PEMBAHASANAN 1
Para ahli kebijakan kesehatan membagi kebijakan ke dalam empat komponen yaitu konten,
process, konteks dan aktor (Frenk J. 1993; Buse, Walt Gilson, 1994; May & Walt, 2005).
a. Konten
Konten kebijakan berhubungan dengan teknis dan institusi. Contoh aspek teknis
adalah penyakit diare, malaria, typus, promosi kesehatan. Aspek insitusi adalah
organisasi publik dan swasta. Konten kebijakan memiliki empat tingkat dalam
pengoperasiannya yaitu: a. Sistemik atau menyeluruh di mana dasar dari tujuan dan
prinsip-prinsip diputuskan. b. Programatik adalah prioritas-prioritas yang berupa
perangkat untuk mengintervensi dan dapat dijabarkan ke dalam petunjuk pelaksanaan
1
untuk pelayanan kesehatan. c. Organisasi di mana difokuskan kepada struktur dari
institusi yang bertanggung jawab terhadap implementasi kebijakan. d. Instrumen yang
menfokuskan untuk mendapatkan informasi demi meningkatkan fungsi dari sistem
kesehatan.
b. Proses
Proses kebijakan adalah suatu agenda yang teratur melalui suatu proses rancang dan
implementasi. Ada perbedaaan model yang digunakan oleh analis kebijakan antara
lain: - Model perspektif (rational model) yaitu semua asumsi yang mengformulasikan
kebijakan yang masuk akal berdasarkan informasi yang benar. - Model incrementalist
(prioritas pilihan) yaitu membuat kebijakan secara pelan dan bernegosiasi dengan
kelompok-kelompok yang berminat untuk menyeleksi kebijakan yang diprioritaskan.
- Model rational (mixed scanning model) di mana penentu kebijakan mengambil
langkah mereview secara menyeluruh dan membuat suatu negosiasi dengan
kelompok-kelompok yang memprioritaskan model kebijakan. - Model puncuated
equilibria yaitu kebijakan difokuskan kepada isu yang menjadi pokok perhatian utama
dari penentu kebijakan.
c. Konteks
Konteks kebijakan adalah lingkungan atau setting di mana kebijakan itu dibuat dan
diimplementasikan (Kitson, Ahmed, Harvey, Seers, Thompson, 1996). Faktor-faktor
yang berada di dalamnya antara lain politik, ekonomi, sosial dan kultur di mana hal-
hal tersebut sangat berpengaruh terhadap formulasi dari proses kebijakan (Walt,
1994). Ada banyak lagi bentuk yang dikategorikan ke dalam konteks kebijakan yaitu
peran tingkat pusat yang dominan, dukungan birokrasi dan pengaruh aktor-aktor
international juga turut berperan.
d. Aktor
Aktor adalah mereka yang berada pada pusat kerangka kebijakan kesehatan. Aktor-
aktor ini biasanya memengaruhi proses pada tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota. Mereka merupakan bagian dari jaringan, kadang-kadang disebut juga
mitra untuk mengkonsultasi dan memutuskan kebijakan pada setiap tingkat tersebut
(Walt, 1994). Hubungan dari aktor dan peranannya (kekuasaannya) sebagai
pengambil keputusan adalah sangat tergantung kepada kompromi politik, daripada
2
dengan hal-hal dalam debat-debat kebijakan yang masuk diakal (Buse, Walt and
Gilson, 1994)
Proses kebijakan adalah cara dari kebijakan itu diinisiasi, dikembangkan atau
diformulasikan, dinegosiasikan, dikomunikasikan, diimplementasi dan dievaluasi (Sutcliffe &
Court, 2006).
Ada dua langkah dalam mengformulasikan proses kebijakan yaitu tentukan pilihan dari
kebijakan dan pilihlah yang diutamakan. Pada kedua tahapan ini pembuat kebijakan idealnya
harus memahami situasi yang situasi yang secara spesifik dan membandingkan pilihan-
pilihan secara rinci, sehingga dapat membuat keputusan untuk dapat diimplementasi (Sutton,
1999).
3
relevan. Namun demikian apabila pada implementasi tidak mencapai apa yang diharapkan,
kesalahan sering kali bukan pada kebijakan itu, namun kepada faktor politik atau managemen
implementasi yang tidak mendukung (Juma & Clarke, 1995). Sebagai contoh, kegagalan dari
implementasi kebijakan bisa disebabkan oleh karena tidak adanya dukungan politik,
managemen yang tidak sesuai atau sedikitnya sumber daya pendukung yang tersedia (Sutton,
1999). Suatu kebijakan kesehatan dapat berubah saat diimplementasikan, di mana bisa
muncul output dan dampak yang tidak diharapkan dan tidak bermanfaat untuk masyarakat
(Baker, 1996).
Hierarki sebuah kebijakan kesehatan seharusnya memiliki otoritas atau
kewenangannya sendiri. Sejauh mana kewenangan suatu kebijakan dapat diterapkan
tergantung dari posisi kebijakan tersebut dalam sebuah hierarki kebijakan. Setiap kebijakan
harus memiliki konsistensi dan koherensi dengan kebijakan pada tingkat kewenangan yang
lebih luas. Dengan begitu, tidak akan terjadi benturan kebijakan yang dapat menyebabkan
sebuah kebijakan tidak dapat dieksekuasi.
4
PEMBAHASAN 2
C. PROSES KEBIJAKAN KESEHATAN DALAM SISTEM POLITIK DAN
APLIKASINYA DALAM SEKTOR KESEHATAN
Berdasarkan Sistem Politik Kebijakan publik tertinggi yang dibuat oleh legislatif sebagai
representatif dari publik. Kebijakan publik yang dibuat dalam bentuk kerja sama antara
legislatif dengan eksekutif. Kebijakan yang buat oleh eksekutif, yaitu kebijakan yang dibuat
untuk melaksanakan kebijakan publik yang bersifat umum yang dibuat legislatif (UUD) dan
yang melalui kerja sama dengan eksekutif (UU).
1. Demokratik Totalitarian
5
merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan beserta praktik dan
prosedurnya. Demokrasi mengandung makna penghargaan terhadap harkat dan martabat
manusia.
PROSES DEMOKRATIS
Kebijakan Kesehatan merupakan konsensius dari berbagai ”people voice” (vox populi vox
dei ; suara rakyat suara tuhan)
Pada dasarnya pembagian kekuasaan dapat dibagi dalam dua cara, yaitu
6
a. Secara Vertikal
b. Secara Horizontal
Indonesia merupakan Negara yang menganut paham trias politica yaitu suatu paham yang
menyatakan bahwa cabang pemerintahan dibagi atas 3 kekuasaan yaitu :
7
3. EGALITARIAN (SOCIAL SOLIDARITY) SOCIETY, FREE MARKET)
Merupakan salah satu faham yang di anut oleh pembuat kebijakan kesehatan dalam
menghasilkan sebuah kebijkan bagi publik
a) ELIGATARIAN
8
PEMBAHASAN 3 : TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
a) Pengertian
Teori pengambilan keputusan adalah teknik pendekatan yang digunakan dalam proses
pengambilan keputusan atau proses memilih tindakan sebagai cara pemecahan masalah.
Dengan kata lain Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran
dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara
beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan
satu pilihan final. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap
pilihan.
Intuisi
Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat
subjektif sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan
intuisi ini mengandung beberapa keuntungan dan kelemahan.
Pengalaman
Fakta
9
Wewenang
Rasional
Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional
terhadap semua unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada
pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat
objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai
dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau
sesuai dengan apa yang diinginkan.
Menurut George R.Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil
keputusan sebagai berikut:
1. Hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional
perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan
2. Setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan
organisasi
10
8. Setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah
keputusan yang diambil itu betul
Terdapat 6 faktor lain yang juga ikut mempengaruhi pengambilan keputusan, yaitu:
1. Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau
kenikmatan. Ada kecendrungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa
tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2. Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada situasi secara
subjektif.
3. Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatan informasi, memahami
situasi dan berbagai konsekuensinya.
4. Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan.
Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui
kemampuannya dalam bertindak.
5. Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang ke
orang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
6. Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin
memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
11
TUGAS MATA KULIAH : KEBIJAKAN DAN MANAGEMEN KESEHATAN
Kelompok 3 :
13