Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Fisika: Seri Konferensi

KERTAS • AKSES TERBUKA Konten terkait


- Karakterisasi Endapan Mineral
Analisis kandungan mineral endapan pasir besi di Kabupaten Patimpeng Bone
Sulawesi Selatan Melalui Petrografi
Desa Bontokanang dan Pantai Tanjung Bayang, IE Putri, ND Alwi dan Subaer

Sulawesi Selatan, Indonesia


- Modal sosial pada peternakan unggas di
Sulawesi Selatan, Indonesia
V Sri Lestari, Natsir, IW Patrick dkk.

Mengutip artikel ini: VA Tiwow dkk 2018 J. Fisik.: Konf. Ser.997 012010 - Evaluasi suhu dan kelembaban relatif
pada dua tipe zero energy cool chamber
(ZECC) di Sulawesi Selatan, Indonesia

Andi Dirpan, Muhammad Tahir Sapsal,


Abdul Kadir Muhammad dkk.
Lihat artikel online untuk pembaruan dan penyempurnaan.

Kutipan terbaru
- Penentuan kadar besi dalam pasir besi
dari muara Lampanah-Lengah
menggunakan berbagai metode analisis
M Adlim dkk

Konten ini diunduh dari alamat IP 36.69.10.24 pada 31/07/2021 pukul 03:20
Seminar Nasional Fisika (SNF) 2017 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Jurnal Fisika: Conf. Ser1Saya2e3S4959677(829001'8')“0”12010 doi:10.1088/1742-6596/997/1/012010

Analisis kandungan mineral endapan pasir besi di Desa


Bontokanang dan Pantai Tanjung Bayang, Sulawesi
Selatan, Indonesia

VA Tiwow1, M Arsyad1, P Palloan1 dan MJ Rampe2


1Jurusan Fisika, Universitas Negeri Makassar, Kampus UNM Parangtambung,
Makassar 90224, Indonesia
2 Jurusan Kimia, Universitas Negeri Manado, Kampus UNIMA, Tondano
95618, Indonesia

Email: vistatiwow@unm.ac.id

Abstrak. Pasir besi yang terdapat di wilayah pesisir di Sulawesi Selatan belum dimanfaatkan
secara optimal. Pada penelitian ini dilakukan analisis kandungan mineral endapan pasir besi,
ekstraksi, dan karakterisasi. Pasir besi diperoleh dari Desa Bontokanang Kecamatan Takalar
dan Pantai Tanjung Bayang Makassar. Analisis komposisi kimia pada sampel dilakukan dengan
Tescan Vega3SB Scanning Electron Microscopy (SEM) ditambah dengan Bruker Quantax System
Energy Dispersive Spectroscopy (EDS). Analisis kadar kristal dan komposisi mineral dilakukan
pada sampel dengan menggunakan Rigaku MiniFlex II X-Ray Diffraction (XRD). Analisis SEM-EDS
menunjukkan bahwa pasir besi di Desa Bontokanang dan Pantai Tanjung Bayang didominasi
oleh oksida besi (FeO) dengan konsentrasi 66,70 wt.% dan 79,56 wt.%. Hasil analisis XRD
menunjukkan bahwa pasir besi Desa Bontokanang mengandung magnetit, krom (VI) oksida,
dan aluminium oksida dengan konsentrasi 59 wt.%, 30 wt.%, dan 11 wt.%. Sedangkan pasir besi
Pantai Tanjung Bayang mengandung mineral besi silikon oksida dan magnetit dengan
konsentrasi 77 wt.% dan 23 wt.%. Endapan pasir besi dari Desa Bontokanang dan Pantai
Tanjung Bayang mengandung mineral magnetit yang dapat dieksplorasi lebih lanjut dan
diekstraksi sebagai mineral komersial.

1. Perkenalan
Besi merupakan unsur yang secara alami berasosiasi dengan unsur lain seperti nikel, kobalt, mangan, kromium,
molibdenum, dan titanium [1]. Besi dapat ditemukan di alam baik dalam bentuk bijih besi [2-4] atau pasir besi [5].
Pasir besi merupakan sumber daya yang melimpah di Indonesia dan dapat ditemukan di pantai, sungai dan
gunung berapi.
Potensi besi di Sulawesi Selatan cukup besar. Potensi bijih besi dapat ditemukan di Kecamatan
Bontocani. Mineral penyusunnya seperti pirit, hematit, magnetit, dan juga ditemukan dalam jumlah
kecil mineral molibdenum [6,7]. Sedangkan potensi pasir besi di Sulawesi Selatan terletak di Sungai
Jeneberang, pesisir Desa Bontokanang, Pantai Tanjung Bayang, pesisir Kabupaten Jeneponto dan
lainnya yang belum dimanfaatkan secara optimal.

Konten dari karya ini dapat digunakan di bawah ketentuanLisensi Creative Commons Attribution 3.0. Distribusi lebih lanjut dari
karya ini harus mempertahankan atribusi kepada penulis dan judul karya, kutipan jurnal dan DOI.
Diterbitkan di bawah lisensi oleh IOP Publishing Ltd 1
Seminar Nasional Fisika (SNF) 2017 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Jurnal Fisika: Conf. Ser1Saya2e3S4959677(829001'8')“0”12010 doi:10.1088/1742-6596/997/1/012010

(Sebuah) (B)

Gambar 1. Endapan pasir besi di (a) Desa Bontokanang Kecamatan Takalar dan (b) Tanjung Bayang
Pantai Makassar.

Pasir besi mengandung mineral magnetik seperti magnetit (Fe3HAI4), hematit (α-Fe2HAI3), maghemite (γ-
Fe2HAI3), ilmenit (FeTiO3), dan titanomagnetit [8-10]. Namun, pasir besi tidak diperoleh dalam bentuk
murni di alam. Ada beberapa pengotor seperti Si, Ca, Mg, Al, dll. Mineral magnetik dapat berupa
diekstraksi atau dimurnikan menggunakan pemisahan magnetik serta pemisahan kimia [11,12]. Mineral
magnetik dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk produksi toner [13], pigmen [14], magnet
permanen, dan industri logam lainnya.
Telah dilakukan penelitian kandungan mineral pasir besi dengan metode X-Ray Fluorescence (XRF) dan X-Ray
Diffraction (XRD) pada pasir besi asal Tapunggaya, Sulawesi Tenggara yang didominasi oleh Fe2HAI3
dan diikuti oleh TiO2, MgO, SiO2 [15]. Analisis kandungan mineral pasir besi dengan metode XRD di Jawa
Tengah dari delapan lokasi yaitu Srandil, Munggangharjo, Congot, Bayuran, Bandungharjo, Benteng
Portugis, Pundenrejo, dan Gunung Wungkal memperoleh magnetit dan dalam komposisi kecil hematit dan
ilmenit [16]. Penelitian serupa juga dilakukan di kawasan pesisir Pantai Syiah Kuala, Banda Aceh. Pasir besi
diekstraksi secara manual dengan batang magnet dan dikarakterisasi dengan metode XRD dan XRF. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa fasa magnetik dominan dan fasa minor termasuk TiO .2 dan SiO2 [17].
Dalam makalah ini akan dilaporkan analisis kandungan mineral endapan pasir besi di Desa
Bontakanang Kabupaten Takalar dan Pantai Tanjung Bayang Makassar Sulawesi Selatan. Metode
Scanning Electron Microscopy (SEM) ditambah dengan metode Energy Dispersive Spectroscopy (EDS)
digunakan untuk analisis komposisi kimia dan metode XRD untuk analisis kadar kristal dan komposisi
mineral.

2. Percobaan

2.1. Bahan:
Pasir besi diperoleh di wilayah pesisir Sulawesi Selatan, Indonesia yaitu di Desa Bontokanang Kecamatan
Takalar dan Pantai Tanjung Bayang Makassar, pada kedalaman 5 cm dari permukaan endapan pasir besi
secara representatif.
Beberapa teks.

2.2. Persiapan sampel


Pasir besi dibersihkan dari kotoran dan dicuci dengan aquadest. Kemudian dikeringkan pada suhu kamar. Selanjutnya sampel
ditimbang sebanyak 5 g, diekstraksi secara manual menggunakan batang magnet [18-21] sebanyak 40 kali, dan digerus
menggunakan mortar selama 6 jam.

2.3. Karakterisasi menggunakan metode Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive Spectroscopy


(SEMEDS)

2
Seminar Nasional Fisika (SNF) 2017 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Jurnal Fisika: Conf. Ser1Saya2e3S4959677(829001'8')“0”12010 doi:10.1088/1742-6596/997/1/012010

Sampel pasir besi dikarakterisasi menggunakan Tescan Vega3SB SEM untuk mengetahui morfologi
permukaan material dan distribusi partikel. Mikroskop ini bekerja pada tegangan 20 kV menggunakan
detektor Back Scattered Electron (BSE). Detektor ini sensitif terhadap perbedaan komposisi kimia pada
permukaan sampel. Pengujian elemen dengan EDS dilakukan pada sampel dengan Bruker Quantax
System, dimana EDS Detector dilengkapi dengan software Esprit 1.9 [22].

2.4. Karakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction (XRD)


Sampel pasir besi dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) tipe Rigaku MiniFlex II. Pengukuran
XRD dilakukan dengan metode serbuk [22]. Mesin XRD ini bekerja pada kondisi pengukuran tegangan 30
kV, arus 15 mA, lebar scan 0,02Hai, kecepatan pemindaian/waktu durasi 4Hai/min., dan rentang pemindaian
10Hai-70Hai. Analisis kualitatif dilakukan dengan teknik search and match menggunakan software PDXL2
ditambah dengan kartu ICDD (International Center for Diffraction Data) ver. 2011. Analisis kuantitatif
persen berat (wt.%) fasa kristal diuji dengan metode RIR (Reference Intensity Ratio) [6]. Selanjutnya hasil
pengukuran XRD dibandingkan dengan hasil pengukuran unsur menggunakan EDS.

3. Hasil dan Pembahasan


Pasir besi di Desa Bontokanang, Kecamatan Takalar dan Pantai Tanjung Bayang Makassar diperoleh secara
representatif, disiapkan sampelnya dan dikarakterisasi menggunakan SEM-EDS dan XRD. Gambar 1
menunjukkan bahwa citra SEM sampel pasir besi dari Desa Bontokanang dan Pantai Tanjung Bayang
dikarakterisasi menggunakan SEM Tescan tipe Vega3SB dengan perbesaran 1000x dari ukuran aslinya. Gambar 1
menunjukkan bahwa permukaan sampel pasir besi dari Desa Bontokanang dan Pantai Tanjung Bayang berwarna
abu-abu dengan kadar yang berbeda yang disebabkan oleh perbedaan komposisi unsur penyusunnya.
Sedangkan sebaran butiran pasir yang ukurannya tidak seragam disebabkan oleh teknik penghancuran.

(Sebuah) (B)

Gambar 2. Citra SEM untuk sampel pasir besi dari (a) Desa Bontokanang Kecamatan Takalar dan (b)
Pantai Tanjung Bayang Makassar dengan perbesaran 1000x.

Analisis komposisi kimia yang diperoleh dari analisis EDS sampel pasir besi dari Desa Bontokanang
Kecamatan Takalar dan Pantai Tanjung Bayang Makassar ditunjukkan pada Tabel 1. Berdasarkan analisis
EDS, endapan pasir besi dari Desa Bontokanang didominasi oleh oksida besi (FeO) dengan konsentrasi
66,70 wt.%, serta pasir besi dari Pantai Tanjung Bayang didominasi oleh oksida besi (FeO) dengan
konsentrasi 79,56 wt.%. Senyawa lain dengan komposisi minor adalah titanium

3
Seminar Nasional Fisika (SNF) 2017 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Jurnal Fisika: Conf. Ser1Saya2e3S4959677(829001'8')“0”12010 doi:10.1088/1742-6596/997/1/012010

(TiO2), silikon (SiO2), aluminium (Al2HAI3), magnesium (MgO), natrium (Na2O), kalsium (CaO),
fosfor (P2HAI5), dan kalium (K2HAI).

Tabel 1. ckomposisi hemis dari sampel pasir besi


dihasilkan dari dua tempat berbeda di atas.

Persentase massa (berat%)

Bontokanang Tanjung
Oksida Desa Pantai Bayang
Natrium (Na2HAI) 1.61 0,75
Magnesium (MgO) 3.60 0,92
Aluminium (Al2HAI3) 5.27 3.80
Silikon (SiO2) 6.01 5.68
Fosfor (P2HAI5) 0,85 -
Kalium (K2O) 0.19 0,08
Kalsium (CaO) 1.36 0,67
Titanium (TiO2) 14.42 8.53
Besi (FeO) 66.70 79,56

Kandungan besi yang cukup besar disebabkan oleh tahap ekstraksi menggunakan batang magnet.
Unsur besi ditarik oleh batang magnet sehingga pasir besi tampak hitam [23–25]. Hal ini menunjukkan
bahwa pasir besi memiliki sifat kemagnetan [26] yaitu feromagnetik yang dapat ditarik kuat oleh magnet.
Unsur-unsur komposisi minor diperoleh karena ia juga tertarik pada besi ketika diekstraksi. Pertunjukan ini
TiO itu2, Al2HAI3, MgO, Na2OKE2O memiliki sifat paramagnetik. Sedangkan SiO2, CaO, P2HAI5 memiliki sifat
diamagnetik. Tabel 1 juga menunjukkan bahwa unsur-unsur tersebut berasal dari pelapukan batuan
di Gunungapi Lompobattang yang sudah tidak aktif lagi dan terbawa arus sungai membentuk
endapan aluvial di wilayah Sungai Jeneberang. Di bagian hilir Sungai Jeneberang, endapan aluvial
terbawa arus laut dan pengendapan terjadi di pesisir selatan Kabupaten Bantaeng hingga pesisir
barat Makassar.
Hasil analisis XRD menggunakan alat XRD tipe Rigaku MiniFlex II yang beroperasi pada tegangan 30 kV
dan arus 15 mA. Pengukuran dilakukan pada rentang sudut difraksi (2θ) sebesar 10Hai-70Hai. Gambar 2
menunjukkan pola difraksi sampel pasir besi dari Desa Bontokanang. Pada sampel ditemukan tiga mineral
dengan komposisi yang berbeda yaitu magnetit (Fe3HAI4), kromium (VI) oksida (Cr2HAI3) dan aluminium
oksida (Al2HAI3). Gambar 3 menunjukkan bahwa besi silikon oksida (Fe5.36Si0,64HAI8) dan magnetit (Fe3HAI4)
ditemukan pada sampel pasir besi dari Pantai Tanjung Bayang Makassar. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa di kedua lokasi penelitian diperoleh mineral magnetit.
Komposisi mineral sampel pasir besi berdasarkan analisis XRD dengan metode RIR ditunjukkan pada tabel 2.
Komposisi mineral magnetit pada sampel pasir besi dari Pantai Tanjung Bayang kecil. Hal ini disebabkan lebih
banyak unsur besi yang membentuk oksida besi silikon dibandingkan magnetit. Hasil ini sesuai dengan hasil SEM-
EDS didapatkan bahwa unsur utama dalam sampel adalah besi. Selain itu, tidak ada mineral yang diperoleh di
mana unsur-unsur penyusunnya adalah titanium. Hal ini ditunjukkan dengan penghancuran
langkah yang dilakukan selama 6 jam menyebabkan mineral menjadi hancur. Mineral magnetit (Fe3HAI4) ditemukan di kedua lokasi
penelitian yang dapat dieksplorasi lebih lanjut dan diekstraksi untuk mendapatkan magnetit dengan kemurnian tinggi, oleh karena itu
dapat digunakan sebagai mineral komersial.

4
Seminar Nasional Fisika (SNF) 2017 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Jurnal Fisika: Conf. Ser1Saya2e3S4959677(829001'8')“0”12010 doi:10.1088/1742-6596/997/1/012010

8.0e+003

6.0e+003

4.0e+003

(3 1 1)
Intensitas (cps)

2.0e+003

1 1 0 ))

012 11
121))))
1

(1 0 0)
10
((1

((((1
0,0e+000
10 20 30 40 50 60 70
100 Magnetit, Fe3 O4

(3 1 1)
50
0
100 Aluminium Oksida, Al2 O3
(1 0 0)
50
((101211))

0
100 Kromium(VI) oksida, Cr O3
(1 1 0)

50

0
10 20 30 40 50 60 70

2-theta (derajat)

Gambar 3. Pola difraksi dari pasir besi dari Desa Bontokanang, Kecamatan Takalar.

5.0e+003

4.0e+003

3.0e+003
(3 1 1)
Intensitas (cps)

2.0e+003

1.0e+003
2 1 1 ))

0 0 4 ))

2 3 4 ))
1
1 03331))))
11
((2

((0

((2
((((1

0,0e+000
10 20 30 40 50 60 70
100 Magnetit, Fe3 O4
(3 1 1)

50

0
100
(2 3 4)

Besi Silikon Oksida, Fe5.36 Si0.64 O8


(0 0 4)
(2 1 1)
(1 3 1)
(1 0 3)

50

0
10 20 30 40 50 60 70

2-theta (derajat)

Gambar 4. Pola difraksi pasir besi dari Pantai Tanjung Bayang Makassar.

5
Seminar Nasional Fisika (SNF) 2017 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Jurnal Fisika: Conf. Ser1Saya2e3S4959677(829001'8')“0”12010 doi:10.1088/1742-6596/997/1/012010

Meja 2. Komposisi mineral sampel pasir besi dari Desa


Bontokanang dan Pantai Tanjung Bayang berdasarkan
pada analisis XRD.

Persentase massa (berat%)

Bonto Kanang Tanjung


Mineral Desa Pantai Bayang
Magnetit (Fe3HAI4) 59 23
Besi silikon oksida - 77
(Fe5.36Si0,64HAI8)
Aluminium oksida 30 -
(Al2HAI3)

Kromium (IV) oksida 11 -


(Cr2HAI3)

4. Kesimpulan
Hasil analisis kandungan mineral endapan pasir besi di Desa Bontokanang Kecamatan Takalar dan Pantai
Tanjung Bayang Makassar menunjukkan bahwa oksida besi (FeO) merupakan unsur utama dengan
konsentrasi masing-masing 66,70 wt.% dan 79,56 wt.%. Magnetit 59 wt.%, Chromium (IV) oxide 30 wt.%,
dan aluminium oxide 11 wt.% diperoleh pada sampel pasir besi Desa Bontokanang, sedangkan iron silicon
oxide 77 wt.% dan magnetit 23 wt.% diperoleh dalam sampel pasir besi dari Pantai Tanjung Bayang. Dari
kedua lokasi tersebut ditemukan mineral magnetit yang berpotensi sebagai bahan baku industri. Oleh
karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memurnikannya.

Ucapan Terima Kasih


Kami mengucapkan terima kasih kepada Muhammad Rizal Fahlepy yang telah membantu dalam pembuatan
sampel pasir besi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada operator Laboratorium Mikrostruktur Jurusan
Fisika Universitas Negeri Makassar, Nurfadillah, S.Si., Syamsidar, S.Si., dan Kharisma Noer Afifah,
S.Si. dalam membantu analisis data.

Referensi

[1] Kramadibrata S 2013 Planet Bumi Procedia. Sci.6 6–7


[2] Muwanguzi AJB, Karasev AV, Byaruhanga JK dan Jonsson PG 2012 Materi ISRN. Sci.2012
1–9
[3] Rudmin M, Reva I, Gunko A, Mazurov A dan Abramova R 2015 Konferensi IOP Ser. Lingkungan Bumi.
Sci. 27 12026
[4] Kiptarus JJ, Muumbo AM, Makokha AB dan Kimutai SK 2015 Int. J.Min. Ind. Buruh tambang.
Proses. 4 8–17
[5] Vasudevan G 2016 Prok. 3rd Int. Kon. Sipil, Biol. Mengepung. Ind.10–13 Subaer, Nurhayati,
[6] Nurhasmi dan Nurfadillah 2014 Indonesia. J. Aplikasi fisik.4 134–141 Haris A, Amin BD, Yusuf
[7] AM dan Nurhasmi 2014 J.Sains dan Pendidik. Fis.10 263–268 Findorak R, Froehlichova M dan
[8] Legemza J 2014 Metalurgija 53 9–12 Nugraha PA, Sari SP, Hidayati WN, Dewi CR dan Kusuma
[9] DY 2016 Prok. Konferensi 2016
tentang Ilmu Dasar dan Terapan untuk Teknologi Maju (Yogyakarta) 1746 (New York:
AIP Conf. Proc.) p 20028
[10] Bassez MP 2017 Planet Bumi Procedia. Sci.17 492–5
[11] Sunaryono, Taufiq A, Mashuri, Pratapa S, Zainuri M, Triwikantoro and Darminto 2015 ibu.

6
Seminar Nasional Fisika (SNF) 2017 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Jurnal Fisika: Conf. Ser1Saya2e3S4959677(829001'8')“0”12010 doi:10.1088/1742-6596/997/1/012010

Sci. Forum827 229–34


[12] Setiadi EA, Sebayang P, Ginting M, Sari AY, Kurniawan C, Saragih CS dan Simamora P 2016 J.
Fisik. Kon. Ser.776 12020
[13] Ataeefard M, Ghasemi E dan Ebadi M 2014 Sci. Dunia J2014 706367
[14] Mufti N, Atma T, Fuad A dan Sutadji E 2014 Prok. 3rd Int. Kon. tentang Fisika Teoritis dan
Terapan (Malang)1617 (New York: AIP Conf. Proc.) hal 165–169
[15] Nurdin M, Watoni AH dan Abdillah N 2016 Int. J. ChemTech Res.9 483–91
[16] Yulianto A, Bijaksana S, Loeksmanto W, Sekaran JR dan Pati G 2003 Indonesia. J. Fisik.14 1-4
[17] Jalil Z, Rahwanto A, Mustanir, Akhyar dan Handoko E 2017 Prok. 2dan Int. Sim. Perkembangan
Matematika dan Sains (Depok) Saat Ini1862 (New York: AIP Conf. Proc.) 30023-1
030023–4
[18] McCubbin D, Leonard KS, Young AK, Maher BA dan Bennett S 2004 J.Lingkungan. Radioak.
77 111-131
[19] Yulianto A, Sulhadi, Azis ALI dan Dayati E 2013 Malaysia J. Fundam. aplikasi9 211–215
[20] Rahmawati R, Melati A, Taufiq A, Sunaryono, Diantoro M, Yuliarto B, Suyatman S, Nugraha N dan
Kurniadi D 2017 Konferensi IOP Ser. ibu. Sci. Ind.202 12013
[21] Rahmawati R, Permana MG, Harison B, Nugraha, Yuliarto B, Suyatman dan Kurniadi D 2017
Procedia Eng. 170 55–59
[22] Subaer 2015 Pengantar Fisika Geopolimer (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi)
[23] Ige A dan Rehren T 2003 Saya adalah s 23 15-20
[24] Fouda MFR, Amin RS, Saleh HI, Labib AA dan Mousa HA 2010 Australia J. Aplikasi Dasar. Sci.4
4540–4553
[25] Chaussard E dan Kerosky S 2016 Penginderaan Jauh 8 100
[26] Sehah dan Raharjo SA 2017 J. Peneli. Fis. ap.7 79–88.

Anda mungkin juga menyukai