Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“ORDO GENTIALES”
(disusun untuk memenuhi Tugas UAS mata kuliah Phanerogamae)

Dosen Pembimbing :
Dr. Dientje F. Pendong, M.Pd
Dr. Nova L. I. M. Ogi, S.Pi, M.Si

Disusun Oleh :
Sarah Christina Tompunu (18507059)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang
diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Ordo Gentiales” tepat pada
waktunya. Saya mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran sehingga saya mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah phanerogamae.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya sangat mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah mendukung saya dalam penulisan makalah ini.

Demikian makalah ini saya buat atas perhatian diucapkan terima kasih.

Tombatu, 20 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................................

B. Rumusan Masalah.................................................................................................

C. Tujuan ...................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................

A. Ordo Gentiales……………………………………………….....................................

B. Kedudukan Gentiales Dalam Klasifikasi Menurut Cronquist……………………….

BAB III PENUTUP.................................................................................................................

A. Kesimpulan..................................................................................................................

B. Saran............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Subkelas Asteriidae merupakan subkelas yang termaju diantara subkelas yang telah
dibahas sebelumnya pada DIvisi Magnoliophyta. Hal ini disebabkan oleh beberapa kriteria
yang dimiliki oleh familia-familia yang ada pada subkelas ini telah mengalami kemajuan
yang cukup pesat, berdasarkan skala filogeni ( seriasi ) telah membuktikan bahwa familia
Asteraceae merupakan familia yang termaju dari familia-familia yang lain dan familia
Apocynaceae yang primitif pada subkelas ini.

Beberapa kriteria yang termaju dan primitif pada subkelas ini akan di jelaskan pada
tiap-tiap familia mulai dari tingkat yang primitif sampai yang termaju sebagai berikut.
Familia Apocynaceae merupakan familia yang dianggap primitif pada subkelas ini hal ini
disebabkan beberapa kriteria yang dimiliki oleh familia ini telah maju dan masih banyak juga
kriteria yang tergolong primitif, adapun kriteria termaju yang dimiliki oleh familia ini antara
lain, pola percabangan yang simpodial, pada tanaman (Nerium oleander) duduk daun telah
berkarang, perbungaan yang majemuk, pistilluk (karpel) dengan stigma bersatu, pada
tanaman (Nerium oleander) kelamin tumbuhan diceous, dan perlekatan karpel yang synkarp.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan tentang Ordo Gentiales serta family-family yang termasuk dalam ordo
gentiales

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Ordo Gentiales dan family-family yang termasuk dalam
Ordo Gentiales
BAB II
PEMBAHASAN

Subclassis Asteridae mempunyai 11 ordo dan 49 family. Asteridae mempunyai


karakteristik bunga simpetal jarang polypetal dan apetal stamen banyak yang isomerus
dengan lobus corolla, tidak pernah berseberangan dengan lobus, ovul unitegmic dan
tenuinuclear, mempunyai tapetum; carpel biasanya 2, jarang 3 sampai 5 atau lebih.
Salah satu karakteristik khusus pada asteridae yaitu mempunyai bunga tabung, khususnya
family Asteraceae. Corollanya dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu limbus, fauks, dan
tubus. Selain itu pada batangmya banyak yang mempunyai rambut-rambut halus.
(Tjitrosoepomo, 2010:8-11)

A. Ordo Gentiales

Gentiales adalah salah satu bangsa tumbuhan berbunga yang termasuk dalam kelas
asteridae. Bangsa ini juga diakui sebagai takson dalam sistem klasifikasi cronquist dan
tercakup dalam anak kelas Asteridae, kelas Magnoliopsida. (Anonim. 2015).
Gentiales merupakan ordo dari tanaman tebel-tebel memiliki karakteristik yaitu : terdapat
bulu-bulu halus pada perhiasan bunga dan biji, 2 bakal buah, bakal buah ditutupi oleh kepala
putik (stigma), benang sari dalam pillinarium, berjumlah 5, melekat pada corona.
Tanaman tebel-tebel termasuk ke dalam family Asclepiadaceae karena memiliki
karakter/ciri khas tumbuhan epifit, bergetah, membelit, arah belitan kekiri, duduk daun
berhadapan, beberapa berkarang, tebal (sukulen) dagiing seperti kulit/belulang, beraturan
berkelamin dua, kelopak terbagi 5, bersimetri banyak, mahkota berdaun lekat, serbuk sari dan
Bersatu membentuk gynostegium, bakal buah menumpang, serbuk sari terdapat pada pollinia,
buah bumbung dengan banyak biji yang dilengkapi alat untuk membantu penyebaran berupa
bulu-bulu halus (Backer and Van Den Brink, 1965; Stenis dkk., 2005).

1. Famili Loganiaceae

a) Ciri umum

Famili Loganiaceae memiliki habitus Herba atau semak dan pohon tahunan atau


abadi. Pohon berukuran sedang atau kadang-kadang besar sampai 25 (-55) m, kulit pohon
pecah-pecah sangat tidak teratur, coklat gelap, bagian dalam kulit coklat sampai kuning.
Daunnya berwarna hijau terang dan obovate-lonjong, ujungnya biasanya pendek hingga
panjang meruncing, urat sekunder agak menonjol ke bawah tidak jelas, tangkai daun panjang,
dan sebagian bebas dari tangkai daun berstipula bulat. Perbungaan aksilar, dengan bracteola
pada atau di bawah tengah, bunga harum, corolla tabung sempit saluran berbentuk, berbentuk
kepala stigma. Buah berwarna oranye atau merah. Bunga kekuning-kuningan yang memiliki
aroma yang khas.

b) Klasifikasi

Loganiaceae adalah keluarga tanaman berbunga diklasifikasikan dalam ordo Gentianales.


Contoh genus dari Loganiaceae adalah  Fragraea dan Strychnos.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Family : Loganiaceae

c) Contoh spesies

 Tambusu (Fragraeafragrans Roxb.)

Kingdom         : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Sub Kelas        : Asteridae
Ordo                : Gentianales
Famili              : Loganiaceae
Genus              : Fragraea
Spesies             : Fragraea fragrans Roxb

Ciri-Ciri Tanaman
Tembesu (Fagraea fragrans) termasuk kedalam famili Loganiaceae. Daerah
penyebarannya Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa Barat, Maluku, dan Irian Jaya. Tempat
tumbuh pada tanah datar dan sarang atau tempat yang tidak becek, tanah liat berpasir, dengan
type curah hujan A sampai B pada ketinggian 0–500 dpl.
Tinggi pohon tembesu mencapai 40 m, dengan panjang batang bebas cabang sampai 25
m, diameter 80 cm atau lebih, dengan batang tegak dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna
coklat sampai hitam, beralur dangkal dan sedikit mengelupas. Kayunya keras berwarna
kuning emas tua atau coklat jingga, dan termasuk ke dalam kelas awet satu. Kayu ini
sangat tahan lama dan tahan terhadap serangan rayap. Dengan demikian akan dipergunakan
untuk konstruksi berat seperti rel kereta api, jembatan, kapal dan dermaga serta untuk
perabotan lantai, panel,. Menurut Burkill, metafora Melayu untuk hati yang
keras membandingkannya dengan Tembusu. Di Singapura, papan memotong kayu besar yang
digunakan oleh pedagang untuk memotong ayam dan daging sering dibuat
dari kayu Tembusu.

 Tumbuhan Bidara Laut (Strychnos Ligustrina)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Family : Loganiaceae
Genus : Strychnos
Spesies : Strychnos Ligustrina

Ciri-ciri Tanaman :
Pohon yang kecil berkayu keras dan kuat dengan warna kuning pucat, tidak berbau serta
mempunyai rasa yang sangat pahit dan kelat. Tumbuhan ini masih terbatas pada daerah-
daerah tertentu saja diantaranya Jawa Timur, Roti, Water dan Maluku Tenggara. Bentuk dan
daun tumbuhan ini bulat seperti telur bergaris-garis, memiliki tangkai daun yang relatif
pendek, memiliki tulang daun yang tidak berselang-seling, tulang daun muncul berawal dari
pangkal daun dan mengarah ke ujung daun.

d) Peranan

 Tembesu (Fragrea fragrans)

Kayu ini sangat tahan lama dan tahan terhadap serangan rayap. Dengan demikian
akan dipergunakan untuk konstruksi berat seperti rek kereta api, jembatan, kapal dan
dermaga serta untuk perabotan lantai, panel. Menurut Burkill, Metafora malayu untuk hati
yang keras membandingkan dengan Tembusu. Di singapura, papan memotong kayu besar
yang digunakan oleh pedagang untuk memotong ayam dan daging sering dibuat dari kayu
Tembusu.
 Bidara Laut
Bidara laut memiliki kandungan kimia biji dan kayu mengandung beberapa bahan
kimia seperti alkaloid, tannin, galat, steroid (triterpoid). Alkaloid yang dikandung
tumbuhan ini adalah strikina dan lorusina yang termasuk golongan obat keras.
Penggunaan bidara laut sebagai antipiretik ada benarnya, karena ekstrak kering kayu
bidara laut mempunyai toksiksitas yang sedang. Alkaloid total bidara laut ternyata
mempunyai daya antimikroba terhadap Bacillus Subtilis dan Staphylococcus aureus,
tumbuhan S. ligustrina memiliki aktivitas farmakologi diuretic dan anti infeksi.

2. Famili Apocynaceae

a) Ciri umum

Famili Apocynaceae memiliki ciri umum berhabitus pohon, semak dan terna, dengan
getah seperti susu. Daun berhadapan atau bersilang berhadapan (decussata), kadang-kadang
tersebar atau berkarang. Daun tunggal tanpa stipula. Bunganya biseksual, aktinomorf
(kadang-kadang sedikit zygomorf), tunggal atau majemuk tipe tandan sampai simosa,
mempunyai daun pelindung. Kelopak bunga 5. Mahkota bunga gamopetalus, pada waktu
kuncup terputar (contortus), biasanya bentuk lonceng. Benang sari sebanyak petal, epipetalus
lepas, antera dua ruang, introrsum. Putik satu dan tersusun dari dua bakal buah yang
unicarpellate yang menjadi satu. Tangkai putik satu.
Apocynaceae adalah family tumbuhan berbunga yang meliputi pohon, semak, herba,
sekulen batang dan tumbuhan merambat, umumnya dikenal sebagai family dogbane, karena
beberapa taksa digunakan sebagai meracuni anjing. Anggota keluarga berasal dari daerah
tropis atau subtropis Eropa, Asia, Afrika, Australia, dan Amerika, dengan beberapa anggota
beriklim sedang. Banyak spesies pohon tinggi yang ditemukan di hutan tropis, tetapi
beberapa tumbuh di lingkungan kering tropis. Juga tumbuh-tumbuhan abadi dari zona
beriklim sedang. Banyak dari tanaman ini memiliki getah susu, dan banyak spesies beracun
jika tertelan, family kaya akan genera yang mengandung alkaloid dan glikosida jantung, yang
mengandung glikosida jantung yang sering digunakan sebagai racun panah. Beberapa marga
apocynaceae, seperti adenium, memiliki getah susu selain dari getahnya, dan yang lainnya,
seperti Pachypodium, memiliki getah bening dan tidak ada lateks.
b) Pola Pertumbuhan

Family Apocynaceae mencakup tanaman tahunan, herba abadi, succulents batang, semak
kayu, pohon, atau tanaman merambat. Sebagian besar mengeluarkan getah seperti susu
dengan lateks, jika terluka.
Daun dan batangnya : Daun yang sederhana, mereka mungkin muncul satu per satu
(tunggal) dengan setiap kemunculan di sisi batang yang bergantian, tetapi biasanya muncul
berpasangan (dan jarang dalam lingkaran). Saat berpasangan, mereka terjadi di sisi
berlawanan dari batang, dengan setiap pasangan terjadi pada sudut yang diputar 90 derajat
terhadap pasangan di bawahnya.
Tidak ada bitnik (struktur seperti daun kecil di pangkal batang daun), atau bitnik kecil dan
terkadang seperti jari.
Bunga memiliki simetri radial (aktinomorfik), dan terbawa di kepala yang merupakan
cymes dan rosemat, atau soliter di axils. Mereka sempurna (biseksual), dengan synsepalous,
kelopak lima lobus disatukan menjadi sebuah tabung di dasarnya. Perbungaannya terminal
atau ketiak. Lima kelopak disatukan menjadi tabung dengan empat atau lima benang sari
epipetalous. Gaya kepala yang bengkak, serbuk sari dingakut dalam busa. Ovarium biasanya
unggul, bicarpellary dan apocarpous, dengan gaya umum menyatu dan strigma. Dalam
ilustrasi gambar menunjukkan gaya tripartit khas yang terbagi menjadi tiga zona (khusus
untuk deposisi serbuk sari, sekresi viscin, dan penerimaan serbuk sari).
Serbuk sari atau polen terdiri dari dua lapisan yaitu :
1. Lapisan luar (eksin)
Lapisan ini sering kali berkeriput dan mempunyai bagian yang menonjol seperti bisul.
Kemampuan utama eksin adalah sporolenin yaitu suatu substansi keras yang
memberikan daya tahan yang hebat pada dinding polen.
2. Lapisan dalam (intin)
Lapisan intin ini mempunyai dinding yang tipis dan lunak.

Permukaan dinding polen ada yang memiliki celah (apertura) sedangkan ada juga tumbuhan
lain yang tidak memiliki celah tersebut. Apertura merupakan daerah tipis pada permukaan
butir polen baik berupa alur celah maupun area yang tipis. Apertura yang Panjang disebut
alur (kolpi), sedangkan apertura yang pendek disebut dengan lubang (pori). (Sudarsono, dkk.
2003).
Buahnya adalah buah berbiji, berry, kapsul, atau folikel. Bijinya seringkali bersayap atau
memiliki bulu halus yang Panjang.
Banyak spesies tumbuhan dari famili Apocynaceae memiliki beberapa toksisitas,
beberapa menjadi sangat beracun jika bagiannya tertelan, atau jika tidak ditangani dengan
benar. Genera yang
mengandung glikosidajantung - Cerbera , Nerium , Cascabela , Strophanthus ,   Acokanthera 
,  Apocynum ,  Thevetia ,  dll memiliki rentang terapeutik, tetapi sering dikaitkan dengan
keracunan yang tidak disengaja, dalam banyak kasus mematikan (Lihat di bawah). Spesies
penghasil alkaloid seperti Rauvolfia serpentina  , Catharanthus roseus  ,dan Tabernanthe
iboga juga merupakan sumber senyawa dengan rentang terapeutik, tetapi memiliki toksisitas
terkait yang signifikan jika tidak dikonsumsi dalam dosis yang tepat dan cara yang terkontrol.

Beberapa anggota famili Apocynaceae memiliki kegunaan ekonomi di masa


lalu. Beberapa di antaranya merupakan sumber produk alami yang penting — senyawa alat
farmakologis dan kandidat penelitian obat, dan dalam beberapa kasus obat resep
yang sebenarnya . Glikosida jantung , yang memengaruhi fungsi jantung, adalah contoh yang
siap pakai. Genera yang dipelajari dan diketahui mengandung glikosida seperti itu
termasuk Acokanthera , Apocynum , Cerbera , Nerium , Thevetia dan Strophanthus . Rauvolf
ia serpentina (snakeroot India) mengandung reserpin alkaloid, yang telah digunakan sebagai
antihipertensi dan obat antipsikotik tetapi efek sampingnya membatasi penggunaan
klinisnya.  Catharanthus roseus menghasilkan alkaloid yang digunakan dalam pengobatan
kanker. Tabernanthe iboga , Voacanga africana , dan Tabernaemontana
undulata mengandung alkaloid ibogaine , yang merupakan obat psikedelik yang dapat
membantu kecanduan obat, tetapi memiliki efek samping yang signifikan,  dengan ibogaine
menjadi kardiotoksik dan neurotoksik. Ajmalicine , alkaloid yang ditemukan
di Rauvolfia spp.,Catharanthus roseus , dan Mitragyna speciosa ,  adalah obat antihipertensi
yang digunakan dalam pengobatan tekanan darah tinggi .
Banyak genera ditanam sebagai tanaman hias ,
termasuk Amsonia (bluestar),  Nerium (oleander),Vinca (periwinkle), Carissa (Natalplum), 
Allamanda (terompetemas),  Plumeria (frangipani), Thevetia , Mandevilla (bungaSavannah),  
Adenium (mawar gurun). 
Akhirnya, penggunaan etnofarmakologis dan etnotoksikologi juga
diketahui. Akar Tabernanthe iboga dan spesies Voacanga tertentu secara tradisional telah
digunakan secara seremonial sebagai halusinogen di Afrika. The ibogaine alkaloid -jenis
bertanggung jawab atas psychoactivity tanaman ini telah dipelajari berkaitan dengan
pengobatan kecanduan narkoba.  Jus spesies Acokanthera seperti A. venenata dan jus susu
dari Namibian Pachypodium telah digunakan sebagai racun untuk ujung panah.

c) Klasifikasi

Familia ini terdiri dari sekitar 1000 spesies yang tergolong dalam kurang lebih 175 genus
yang tersebar di daerah tropika. Contoh-contoh genus : Nerium, Plumeria, Thevetia,
Allamanda, Ervatabis, Vinca (Cacharantus).

d) Contoh spesies

 Kamboja (Plumeria acuminata  Ait)


Kingdom         : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Sub Kelas        : Asteridae
Ordo                : Gentianales
Famili              : Apocynaceae
Genus              : Plumeria
Spesies            : Plumeria acuminata Ait

Ciri-ciri Tanaman :
- Kamboja termasuk pohon kecil dan termasuk mesofanerofit (tumbuhan di udara)
- Tanaman kamboja mempunyai pohon dengan tinggi batang 1,5 sampai 6 meter,
bengkok dan mengandung getah.
- Tumbuhan asal amerika ini biasanya ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan
taman.
- Tumbuh di daerah dataran rendah 1 sampai 700 m di atas permukaan laut
- Rantingnya besar, daun berkelompok rapat pada ujung ranting, bertangkai daun
Panjang, daun memanjang berbentuk lanset (lanccolatus), Panjang daun 20-40 cm,
lebar 6-12,5 cm.
- Ujung daun meruncing (acuminatus), pangkal daun menyempit, tepi daun rata
(integer) tulang daun menyiri, permukaan daun kasap (scaber), warna daun hijau
muda sampai hijau tua tidak berbulu.
- Termasuk bangun daun tidak lengkap. Bunga dalam malai rata berkumpul di ujung
ranting, kelopak kecil, sisi dalam tanpa kelenjar, mahkota berbentuk corong, sisi
dalam berembut, sisi luar kemerahan atau putih, sisi dalam agak kuning, putih, atau
merah, berbau harum
- Tangkai putik pendek, tumpul, lebar, bakal buah satu atau dua, saling berjauhan,
berbentuk tabung gepeng memanjang, Panjang 18-20 cm, lebar 1-2 cm.
- Batang (caulis) : batang kambija berkayu dengan warna putih kekuning-kuningan
dibungkus kulit yang tebal.
- System akar : tunggang atau dikotil. Kamboja mempunyai rumus daun 3/8.

 Allamanda cathartica (Alamanda)

Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divis : Spermatophyta
Divisi : Magnoliphyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Family : Apocynacea
Genus : Allamanda
Spesies : A. cathartica L.

Ciri-ciri Tanaman :
- Tanaman allamanda termasuk dalam golongan perdu berkayu dengan tinggi yang
dapat mencapai 2 meter.
- Tanaman ini bersifat evergreen (hijau sepanjanv tahun). Batangnya yang sudah tua
akan berwarna cokelat karena pembentukan kayu, sementara tunas mudanya berwarna
hijau
- Daunnya memiliki bentuk yang melancip di ujung dengan permukaan yang kasar
dengan Panjang 6 hingga 16 cm.
- Daun allamanda pada umumnya berkumpul sebanyak tiga atau empat helai.
- Bunga allamanda berwarna kuning dan berbentuk seperti terompet dengan ukuran
diameter 5-7,5 cm. tanaman ini memiliki bunga yang harum.
 Nerium oleander (Nerium)

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnolipsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Family : Apocynaceae
Genus : Nerium
Spesies : Nerium oleander

Ciri – ciri Tanaman :


- Tumbuhan ini adalah bentuk hidup berupa perdu
- Daun tunggal yang keras dengan lebar kurang lebih 2 cm dan letaknya dalam
lingkaran (pusaran tiga)
- Tidak memiliki stipula
- Bunga keluar dalam perbungaan rasemosa
- Bunga berkembang dalam seikat ujung cabang masing-masing mengelilingi satu
mahkota pusat, sepal Bersatu membentuk tabung, sepal Bersatu membentuk tabung,
sepal sewaktu kuncup terputar, dan letak petal imbrikatus.
- Jumlah stamen sama dengan jumlah petal, dan letaknya berselangan dengan petal
- Ovarium superus
- Bunga berbentuk folikel yang memecah (dehisen) saat matang untuk mengeluarkan
biji

e) Peranan

 Kamboja(Plumeria acuminate)   

Tanaman kamboja (Plumeria acuminate,W.T.Ait) mengandung senyawa agoniadin,


plumierid, asam plumerat, lupeol, dan asam serotinat, plumierid merupakan suatu zat
pahit beracun. Menurut Sastroamidjojo (1967). kandungan kimia getah tanaman ini adalah
damar dan asam plumeria C10H10O5 (oxymethyl dioxykaneelzuur) sedangkan
kulitnyamengandung zat pahit beracun. Menurut Syamsulhidayat dan Hutapea (1991) akar
dan daun Plumeria acuminate,W.T. Ait mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan
polifenol, selain itu daunnya juga mengandung alkaloid. Tumbuhan ini mengandung fulvo
plumierin, yang memperlihatkan daya mencegah pertumbuhan bakteri. Selain itu juga
mengandung minyak   atsiri antara lain geraniol, farsenol, sitronelol, fenetil alkohol dan
linalool (Tampubolon, 1981). Kulit batang kamboja mengandung flavonoid ,alkaloid,
polifenol (Dalimartha,1999 ; Prihandono,1996).
Pohon kamboja telah digunakan sebagai obat sejak zaman dulu, terutama di daerah
kepulauanPasifik, Asia Timur, dan Polinesia. Khasiat bunga kamboja secara medis belum
dibuktikan, tetapisecara empirik sudah banyak digunakan sebagai bahan obatSeluruh bagian
tanaman kamboja, seperti kulit batang, batang, daun, akar, dan bunganyamemiliki khasiat
obat. Kulit batangnya digunakan sebagai laksatif. Getah, daun, kulit batang, danakar, serta
seluruh bagian tumbuhan untuk mencegah pingsan akibat udara panas (heat stroke),disentri
basilar, gangguan pencernaan (dyspepsia), gangguan penyerapan makanan pada
anak,malnutrisi, radang hati (hepatitis infectiosa), radang saluran napas (bronchitis), jantung
berdebarkeras, TBC, cacingan, sembelit, kencing nanah (gonorrhea), beri-beri, busung air,
kapalan (klavus),telapak kaki pecah dan bengkak, sakit gigi berlubang, luka, bisul
(furunculus), patek (frambusia),serta benjolan keras (tumor).Bahan kimia yang terkandung
pada kamboja di antaranya dammar, senyawa karet, senyawatriterpenoid, amyrin, dan lupeol.
Selain itu juga, bunga kamboja mengandung geraniol, sitronellol,linallol, farnesol, dan fenil
alkohol.

 Bunga Nerium Oleander


Kandungan bunga Narium oleander diantaranya Triterpen, Glikosida jantung, Oleanderol,
asam kanerat, kanerin. Yang dapat bermanfaat dan memiliki khasiat bunga Nerium Oleander
untuk kesehatan pada daun oleander dapat digunakan sebagai obat jantung dalam dosis kecil,
diuretika, antiskabies, mengobati herpes, antibakteri, anti jamur, ekspektoran.

 Bunga Alamanda

Bunga allamanda ini dapat ditemukan di daerah sekitar sungai atau tempat terbuka yang
terkena banyak sinar matahari dengan hujan yang cukup dan kelembaban yang tinggi
sepanjang tahun. Suhu -1 derajat celcius dapat mematikan tanaman ini, karena bunga
allamanda ini memiliki karakteristik yang sangat sensitive terhadap suhu dingin.
Selain memiliki bentuk dan warna yang cantik, bunga allamanda ini memiliki banyak
manfaat. Bagian tanaman yang digunakan adalah akar, daun dan bunga untuk pengobatan.
Daun allamanda memiliki kandungan alkaloida (senyawa basa nitrogen yang kebanyakan
heterosiklik dan terdapat di tumbuhan), kulit batang dan buahnya mengandung saponin, kulit
batangnya mengandung tannin, buahnya mengandung flavonoida (senyawa kimia aktif yang
dijadikan sebagai obat penyakit hati) dan polifenol (zat kimia yang memiliki sifat
antioksidan).
Manfaat lainnya yaitu getah bunga allamanda yang berwaarna putih memiliki sifat anti
bakteri dan juga antibiotic sehingga dapat dijadikan sebagaii obat penyakit kanker dan
pencegah kuman atau bakteri. Bunga ini juga dapat digunakan untuk mencegah komplikasi
dari malaria dan pembengkakan limpa, serta dapat digunakan untuk pengobatan penyakit
kuning. Daunnya digunakan untuk penawar racun dan dipakai sebagai ramuan herbal untuk
penyakit bisul atau abses, eksim, dan kurap. Rasa daun bunga allamanda ini pedas, pahit,
berkhasiat laksatif (pencahar) dan penyebab muntah (emetic). Selain itu tumbuhan ini juga
beracun, hati-hati jika kelebihan dosis pada pemakaian dalam (minum) dan perlu mendapat
pengawasan dokter, dan wanita hamil dilarang untuk memanfaatkannya.

3. Family Asclepiadaceae

a) Ciri umum

Tumbuhan yang tergolong herba atau tumbuhan berkayu, bergetah, dan seringkali
membelit. Letak daun berhadapan , kadang-kadang berkarang, tunggal, serigkali sukulen, dan
tanpa daun penumpu. Bunga beraturan, berkelamin 2, dan berbilang 5. Kelopak terbagi dalam
mahkota bunga berdaun lekat, taju dalam kuncup, kdang-kadang dengan mahkota tambahan.
Benang sari seringkali dengan tambahan pada pangkal sisi punggung. Tangkai sari pendek,
kepala sari besar, masing-masing dengan kepala putik berlekatan, bakal buah 2 lepas,
menumpang hanya dihubungkan oleh kepala putik, tidak ada tonjolan dasar bunga, buahnya
termasuk buah bumbung sepasang dengan banyak biji yang berumbai.

b) Contoh Spesies
 Widuri (Calotropis gigantean Dryand)

Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Gentianales
Family : Asclepiadaceae
Genus : Calotropis
Spesies : Calotropis gigantean Dryand

Ciri – ciri Tanaman :


- Bunga widuri merupakan tumbuhan semak tegak dengan tinggi antara 0,5-3 meter.
- Bunga widuri memiliki batang bulat, kukuh, kulit pucat. Daun bunga widuri
bertangkai sangat pendek, helaian dan memanjang atau bulat telur terbalik dengan
pangkal berbentuk jantung dan ujung tumpul, sisi atas daun mulanya berambut lebat
yang berwarna putih kemudian gundul, Panjang 8-30 cm, lebar 4-15 cm.
- Struktur bunga widuri majemuk dalam anak paying, tangkai bunga tebal dengan
Panjang 3-5 cm mahkota bunga berbentuk roda, berwarna lila, kadang-kadang putih
dengan tabung yang hijau pucat, berbentuk cawan yang dangkal.
- Buah bumbung, berdiri sendiri atau berpasangan, bulat telur memanjang dengan ujung
melengkung seperti kait. Biji coklat, berambut pendek dan lebat.

 Hoya Parasitica wall

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Gentianales
Family : Asclepiadaceae
Genus : Hoya
Spesies : Hoya parasitica wall.
Ciri – ciri Tanaman :
- Bunga pangkal corona berwarna ungu
- Daun-daun mahkota (petal) melipat ke dalam pada saat bunga masih kuncup dengan
bentuk segilima, membuka keluar dan menghadap ke bawah ketika bunga sudah
mekar.
- Daun ; bentuk daun bulat telur sehingga angun lanset, ujung ada yang meruncing dan
runcing, pangkal ada yang runcing dan tumpul.
- Buah ; bumbung, Panjang rata-rata 13,1 cm, dan diameter rata-rata 1,6 cm.
- Biji menajrum, dilengkapi alat untuk membantu penyebaran, berupa bulu-bulu halus.

c) Peranan
 Widuri

Widuri mengandung senyawa aktif yang bersifat racun dan senyawa-senyawa yang bisa
dimanfaatkan sebagai obat yaitu saponin, sapongenin, kalotropin, kalotoksin, flavonoid,
polifenol, alban, tannin, uskarik, kalaktin, gigantic, kalsium oksalat dan harsa. Karena
kandungan zat kimia tersebut maka widuri bisa dimanfaatkan sebagai toga, terutama bagi
masayrakat yang hidup di daerah pesisir pantai. Beberapa penyakit yang dapat diobati dengan
widuri yaitu ; batuk, penyakit exim, kudis, sifilis, kencing nanah, bisul peluruh kencing,
campak sesak nafas dan sakit perut. Karena adanya kandungan saponin dan sapogenin maka
wanita yang sedang hamil tidak dianjurkan menggunakan widuri sebagai obat karena bisa
membahayakan kandungan. Perlu diwaspadai bahwa jika widuri ini dilukai akan
menghasilkan getah yang berwarna putih seperti susu, dimana getah ini dapat menyebabkan
kerusakan permanen pada mata. (Rustaman, 2007).

4. Family Gentianaceae

Famili gentianaceae (ordo Gentianales ) dari tumbuhan berbunga yang mengandung 102


marga dan sekitar 1.750 spesies tumbuhan tahunan dan abadi dan, jarang, semak. Anggota
famili berasal dari daerah beriklim utara di dunia, meskipun banyak juga ditemukan di daerah
tropis dan subtropis. Bunga dari anggota tertentu dari genera ini menampilkan beberapa
warna biru paling murni di kerajaan tumbuhan , dan banyak yang dibudidayakan sebagai
ornamen taman.

a) Karakteristik

Family ini terdiri dari pohon, semak dan tumbuhan yang menunjukkan berbagai macam
warna dan pola bunga. Yang aktinomorfik dan biseksual dengan sepal menyatu dan kelopak.
Para benang sari yang melekat pada bagian dalam kelopak (epipetalous) dan alternative
dengan lobus corolla. Ada piringan kelenjar di dasar gynoecium, dan bunga memiliki
plasentasi parietal. Perbungaan cymose, dengan sederhana atau kompleks. Buah yang pecah
kapsul septicidal membelah menjadi dua bagian, jarang beberapa species memiliki berry.
Biji berukuran kecil dengan endosperma yang sangat berminyak dan embrio lurus.
Kebiasannya bervariasi dari kecil pohon, semak hingga tumbuhan, dengan batang menanjak,
tegak, atau melilit. Tanaman biasanya rhizomatous. Daun berseberangan, lebih jarang
berselang-seling atau pada beberapa spesies melingkar, bentuknya sederhana, dengan seluruh
tepi dan pangkal melekat erat pada batang. Tidak ada stipula. Tanaman biasanya menumpuk
zat iridoid pahit.

Anggota keluarganya memiliki daun yang saling berhadapan pada batangnya. Daunnya


sering kekurangan tangkai daun dan memiliki tepi yang halus. The bunga memiliki empat
atau lima kelopak bersatu, yang dapat terpecah. Kelopaknya tumpang tindih dan dipelintir
sejak awal. Lubang sekresi nektar ditemukan di dasar kelopak dan sepal pada beberapa
spesies. The buah-buahan umumnya kapsul.

Secara ekonomi, beberapa spesies dibudidayakan sebagai tanaman hias dan banyak
spesies menghasilkan prinsip pahit yang digunakan sebagai obat dan penyedap rasa.

b) Genera Dan Spesies Utama

Gentian (tumbuhan dari genus Gentiana ) menghasilkan bunga yang menarik, biasanya


biru tetapi kadang-kadang kuning, putih, merah, atau ungu; beberapa spesies dibudidayakan
sebagai tanaman hias taman. Gentian hidup secara luas di padang rumput dan hutan yang
lembab. Gentiana lutea dari Pegunungan Alpen dihargai karena bunganya yang
kuning; akarnya secara lokal dianggap sebagai obat dan digunakan untuk membumbui pahit
herbal dan minuman beralkohol.

5. Family Rubiaceae

Rubiaceae adalah salah satu suku tumbuhan berbunga. Menurut Sistem Klasifikasi APG


II suku ini termasuk dalam bangsa Gentianales. Suku ini terdiri atas pepohonan, perdu, liana,
atau herbal yang tumbuh di atas tanah. Termasuk di dalamnya sejumlah tumbuhan
penghasil alkaloid penting seperti kafeina (dalam kopi yang dihasilkan dari beberapa
jenis Coffea) dan kinina (dari kulit batang Cinchona). Anggota penting lainnya
adalah gambir (Uncaria; tanaman aromatik), soka (Ixora; tanaman hias),
dan mengkudu (Morinda; tanaman obat). Sistem APG II memasukkan beberapa suku kecil
(seperti Dialypetalanthaceae, Henriqueziaceae, Naucleaceae, dan Theligonaceae) ke dalam
Rubiaceae sehingga menjadi suku tumbuhan berbunga keempat terbesar dengan anggota
sekitar 650 genera dan lebih dari 13.000 spesies. Rubiaceae memiliki distribusi kosmopolitan,
tetapi, keragaman spesies terbesar terkonsentrasi di daerah (sub)tropis.
Rubiaceae secara morfologis mudah dikenali sebagai kelompok yang saling berdekatan
dengan kombinasi karakter: seluruh daunnya tumbuh berlawanan dan berbentuk sederhana,
daun mahkota bunga simetri radial dan menjadi satu (simpetal) membentuk tabung (tubular),
dan ovarium inferior. Rubiaceae tumbuh dalam berbagai bentuk, yang paling umum
adalah perdu, dapat juga berupa pohon, liana, atau herbal.
 Pada umumnya  Rubiaceae memiliki tipe daun penumpu (stipula) interpetiolaris
atau  intrapetiolaris.  Stipula sederhana, terkadang lebih besar dari daun misalnya pada
Gallium. Bunga majemuk, berkumpul membentuk satu unit, misalnya pada Sacropcephalus,
dan Morinda. Pada Gardenia dan Randia juga beberapa jenis yang lain perbungaannya
disusun oleh bunga yang kecil yang terletak diantara terminal. Pada  Coffea arabica bunganya
terletak di ketiak daun, dengan bunga hermaprodit tipe aktinomorf, dan terdiri atas empat
atau lima kelopak. Bunga lengkap dengan bakal buah yang  epigin. Misalnya pada
Coprosoma.  Corolla terdiri dari lima atau empat petal yang saling berlekatan, dengan bentuk
seperti corong. 

Klasifikasi :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Family : Rubiaceae

 Daerah penyebaran

Famili Rubiaceae tersebar luas di seluruh dunia, dapat ditemukan di kawasan tropis dan
subtropis. Ditemukan melimpah di Amerika Utara dan Asia selatan. Kawasan Asia terdiri
dari 135 genus yang mewakili seluruh vegetasi maupun tumbuhan bawah dari dataran rendah
dan hutan hujan. Jenis ini juga tumbuh liar di pematang sawah, tebing-tebing sungai, pinggir
jalan, kebun atau di padang rumput. Tumbuh dari dataran rendah sampai menengah dari
ketinggian 10 sampai 600 meter dari permukaan laut misalnya Hedyotis diffusa.
Rubiaceae memiliki distribusi kosmopolitan dan ditemukan hampir di seluruh wilayah di
dunia, kecuali di lingkungan ekstrem, seperti daerah kutub dan padang pasir. Pola penyebaran
suku ini sangat mirip dengan penyebaran tumbuhan secara global. Tapi, keragaman terbesar
secara jelas terkonsentrasi di daerah tropis dan subtropis yang lembap. Pengecualian
untuk tribus Rubieae, menyebar kosmopolitan, tetapi terpusat di wilayah-wilayah bersuhu
sedang. Jumlah spesies terbanyak ditemukan di Kolombia, Venezuela, dan Pulau Papua.
Apabila disesuaikan dengan luas wilayah, Venezuela adalah yang paling beragam, diikuti
oleh Kolombia dan Kuba.[2]
Rubiaeceae hidup di atas tanah dan didominasi oleh tumbuhan kayu. Perdu Rubiaeceae
yang bersifat kayu merupakan bagian penting lapisan vegetasi bawah dari hutan hujan pada
ketinggian rendah dan sedang. Suku ini toleran terhadap berbagai kondisi lingkungan (jenis
tanah, ketinggian, struktur komunitas, dsb.) dan tidak mengkhususkan diri pada satu jenis
habitat tertentu (meskipun genera dalam suku ini sering mengkhususkan diri).
 Contoh Spesies Rubiaceae

1) Jabon (Anthocephalus cadamba)


            Jabon merupakan salah satu jenis pohon asli Indonesia dan memiliki prospek cukup
baik untuk dikembangkan karena jabon termasuk pohon cepat tumbuh, dapat tumbuh di
berbagai jenis tanah, tidak mudah terserang oleh hama dan penyakit secara serius. Tinggi
pohon jabon dapat mencapai 45 m dengan panjang batang  bebas cabang 30 m, diameter
batang 160 cm, batangnya lurus dan silindris, bertajuk tinggi dengan cabang mendatar,
pangkal batang berbanir sampai ketinggian 1,50 m. Kulit luar berwarna kelabu-coklat sampai
coklat, sedikit beralur dangkal.  Daunnya tunggal, panjang tangkai 1½ -- 4 cm, helaian daun
berbentuk ellips atau lonjong, kadang hampir bundar. Bunganya cukup besar, semacam
bunga bongkol, diameter 4 ½ -- 6 cm. Panjang Buah 6 mm diliputi daun kelopak, bagian
bawahnya agak lunak, berbiji banyak. Kayu jabon mempunyai berat jenis 0,42 (0,29--0,56),
kelas kuat III—IV, dan kelas awet V.

a) Tempat Tumbuh dan Penyebaran Alamiah

Jabon merupakan tanaman pionir yang dapat tumbuh baik pada tanah-tanah Aluvial
yang lembab dan umumnya dijumpai di hutan sekunder di sepanjang bantaran sungai dan
daerah transisi antara daerah berawa, daerah yang tergenang air secara permanen maupun
secara periodik.  Beberapa pohon jabon terkadang juga ditemukan di hutan primer. Pohon
jabon tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, terutama pada tanah-tanah yang subur dan
beraerasi baik.
Kondisi lingkungan tempat tumbuh yang dibutuhkan oleh jabon adalah tanah lempung,
Podsolik Cokelat, dan Aluvial lembab yang biasanya terpenuhi di
daerah pinggir sungai, daerah peralihan antara tanah rawa, dan tanah kering yang
kadang-kadang tergenangi air.  Umumnya, jabon ditemukan di hutan sekunder
dataran rendah dan dijumpai di dasar lembah, sepanjang sungai dan punggungpunggung
bukit.
            Jabon juga dapat tumbuh dengan baik di tanah liat, tanah lempung Podsolik Coklat,
tanah tuft halus atau tanah berbatu.  Jabon termasuk tanaman yang toleran terhadap tanah
asam, tetapi pertumbuhannya menjadi kurang optimal bila ditanam pada lahan yang
berdrainase jelek.  Kondisi iklim tempat tumbuh yang sesuai untuk jabon adalah tipe iklim
basah sampai kering dengan tipe curah hujan A sampai D.
            Cahaya merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan jabon.Pada habitat
alaminya, suhu maksimum untuk pertumbuhan jabon berkisar 32–42 ˚C dan suhu minimum
berkisar 3–15,5 ˚C.  Jabon tidak toleran terhadap cuaca dingin, rata-rata curah hujan tahunan
di habitat alaminya berkisar 1.500–5.000 mm.  Jabon dapat pula tumbuh pada daerah kering
dengan curah hujan tahunan sedikitnya 200 mm, misalnya di bagian tengah Sulawesi Selatan.
            Pohon jabon tumbuh baik pada ketinggian 300–800 m di atas permukaan laut. Di
daerah  khatulistiwa, jenis ini tumbuh pada ketinggian 0–1.000 mdpl. Penyebaran alamiah
Jabon terjadi di beberapa negara di antaranya di Australia, Cina, India, Indonesia, Malaysia,
Papua Nugini, Filipina, Singapura, dan Vietnam. Jabon merupakan jenis pohon yang disukai
tidak hanya di habitat alaminya, tetapi juga di luar habitat alaminya. Jabon juga telah berhasil
diintroduksikan di Kosta Rika, Puerto Riko, Afrika Selatan, Suriname,Taiwan,Venezuela,
dan negaranegara subtropis dan tropis lainnya .
            Di Indonesia sendiri, jabon ternyata memiliki daerah penyebaran alami hampir di
seluruh wilayah Indonesia, seperti Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Papua.

b) Klasifikasi Tanaman Jabon (Anthocephalus Cadamba)


Regnum   : Plantae (tumbuhan)
Subregnum : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Superdivisi   : Spermatophyta (tumbuhan  berbiji)
Divisi   : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas   : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub-kelas   : Asteridae
Ordo   : Gentianales
Famili : Rubiaceae
Genus   : Anthocephal
Spesies   : Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.

c) Ciri- Ciri Umum


 Daun

Daun jabon berbetuk oval. Panjang daun tanaman dewasa antara 15 – 50 cm dengan lebar
daun antara 8 -25 cm. Daun jabon berwarna hijau pada bagian atas, dan hijau pucat pada
bagian bawah. Daun jabon halus, tidak berbulu, dan sedikit berlapis lilin di bagian atasnya.
Tulang daun jabon terlihat jelas, berwarna hijau muda.
 Batang
Batang tanaman jabon berbentuk silinder, cenderung tumbuh lurus dengan sedikit
percabangan. Batang tanaman muda berwarna hijau sampai hijau kecoklatan, namun setelah
tanaman dewasa, warnanya berubah menjadi abu-abu.
Pertumbuhan batang jabon sangat cepat. Diameter dan ketinggiannya cepat bertambah selama
8 tahun pertama. Rata-rata pertumbuhan tinggi selama 8 tahun pertama sekitar 3 meter /
tahun, dengan pertambahan diameter batang sekitar 7 cm. Setelah 8 tahun, pertumbuhannya
agak melambat dengan pertambahan tinggi  hanya 2 meter / tahun dan pertambahan diameter
batang hanya 3 cm/tahun. Batang jabon dapat mencapai diameter 45 cm. Cabang dan ranting
membentu tajuk berbentuk mahkota yang lebar. Pada tanaman muda, cabang dan ranting
berwarna abu-abu dan lunak. Namun pada tanaman dewasa, cabang dan ranting berwarna
agak coklat, keras dan kasar.
 Akar
Jabon sebagai tanaman dikotil, memiliki 2 jenis akar, yaitu akar tunggang dan akar
samping. Kedua akar ini memiliki pekerjaan utama yang berbeda, namun saling mendukung.
Akar tunggang berfungsi memperkokoh pohon, sedangkan akar samping mencari hara dan
air. Akar dapat tumbuh sangat panjang, terutama bila terjadi kekurangan unsur hara. Akar
yang terlalu panjang tidak baik secara bududaya karena akan mengganggu keberadaan
tanaman lain.
 Bunga dan biji
Bunga jabon memiliki bentu bulat, dengan pusat bunga ditumbuhi banyak kelopak bunga
berbentuk jarum. Kelopak jarum memiliki warna kuning dengan ujung berwarna putih.
Penyebaran bunga jabon dapat dilakukan oleh angin, serangga, atau kelelawar. Jabon
berbunga pada bulan April – Agustus dan mulai berbuah pada bulan Agustus – Nopember.
 Biji
Biji jabon berukuran sangat kecil dengan bentuk trigonal atau tidak beraturan. Posisi biji
berada di ujung bunga. Biji sulit tumbuh pada kondidi kering, terlalu lembab, atau terkena
sinar matahari langsung.

2) Tanaman kopi (Coffea Arabica)


Kopi termasuk kelompok tanaman semak belukar dengan genus Coffea.  Kopi
termasuk ke dalam family Rubiaceae, subfamili Ixoroideae dan suku Coffea. Seorang
bernama Linneaus merupakan orang yang pertama mendeskripsikan spesies kopi (Coffee
Arabica) pada tahun 1753. Menurut Bridson dan Vercourt pada tahun 1988, kopi dibagi
menjadi dua genus yakni Coffea dan Psilanthus. Genus Coffea terbagi menjadi dua subgenus
yakni Coffea dan Baracoffea. Subgenus Coffea terdiri dari 88 spesies. Sementara itu
subgenus Baracoffea terdiri dari 7 spesies. Berdasarkan geografik (tempat tumbuh) dan
rekayasa genetik, kopi dapat dibedakan menjadi lima. Kopi yang berasal dari Ethiopia,
Madagaskar serta Benua Afrika bagian barat, tengah dan timur (Andre Illy dan Rinantonio
Viani, 2005).

a) Klasifikasi Tumbuhan kopi

Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Gentianacea
Famili: Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies: Coffea arabica; Coffea robusta

b) Ciri Umum Tumbuhan Kopi

 Akar
Tanaman kopi merupakan jenis tanaman berkeping dua (dikotil) dan memiliki akar
tunggang. Pada akar tunggang, ada beberapa akar kecil yang tumbuh ke samping (melebar)
yang sering disebut akar lebar. Pada akar lebar ini tumbuh akar rambut, bulu-bulu akar dan
tudung akar. Tudung akar berfungsi untuk melindungi akar ketika mengisap unsur hara dari
tanah.
 Batang
Batang yang dimiliki oleh tanaman kopi berbentuk bulat (tres) yang mana bagian
bawahnya berukuran lebih besar dan semakin ke ujung ukuran batang semakin mengecil.
Pada permukaan batang tanaman kopi memiliki sifat melepaskan kerak pada bagian kulit
yang mati. Tanaman kopi tumbuh ke atas yang tingginya bisa jadi mencapai sekitar 12 m.
Pada setiap batang yang tegak tersebut ada ruas – ruas ditumbuhi kuncup – kuncup kopi.
Kopi memiliki berapa cabang,   di antaranya cabang reproduksi (orthotrop),cabang utama
(plagiotrop), cabang sekunder, cabang kipas, cabang pecut, cabang balik dan cabang air.
 Daun
Daun pada tumbuhan kopi berwarna hijau yang berbentuk jorong dan berujung
meruncing. Pada pangkal daun tepinya tidak pernah bertemu  karena terpisahkan oleh ujung
tangkai yang tumpul. Organ daun di susun oleh tangkai daun (petioles) dan helaian (lamina)
yang mana tumbuhnya pada batang, cabang serta ranting yang berdampingan di ketiak.
Tulang yang dimiliki oleh daun kopi adalah menyirip dan memiliki satu ibu tulang terbentang
dari pangkal hingga ujung yang merupakan terusan dari tangkai daun. Tepi daunnya
berombak dan mengkilap, tetapi tergantung dari varietasnya tanaman kopi.
 Bunga
Tanaman kopi menghasilkan bunga banyak, oleh karena itu termasuk dalam jenis
Planta multiflora. Letak bunga tersebut pada setiap ketiak daun yang membentuk rangkaian
bergerombol sehingga disebut bunga majemuk.Tanaman kopi memiliki alat kelamin jantan
(benang sari) dan betina (putik). Tanaman kopi masuk pada golongan tanaman berumah satu
(monoceus) yang berarti bunga jantan dan betina berada dalam satu batang tumbuh.Tanaman
kopi memiliki bakal buah yang terletak pada dasar bunga cekung terdiri dari 2 butir biji.
 Buah
Warna buah kopi adalah hijau muda pada awalnya, kemudian berubah hijau tua lalu
kuning, ketika matang akan berubah warna menjadi merah atau merah tua. Biasanya
ukurannya sekitar 12 – 18 mm untuk biji varietas arabika dan berukuran sekitar 8 -1 61 mm
untuk jenis kopi robusta.

c) Manfaat Kopi

1. Meningkatkan stamina
Kopi memiliki kandungan zat kafein yang tinggi. Adenosin dalam tubuh bekerja sebagai sel
yang menyebabkan rasa ingin tidur terhadap otak. Kafein dalam kopi mempengaruhi kinerja
sel dan menjadikan pergerakannya lebih lambat.  Sehingga membuat perasaan segar lebih
lama.
2.     Mencegah kanker
Antioksidan pada kopi membantu menekan resiko gejala kanker pada tubuh. Penelitian di
Jepang pada sejumlah wanita yang mengkonsumsi kopi 2 kali sehari, resiko terjadinya kanker
usus besar menurun sebesar 25%.
3.     Kopi menjaga kesehatan mulut
Kopi memiliki sifat anti bakteri yang baik bagi kebersihan mulut. Hal ini dapat membantu
penyembuhan gigi berlubang, plak dan infeksi gusi. Tentu saja berpeluang besar untuk
menekan resiko kanker mulut.
4.      Menyegarkan kulit tubuh
Manfaat kopi memaksimalkan pelepasan sel-sel kulit mati yang berdampak pada peremajaan
kulit, sehingga kulit tampak selalu sehat dan bercahaya. Cukup gunakan scrub berbahan kopi
untuk perawatan kulit secara teratur.
5.      Kegunaan kopi untuk pedicure dan manicure
Aromaterapik bubuk kopi membantu membersihkan siku hitam dan tumit kakai yang retak.

d) Kedudukan Gentiales dalam klasifikasi menurut Cronquist

Gentiales merupakan Ordo dari Subkelas Asteridae, kelas Magnoliopsida, dan divisio
Magnoliophyta. Ciri morfologi utama. Terdapat 3 suku (family) tumbuhan yang termasuk
dalam ordo gentiale :
- Family Loganiaceae
- Family Apocynaceae
- Family Asclepiadaceae
- Family Gentianaceae.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Subclassis Asteridae mempunyai 11 ordo dan 49 family. Asteridae mempunyai
karakteristik bunga simpetal jarang polypetal dan apetal stamen banyak yang isomerus
dengan lobus corolla, tidak pernah berseberangan dengan lobus, ovul unitegmic dan
tenuinuclear, mempunyai tapetum; carpel biasanya 2, jarang 3 sampai 5 atau lebih.
Gentiales adalah salah satu bangsa tumbuhan berbunga yang termasuk dalam kelas
asteridae. Bangsa ini juga diakui sebagai takson dalam sistem klasifikasi cronquist dan
tercakup dalam anak kelas Asteridae, kelas Magnoliopsida. (Anonim. 2015).
Gentiales merupakan ordo dari tanaman tebel-tebel memiliki karakteristik yaitu : terdapat
bulu-bulu halus pada perhiasan bunga dan biji, 2 bakal buah, bakal buah ditutupi oleh kepala
putik (stigma), benang sari dalam pillinarium, berjumlah 5, melekat pada corona.
Family yang termasuk pada ordo gentianales yaitu :
- Family Loganiaceae
- Family Apocynaceae
- Family Asclepiadaceae
- Family Gentianaceae.
DAFTAR PUSTAKA

Pudjoarinto, Agus dkk.1993.BOTANI.Jakarta :Universitas terbuka,Depdikbud


Rustaman (Rustaman’s file). 2007. Botani Phanerogamae. Universitas Pendidikan Indonesia.
Bandung : UPI Press.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Sudarso, dkk. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang
Dalimartha,S.,dr.,1999,Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker ,hal 62
63,Penebar Swadata,Jakarta
 Tjitrosoepomo,G.2000,Morfologi Tumbuhan,cetakan ke 12,Gadjah Mada
UniversityPress,Yogyakarta
Prihandono,I. W.,1996,Isolasi dan Uji Aktifitas Anti Bakteri Kandungan Daun
Plumeriaacuminat,.Ait beserta Profil Kromatografinya,Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas GadjahMada,Yogyakarta.
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Apocynaceae diakses pada 26 januari 2021.
https://hermansyaheducation.blogspot.com/2020/02/suku-family-rubiaceae.html diakses
pada 26 januari 2020.

Anda mungkin juga menyukai