Anda di halaman 1dari 13

Tujuan umum dalam pembahasan Materi ini

1. Mahasiswa memahami dan mampu menerangkan Kebijakan Kesehatan yang meliputi:


a. Proses Kebijakan Kesehatan dalam sistem politik dan aplikasinya dalam sektor
kesehatan
b. Menerangkan teori pengambilan keputusan

PEMBAHASANAN 1

A. KONSEP KEBIJAKAN KESEHATAN


1. Gambaran umum terkait kebijakan kesehatan

Kebijakan kesehatan melingkupi berbagai upaya dan tindakan pengambilan keputusan


yang meliputi aspek teknis medis dan pelayanan kesehatan serta keterlibatan pelaku baik
secara individu maupun organisasi ata institusi baikswasta, pemerintah , LSM, dan
representatif masyarakat yang mendatangkan dampak positif bagi kesehatan.

Kebijakan kesehatan mengacu pada keputusan, rencana, dan tindakan yang


dilakukan untuk mencapai tujuan perawatan kesehatan tertentu dalam suatu masyarakat.
Kebijakan kesehatan yang eksplisit dapat mencapai beberapa hal: mendefinisikan visi untuk
masa depan yang pada gilirannya membantu untuk menetapkan target dan titik referensi
untuk jangka pendek dan menengah. Ini menguraikan prioritas dan peran yang diharapkan
dari berbagai kelompok; dan itu membangun konsensus dan menginformasikan orang (WHO
2000)
2. Komponen Kebijakan Kesehatan

Para ahli kebijakan kesehatan membagi kebijakan ke dalam empat komponen yaitu konten,
process, konteks dan aktor (Frenk J. 1993; Buse, Walt Gilson, 1994; May & Walt, 2005).

a. Konten

Konten kebijakan berhubungan dengan teknis dan institusi. Contoh aspek teknis
adalah penyakit diare, malaria, typus, promosi kesehatan. Aspek insitusi adalah
organisasi publik dan swasta. Konten kebijakan memiliki empat tingkat dalam
pengoperasiannya yaitu: a. Sistemik atau menyeluruh di mana dasar dari tujuan dan
prinsip-prinsip diputuskan. b. Programatik adalah prioritas-prioritas yang berupa
perangkat untuk mengintervensi dan dapat dijabarkan ke dalam petunjuk pelaksanaan
1
untuk pelayanan kesehatan. c. Organisasi di mana difokuskan kepada struktur dari
institusi yang bertanggung jawab terhadap implementasi kebijakan. d. Instrumen yang
menfokuskan untuk mendapatkan informasi demi meningkatkan fungsi dari sistem
kesehatan.

b. Proses

Proses kebijakan adalah suatu agenda yang teratur melalui suatu proses rancang dan
implementasi. Ada perbedaaan model yang digunakan oleh analis kebijakan antara
lain: - Model perspektif (rational model) yaitu semua asumsi yang mengformulasikan
kebijakan yang masuk akal berdasarkan informasi yang benar. - Model incrementalist
(prioritas pilihan) yaitu membuat kebijakan secara pelan dan bernegosiasi dengan
kelompok-kelompok yang berminat untuk menyeleksi kebijakan yang diprioritaskan.
- Model rational (mixed scanning model) di mana penentu kebijakan mengambil
langkah mereview secara menyeluruh dan membuat suatu negosiasi dengan
kelompok-kelompok yang memprioritaskan model kebijakan. - Model puncuated
equilibria yaitu kebijakan difokuskan kepada isu yang menjadi pokok perhatian utama
dari penentu kebijakan.

c. Konteks

Konteks kebijakan adalah lingkungan atau setting di mana kebijakan itu dibuat dan
diimplementasikan (Kitson, Ahmed, Harvey, Seers, Thompson, 1996). Faktor-faktor
yang berada di dalamnya antara lain politik, ekonomi, sosial dan kultur di mana hal-
hal tersebut sangat berpengaruh terhadap formulasi dari proses kebijakan (Walt,
1994). Ada banyak lagi bentuk yang dikategorikan ke dalam konteks kebijakan yaitu
peran tingkat pusat yang dominan, dukungan birokrasi dan pengaruh aktor-aktor
international juga turut berperan.

d. Aktor

Aktor adalah mereka yang berada pada pusat kerangka kebijakan kesehatan. Aktor-
aktor ini biasanya memengaruhi proses pada tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota. Mereka merupakan bagian dari jaringan, kadang-kadang disebut juga
mitra untuk mengkonsultasi dan memutuskan kebijakan pada setiap tingkat tersebut
(Walt, 1994). Hubungan dari aktor dan peranannya (kekuasaannya) sebagai
pengambil keputusan adalah sangat tergantung kepada kompromi politik, daripada
2
dengan hal-hal dalam debat-debat kebijakan yang masuk diakal (Buse, Walt and
Gilson, 1994)

3. Prinsip Panduan Dalam Membuat Sebuah Kebijakan Kesehatan

 Evidence based : Berbasis bukti


 Health Policy is not value free : kebijakan kesehatan tidak bernilai bebas
 Lead to health system strengthening : Mengarah pada penguatan sistem kesehatan
 Comprehensive : komprehensif : segala sesuatu yang bersifat luas dan lengkap,
meliputi seluruh aspek, atau meliputi ruang lingkup yang luas.
 Inclusive, democratic: Stakeholders involvement : perlibatan semua pihak

B. PROSES MENETAPKAN KEBIJAKAN DAN KEKUATAN-KEKUATAN YANG


MEMPENGARUHINYA

Proses kebijakan adalah cara dari kebijakan itu diinisiasi, dikembangkan atau
diformulasikan, dinegosiasikan, dikomunikasikan, diimplementasi dan dievaluasi (Sutcliffe &
Court, 2006).
Ada dua langkah dalam mengformulasikan proses kebijakan yaitu tentukan pilihan dari
kebijakan dan pilihlah yang diutamakan. Pada kedua tahapan ini pembuat kebijakan idealnya
harus memahami situasi yang situasi yang secara spesifik dan membandingkan pilihan-
pilihan secara rinci, sehingga dapat membuat keputusan untuk dapat diimplementasi (Sutton,
1999).

Implementasi Kebijakan Kesehatan Serta Kekuatan Yang Mempengaruhi


Implementasi didefinikan sebagai apa yang terjadi sesuai dengan harapan dan akibat
dari kebijakan yang dirasakan (DeLeon, 1999). Implementasi kebijakan cenderung untuk
memobilisasi keberadaan lembaga (Blakie & Soussan, 2001).
Pada kebijakan dilihat apakah ada kesenjangan antara yang direncanakan dan yang
terjadi sebagai suatu akibat dari kebijakan. Sebagai contohnya ada banyak studi kasus dari
dampak kebijakan. Contohnya, studi kebijakan upaya penanggulanggan kekurangan garam
yodium di mana kesenjagaan antara aktor-aktor yang berperan dan proses juga implementasi
tidak terlibat. Pendekatan pengembangan kebijakan oleh pembuat kebijakan biasanya
berdasarkan hal-hal yang masuk akal dan mempertimbangkan informasiinformasi yang

3
relevan. Namun demikian apabila pada implementasi tidak mencapai apa yang diharapkan,
kesalahan sering kali bukan pada kebijakan itu, namun kepada faktor politik atau managemen
implementasi yang tidak mendukung (Juma & Clarke, 1995). Sebagai contoh, kegagalan dari
implementasi kebijakan bisa disebabkan oleh karena tidak adanya dukungan politik,
managemen yang tidak sesuai atau sedikitnya sumber daya pendukung yang tersedia (Sutton,
1999). Suatu kebijakan kesehatan dapat berubah saat diimplementasikan, di mana bisa
muncul output dan dampak yang tidak diharapkan dan tidak bermanfaat untuk masyarakat
(Baker, 1996).
Hierarki sebuah kebijakan kesehatan seharusnya memiliki otoritas atau
kewenangannya sendiri. Sejauh mana kewenangan suatu kebijakan dapat diterapkan
tergantung dari posisi kebijakan tersebut dalam sebuah hierarki kebijakan. Setiap kebijakan
harus memiliki konsistensi dan koherensi dengan kebijakan pada tingkat kewenangan yang
lebih luas. Dengan begitu, tidak akan terjadi benturan kebijakan yang dapat menyebabkan
sebuah kebijakan tidak dapat dieksekuasi.

Dalam pembentukan sebuah kebijakan seharusnya memperhatikan beberapa tahapan


sebelum menghasilkan sebuah kebijakan untuk diimplementasikan berikut ini merupakan
formulasi kebijkan kesehatan yang dapat diterapkan untuk menghasilkan kebijakan-kebijakan
yang tepat sasaran.

4
PEMBAHASAN 2
C. PROSES KEBIJAKAN KESEHATAN DALAM SISTEM POLITIK DAN
APLIKASINYA DALAM SEKTOR KESEHATAN

Berdasarkan Sistem Politik Kebijakan publik tertinggi yang dibuat oleh legislatif sebagai
representatif dari publik. Kebijakan publik yang dibuat dalam bentuk kerja sama antara
legislatif dengan eksekutif. Kebijakan yang buat oleh eksekutif, yaitu kebijakan yang dibuat
untuk melaksanakan kebijakan publik yang bersifat umum yang dibuat legislatif (UUD) dan
yang melalui kerja sama dengan eksekutif (UU).

PROSES FORMULASI KEBIJAKAN DAN SISTEM PENGAPLIKASINYA

1. Demokratik Totalitarian

Totalitarian Sebagai lawan dari sistem demokrasi, sistem totalitarian adalah


bentuk pemerintahan dari suatu negara yang bukan hanya selalu berusaha menguasai segala
aspek ekonomi dan politik masyarakat, tetapi juga selalu berusaha menentukan nilai-nilai
'baik' dan 'buruk' dari prilaku, kepercayaan dan paham dari masyarakat. Sebagai akibatnya,
tak ada lagi batas pemisah antara hak dan kewajiban oleh negara dan oleh masyarakat.

Di dalam sistem totalitarian, bukan negara yang melayani masyarakat, tetapi


sebaliknya sebanyak mungkin anggota masyarakat, khususnya mereka yang bekerja di
lembaga-lembaga pemerintah, diwajibkan melaksanakan berbagai tugas untuk membantu
penguasa membangun negara ke arah bentuk ideal. Misalnya diwajibkan menjadi anggota
satu-satunya partai politik atau satu-satunya serikat buruh bentukan pemerintah. Apabila
nilai-nilai komunis (atau nilai-nilai suatu agama) dianggap oleh penguasa sebagai bentuk
ideal, maka nilai tersebut akan didoktrinkan ke dalam pola pikir masyarakat.

Sedangkan dalam hal ini sistem demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana


semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat
mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara
langsung atau melalui perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan
pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang
memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara. Demokrasi juga

5
merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan beserta praktik dan
prosedurnya. Demokrasi mengandung makna penghargaan terhadap harkat dan martabat
manusia.

PROSES DEMOKRATIS

Kebijakan Kesehatan merupakan konsensius dari berbagai ”people voice” (vox populi vox
dei ; suara rakyat suara tuhan)

2. TRIAS POLITIKA: LEGISLATIF – EXECUTIVE – YUDIKATIF


LIBERTARIAN (FREE FIGHT)

Definisi Trias Politika

Trias Politika merupakan konsep Pemerintahan yang kini banyak dianut diberbagai negara di


berbagai belahan dunia. Konsep dasarnya adalah, kekuasaan di suatu negara tidak boleh
dilimpahkan pada satu struktur kekuasaan politik melainkan harus terpisah di lembaga-
lembaga negara yang berbeda.  Trias politica  adalah sebuah ide bahwa
sebuah pemerintahan berdaulat harus dipisahkan antara dua atau lebih kesatuan kuat yang beb
as, yang bertujuan mencegah satu orang atau kelompok mendapatkan kuasa yang terlalu
banyak. Pemisahankekuasaan juga merupakan suatu prinsip normatif untuk mencegah
penyalahugunaan kekuasaan oleh pihakyang berkuasa

Konsep pembagian kekuasaan dalam sistem trias politika

Pada dasarnya pembagian kekuasaan dapat dibagi dalam dua cara, yaitu 

6
a. Secara Vertikal

Maksudnya pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan, misalnya


antara pemerintah pusat dengan dan pemerintah daerah dalam negara kesatuan, atau
antara pemerintah federaldan pemerintah negara bagian dalam suatu suatu negara
federal

b. Secara Horizontal

Yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsinya. Dalam pembagian ini lebih


menitikberatkan pada pembedaan antara fungsi pemerintahan yang bersifat legislatif,
eksekutif dan yudikatif. Berikut ini merupakan Trias Politika menurut para ahli

Trias Politika di Indonesia

Indonesia merupakan Negara yang menganut paham trias politica yaitu suatu paham yang
menyatakan bahwa cabang pemerintahan dibagi atas 3 kekuasaan yaitu :

1. Kekuasaan legislative yaitu DPR=>Pasal 20 ayat (1), memegang kekuasaan


membentuk Undang-undang

2. Kekuasaan eksekutif yaitu Presiden=>Pasal 4 ayat (1), memegang kekuasaan


pemerintahan

3. Kekuasaan yudikatif yaitu MK&MA=>Pasal 24 ayat (1), memegang kekuasaan


kehakiman yang merdekauntuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan

7
3. EGALITARIAN (SOCIAL SOLIDARITY) SOCIETY, FREE MARKET)

Merupakan salah satu faham yang di anut oleh pembuat kebijakan kesehatan dalam
menghasilkan sebuah kebijkan bagi publik

a) ELIGATARIAN

Egalitarianisme (berasal dari bahasa Prancis égal yang berarti "sama"), adalah


kecenderungan berpikir bahwa seseorang harus diperlakukan sama pada dimensi
seperti agama, politik, ekonomi, sosial, atau budaya.

Dalam pengertian doktrin Egalitas ini mempertahankan bahwa pada hakikatnya


semua orang manusia adalah sama dalam status nilai atau moral secara
fundamental[1]Sebagian besar, pengertian ini merupakan respon terhadap pelanggaran
pembangunan statis dan memiliki dua definisi yang berbeda dalam bahasa Inggris
modern[2] dapat didefinisikan secara baik sebagai doktrin politik yang menyatakan bahwa
semua orang harus diperlakukan secara setara dan memiliki hak-hak politik, ekonomi, sosial,
dan sipil yang sama[3]atau dalam pengertian filsafat sosial penganjur penghapusan
kesenjangan ekonomi antara orang-orang atau adanya semacam redistribusi/desentralisasi
kekuasaan. Dalam hal demikian ini dianggap oleh beberapa pihak dianggap sebagai keadaan
alami dari sebuah masyarakat

4. Sentralistis (Top down) dan Desentralisasi (bottom up)


Dalam sistem politik , penyusunan dan penerapan sebuah kebijakan kesehatan mengacu pada
dua tipe kecenderungan yakni : Sentralistis (Top down dan desentralisasi (battom up)

8
PEMBAHASAN 3 : TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

a) Pengertian

Teori pengambilan keputusan adalah teknik pendekatan yang digunakan dalam proses
pengambilan keputusan atau proses memilih tindakan sebagai cara pemecahan masalah.
Dengan kata lain Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran
dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara
beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan
satu pilihan final. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap
pilihan.

b) Dasar-dasar Pengambilan Keputusan 

 Intuisi

Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat
subjektif sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan
intuisi ini mengandung beberapa keuntungan dan kelemahan.

 Pengalaman

Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan


praktis, karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat
diperhitungkan untung ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang
memiliki banyak pengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat keputusan
akan tetapi, peristiwa yang lampau tidak sama dengan peristiwa yang terjadi kini.

 Fakta

Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat,


solid dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan
keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan
yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.

9
 Wewenang

Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan


terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang
lebih rendah kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini juga
memiliki kelebihan dan kekurangan.

 Rasional

Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional
terhadap semua unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada
pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat
objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai
dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau
sesuai dengan apa yang diinginkan.

c) Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Menurut George R.Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil
keputusan sebagai berikut:

1. Hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional
perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan
2. Setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan
organisasi

3. Setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan


kepentingan orang lain

4. Jangan sekali ada 1 pilihan yang memuaskan

5. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini


kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik

6. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama

7. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang


baik

10
8. Setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah
keputusan yang diambil itu betul

9. Setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan


berikutnya.

Terdapat 6 faktor lain yang juga ikut mempengaruhi pengambilan keputusan, yaitu:

1. Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau
kenikmatan. Ada kecendrungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa
tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2. Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada situasi secara
subjektif.

3. Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatan informasi, memahami
situasi dan berbagai konsekuensinya.

4. Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan.
Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui
kemampuannya dalam bertindak.

5. Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang ke
orang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.

6. Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin
memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.

11
TUGAS MATA KULIAH : KEBIJAKAN DAN MANAGEMEN KESEHATAN

PROSES MENETAPKAN KEBIJAKAN DAN KEKUATAN-KEKUATAN


YANG MEMPENGARUHINYA

c) Menerangkan sistem politik dan aplikasinya dalam sektor kesehatan


d) Menerangkan teori pengambilan keputusan

Kelompok 3 :

Hendrikus L. Bolen : 1811080025


12
Rossita Masi Libing : 1811080030

Siti Sakinah : 1811080031

Grace Merry. Lobo : 1811080034

Rose Virgine Tuto Boli : 181108003

Program Pasca Sarjana


Ilmu Kesehatan masyarakat
Universitas Nusa Cendana
2019

13

Anda mungkin juga menyukai