A. PENDAHULUAN
Asam-asam dan basa-basa lemah seperti alkaloid dan asam-asam organik sukar larut
dalam air dan kurang reaktif tidak dapat ditetapkan kadarnya secara titrasi dengan asam atau basa
(asidimetri atau alkalimetri) dalam pelarut air. Kesulitan ini dapat diatasi dengan melaksanakan
titrasi dalam lingkungan yang bebas air atau menggunakan pelarut yang bukan air.
Pada dasarnya titrasi bebas air termasuk reaksi netralisasi juga, tetapi berbeda dengan
konsep netralisasi dari Arhenius yang menyatakan bahwa reaksi netralisasi adalah reaksi antara
ion-ion hydrogen dengan ion-ion hidroksida dalam larutan asam-basa berair; titrasi suatu
senyawa asam dengan larutan baku basa; titrasi suatu senyawa basa dengan larutan baku asam.
Dalam larutan berair netralisasi juga dapat diinterpretasikan sebagai reaksi antara pemberi proton
( proton donor ) dan penerima proton ( proton akseptor)
Teori TBA sangat singkat, sebagai berikut : air dapat bersifat asam lemah dan basa
lemah. Oleh karena itu, dalam lingkungan air, air dapat berkompetisi dengan asam-asam atau
basa-basa yang sangat lemah dalam hal menerima atau memberi proton, sebagaimana
ditunjukkan pada reaksi :
Untuk lebih memahami tentang titrasi bebas air, berikut adalah definisi istilah pelarut
yang digunakan :
1. Pelarut aprotik
Adalah pelarut yang dapat menurunkan ionisasi asam-asam dan basa-basa. Termasuk
dalam kelompok pelarut ini adalah pelarut-pelarut non polar seperti benzene, karbon tetraklorida
serta hidrokarbon alifatik.
Yang pertama berjalan lebih banyak kekanan dari pada yang kedua. Sehingga dalam titrasi
suatu campuran dua asam dalam pelarut asam asetat, terhadap dua patahan dalam kurva titrasi,
dan asam tersebut dikatakan terdiferensiasi.
Suatu senyawa dapat digunakan sebagai baku primer jika memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a) Mudah didapat, dimurnikan, dikeringkan dan disimpan dalam keadaan murni
b) Mempunyai kemurnian yang sangat tinggi (100 ± 0,02%) atau dapat dimurnikan dengan
penghabluran kembali
c) Tida berubah selama penimbangan (zat yang higroskopis bukan merupakan baku primer)
d) Tidak teroksidasi oleh O2 dari udara dan tidak berubah oleh CO2 dari udara
e) Susunan kimianya tepat sesuai jumlahnya
f) Mempunyai berat ekivalen yang tinggi, sehingga kesalahan penimbangan akan menjadi lebih
kecil
g) Mudah larut
h) Reaksi dengan zat yang ditetapkan harus stoikiometri, cepat dan terukur
Indikator
Netralisasi adalah reaksi antara ion H + dari asam dan ion OH- dan membentuk molekul air.
Reaksi netralisasi harus sesempurna mungkin. Untuk mencapai maksud tersebut dapat dilakukan
dengan beberapa cara seperti tersebut dibawah ini:
1. Dengan terbentuknya hasil reaksi yang mengalami disosiasi lemah
2. Dengan terjadinya hasil reaksi sebagai gas atau sebagai endapan
3. Dengan memisahkan ion sebahai ion kompleks
Untuk menentukan titik akhir titrasi (titik ekivalen) pada proses netralisasi ini digunakan
indikator.
Menurut W. Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organic komplek dalam bentuk asam
(HIn) atau dalam bentuk basa (InOH) yang mampu dalam berada dalam keadaan dua macam
bentuk warna yang berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain
pada konsentrasi H+ atau pada pH tertentu.
suatu indikator yang berupa asam organic menurut persamaan keseimbangan (1), apabila
dalam larutan banyak ion H+ atau dalam suasana asam makakeseimbangan akan kekiri, yaitu
kearah bentuk molekul yang tidak terion. Sebaliknya, dalam suasana basa keseimbangan akan
bergeser kekanan sehingga indikator akan lebih banyak terion, dan warna yang ditunjukkan
merupakan warna dalam bentuk ionnya.
Indikator untuk Titrasi bebas air
Bentuk resonansi yang berbeda dari indikator berlaku baik untuk titrasi bebas air tapi perubahan
warna pada titik akhir titrasi untuk bervariasi dari titrasi, karena mereka bergantung pada sifat
titran. Warna sesuai dengan titik akhir yang benar dapat didirikan dengan melakukan titrasi
potensiometri sambil mengamati perubahan warna indikator.
Mayoritas titrasi bebas air dilakukan dengan menggunakan berbagai indikator yang cukup
terbatas di sini adalah beberapa contoh yang khas.
Kristal Violet: Digunakan sebagai 0,5% b / v larutan dalam asam asetat glasial. Berubah
warna dari ungu adalah melalui biru diikuti oleh hijau, kemudian menjadi kuning
kehijauan, dalam reaksi di mana basa seperti piridin yang dititrasi dengan asam perklorat.
Red: Digunakan sebagai solusi b / v 0,2% dalam dioksan dengan kuning untuk mengubah
warna merah.
Naftol Benzein: Bila dipekerjakan sebagai solusi b / v 0,2% dalam asam etanoat
memberikan kuning untuk mengubah warna hijau. Ini memberi poin akhir tajam di nitro
metana yang mengandung anhidrida etanoat untuk titrasi basa lemah terhadap asam
perklorat.
Quenaldine Merah: Digunakan sebagai indikator untuk penentuan obat dalam larutan
dimetilformamida. Sebuah solusi b / v 0,1% dalam etanol memberikan perubahan warna
dari merah ungu ke hijau pucat.
Biru timol: Digunakan secara luas sebagai indikator untuk titrasi zat bertindak sebagai
asam dalam larutan dimetil formamida. Sebuah solusi b / v 0,2% dalam metanol
memberikan perubahan warna yang tajam dari kuning ke biru pada titik akhir.
Tetapan Dielektrik
Suatu asam-basa dalam pelarut SH akan mengalami kesetimbangan sebagai berikut;
HB + SH –> H2S+.B-
Dalam pelarut yang memiliki konstanta dielektrik yang tinggi pasangan ion tersebut akan
terdisosiasi sempurna membentuk ion bebas.
H2S+.B- –> H2S+ + B-
Sehingga reaksi keseluruhan yang terjadi adalah:
HB + SH –> H2S+ + B-
Disimpulkan bahwa keasaman dan kebasaan suatu senyawa bergantung pada tetapan
ionisasi (Ki) dan tetapan disosiasi (Kd) dari pelarutyang digunakan. untuk senyawa asam kuat
dapat diasumsikan bahwa Ki >>> 1 maka Ka= Kd dan Kb=Kd. Sedangkan untuk asam atau basa
lemah diasumsikan bahwa Ki<<HNO3>HOAc dan menyetarakan keasaman asam mineral
HClO4, H2SO4 , HCl dan HNO3. Dari kedua contoh di atas dapat disimpulkan bahwa asam dan
basa dalam pelarut amfiprotik kesempurnaan reaksinya bergantung pada kerakter keasaman dan
kebasaan pelarut, tetapan dielektrik pelarut, keasaman dan kebasaan senyawa, tetapan
autoprotolisis pelarut.
Pelarut
Pelarut yang digunakan dalam asidimetri bebas air ini dapat bersifat netral atau bersifat
asam. Pemilihan pelarut ditentukan oleh karakteristik dari senyawa yang akan ditentukan
kadarnya.
Pelarut-pelarut netral seperti alcohol, kloroform, benzene,dan dioksan atau asetil asetat
merupakan pelarut aprotik dan amfiprotik. Sedangkan pelrut yang bersifat asam seperti asam
asetat glacial, asam asetat anhidrat digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat basa.
Indikator
Untuk titrasi basa lemah dan garam-garamnya:
1. Kristal violet
2. Metilrosanilin klorida
3. Merah kuinaldin
4. Alfa – naftol benzein
5. Hijau malakit
Untuk senyawa basa yang relative lebih kuat:
1. Metal merah
2. Metal orange
3. Timol blue
Larutan baku
Titran yang paling sering digunakan adalah asam perklorat, dalam pelarut asam asetat glacial
atau pelarut yang relative netral seperti dioksan. Titran ini berfungsi sebagai larutan baku. Asam
perklorat merupakan asam terkuat yang sudah umum yang bereaksi sempurna dengan basa-basa
lemah.
Mekanisme Kerja
Coffein
1) Disiapkan alat dan bahan.
2) Ditimbang 52 mg coffein.
3) Dimasukkan dalam Erlenmeyer.
4) Ditambah 2 tetes indikator Kristal violet.
5) Titrasi dengan HClO3 ad larutan warna hijau zamrud.
Mekanisme Reaksi
H+ + ClO4
CH3
O
N N
CH3 – N + CH3 – C C-CH3 CH3
N
Coffein
O
CH3 CH3
Coffein
Perhitungan
Data
Mg sampel
260
260
260
mg = 249,79
= =
mg = 256,93
=
=
=
% kadar rata-rata =
Menurut FI III
Koffeina mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C 8H10N4O2
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Jadi kadar kaffeina masuk rentang kadar sesuai literatur, dengan kadar kaffeina 99,73 %
1. Kelarutan dari senyawa- senyawa yang akan dianalisis dalam pelarut
2. Kekuatan relatif kebasaan dari pelarut
3. Ketajaman titik akhir
4. Ketidak reaktifan pelarut
Indikator
Pengamatan titik akhir dapat menggunakan potensiometer atau secara visual. Penggunaan
potensiometer merupakan pemilihan utama untuk menentukan titik akhir titrasi bebas air.
Pemilihan indikator secara visual berdasarkan pengalaman empiric dan dilakukan secara trial and
error. Pengalaman menunjukkan bahwa azo violet merupakan indikator pilihan untuk titrasi
asam-asam yang keasamannya lemah atau medium dalam pelarut butil amin; timol blue
merupakan indikator pilihan untuk titrasi asam-asam yang keasamannya lemah atau medium
dalam pelarut dimetil formamid.
Dalam titrasi dengan logam alkoholat, azo violet akan berubah warna sebelum timol blue.
Warna biru cerah merupakan warna titik akhir titrasi untuk indikator azo violet dan timol blue.