Anda di halaman 1dari 22

ASKARIASIS

dr Nugroho Eko W B,MSi

Kepaniteraan Klinik Farmasi


Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
2020
• Tingkat Kemampuan : 4A
Masalah Kesehatan
• Askariasis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infestasi
parasite Ascaris lumbricoides
• Di Indonesia prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak.
Frekuensinya antara 60-90%. Diperkirakan lebih dari 1 milyar orang di
dunia terinfeksi Ascaris lumbricoides.
Keluhan
• Nafsu makan menurun, perut membuncit, lemah, pucat, berat badan
menurun, mual, muntah.
Gejala Klinis
• Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh cacing
dewasa dan migrasi larva.
• Gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat larva berada di
paru. Pada orang yang rentan, terjadi perdarahan kecil pada dinding
alveolus dan timbul gangguan pada paru yang disertai dengan batuk,
demam, dan eosinofilia. Pada foto thoraks tampak infiltrat yang
menghilang dalam waktu 3 minggu. Keadaan ini disebut sindroma
Loeffler.
• Gangguan yang disebabkan cacing dewasa biasanya ringan, dan
sangat tergantung dari banyaknya cacing yang menginfeksi di usus.
Kadang-kadang penderita mengalami gejala gangguan usus ringan
seperti mual, nafsu makan berkurang, diare, atau konstipasi.
• Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorpsi
sehingga memperberat keadaan malnutrisi.
• Gejala klinis yang paling menonjol adalah rasa tidak enak di perut,
kolik akut pada daerah epigastrium, gangguan selera makan, mencret.
Ini biasanya terjadi pada saat proses peradangan pada dinding usus.
Pada anak kejadian ini bisa diikuti demam.
• Komplikasi yang ditakuti (berbahaya) adalah bila cacing dewasa
menjalar ketempat lain (migrasi) dan menimbulkan gejala akut. Pada
keadaan infeksi yang berat, paling ditakuti bila terjadi muntah cacing,
yang akan dapat menimbulkan komplikasi penyumbatan saluran nafas
oleh cacing dewasa.
• Pada keadaan lain dapat terjadi ileus oleh karena sumbatan pada usus oleh
massa cacing, ataupun apendisitis sebagai akibat masuknya cacing ke
dalam lumen apendiks. Bisa dijumpai penyumbatan ampulla Vateri
ataupun saluran empedu dan terkadang masuk ke jaringan hati.
• Gejala lain adalah sewaktu masa inkubasi dan pada saat cacing menjadi
dewasa di dalam usus halus, yang mana hasil metabolisme cacing dapat
menimbulkan fenomena sensitisasi seperti urtikaria, asma bronkhial,
konjungtivitis akut, fotofobia dan terkadang hematuria.
• Eosinofilia 10% atau lebih sering pada infeksi dengan Ascaris lumbricoides,
tetapi hal ini tidak menggambarkan beratnya penyakit, tetapi lebih banyak
menggambarkan proses sensitisasi dan eosinofilia ini tidak patognomonis
untuk infeksi Ascaris lumbricoides.
Faktor Risiko
• Kebiasaan tidak mencuci tangan.
• Kurangnya penggunaan jamban.
• Kebiasaan menggunakan tinja sebagai pupuk.
• Kebiasaan tidak menutup makanan sehingga dihinggapi lalat yang
membawa telur cacing
Pemeriksaan tanda vital
• Pemeriksaan generalis tubuh: konjungtiva anemis, terdapat tanda-tanda
malnutrisi, nyeri abdomen jika terjadi obstruksi.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan penunjang untuk penyakit ini adalah dengan melakukan
pemeriksaan tinja secara langsung. Adanya telur dalam tinja memastikan
diagnosis Askariasis.
Diagnosis Klinis
• Penegakan diagnosis dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan ditemukannya larva atau cacing dalam tinja.
Diagnosis Banding:
• Jenis kecacingan lainnya
Komplikasi: anemia defisiensi besi
Prognosis
• Pada umumnya prognosis adalah bonam, karena jarang menimbulkan
kondisi yang berat secara klinis.
Penatalaksanaan
1.Memberi pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya kebersihan diri
dan lingkungan, antara lain:
• Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
• Menutup makanan
• Masing-masing keluarga memiliki jamban keluarga
• Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk
• Kondisi rumah dan lingkungan dijaga agar tetap bersih dan tidak lembab.
2. Farmakologis
• Pirantel pamoat 10 mg/kg BB/hari, dosis tunggal, atau
• Mebendazol, dosis 100 mg, dua kali sehari, diberikan selama tiga hari berturut-turut,
atau
• Albendazol, pada anak di atas 2 tahun dapat diberikan 2 tablet (400 mg) atau 20ml
suspensi, dosis tunggal. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil
Pengobatan dapat dilakukan secara perorangan atau secara masal pada
masyarakat. Syarat untuk pengobatan massal antara lain:
• Obat mudah diterima dimasyarakat
• Aturan pemakaian sederhana
• Mempunyai efek samping yang minimal
• Bersifat polivalen, sehingga dapat berkhasiat terhadap beberapa jenis
cacing
• Harga mudah dijangkau
Konseling dan Edukasi
• Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya
menjaga kebersihan diri dan lingkungan, yaitu antara lain:
• Masing-masing keluarga memiliki jamban keluarga. Sehingga kotoran
manusia tidak menimbulkan pencemaran pada tanah disekitar lingkungan
tempat tinggal kita.
• Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk.
• Menghindari kontak dengan tanah yang tercemar oleh tinja manusia.
• Menggunakan sarung tangan jika ingin mengelola limbah/sampah.
• Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan aktifitas dengan
menggunakan sabun dan air mengalir.
• Kondisi rumah dan lingkungan dijaga agar tetap bersih dan tidak lembab
Mebendazole
Farmakokinetik :
• Mekanisme kerja : menghambat sintesa mikrotubulus dan
ambilan glukosa
• < 10% diabsorpsi, cepat dimetabolisme
• Efek Samping : iritasi GIT, embriotoksik, hati-hati pada pasien
sirosis
• Indikasi : untuk enterobiasis, trichuriasis, A.duodenale
•Pilihan utama untuk ascariasis
• Sediaan : tablet 100 mg dan sirup 20 mg/mL.
Piperazine
•Farmakokinetik : penyerapan melalui saluran cerna, kadar
puncak plasma di capai 2-4 jam, ekskresi melalui urin
• Efek Samping : iritasi GIT, tidak boleh untuk pasien epilepsi
• Sediaan : sirup 1 g/ml. Dosis dewasa : 5 g sekali sehari
• Efek antielmentik : Agonis reseptor GABA menyebabkan
paralisa cacing dan dikeluarkan oleh peristaltik usus
Pyrantel pamoate
• Farmakodinamik : Stimulasi reseptor nikotinik menyebabkan
kontraksi otot diikuti paralysis karena depolarisasi
• Farmakokinetik : Absorpsi sedikit melalui usus. Ekskresi
sebagian besar melalui tinja
• Efek Samping : ringan dan sementara, tidak boleh digunakan
bersamaan piperazin
• Indikasi : askariasis, ankilostomiasis dan enterobiasis
• Sediaan : sirup 50 mg/mL. Tablet 125 dan 250 mg
Thiabendazole
• Merupakan kongener structural mebendazole
• Obat pilihan utama untuk larva migrans dan strongyloidiasis
• Cepat diabsorpsi, dimetabolisme oleh enzim liver
• Mempunyai efek antiinflamasi dan imunorestorative pada
host
• Efek Samping : gangguan GIT, sakit kepala, drowsiness,
lekopenia, hematuria, kolestasis intrahepatik (reaksi alergi)
• Reaksi karena parasit yang sekarat : demam, menggigil,
limfadenopati, skin rash
Albendazole

• Farmakodinamik : Memblok pengambilan glukosa pada larva dan


parasit dewasa mengakibatkan penurunan pembentukan ATP dan
imobilisasi parasit, menghambat pemasangan mikrotubulus
• Farmakokinetik : diserap tidak teratur oleh usus, cepat di
metabolisme, ekskresi dalam urin. Kadar puncak di capai dalam 3 jam
• Efek Samping : lekopenia reversible, alopesia, perubahan enzim liver
(jangka panjang); depresi sumsum tulang
• Indikasi : infeksi cacing kremi dosis 400 mg dosis tunggal
Albendazol tab 400 mg
Mebendazol tab 100 mg
tab 500 mg
sir 100 mg/5 mL
Pirantel pamoat tab 250 mg
susp 125 mg/5 mL
Prazikuantel (Schistosoma) tab 600 mg
Dietilkarbamazin (Filaria) tab 100 mg
• Seorang anak laki-laki usia 6 tahun,diantar ibunya datang ke
PUSKESMAS, dengan keluhan demam, disertai batuk darah sejak 1
minggu lalu dan keluar cacing berbentuk bulat, disertai sesak, dan
gatal-gatal. Riwayat pengobatan: belum pernah sakit seperti dan tidak
ada Riwayat allergi sebelumnya.Riwayat sosial: membantu orang tua
berkebun. Pada pemeriksaan, T axilla 37,5oC, Somnolen; Paru: tampak
ronki pada kedua paru, disertai whizzing ekspiratoar, Abdomen: perut
membesar, Bising usus normal. Pemeriksaan penunjang : Pada
pemeriksaan tinja didapatkan telur cacing :
Apakah diagnosis yang paling mungkin ?
• Ancylostoma duodenale
• Necator americanus
• Ascaris Lumbricoides
• Strongyloides stercoralis
• Filariasis
• Tersedia obat-obat dibawah ini
a. Albendazol
b. Pirantel pamoat
c. Mebendazole
d. Prazikuantel
e. DEC
A. Tuliskan dalam resep (BSO JADI Lama terapi 5 hari)
B. Hitung :
1. Dosis obat/kali
2. Dosis obat/hari
3. Dosis obat/terapi
• Tersedia obat-obat dibawah ini
a. Pirantel pamoat
b. Mebendazole
A. Tuliskan dalam resep (Sediaan Suspensi,anak 6 tahun BB 20 kg,Lama
terapi 5 hari)
B. Hitung :
1. Dosis obat/kali
2. Dosis obat/hari
3. Dosis obat/terapi
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai