
kali berkelamin ganda, dalam tandan, malai rata atau mali, jarang berdiri sendiri, kerap kali
zygomorph. Kelopak berdaun lekat, bererigi atau bertaju 4-5. Daun mahkota lepas dan
kerap kali lima, kerap kali sebagian tidak ada atau rundimenter. Benang sari 1-50, lepas

4
atau bersatu, kerap kali sebagian tidak sempurna; kepala sari beruang dua. Bakal buah
menumpang, beruang satu. Kepala putik di ujung atau di bawah ujung tangkai putik.
Polongan, membuka atau tidak membuka. Biji satu sampai banyak (Dr. C.G.G.J. Van
Steenis, 1988).

1.4. CIRI-CIRI UMUM


Caesalpiniaceae merupakan tumbuhan biji tertutup. Suku Caesalpiniaceae mempunyai
ciri khasnya ialah terdapat buah yang disebut buah polong. Anggota suku ini berbeda
dengan warga Papilionaceae terutama karena warga suku ini hampir semua berupa perdu
atau pohon, boleh dikatakan tidak ada yang berupa terna, daun hampir selalu majemuk
menyirip atau menyirip ganda, jarang sekali tunggal atau beranak daun 1. Selanjutnya
terdapat perbedaan mengenai bunganya, ialah bahwa pada suku ini bunga memang sering
masih mempunyai mahkota yang nyata berbentuk seperti kupu-kupu pula, tetapi ke 5 daun
mahkota bebas, tidak ada yang berlekatan atau dapat pula jumlah daun mahkota kurang
dari 5, bahkan sampai tidak ada. Benang sari 10, jarang lebih, biasanya bebas atau
berlekatan dengan bermacam-macam cara. Buahnya buah polong yang jika masak menjadi
kering kemudian pecah, atau berdaging dan tidak membuka, sering kali bersayap. Biji
dengan endosperm tipis atau tanpa endosperm, lembaga besar.
A. Caesalpinia
1.a. Anak tangkai bunga 3,5-10 cm Benag sari 2 kali lebih panjang daripada mahkota.
Polongan tidak berduri tempel...................................................Caesalpinia pulcherima
b. Anak tangkai bungan lk 1 cm. Benang sari lebih pendek daripada mahkota. Polongan
berduri tempel rapat...................................................................Caesalpinia bonducella
Perdu tegak, tinggi 2-4 meter. Ranting kerap kali dengan beberapa duri tempel, tidak
berambut. Poros daun kadang-kadang sedikit berduri tempel; sirip 3-9 pasang, yang tengah
terbesar. Anak daun bersirip 4-12 pasang, oval, atau bulat telur terbalik, sisi bawah hijau
biru, gundul, 1-3, 5 kali 0,5-1,5 cm. Bunga berkelamin 2 atau sebagian jantan, dalam
tandan yang tidak bercabang atau bercabang sedikit panjang 15-50 cm. Tabung kelopak
pendek; taju 5, jauh lebih panjang dari tabungnya, bibir bawah yang besar, melengkung.
Daun mahkota panjang 2-3 cm, merah atau kuning, yanng tratas berkuku lebih panjang,
dengan helaian yang lebih kecil daripada yang lain dan bentuk terompet miring. Benang
sari 10 lepas, 5,5-7,5 cm; tangkai sari pada pangkal berambut panjang. Polongan bentuk
garis, cukup lurus, pipih, panjang 6-12 cm, berkatup dua. Biji 1-8. Tanamn hias, kadang-
kadang seolah-olah liar. Kembang merak (Caesalpinia pulcherrima).

5
Tanaman memanjat; tinggi 5-15 m. Ranting, daun dan polongan berduri tempel. Daun
penumpu menyirip rangkap, lama tidak rontok. Sirip daun 6-10 pasang, panjang 8-20 cm,
berhadapan. Anak daun persirip 12-24, seluruhnya atau hampir berhadapan, bulat telur
oval, 1,5-5 kali 1-2,5, muda berambut kuning rapat. Bunga berkelamin satu berumah dua,
berbau enak, bertangkai pendek, dalam tandan yang bercabang atau tidak, panjang 7-35
cm. Tabung kelopak pendek; taju 5, jauh lebih panjang daripada tabungnya. Daun mahkota
7-10 mm panjangnya. Bunga jantan : benang sari 10, putik rudimenter, kecil, berambut.
Bunga betina : kepala sari kosong; bakal buah berambut sikat rapat. Polongan di atas sisa
kelopa bertangkai pendek, oval sampai memnjang, melembung, 5-7 kali 3-5 cm, berkatup
2. Duri tempel polongan lk 1 cm. Biji 1-2, abu-abu mutiara atau hijau seperti buah zaitun,
tebal sangat keras, panjang lk 2 cm. Tanah kering, di atas atau dibelakang pantai; kadang-
kadang di pagar; 1-200 m, Kalici (Caesalpinia bonducella)
B. Peltophorum
Pohon, tinggi 5-30 m. Daun penumpu kecil, cepat rontok. Sirip daun 4-13 pasang.
Anak daun berhadapan, terkumpul rapat, persirip 8-22 pasang, memanjang, sengan pangkal
miring, membulat atau melekuk ke dalam, 1-2,5 kali 0,3-1 cm. Bunga berbau enak, dalam
tandan di dalam ketiak yang kerambut cokelat, yang terkumpul lagi di ujung menjadi malai
yang panjangnya 25-40 cm. Anak tangkai pendek. Tabung kelopak pendek, sangat miring;
taju 5, panjang lk 1 cm, oval, membalik. Daun mahkota terbentang, kuning kenari, bulat
telur terbalik sampai bentuk lingkaran, panjang lk 2 cm. Benang sari 10, lepas; tangkai sari
membengkok. Bakal buah bertangkai pendek. Polongan di atas tanda bekas mahkota
bertangkai pendek, bentuk lanset memanjang, pipih, jelas berurat, 5-12 kali lk 2 cm, tidak
membuka. Biji 1-4; terletak membujur. Hutan, terutama di belakang pantai, kerap kali
menjadi tanaman hias contoh kayu soga (Peltophorum pterocarpum)

C. Delonix
Pohon yang kadang-kadang menggugurkan daunnya; tinggi 10-20 m. Ujungnya
ranting berambut. Daun penumpu bentuk garis atau menyirip sampai menyirip rangkap.
Sirip daun 4-21 pasang, yang tengah terbesar. Anak daun berhadapan, per sirip 6-35
pasang, oval sampai memanjang, tumpul, membulat atau melekuk, 0.5-2 kali 0,2-,06 cm.
Bunga dalam tandan yang berbentuk malai rata; tandan 1-3 pangkalnya tunas muda, berdiri
miring, berbunga 6-12, anak tangkai 0,5-1 cm, tetap. Tabung kelopak pendek; taju dari luar
hijau kuning, dari dalam merah, panjang 2-3 cm. Daun mahkota berkuku panjang; yang
teratas kuning dengan noda dan garis merah, panjang 4-7 cm. Benang sari 10, lepas;

6
tangkai sari pada pangkalnya berambut, separuh bagian atas merah. Bakal buah bertangkai
pendek. Polongan menggantung, bentuk garis, pipih, berkayu, 20-72 kali 3-6 cm, berkatup
2, dengan sekat lebar antara biji. Biji 10-50, melintag, memanjang. Dari Madagaskar,
pohon hias yang menyolok, Agustus-Maret, Flamboyant (Delonix reigia).

D. Bauhinia
Perdu tegak tanpa alat pembelit; tinggi 1-3 m. Ranting muda berliku-liku, berambut
pendek. Daun berbaris 2, panjang lebih daripada lebarnya atau bulat lingkaran, dengan
pangkal berbentuk jantung tidak dalam. Sepanjang sepertiga sampai duaperlima bertaju
dua, sisi atas gundul, sisi bawah hijau biru dan berambut abu-abu yang cukup rapat 2,5-17
cm kali 3-18 cm; taju tumpul. Tandan berbunga 3-15. Bunga berkelamin 2 atau sebagian
jantan; anak tangkai 1-2 cm. Tabung kelopak tinggi lk 0,5 cm; tepi panang lk 0,3 cm;
dengan taju 5 yang bertumpuk paku, panjang 3-6 mm; keseluruhan dari luar berambut
kurang rapat atau gundul. Daun mahkota oval, putih cerah panjang lk 4 cm. Benang sari
sempurna 10, pada pangkalnya melekat pendek. Bakal buah di atas tangkai pendek yang
lepas dari tabung kelopak. Kepala putik lebar. Polongan bentuk garis pipih, dengan ujung
lurus, berparuh, sepanjang sambungan perut dengan dua rusuk, 7,5-12,5 kali 1.5 cm,
berkatup dua. Biji 3-11. Di hutan dan di semak liar; seterusnya banyak menjadi tanaman
hias contoh daun kupu-kupu Bauhinia purpurea.

E. Cynometra
Pohon, tinggi 5-12 cm. Daun berbaris 2, waktu muda lemah putih atau merah. Anak daun
memanjang atau bulat telur terbalik dengan pangkal miring, jelas melekuk ke dalam,
seperti kulit, hijau tua; 2,5-1,5 kali 1-6 cm. Bunga dalam tandan rapat menempel batang
dan cabang besar. Tandan di atas tonjolan tersusun berkas. Daun pelindung serupa selaput
yang kering, yang bawah kosong dan tidak rontok, yang atas berbunga 1. Anak tangkai
bunga lk 0,5 cm tidak sama panjangnya, sedikit dibawah ujung dengan daun pelindung,
kelopak berbagi 4 dalam, putih atau ros pucat; taju panjangnya 0,5 cm. Benang sari 10,
jarang 8, lepas. Bakal buah bertangkai sangat pendek, bakal biji 1 atau kosong, kerap kali
merah. Polongan per tandan 0-2, elips miring sampai bentuk setengah lingkaran, panjang
9-9 cm, berdaging, berlipat-lipat, kuning atau kemerah-merahan. Biji 1. Kemungkinan dari
India, di daerah rendah contoh pohon buah Namnam (Cynometra aauliflora).

7
F. Cassia
Perdu atau pohon; tinggi 2-6 m. Daun penumpu bentuk garis atau sabit. Daun menyirip
genap. Ana daun 4-7 pasang, oval sampai memanjang, tumpul, sisi bawah berambut
jarang, 3-9 kali 1,5-4 cm. Tandang dengan tangkai yang panjangnya 5-13 cm, berbunga
10-20. Daun pelindung selama berbunga kerap kali masih ada. Anak tangkai 2,5-4 cm.
Kelopak berbagi 5 dalam. Daun mahkota kuning cerah atau kuning pucat, panjang 2-3 cm.
Benang sari sempurna 10. Polongan di atas tanda bekas mahkota bertangkai, menggantung,
sangat pipih, kerap kali bengkok, 15-20 kali lk 1,5 cm. Biji 20-35. Di hutan jati kerap kali
1-200 m, kerap kali sebagai pohon hias, contoh Ciassia planisiqua L.

G. Tamarindus
Pohon Tinggi 15-25 m. Daun berseling, menyirip genap, panjang 5-13 cm. Anak daun
berhadapan, 10-15 pasang memanjang sampai bentuk garis, sisi bawah hijau biru, gundul,
1-2,5 kali 0,5-2 cm. Tandan bunga hampir duduk, panjang 2-16 cm; anak tangkai 1-1,5.
Daun penumpu cepat rontok. Tabung mahkota hijau, tinggi lk 0,5 cm; taju memanjang,
runcing kuning, panjang 1 cm. Ketiga daun mahkota yang besar memanjang, bulat telur
terbalik, keriting, panjang sekitar 1 cm, yang dua terbawah panjang 1-2 mm. Benang sari
bersatu sampai jauh di atas, 3 benang sari yang sempurna berseling dengan 4 staminodia
yang berbentuk gigi. Bakal buah di atas tangai yang bersatu dengan tabung kelopak.
Polongan bertangkai, memanjag sampai bentuk garis, tebal, diantara biji dengan sekat,
coklat suram, gundul diantara biji kerap kali menyempit, 3,5-20 kali 2,5 cm; dinding luar
rapuh; daging buah asam. Biji 1-2, cokelat mengkilat. Asal tidak jelas, kerap kali ditanam,
terutama di dataran rendah contohnya tamarin (Tamarindus indica).

H. Amherstia
Pohon tinggi 5-18 m. Daun berseling, menyirip genap yang mudah menggantung gemulai
dan keunguan. Daun penumpu di ketiak, bentuk lanset, rontok, panjang 2-4 cm. Anak daun
berhadapan, 5-8 pasang, bentuk lanset memanjang, meruncing panjang, sisi bawah hijau
kebiruan, 14-34 kali 5,5-8,5 cm, ke arah ujung semakin besar. Tnadan bunga di ujung,
menggantung berbunga banyak, jarang; anak tangkai merah, panjang 8-9 cm. Kelopak
berwarna; tabung sempit, tinggi 4 cm; taju tidak sama, panjang lk 5 cm, daun mahkota
yang teratas lebar bulat telur terbalik, pajang lk 6 cm, yang samping bentuk lanset bulat
telur terbalik, merah dengan ujung kuning, panjang 6-7 cm; yang terbawah panjang lk 0,5.
Benag sari bersatu, kepala sari berseling besar dan kecil. Bakal buah diatas tangkai yang

8
bersatu dengan kelopak. Polongan di jawa jarang tumbuh sempurna. Dari Hindia belakang
(sekarang malasya) sebagai pohon hias contoh Amherstia nobilis Wall.

1.5. SPESIES CAESALPINIACEAE


1. Bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea)

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Sub divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Caesalpiniaceae
Genus : Bauhinia
Spesies : Bauhinia purpurea
Gambar 1 . a b

9
gambar : a: bunga kupu kupu b: daun c: buah (Sumber http://silentnature.net/bunga-kupu-
kupu/ www.mpbd.info/plants/bauhinia-purpurea.php)
DESKRIPSI
Bauhinia purpurea L atau lebih dikenal dengan nama Bunga Kupu-kupu berasal
dari daratan Asia. Tanaman ini termasuk kedalam suku polong-polongan, yang menarik
dari tanaman ini adalah bentuk daunnya seperti kupu-kupu yang sedang merentangkan
sayapnya dan memiliki bunga yang sekilas tampak seperti rangkaian bunga anggrek,
kelopak bunganya berwarna pink cerah keunguan. Bauhina purpurea L. termasuk
golongan tanaman yang mudah hidup dengan baik di tempat terbuka dan terkena sinar
matahari secara langsung. Bunga Kupu-kupu adalah nama umum untuk penyebutan
berbagai tanaman dari genus Bauhinia sp, yang jumlahnya hingga 300-an jenis. Namun
yang paling dikenal adalah spesies Bauhinia purpurea. Tanaman yang ditumbuh di
Indonesia merupakan hasil ntroduksi, meskipun beberapa study memasukkan Indonesia
sebagai habitat alami tanaman ini. Bauhinia purpurea berukuran sedang dengan tinggi
mencapai 5 meter. Kulit batang berwarna coklat keabu-abuan. Daun berukuran 10-20 cm,
berwarna hijau dengan bentuk menyerupai sayap kupu-kupu, bagian pangkal membulat
ganda (seperti pangkal hati) dan bagian ujungnya pun ganda melonjong. Bunga berwarna
merah muda, terdiri atas lima kelopak, dan berwarna harum.
2. Johar (Cassia siamea)
Klasifikasi dari tanaman Johar sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Sub divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Caesalpiniaceae
Genus : Cassia
Spesies : Cassia siamea

10
Gambar 2 . a b

gambar 2: a: bunga johar b: daun c: buah (Sumber:http://www.bebeja.com/daun-johar-


pengusir-nyamuk-kebun/ https://blogkayuindonesia.wordpress.com/2014/03/01/deskripsi-
kayu-johar/)
DESKRIPSI
Johar merupakan tanaman asli Asia Tenggara dan Selatan. Tumbuh mulai dari
Indonesia, Thailand, Malaysia, Myanmar, hingga India dan Sri Lanka. Di Indonesia
banyak tumbuh di pulau Sumatera dan Jawa. Johar mampu tumbuh baik pada berbagai
kondisi tempat. Namun paling cocok pada dataran rendah tropis dengan iklim muson yang
memiliki curah hujan antara 500 – 2800 mm pertahun dan temperatur antara 20 – 31 °C.
Pohon Johar berukuran kecil hingga sedang. Tingginya sekitar 5-20 meter dengan batang

11
bulat, lurus, dan pendek. Kulit batang (pepagan) berwarna abu-abu kecoklatan.
Percabangannya melebar dan membentuk tajuk yang membulat. Akar pohon Johar berjenis
akar tunggang. Daun tumbuhan Johar menyirip genap. Berwarna hijau gelap dan mengkilat
pada sisi atas dan hijau kusam dan berambut halus di sisi bawah. Panjang daun berkisar 10
– 35 cm. Anak daun 4 – 16 pasang, agak menjangat, dengan bentuk jorong hingga bundar
telur.
Bunga Johar berupa malai yang muncul di ujung ranting. Panjang malainya antara
15 – 60 cm. Setia malai berisi 10 – 60 kuntum bunga yang terbagi dalam beberapa tangkai.
Kelopak bunga 5 buah, berbentuk oval membundar, 4 – 9 mm, tebal dan berambut halus.
Mahkota bunga berwarna kuning cerah, terdiri atas 5 helai, gundul, bundar telur terbalik,
bendera dengan kuku sepanjang 1 – 2 mm. Benang sari 10, dengan panjang sekitar 1 cm.
Buahnya berbentuk polong dengan panjang sekitar 15 – 30 cm. Terdiri atas 20 – 30 biji.
Biji bundar telur pipih, berwarna coklat terang mengkilap.

3. Ketepeng Cina (Cassia alata)


Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Subfamili : Caesalpiniaceae
Genus : Cassia
Spesies :. Cassia alata
Gambar 3. a

b c

12
Gambar3 : a: bunga ketepeng cina b: daun c: buah
Sumber:http://www.tanobat.com/ketepeng-cina-ciri-ciri-tanaman-serta-khasiat-dan-
manfaatnya.html; http://anggrekbulanputih.blogspot.com/2014/03/khasiat-dan-manfaat-
tanaman-ketepeng.html
DESKRIPSI
Ketepeng cina (Cassia alata L.) merupakan jenis perdu yang besar dan banyak tumbuh
secara liar di tempat-tempat yang lembab. Kini tumbuhan ini sering dipelihara sebagai
perindang halaman rumah. Ketepeng cina atau juga sering di sebut kepeteng kerbau
mempunyai ukuran daun besar-besar dengan bentuk bulat telur yang letaknya berhadap-
hadapan satu sama lain dan terurai lewat ranting daun (bersirip genap). Bunga ketepeng
cina mempunyai mahkota bunga pada bagian bawahnya berwarna kuning dan ujung
kuncup pada tandan berwarna coklat muda. Buahnya berupa buah polong yang bersayap
dan pipih berwarna hitam. Ketepeng cina tumbuh subur pada dataran rendah sampai
ketinggian 1400 meter di atas permukaan laut. (Thomas, 1992).
Umumnya, tanaman ketepeng cina tumbuh liar di padang rumput, tepi sungai, dan
tempat pemakaman. Perbanyakan tanaman umumnya dilakukan dengan menggunakan biji.
Bagian tanaman yang berkhasiat obat adalah daunnya. Pasalnya daun ketepeng cina
mengandung beberapa zat aktif seperti asam krisofank, krisarobin, oksimetil, antrakinon,
dan tannin, yang berguna untuk mengobati sakit kulit, demam, dan laksan.
4. Kembang merak (Caesalpinia pulcherima)
Klasifikasi dari tanaman kembang merak sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Sub divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Caesalpiniaceae
13
Genus : Caesalpinia
Spesies :Caesalpinia pulcherrima
Gambar 4 . a b c

Gambar 4: a: bunga kembang merak b: daun c: buah


Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Kembang_merak#Buah;
http://bch.unesa.ac.id/pop_images.php?vfile=hayati_16_601.jpg&width=800&height=550
DESKRIPSI
Kembang merak (Caesalpinia pulcherrima) adalah tanaman asli dari Asia dan Afrika.
Kembang merak bisa mempercantik pekarangan sebagai tanaman hias, tanaman kembang
merak juga berkhasiat sebagai obat. Mulai dari bunga hingga akarnya masing-masing bisa
digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit seperti kolera, asma, menstruasi yang tidak
lancar, mata merah, diare, sariawan, perut kembung dan kejang panas pada anak dan
bahkan malaria. Selain sebagai obat, kembang merak juga dapat membunuh serangga
karena adanya hidrogen sianid (gas beracun) yang dimilikinya. Habitus berupa perdu
tahunan, tinggi 2-4 m. Batang berkayu, bulat, bercabang-cabang, berwarna coklat keputih-
putihan. Daun majemuk, pertulangan menyirip, anak daun bersirip 4-12 pasang, berbentuk
bulat telur, ujung dan pangkal daun membulat. Tepi daun rata, panjang 1-3 cm, lebar 5-15
mm, pertulangan menyirip, daun berwarna hijau. Bunga majemuk, bentuk tandan, terletak
di ujung batang. Bunga berkelamin dua. Kelopak bunga berbentuk tabung, pendek,
bertajuk lima dan berwarna merah. Benang sari sepuluh, berlepasan, panjang 5,5-7,5 mm.
Pangkal tangkai sari berambut, kepala sari coklat, daun mahkota panjangnya 2-3 cm dan
berbentuk seperti terompet, berwarna merah. Buah berupa buah polong, panjang 6-12 cm,
bentuk pipih, berwarna hitam. Biji kecil, berbentuk jarum, dan berwarna coklat kehitaman.
Akar tunggang, bulat, dan berwarna coklat.
5. Bunga Asoka (Saraca indica)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Sub divisi : Spermatophyta

14
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili :Caesalpiniaceae
Genus : Saraca Spesies
Spesies :Saraca indica
Gambar 5 . a b c

Gambar 5 : a: bunga asoka b: daun c: buah


Sumber:http://berkarya.um.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/Saraca-Indica2.jpg ;
https://id.aliexpress.com/item/Garden-Green-Origin-Saraca-Asoca-Seeds-40g-Ornamental-
Plant-Evergreen-Tree-Seeds-Family-Fabaceae-Wu-You/32465035511.html

DESKRIPSI
Bunga asoka merupakan tanaman semak yang berasal dari daerah Asia Tropi dengan
tinggi mencapai 2 m, berbatang tegak,berkayu bulat, dengan percabangan simpodial,
berdaun lebar,tunggal berbentuk lonjong, pangkal meruncing. Bunga berupa majemuk
dengan tandan ramping membentuk seperti payung di ujung batang, kuntum bunga
berwarna merah, berkelamin dua, kelopak bentuk corong, benang sari empat, kelapa sari
melekat pada mahkota. Negara India, bunga asoka sering digunakan sebagai bunga sesaji
oleh sebagian besar penduduknya yang beragama hindu. Hal ini diyakini karen nama lain
bunga soka, yaitu ixora merupakan dewa pujaan rakyat india yang beragama hindu. Bunga
soka merupakan simbol hidup bersuka hati sehingga sering digunakan sebagai bunga sesaji
bersama dengan bunga – bunga lain yang beraneka macam. Disamping penggunaan
perdunya sebagai tanaman hias, bunga potong dan bunga sesaji, masyarakat india juga
menjadikan akar bunga asoka sebagai jamu untuk mengobati penyakit desentri. Selain itu
kulit batangnya pun banyak digunakan sebagai obat luar untuk mengobati luka yang masih
baru.
6. Asam Jawa (Tamarindus indica)
Klasifikasi

15
Kingdom : Plantae
Sub kingdom: Tracheobionta
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Magniliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub classis : Risidae
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae
Genus : Tamarindus
Species : Tamarindus indica L.
Gambar 6 . a b c

Gambar 6 : a: bunga asam jawa b: daun c: buah


Sumber:http://fajrieachlana94.blogspot.com/2013/10/deskripsi-tumbuhan-asam-jawa-
tamarindus.html
DESKRIPSI
Tamarindus indica L. merupakan tumbuhan tahunan yang tinggi dan berukuran
besar, tingginya dapat mencapai 25 .Batang pohon Tamarindus indica L. cukup keras,
dapat tumbuh menjadi besar dan memiliki daun yang rindang. Tumbuhan ini memiliki
daun yang bertangkai panjang, sekitar 17 cm dan bersirip genap. Tumbuhan Tamarindus
indica L. memiliki bunga yang berwarna kuning kemerah-merahan dan buah dengan tipe
polong berwarna cokelat dengan rasa khas asam. Dalam buahnya selain terdapat kulit yang
membungkus daging buah juga terdapat biji berjumlah 2-5 yang berbentuk pipih dengan
warna cokelat agak kehitaman. Daun Tamarindus indica L. yang masih muda memiliki
rasa yang asam dan dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah sinom untuk
membedakannya dengan daun yang sudah tua. Helaian anak daun berwarna hijau
kecokelatan atau hijau muda, berbentuk bundar panjang, panjangnya sekitar 1-2,5 cm dan
lebarnya sekitar 4-8 mm, ujung daun membundar kadang-kadang berlekuk, pangkal daun
membundar, pinggir daun rata dan hampir sejajar satu sama lain. Tangkai daun sangat
pendek sehingga mirip duduk daun. Kedua permukaan daun halus dan licin, dan

16
permukaan bawah berwarna lebih muda. Karena bentuk mofologinya yang bagus,
Tumbuhan Tamarindus indica L. ini di Jawa dan Madura sering ditanam sebagai tanaman
hias
7. Flamboyan (Delonix regia)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Sub Famili: Caesapinioideae
Genus : Delonix
Spesies : Delonix regia Raf.
Gambar 7 . a b c

Gambar 7 : a: bunga flamboyan b: daun c: buah


Sumber:https://biojojo.blogspot.com/2011/12/flamboyan-delonix-regia.html;
http://bch.unesa.ac.id/hayati/flamboyan
DESKRIPSI
Flamboyan (Delonix regia)  merupakan jenis tanaman berbunga dalam family
fabeceae, yang ditanam sebagai pohon hias dan pohon pelindung. Kata Delonix  berasal
dari Yunani delos, berarti mencolok dan oniyx, berarti cakar. Sehingga pohon ini dapat
diartikan sebagai bunga yang mencolok dan bentuk mahkota bunganya seperti cakar. Akar
tanaman flamboyan merupakan akar tunggang, yang tumbuh kedalam tanah menjadi akar
pokok kemudian memiliki percabangan kecil, panjang akar mencapai 20-25 meter,
berdiameter mencapai 2-3 m dan berwarna abu-abu kecoklatan.
Batang tanaman flamboyan tumbuh tegak, dengan ketinggian mencapai 10-15 cm,
berbentuk bulat, permukaan lampang, dan memiliki percabangan monodial. Daun tanaman

17
flamboyan adalah daun majemuk menyirip rangkap dua dengan panjang mencapai 70 cm,
anak daun 20-40 dengan helaian daun yang sangat banyak, bentuk bulat telur dengan
panjang 8-10 mm dan ujungnya tumpul.Bunga tanaman flamboyan memiliki bentuk besar
dengan panjang 7-10 cm, berwarna merah terang, merah tua atau jingga, terletak diterminal
atau aksilar dalam malai yang besarm mahkota memiliki tepi bergerigi, mahkota bagian
atas memiliki corak putih atau kuning: stamien berjumlah sepuluh dan berwarna merah.
Buahnya berbentuk polong pipih, panjangnya 30-50 cm dan berkayu ketika masak, biji
banyak dan berbentuk bulat telur.
8. Saga pohon (Adenanthera pavonina)
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta M
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Adenanthera
Spesies : Adenanthera pavonina L.
Gambar 8 . a b c

Gambar 8 : a: bunga saga b: daun c: buah


Sumber:https://www.pintarbiologi.com/2017/01/tanaman-saga-abrus-precatorius-l-
deskripsi-klasifikasi-khasiat.html
DESKRIPSI

18
Saga pohon merupakan pohon berukuran sedang, tinggi dapat mencapai 40 m, diameter
dapat mencapai 45 cm bahkan lebih, menggugurkan daun, pada umumnya tidak berbanir,
permukaan kulit batang beralur berwarna cokelat keabua-abuan, kulit bagian dalam lunak
berwarna cokelat pucat. Bentuk tajuk pohon menyebar tidak merata. Daun tersusun spiral,
panjang 15 –55 cm, bentuk lonjong, menyirip rangkap dengan 2 –6 pasang sirip, anak daun
4–10, berseling, bentuk bundar telur atau bundar telur membalik, ukuran daun 1,5 –4,5 cm
x 1–2,2 cm, bertepi rata. Berdaun penumpu kecil dan berbulu. Perbungaan terminal atau
diketiak daun terdiri atas banyak bunga, menyerupai tandan panjang 12 –30 cm termasuk
gagang bunga. Bunga kecil warna putih kekuningan, masing-masing terdiri 5 bagian,
sedikit berbulu, daun mahkota lonjong, bulu jarang.
Buah saga pohon berbentuk polong berwarna cokelat, ukuran polong 15 –25 cm x 1,3-
1,8 cm, polong memuntir, isi polong berbiji sampai 25 biji, polong pecah melalui kampuh
pada kedua sisinya. Biji berwarna merah, mengkilat, lonjong, agak bundar-bundar telur
terbalik, ukuran biji 7 –9 mm x 7–9,5 mm , cembung. Jumlah biji sebanyak 3.200 –3.400
butirkg. Saga pohon berbunga biasanya di musim akhir penghujan dan berbuah sekitar
Desember – Februari. Pemanenan dilakukan setelah polong tua yang ditandai dengan
warna polong cokelat tua kehitaman, sebelum polong buah merekah, polong mudah
merekah apabila terkena panas matahari, sehingga biji terpencar berhamburan di sekitar
pohon. Pemanenan dapat dilakukan dengan cara pemanjatan langsung menggunakan galah
atau pengumpulan dari biji-biji yang jatuh di permukaan tanah, biasanya polong kering
ikut jatuh dan biji masih banyak menempel. Buah yang sudah dipanen dikumpulkan,
dimasukkan dalam wadahkarung, sebelum dijemur pilih polong buah yang sehat dan utuh,
kemudian dijemur selama 1 –2 hari, agar polong buah merekah dan biji dengan sendirinya
mudah dikumpulkan. Biji kering dimasukan ke dalam kantong plastik. Benih saga pohon
termasuk kelompok benih orthodoks, benih tahan disimpan sampai 8 bulan, terlalu lama
disimpan menjadi tidak permeabel, viabilitas akan menurun bahkan tidak berkecambah.
Benih yang sudah dimasukkan ke dalam wadahkantong plastik disimpan di dalam ruang
kedap udara atau ruang AC.
9. Nam nam ( Cynometra cauliflora)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales

19
Famili : Fabaceae
Genus : Cynometra
Spesies : Cynometra cauliflora
Gambar 9 . a b c

Gambar 9 : a: bunga nam nam b: daun c: buah


Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Namnam
http://kebunmalaykadazangirls.blogspot.com/2013/01/nam-nam-cynometra-cauliflora.html
DESKRIPSI
Pohon namnam mempunyai tinggi antara 3-10 meter. Batangnya tegak, bulat, berwarna
abu-abu kecoklatan, dan berbonggol-bonggol.Daun namnam atau kopi anjing majemuk
dengan sepasang anak daun berbentuk lonjong dengan panjang antara 5-15 cm. Daun
berwarna putih atau merah jambu terang ketika masih muda dan berubah menjadi hijau tua
mengkilat ketika tua.Bunga kopi anjing majemuk yang tumbuh di batabg dan cabang.
Buahnya berbentuk polong dengan daging yang tebal. Bentuk buah lonjong berwarna
coklat atau kekuningan dengan permukaan yang kasar dan keriput. Buah namnam
berukuran antara 3-9 cm dengan ketebalan antara 2-6 cm. Saat masak buah berasa asam
agak manis. Di dalam buah namnam terdapat sebutir biji berbentuk pipih.Meskipun belum
diketahui dengan pasti asal usulnya namun sejumlah pihak menyakini pohon namnam
merupakan tumbuhan asli Indonesia. Namnam diketahui ditanam di hampir seluruh
wilayah di Indonesia, Asia Tenggara, dan India.
10. Secang ( Caesalpinia sappan )
Klasifikasi:
Kingdom: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Upafamili: Caesalpinioideae

20
Genus : Caesalpinia
Spesies : C. sappan
Gambar 10 . a b c

Gambar 10: a: bunga secang b: daun c: buah


Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Secang
https://pbftp13.wordpress.com/2014/05/16/secang-caesalpinia-sappan-l/
DESKRIPSI

Secang  (Caesalpinia sappan L.) adalah perdu anggota suku polong-polongan


(Fabaceae) yang dimanfaatkan pepagan (kulit kayu) dan kayunya sebagai komoditi
perdagangan rempah-rempah .Pohon kecil atau perdu, tinggi 4-10 m.  Batang dengan
tonjolan-tonjolan serupa gigir, dengan banyak duri, pepagannya berwarna cokelat keabu-
abuan. Ranting-ranting biasanya dengan duri-duri yang melengkung ke bawah; jarang tak
berduri.  Ranting muda dan kuncup berambut halus kecokelatan.

Daun majemuk menyirip ganda, dengan daun penumpu, lekas gugur. Tulang daun
utama sepanjang 25-40 cm; dengan 9-14 pasang tulang daun samping. Anak daun
sebanyak 10—20 pasang di tiap tulang daun samping, berhadapan, duduk atau hampur
duduk, bentuk lonjong, 10-25 × 3–11 mm, dengan pangkal rompang miring, dan ujung
melekuk atau membundar, bertepi rata, lokos atau berambut pendek jarang-
jarang. Perbungaan dalam malai di ujung batang atau di ketiak atas, panjang 10–
40 cm; daun pelindung berambut, lekas rontok; tangkai bunga (pedicels) Bunga kuning,
berbilangan-5; kelopak gundul, taju kelopak 7-10 × 4 mm; Buah polong bentuk lonjong
atau jorong senjang (asimetris), ujung seperti paruh, berisi 2-4 biji, hijau kekuningan
menjadi cokelat kemerahan jika masak. Biji bulat panjang (elipsoida), 1cokelat hitam.

21
BAB II
MIMOSACEAE
2.1. PENGANTAR
Mimosaceae merupakan nama suku untuk kelompok tumbuhan putru malu (si
kejut) yang ditandai oleh perbungaan yang berbentuk bongkol yang membulat dengan
tangkai yang tidak selalu panjang. Sebagaimana dua kerabat lain, maka buah pada
kelompok suku ini juga tergolong berbuah polong, sehingga sering juga dinamakan dengan
tumbuhan berbuah polong. Mimosaceae juga memiliki akar yang di dalamnya bersimbiosis
dengan Rhizobium leguminosarum yangg dapat mengkat nitrogen bebas dari udara.
Beberapa jenis Mimosaceae yang dimanfaatkan dalam kehidupan antara lain : Parkia
spesiosa (petai), digunakan sebagai lalapn, Parkia roxburghii (Kedawung) digunakan
sebagai bahan papan, Glaucaena glauca digunakan sebagai tanaman peneduh pada
perkebunan cokelat. Mimosa pudica merupakan gulma pada beberapa jenis tanaman
budidaya.

2.2. PENGERTIAN
Mimosaceae adalah tumbuhan yang memiliki bentuk perbungaan yang merupakan
gabungan bungabunga berbenuk bongkol membulat dengan tangkai perbungaannya yang
tidak terlalu panjang. Bunga mimosaceae merupakan bunga berkelamin ganda
atau bunga banci, bunganya aktinomorf dan mempunyai kelopak berbilangan 4 –  5 
berlekatan, mahkota terdiri atas daun-daun mahkota yang sama jumlahnya dan beba
s satu sama lain Benang sari pada bunga biasanya jumahnya kali lipat lebih banyak
dari jumlah daun mahkota atau bahkan lebih banyak. Bunga mimosacea eterangkai dalam
bunga majemuk berbentuk tongkol yang seringkali tanpak sepertisatu bunga saja
2.3. DESKRIPSI
Kebanyakan pohon tau perdu, kadang-kadang memanjat. Daun tersebar, kerap kali
sempurna menyirip rangkap atau berdaun rangkap. Daun penumpu ada atau tidak ada,
kadang kadang seperti duri. Bunga kerap kali berkelamin dua, dalam bongkol atau bulir

22
atau tandan, berjumlah 4-6. Kelopak zigomorf, bergigi, berlekuk atau berbagi, berambut
halus atau tidak. Mahkota beraturan, lepas atau bersatu. Benang sari 4 sampai banyak,
lepas atau bersatu dengan pangkalnya, kepala sari kecil. Bakal buah hampir selalu
menumpang, beruang satu. Tangkai putik satu. Kepala putik kecil, di ujung. Polongan
membuka atau tidak rontok per ruas. Biji satu sampai banyak. Suku Mimosaceae
diperkirakan seluruhnya tidak kurang dai 1500 jenis, terbagi dalam 40 marga, tersebar di
daerah tropis.

2.4. CIRI-CIRI UMUM


a) Bunga banci, aktinomorf, mempunyai kelopak berbilangan 4 – 5 berlekatan, mahkota
terdiri atas daun-daun mahkota yang sama jumlahnya dan bebas satu sama lain
b) Benang sari 2 x lipat jumlah daun mahkota, atau banyak
c) Bunga terangkai dalam bunga majemuk berbentuk tongkol yang seringkali tanpak
seperti satu bunga saja
d) Bakal buah menumpang, beruang satu.
e) Bakal biji dua baris pada dinding bakal buah
f) Buah, merupakan buah polong yang bila masak menjadi kering dan terputus putus
menjadi beberapa bagian
g) Biji dengan sedikit atau tanpa endosperm.
h) Bunga-bunga terangkai dalam bunga majemuk berbentuk bongkol
i) Tumbuhan suku Mimosaceae termassuk tumbuhan herba, semak, atau pohon
j) Akaarnya umumnya bersimbiosis dengan bakteri pengikat nitrogen.
k) Daun umumnya majemuk bipinnatus, jarang majemuk pinnatus.
l) Pembungaan spica, racemosa, atau capitulum, bunga bisexual, aktinomorf, sepal 5,
valvate, bersatu membentuk tabung; stamen 5 sampai banyak, filamen panjang sering
berwarna; pastilum dengan 1 carpel, ovarium superior.
A. Samanea
Pohon dengan batang yang pendek sudah bercabang; tinggi 10-25 m. Kayu sangat
rapuh. Daun sempurna menyirip rangkap, panjang sampai 30 cm. Poros daun dengan
sejajar. Sirip 3-9 pasang. Anak daun persirip 2-10, ke arah ujung sirip lebih besar, oval
atau bulat telur terbalik, 1,5-6 kali 1-4 cm. Bongkol di ketiak, terkumpul 2-5 menjadi satu,
rangkaiannya 5-10 cm. Bunga bertangkai, beraturan, berbilangan 5. Kelopak berbentuk
tabung, bertaju 5, panjang 7 mm, hijau dengan pangkal kemerah-merahan. Tabung
mahkota bentuk corong, panjang 1 cm. Benang sari 20-30, tangkai sari erah ungu, pada

23
pangkalnya bersatu menjadi tabung. Bakal buah berambut; tangkai putik panjangnya lk 4
cm. Polongan lurus atau bengkok sedikit, tidak bertangkai, tidak membuka, boleh
dikatakan tidak bercangap, pnjang 15-20 cm. Biji 15-20. Agustus-April. Dari Amerika
Tropis, ditanam sebagai pohon peneduh; 1-1.800 m, Regenboon (Samanea saman).

B. Albizzia
Pohon, tinggi 30-45 m. Ranting muda bersegi, berambut. Daun sempurna menyirip
rangkap, dengan 1 kelenjar atau lebih pada tangkai atau pada porosnya. Sirip 6-20 pasang.
Anak daun 6-26 pasang per sirip, elips sampai memanjang, dengan ujung yang sangat
miring, runcing, 0,6-1,8 kali lk 0,5 cm. Bunga berbilangan 5. Krlopak bergigi tinggi lk 2
mm. Tabung mahkota bentuk corong putih, kemudian kuning pucat, berambut, tinggi lk 6
mm. Benang sari banyak, muncul keluar mahkota. Tangkai sari putih, pada pangalnya
bersatu menjadi tabung, panjang l 1,5 cm. Polongan bentuk pita, lurus, di atas tanda bekas
mahkota dengan tangkai panjangnya 0,5-1 cm, tanpa tangkai panjang 6-12, sepanjang
sambungan pertemuan pertemuan perut buah dengan sayap yang lebarnya lk 2 mm, di atas
biji sedikit melembung, lebar. Lk 2 cm, membuka dengan 2 katup, biji 16 atau kurang.
Kerap kali ditanam sebagai pohon peneduh contoh Albasia (Albizzia falcata).

C. Parkia
Pohon dengan kulit yang kerap kali cokelat merah; tinggi 5-15 m. Daun menyirip
rangkap, tangkai dengan 1 kelenjar yang tenggelam. Sirip 15-20 pasang. Anak daun per
sirip 15-46 pasang, tegak, dengan pangkal bertelinga dan membulat, ujung mempunyai
tulang daun runcing dan tidak berarti, 4-10 kali 2-3 mm. Bunga dalam bongkol yang
menggantung, bertangkai panjang, berbentuk penggada, berbilangan lima; yang terbawah
tak jelas kelaminnya dengan 10 staminodia; yang tengah jantan, dengan 10 benang sari;
yang tertinggi berkelamin 2, dengan 10 benang sari dan bakal buah. Kelopak bertaju
pendek, taju tidak sama. Daun mahkota ppada pangkalnya melekat dengan kelopak dan
tabung benag sari. Tangkai sari putih atau putih kuning, bersatu sampai tinggi. Polongan
menggantung di atas tanda bekas mahkota bertangkai, tanpa ini panjang 35-40 cm, bentuk
pita lengan pangkal menyempit, lebih lebar 3-5 cm, kerap kali terpuntir kuat, pada tempat
biji melembung, dalam keadaan tidak masak hijau kemudian hitam. Biji banyak, oval.
Ditanam untuk hasil polongannya. Contoh petai (Parkia speciosa).

24
D. Leucaena
Perdu atau pohon, tinggi 2-10 m. Ranting bulat cylindris, paa ujungnya berambut
rapat. Daun menyirip rangkap. Tangkai kebanyakan dengan kelenjar dibawah sirip yang
terbawah. Sirip 3-10 pasang. Anak daun sirip 5-20 pasang, bentuk lanset, runcing atau ada
bagian ujung yang runcing, dengan pangkal yang tidak sama berambut rapat. Bunga
berbilangan lima. Bongkol bertangkai panjang. Tabung kelopak berbentuk lonceng, dengan
gigi-gigi pendek, tinggi lk 3 mm. Daun mahkota lepas, bentuk solet, panjang lk 1 cm.
Polongan di atsa tanda bekas mahkota bertangkai pendek, bentuk pipa, pipih tipis, 10-18
kali lk 2 cm, di antara biji-biji dengan sekat, cokelat tua. Ditanam dan kerap kali menjadi
liar; 1-1200 m. Contoh kemlandingan, lamtoro (Leucaena glauca)

E. Mimosa
Herba memanjat atau berbaring atau setengah perdu; tinggi 0,3-1,5 m. Akar pena
kuat. Batang denagan rambut sikat yang mengarah miring ke bawah da duri tempel
bengkok yang tersebar. Daun penumpu bentuk lanset panjang 1 cm. Daun pada sentuhan
melipatkan diri, menyirip rangkap. Sirip terkumpul rapat, panjang 4-5,5 cm. Anak daun
tiap sirip 5-26 pasang, kerap kali warna tepi ungu, berumbai, 6-16 kali 1-3 mm. Bongkol
memanjang, panjang 1 cm, 2-4 menjadi satu; tangkai dengan rambut sekat yang panjang 2-
5 cm. Kelopak sangat kecil, bergigi 4, seperti selaput putih. Tabung mahkota kecil, bertaju
4, seperti selaput putih. Benang sari 4, lepas, ungu. Polongan pipih bentuk garis, di antara
biji-biji menyempit tidak dalam, pada sambungan dengan banyak rambut sekat panjang
yang pucat, beruas 2-4, panjang 1-2 m, lebar 4 mm, pada waktu masak lapas ke dalam
pecahan berbiji satu, yang melepaskan diri dari tempat sambungan yang tidak rontok. Biji
bulat, pipih. Dari amerika, herba; 1-1200 m. Terutama pada daerah perkebunan kering.
Contoh Mimosa pudica.

F. Pithecellobium
Pohon, tinggi 5-15 m. Ranting menggantung. Tangkai daun utama dan poros sirip dengan 1
kelenjar atau lebih, lagi pula berambut. Anak daun elips atau bulat telur terbalik miring,
dengan ujung tumpul, 1,5-5 kali 1-2,5 cm. Bunga berauran, berbilangan lima, bongkol
berbunga 15-25, pada ujung ranting dalam malai. Kelopak bergigi sampai berlekuk.
Tabung mahkota berbentuk corong, dari luar berambut. Benang sari banyak, panjang lk 1
cm, tangkai sari pada pangkal bersatu menjadi tabung. Bakal buah berambut, bertangkai,
merah. Polongan bulat cylindris kerap kali bengkok atau menggulung dalam 1-2 puntiran,
diantara biji kerap kali menyempit, panjang 6-12 cm, lebar lk 1 cm, menurut seluruh

25
panjangnya berkatup 2; sebelah dalam merah. Biji 1-10, mengkilat, hitam dengan selubung
biji putih atau ros yang tidak sempurna. Maret-Nopember. Dari amerika tropis, banyak
menjadi liar. Kerap kali digunakan sebagai peneduh contoh Pithecellobium dulce.

G. Acacia
Perdu yang tegak, kadang-kadang menyerupai pohon; tinggi 1-3 m. Daun dengan 2-8
pasang sirip yang panjangnya 10-35 cm. Anak daun 8-20 per sirip, memanjang bentuk
garis dengan ujung bulat dan pangkal miring, panjang 3-8 mm. Tangkai bongkol 0,5-4 cm
dengan pembalut yang tesembunyi oleh karena bunga. Bongkol 1-7 dalam ketiak kuning
cerah, sangat berbau enak, diameter lk 0,5 cm. Bakal buah gundul. Polong bertangkai
lebar, bulat cylindris, dengan sambungan yang lebar pipih dan bengkok, gundul, akhirnya
hitam, panjang 4-7,5 cm, tidak membuka. Biji sampai 15, di dalam daging buah, dari
amerika tropis, di daerah kering menjadi liar; 1-250 m, contoh Acacia farnesiana.

2.5. SPESIES MIMOSACEAE


Putri malu ( Mimosa pudica)
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Angiospermae
Ordo : Rosales
Suku : Mimosaceae
Familia : Mimosaceae
Genus : Mimosa
Spesies : Mimosa pudica Linn

Gambar 11. a b c

Gambar 11: a: bunga putri malu b: daun c: batang

26
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Putri_malu;
https://biologinunik.wordpress.com/2015/06/30/mimosa-pudica-linn-putri-malu-
antihelmintik-alami-bagi-hewan-ternak/
DESKRIPSI
Putri malu berupa daun majemuk yang menyirip ganda dua sempurna. Jumlah anak
daun sirip berkisar 5 – 26 pasanga, helaian dain anak berbentuk memanjang sampai lanset,
ujung meruncing, pangkal memundar, bagian tepi merata. Jika di raba bagian permukaan
atas dan bawah halus dan terasa licin, panjang daun 6 – 16 mm, lebar  1-3 mm. Daun
berwarna hijau, tetapi pada bagian tepi daun berwarna keungguan. Bila daun disentuh akan
menutup dengan cepat dan akan normal kembali setelah beberapa menit. Batang tumbuhan
putri malu berbentuk bulat, sleuruh batang di selimuti oleh duri yang menempel, dengan
panjang yang beragam tergantung dengan pertumbuhan putri malu. Batang tumbuhan ini
lunak, tidak terlalu kuat, permukaan kasar dan juga berwarna kehijauan ungguan. Biasanya
batang juga akan tumbuh mring kepermukaan tanah atau mengarah kebawah.
Perakaran tumbuhan putri malu sangat berbeda dengan jenis tumbuhan lainnya,
perakaran tumbuhan putri malu berserabut, berwarna kecoklatan, tumbuh menyebar di
permukaan media tanah, dan mencapai kedalaman 30 – 60 cm bahkan lebih. Perakaran
tumbuhan putri malu ini jika dilakukan pencabutan akan berbeda dengan jenis tumbuhan
lainnya, yaitu tidak terangkat semua melainkan satu persatu akan terangkat kepermukaan
tanah.
Bunga tumbuhan putri malu berbentuk bulat, hampir menyerupao bola dan tidak
memiliki mahkota atau kelopak bunga besar seperti bunga pada jenis tumbuhan lainnya.
Akan tetapi kelopak pada tumbuhan ini jauh lebih kecil, dan bergerigi seperti selaput putih,
serta memiliki tabung mahkota yang berukuran kecil juga dan bertajuk empat.
Buah tumbuhan putri malu bentuk polong, pipih, bergaris dan berukuran sangat
kecil jika dibandingkan dengan jenis tumbuhan lainnya. Buah ini berwarna kehijauan jika
masih muda dan sudah tua berwarna kecoklatan.
Biji tumbuhan putri malu berbentuk bulat, pipih dan berukuran sangat kecil. yang
berwarna kehitaman atau kecoklatan. Biji pada tumbuhan ini juga merupakan biji tertutup
dan dapat berkembangbiak melalui biji.
2. Lamtoro (Leucaena leucocephala .)

Kingdom         : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta

27
Classis             : Magnoliopsida
Sub classis       : Rosidae
Ordo                : Fabales
Familia            : Mimosaceae
Genus              : Leucaena
Spesies            : Leucaena leucocephala 

Gambar 12. a b c

Gambar 12: a: bunga lamtoro b: daun c: buah


Sumber:http://belajar-di-rumah.blogspot.com/2014/06/tanaman-lamtoro-leucaena-
leucocephala.html; https://www.tanobat.com/petai-cina-lamtoro-ciri-ciri-tanaman-serta-
khasiat-dan-manfaatnya.html
DESKRIPSI
Lamtoro adalah pohon perdu, tinggi 20 meter. Meski kebanyakan hanya antara 5-
10 meter. Percabangan rendah, banyak, dengan pepagan kecoklatan atau keabu-abuan,
berbintil-bintil dan berlentisel. Ranting bulat torak, dengan ujung yang berambut rapat.
Daun majemuk menyirip rangkap, sirip 3-10 pasang, kebanyakan dengan kelenjar pada
poros daun tepat sebelum pangkal sirip terbawah, daun penumpu kecil, berbentuk segitiga.
Anak daun tiap sirip 5-20 pasang, berhadapan, bentuk garis memanjang dengan ujung
runcing dan pangkal miring (tidak sama), permukaannya berambut halus dan tepinya
berjumbai .

28
Bunga majemuk berupa bongkol (perbungaan capitulum) bertangkai panjang yang
berkumpul dalam malai berisi 2-6 bongkol, tiap-tiap bongkol tersusun dari 100-180
kuntum bunga, membentuk bola berwarna putih atau kekuningan berdiameter 12-21 mm,
di atas tangkai sepanjang 2-5 cm. bunga kecil-kecil, berbilangan 5, tabung kelopak bentuk
lonceng bergigi pendek, berukuran 3 mm, mahkota bentuk solet berukuran 5 mm, lepas-
lepas. Benangsari 10 helai berukuran 10 mm dan lepas-lepas. Buah polong bentuk pita
lurus, pipih tipis, 14-26 cm x 1,5-2 cm, dengan sekat-sekat diantara biji, berwarna hijau
saat muda dan coklat kering jika telah masak, memecah sendiri sepanjang kampuhnya.
Berisi 15-30 biji yang terletak melintang dalam polongan, bulat telur terbalik, berwarna
coklat tua mengkilap, berukuran 6-10 mm x 3-4,5 mm 
1. Jengkol (Pithecellobium lobatum)
Kingdom   : plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Fabaceae
Genus : Pithecellobium
Spesies : Pithecellobium lobatum, Benth.
Gambar 13. a b c

Sumb
er: https://steemit.com/esteem/@watercannon/bunga-jengkol-a8e0808ebde64
https://www.bukalapak.com/p/kesehatan-2359/produk-kesehatan-
lainnya/r98iks-jual-daun-jengkol-250-gram.
DESKRIPSI
Tumbuhan jengkol merupakan tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara dengan
ukuran pohon yang tinggi yaitu ± 20m, tegak bulat berkayu, licin, percabangan simpodial,
cokelat kotor. Bentuk majemuk, lonjong, berhadapan, panjang 10 – 20 cm, lebar 5 – 15
cm, tepi rata, ujung runcing, pangkal membulat, pertulangan menyirip, tangkai panjang 0,5
– 1 cm, warna hijau tua. Struktur majemuk, berbentuk seperti tandan, diujung dan ketiak

29
daun, tangkai bulat, panjang ± 3cm, berwarna ungu kulitnya, bentuk buah menyerupai
kelopak mangkok, benag sari kuning, putik silindris, kuning mahkota lonjong, putih
kekuningan. Bulat pipih berwarna coklat kehitaman, berkeping dua dan berakar tunggang.
Pohon Jengkol sangat bermanfaat dalam konservasi air di suatu tempat hal ini dikarenakan
ukuran pohonnya yang sangat tinggi
Petai ( Parkia speciosa)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Parkia
Spesies : Parkia speciosa Hassk
Gambar 14. a b

gambar 14: a: bunga petai b: buah c: pohon


Sumber:https://twitter.com/Sabar24416658/status/1058726063289720834
https://iyakan.net/manfaat-pete-bagi-kesehatan-tubuh/16933
https://mediel.wordpress.com/2014/12/24/parkia-speciosa-pic/

DESKRIPSI
Pohon petai tinggi dapat mencapai 20m dan kurang bercabang. Daunnya
majemuk, buahnya besar, memanjang, betipe buah polong. Dari satu bongkol dapat
ditemukan sampai belasan buah. Dalam satu buah terdapat hingga 20 biji, yang terbalut
oleh selaput agak tebal berwarna coklat terang. Buah petai akan mengering jika masak dan
melepaskan biji-bijinya. Biji petai, yang berbau khas dan agak mirip dengan jengkol. arkia

30
speciosa) merupakan pohon tahunan tropika dari suku polong-polongan (Fabaceae), anak-
suku petai-petaian (Mimosoidae). Tumbuhan ini tersebar luas di Nusantara bagian barat.
Bijinya, yang disebut "petai" juga, dikonsumsi ketika masih muda, baik segar maupun
direbus.
Pohon petai menahun, tinggi dapat mencapai 20m dan kurang
bercabang. Daunnya majemuk, tersusun sejajar. Bunga majemuk, tersusun dalam bongkol
(khas Mimosoidae). Bunga muncul biasanya di dekat ujung ranting. Buahnya besar,
memanjang, betipe buah polong. Dari satu bongkol dapat ditemukan sampai belasan buah.
Dalam satu buah terdapat hingga 20 biji, yang berwarna hijau ketika muda dan terbalut
oleh selaput agak tebal berwarna coklat terang. Buah petai akan mengering jika masak dan
melepaskan biji-bijinya.
Biji petai, yang berbau khas dan agak mirip dengan jengkol, dikonsumsi segar
maupun dijadikan bahan campuran sejumlah menu. Sambal goreng hati tidak lengkap
tanpa petai. Sambal petai juga merupakan menu dengan petai.mBiji petai biasanya dijual
dengan menyertakan polongnya. Namun, pengemasan modern juga dilakukan dengan
mengemasnya dalam plastik atau dalam stirofoam yang dibungkus plastik kedap udara
2. Sengon (Albizia chinensis)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Trachebionta
Superdivision: Spermatophyta
Division : Magnoliopsida
Classis : Magnoliopsida
Subclasissi : Rosidae
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae (Leguminoceae)
Genus : Albizia
Spesies :  Albizia chinensis
Gambar 15. a b c

31
Gambar 15: a: pohon sengon b: daun c: buah sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Sengon

DESKRIPSI
Pohon yang menggugurkan daun; berukuran sedang hingga tinggi, 30–45 m,
dan gemang batangnya 70(–140) . Pepagan agak halus, di luarnya abu-abu gelap, dengan
gigir-gigir melintang.

Daun-daun majemuk menyirip berganda, dengan 4–14 pasang sirip; tulang daun


utama 10–25 cm, berambut, dengan kelenjar dekat pangkal tangkai daun dan pada
pertemuan tulang sirip. Daun penumpu besar, bundar telur miring dengan pangkal yang
setengah berbentuk jantung, seperti membran, dengan ekor di ujungnya; lekas rontok .
Sirip-sirip 4–14 cm panjangnya, dengan 10–45 anak daun per sirip, duduk, berhadapan.
Anak daun memanjang sampai bentuk garis, dengan ujung runcing, miring, sisi bawah
hijau biru, 6–13 × 1,5–4 mm, tulang daun tengah sangat dekat dengan tepi atas.

Bunga majemuk berbentuk bongkol yang bertangkai, yang terkumpul lagi


menjadi malai yang panjangnya 15–30 cm. Bongkol berisi 10–20 kuntum bunga. Bunga
berbilangan-5; dengan kelopak bergigi, tinggi lk 4 mm, berambut; tabung mahkota bentuk
corong, kuning hijau, tinggi lk 7 mm, berambut. Benang sari 10 atau lebih, panjang lk
3 cm, putih, di atas hijau, pangkalnya menyatu membentuk tabung, yang kurang lebih
setinggi mahkota. Buah polong panjang 10–18 cm × 2–3,5 cm, tidak membuka, patah-
patah tidak teratur. Biji pipih, jorong, 7 × 4–5 mm
3. Kaliandra merah (Calliandra calothyrsus )
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Trachebionta
Superdivision: Spermatophyta
Division : Magnoliopsida

32
Classis : Magnoliopsida
Subclasissi : Rosidae
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae (Leguminoceae)
Genus : Calliandra
Spesies :  Calliandra calothyrsus 
Gambar 16. a b c

Gambar 16: a: bunga kaliandra b: buah c: daun (Sumber :


https://id.wikipedia.org/wiki/Calliandra; http://www.warungbibitunggul.com/2015/09/jual-
bibit-kaliandra-unggul-ecer-dan-grosir.html)
DESKRIPSI
Calliandra calothyrsus adalah pohon kecil bercabang dengan ketinggian rata-rata 3
– 5 meter.  Meski begitu ia bisa mencapai tinggi maksimum 12 meter dengan diameter
batang bisa mencapai maksimum 20 cm.Kulit batangnya berwarna merah atau abu-abu
yang tertutup oleh lentisel kecil.  Makin ke pucuk, batangnya cenderung bergerigi. Pada
pohon yang batangnya berwarna coklat kemerahan, ujung batangnya bisa berulas
merah.Sistem akarnya terdiri dari beberapa akar tunjang dan akar-akar yang lebih halus
dengan jumlahnya sangat banyak dan menjalar sampai ke permukaan tanah..Jika di dalam
tanah dimana ia tumbuh terdapat rhizobia dan mikoriza, akan terbentuk asosiasi antara
jamur dengan bintil-bintil akarnya.
Kaliandra memiliki daun-daun yang lunak yang terbagi menjadi daun-daun kecil.
Panjang daun utama bisa mencapai 20 cm dan lebar 15 cm.  Pada malam hari, daun-daun
ini melipat ke arah batang..Tangkai daunnya bergerigi dengan semacam tulang di bagian
permukaan atasnya.  Namun ia tidak memiliki kelenjar-kelenjar pada tulang sekundernya.,
Kaliandra merah dapat tumbuh alami di sepanjang bantaran sungai.  Ia dengan cepat akan
tumbuh dan mengisi areal-areal yang vegetasinya terganggu, misalnya di tepi-tepi

33
jalan.Namun, tanaman ini tidak tahan berada di bawah naungan dan mudah sekali kalah
bersaing dengan vegetasi sekunder lain.Di Meksiko dan Amerika Tengah, kaliandra
tumbuh di berbagai habitat pada ketinggian permukaan laut sampai 1.860 meter.Kaliandra
banyak terdapat di daerah yang musim kemaraunya berlangsung selama 2 sampai 4 bulan
dengan curah hujan kurang dari 50 mm per bulan. Namun, pernah juga ditemukan
spesimen yang tumbuh pada daerah yang musim kemaraunya 6 bulan.Tanaman ini tumbuh
pada daerah dengan suhu minimum tahunan 18-22° C. Ia tidak tahan terhadap pembekuan.
Ia hidup pada berbagai tipe tanah dan bisa bertanah pafa tanah yang agak masam dengan
pH sekitar 4,5.
Tandan bunga kaliandra berkembang dalam posisi terpusat dan bunganya
bergerombol di sekitar ujung batang.  Bunga kemudian matang dari pangkal ke ujung
selama beberapa bulan.Bunga kaliandrai mekar selama satu malam saja dengan benang-
benang mencolok.  Umumnya berwarna putih di pangkalnya dan merah di ujungnya, meski
kadang ada juga yang berwarna merah jambu.Sehari kemudian benang-benang ini akan
layu.  Bunga yang tidak mengalami pembuahan pun akan gugur.Polongnya terbentuk
selama 2 sampai 4 bulan dan ketika sudah masak, panjangnya bisa mencapai 14 cm dan
lebarnya bisa mencapai 2 cm.Polong Kaliandra berbentuk lurus dan berwarna agak coklat. 
Polong tersebut berisi 8-12 bakal biji yang akan berkembang menjadi biji oval yang
pipih.Permukaan biji yang sudah matang berbintik hitam dan coklat.  Terdapat tanda yang
khas berbentuk ladam kuda pada kedua permukannya yang rata. Biji yang sudah masak
panjangnya bisa mencapai 8 mm.  Bila ditekan dengan kuku ia akan terasa keras. Di
tempat asalnya, puncak musim biji terjadi antara bulan November dan April sedang di
Indonesia biasanya antara bulan Juli sampai November.
Pada saat polong mengering, pinggirannya yang tebal mengeras sehingga polong
merekah mendadak dari ujungnya. Bijinya lantas keluar dengan gerakan berputar dan bisa
terpental sejauh 10 meter. Kecambah kemudian akan tumbuh dengan kedua keping biji
muncul di atas permukaan tanah. Daun pertamanya hanya memiliki satu sumbu yang
menjadi tempat tumbuh helai daun. Namun daun berikutnya terbagi menjadi sumbu-sumbu
sekunder. Bijinya memerlukan proses skarifikasi seperti merendam biji dalam air dingin
selama 48 jam. Penggunaan air panas dapat menyebabkan biji mati. Skarifikasi secara
mekanis juga bisa dilakukan.
4. Mimosa invisa
Kingdom            : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom       : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

34
Super Divisi       :  Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                 :   Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                  :   Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas          :  Rosidae
Ordo                   :  Fabales
Famili                 :   Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus                :    Mimosa
Spesies               :   Mimosa invisa Mar.
Gambar 17

Gambar Mimosa invisa Sumber : http://ssputiwu.blogspot.com/2013/01/flora-mimosa-


invisa.html

DESKRIPSI
Habitus :  Semak, menjalar.
Batang : Warna hijau,segi empat, bercabang, berambut, berduri ternpel atau rapat.
Daun : Majemuk, anak daun panjang 3-8 mm, lebar 1-1,5 mm, tepi rata, 
ujung runcing,pertulangan tidak jelas,warna hijau..
Bunga : Bongkol, panjang ± 5 mm, di ketiak daun, berjumlah satu sampai tiga, benang sari
delapan, mahkota bentuk tabung, ungu.
Buah : Polong, berambut, panjang 1,5-5 cm, lebar i 5 mm,
Biji : Bulat, permukaan licin, keras, kuning kecoklatan.
Akar : Tunggang, warna putih.
5. Ki besi (Albizia saman.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo :Fabales;
Famili : Fabaceae
Subfamili : Mimosoideae

35
Genus : Albizia
Spesies : Albizia saman.

Sumber : http://baltyra.com/2013/07/10/mengenal-pohon-trembesi-ki-hujan/
DESKRIPSI
Pohon Trembesi (Ki Hujan) mempunyai batang yang besar, bulat dan tinggi
antara 10-20 meter. Permukaan batangnya beralur, kasar dan berwarna coklat kehitam-
hitaman.Daunnya majemuk dan menyirip ganda. Tiap helai daun berbentuk bulat
memanjang dengan panjang antara 2-6 cm dan lebar antara 1-4 cm dengan tepi daun rata.
Warna daun hijau dengan permukaan licin dan tulang daun menyirip.Bunga Trembesi
berwarna merah kekuningan. Buahnya berwarna hitam berbentuk polong dengan panjang
antara 30-40 cm. Dalam buah terdapat beberapa biji yang keras berbentuk lonjong dengan
panjang sekitar 5 mm berwarna coklat kehitaman.
Pohon Trembesi (Albizia saman) banyak ditanam di pinggir jalan dan pekarangan
yang luas sebagai pohon peneduh. Oleh Perum Perhutani, Pohon Trembesi banyak ditanam
sebagai peneduh di Tempat Penimbunan Kayu (TPK).Tajuknya yang lebar dan daunnya
yang lebat ditambah dengan jaringan akarnya yang luas sehingga mampu menyerap air
dengan maksimal, pohon ini dipercaya mampu memberikan kontribusi dalam
menanggulangi pencemaran udara dan ancaman pemanasan global.
Batang Trembesi dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Bijinya yang biasa
disebut “Mindhik” (Siter atau Godril) selain dapat dibuat makanan ringan (semacam
kwaci) juga berkhasiat sebagai obat pencuci perut dengan cara diseduh dengan air panas.
Daunnyapun ternyata mempunyai khasiat untuk mengobati penyakit kulit.Sayangnya
pohon ini punya kelebihan yang sekaligus menjadi kelemahan terbesarnya. Trembesi
mempunyai jaringan akar yang besar dan luas sehingga sering kali merusak bangunan di
sekitarnya. Selain itu tajuknya yang lebar dan daunnya yang rimbun sering kali
menghambat pertumbuhan pepohonan lain yang berada di bawahnya

36
RANGKUMAN
 Caesalpiniaceae merupakan nama suku untuk Flamboyan-flamboyanan yang diambil
dari nama seorang taksonom terkenal Andreas Caesalpino. Caesalpiniaceae juga
merupakan bagian dari kelopok polong-polongan yang serbuk sarinya berjumlah
sepuluh namun susunannya tersebar atau melingkar. Susunan perbungaannya adalah
majemuk tidak terbatas. Kelompok suku ini banyak digunakan sebagai tanaman
peneduh dan tanaman hias.
 Mimosaceae merupakan nama suku untuk kelompok tumbuhan putru malu (si kejut)
yang ditandai oleh perbungaan yang berbentuk bongkol yang membulat dengan tangkai
yang tidak selalu panjang. Sebagaimana dua kerabat lain, maka buah pada kelompok
suku ini juga tergolong berbuah polong, sehingga sering juga dinamakan dengan
tumbuhan berbuah polong. Mimosaceae juga memiliki akar yang di dalamnya
bersimbiosis dengan Rhizobium leguminosarum yangg dapat mengkat nitrogen bebas
dariudara.

DAFTAR PUSTAKA
Adi, Yudianto Suroso. 2001. Keanekaragaman Hayati. Bandung: file. Upi edu.
Hasairin,Ashar. 2018. Taksonomi Tumbuhan Berbiji . Cita Pusaka Media Perintis : Medan
Jayapercunda, sadikin.2002.Hutan dan Kehutanan Indonesia. Bogor: IPB
Press.
Krisnawati, A., & M. Sabran.2004. Pengelolaan Sumber Daya Genetik Tanaman Obat
Spesifik Kalimantan Tengah.Buletin Plasma Nutfah Vol. 12 No. 1 Tahun 2004.
Kusnadi.Tumbuhan Tinggi. Bandung. File.upi.edu. Diakses tanggal 26 November
2015.
Maniagari, Agus Piet. 2008. Eksplorasi Jenis-Jenis Tumbuhan Hutan Pantai Manuri
Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat (Skripsi S1 Fakultas Kehutanan).
Papua Barat: Fakultas Kehutanan.
Steenis, C G J, Van. 2006. Flora Pegunungan Jawa. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Tjitrosoepomo, G. 2009. Morfologi Tumbuhan. Yogyakata: UGM Press.
Tjitrosomo, Siti Sutarni. 1984. Botani Umum. Bandung: Angkasa
Tjitrosoepomo, Gembong.2010. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta . Gajah Mada
University Press. Yogyakarta
Steenis, Van, C.G.G.J. 1988. Flora Flora Flora Flora. Pradnya Paramita : Jakarta

37
38
39

Anda mungkin juga menyukai