Anda di halaman 1dari 8

1

MAKALAH

ARTI PENTINGNYA PANCASILA

DISUSUN OLEH 4:

-Chintya Monika Silalahi (4203351026)


-Mufliha Hanna Zein (4203351035)
-Tri Bunga Simamora (4203351029)
-Tresia Febriani Br Malau (4203351003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayat-Nya kepada kita semua sehingga dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Arti Pentingnya Pancasila”

Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.Kami sadar bahwa terdapat banyak
kekurangan dalam makalah ini,baik dari segi penyusunan maupun kelengkapan
dan ketepatan isi makalah.Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
2

berbagai pihak agar selanjutnya dapat ditingkatkan dan disempurnakan.

Demikian makalah ini disusun agar dapat bermanfaat,diterima dan digunakan


sebagai acuan untuk makalah selanjutnya.

Medan,Agustus 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................iii
Bab 1 Pendahuluan
1.1.Latar Belakang.................................................................1
1.2.Tujuan..............................................................................2
1.3.Manfaat............................................................................3
1.4.Rumusan masalah............................................................4
Bab 11 Pembahasan
3

2.1.pengertian pancasila.............1
2.2.Pengertian nilai pancasila...................2
2.3.Latar belakang kewarganegaraan.................3
2..4.Pengertian kewarganegaraan..................4
2.5.Aplikasi nilai-nilai pancasila dalam kewarganegaraan..............5
Bab lll Penutup
3.1.Kesimpulan..........1

BAB 1
PENDAHULUAN
4

Latar Belakang

Bagi negara Indonesia yang mempunyai penduduk dengan pluralitas tinggi, Pancasila dibutuhkan
sebagai dasar negara yang berfungsi sebagai daya ikat serta dasar pemersatu bangsa dan
negara. Pancasila jelas merupakan seperangkat nilai.

Nilai tersebut dapat ditemukan pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa:
“suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ”.

Kewarganegaraan adalah keanggotaan secara pasif dan aktif dari seorang individu dalam sebuah
negara-bangsa dengan hak-hak universal tertentu dan kewajiban-kewajiban pada level yang
spesifik dari kesetaraan.

Secara sederhana, kewarganegaraan dapat dianggap sebagai konsep dalam mengukur hak dan
kewajiban. Namun yang terjadi adalah pemahaman secara tidak penuh terhadap makna
kewarganegaran. Konsep ini dilihat semata-mata sebagai status. Status yang dimaksudkan terkait
dengan metode-metode untuk menentukan siapa yang bisa menjadi warganegara.

TUJUAN

1. Menjadikan warga negara yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.

2. Perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil beradab dan penuh kebudayaan.

3. Beraneka kepentingan perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan


kepentingan bersama di atas kepentingan perorangan dan golongan

4. Melahirkan warga negara yang memiliki wawasan berbangsa dan bernegara serta
nasionalisme yang tinggi.

5. Melahirkan warga negara yang memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai HAM dan
Demokrasi, serta berpikir kritis terhadap permasalahannya.

6. Melahirkan warga negara yang mampu berpartisipasi dala upaya menghentikan budaya
kekerasan, menyelesaikan konflik dalam masyarakat secara damai berdasarkan nilai-nilai
pancasila dan nilai-nilai universal, serta menghormati supremasi hukum (rule of law/
rechstaat)

7. Melahirkan warga negara yang mampu memberikan kontribusi terhadap persoalan


bangsa dan kebijakan publik Melahirkan warga negara yang memiliki pemahaman
internasioanl mengenai “ civil society”

Manfaat

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menghayati nilai–nilai falsafah
bangsa
2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara.
4. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.

5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni untuk kepentingan kemanusiaan,
5

bangsa dan negara

RUMUSAN MASALAH

1.Menelusuri arti pentingnya pancasila

2.Bagaimana esensi pancasila sebagai dasar negara

3.Apa saja sumber pendidikan pancasila

4.Apa saja argument dan tantangan pancasila

5.Bagaimana konsepsi pancasila untuk masa depan

BAB II
PEMBAHASAN

PENGERTIAN PANCASILA

Pancasila sebagai dasar nagara Rebublik indonesia di tetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945,
sebagai dasar nagara, maka nilai-nilai kehidupan bernegara dan berpemerintahan sejak saat itu
haruslah berdasarkan pada pancasila.

Pancasila dapat diartikan secara etimologis dan secara termonomologis. Secara etimologis kata
pancasila berasal dari bahasa sangsakerta yang mempunyai arti “panca” artinya “lima” dan “sila”
artinya “alas” dasar” (Moh Yamin).

Perkataan pancasila mula-mula digunakan di dalam masyarakat india yang beragama budha, yang
mengartikan lima aturan yang harus ditaati penganutnya. Sisa pengaruh pengertian pancasila
menurut pengamat budha itu masih di kenal di masyarakat jawa, dengan di kenal 5 M, yaitu
dilarang: Mateni (membunuh), Maling, wadon (berjina), mabuk dan main.

Secara termologis istilah Pancasila artinya lima dasar atau lima alas, untuk nama dasar negara kita
RI, istilah ini mulai di usulkan oleh Bung Karno dalam sidang BPUPKI tanggal 1 juni 1945 sebagai
dasar negara RI dan baru disahkan pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945.

PENGERTIAN NILAI PANCASILA

Pancasila adalah nilai-nilai kehidupan yang berasal dari masyarakat Indonesia sejak dulu sampai
saat ini. Berdasarkan hal tersebut terdapat perbedaan antara masyarakat Indonesia dengan
masyarakat lain. Nilai-nilai kehidupan tersebut mewujudkan amal perbuatan dan pembawaan serta
watak orang Indonesia.

Dengan kata lain masyarakat Indonesia mempunyai ciri sendiri, yang merupakan kepribadiannya.
Dengan nilai-nilai pulanglah rakyat Indonesia melihat dan memecahkan masalah kehidupan ini
untuk mengarahkan dan mempedomani dalam kegiatan kehidupannya bermasyarakat

LATAR BELAKANG KEWARGANEGARAAN


6

Setiap warganegara hakekatnya dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi negara
dan bangsanya. Untuk itu diperlukan bekal ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) yang
berlandaskan pada nilai-nilai agama, moral dan budaya bangsa.

Fungsinya adalah sebagai panduan dan pegangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Dalam konteks Pendidikan Kewarganegaraan nilai budaya bangsa menjadi pijakan
utama, karena tujuan pembelajaran ialah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran
bernegara, juga sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan budaya bangsa.
Pendidikan Kewargaan (civic education) sesungguhnya bukanlah agenda baru di muka bumi.
Hanya saja, proses globalisasi yang melanda dunia pada dekade akhir abad 20 telah mendorong
munculnya pemikiran baru tentang pendidikan kewarganegaraan di berbagai negara.

Di Eropa, Dewan Eropa telah memprakarsai proyek demokratisasi untuk menopang pengem-
bangan kurikulum pendidikan kewarganegaraan. Hal yang sama juga terjadi di Australia, Canada,
Jepang dan negara Asia lainnya.

PENGERTIAN KEWARGANEGARAAN

Kewarganegaraan atau pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan


untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui tindakan
menanamkan kesadaran kepada generasi baru tentang kesadaran bahwa demokrasi merupakan
bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak masyarakat.

Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Seseorang yang menjadi warga negara harus lebih
bertanggung jawab. Karena kewarganegaraan itu tidak dapat diwariskan begitu saja melainkan
harus dipelajari dan di alami oleh masing-masing orang. Apalagi negara sedang menuju kearah
negara demokratis, maka secara tidak langsung warga negaranya harus lebih aktif dan partisipatif

APLIKASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEWARGANEGARAAN

Kompetensi mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan antara lain agar mahasiswa
mampu menjadi warga negara yang memiliki pandangan dan komitmen terhadap nilai-nilai
demokrasi dan HAM, agar mahasiswa mampu berpartisipasi dalam upaya mencegah dan
menghentikan berbagai tindak kekerasan dengan cara cerdas dan damai

Agar mahasiswa memilik kepedulian dan mampu berpartisipasi dalam upaya menyelesaikan
konflik di masyarakat dengan dilandasi nilai-nilai moral, agama, dan nilai-nilai universal, agar
mahasiwa mampu berpikir kritis dan objektif terhadap persoalan kenegaraan, HAM, dan
demokrasi, agar mahasiswa mampu memberikan kontribusi dan solusi terhadap berbagai
persoalan kebijakan publik, agar mahasiswa mampu meletakkan nilai-nilai dasar secara bijak
(berkeadaban).

Sebagai penganut ideologi terbuka, Pancasila senantiasa mampu berinteraksi secara dinamis. Nilai-nilai
Pancasila tidak boleh berubah, namun pelaksanaannya harus kita sesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan
nyata yang akan kita hadapi dalam setiap kurun waktu.

Namun demikian, faktor manusia baik penguasa maupun rakyatnya sangat menentukan dalam mengukur
kemampuan sebuah ideoogi dalam menyelesaikan berbagai masalah. Sebaik apapun ideologi kalau tanpa
didukung oleh sumber daya manusia yang baik, maka ideologi itu hanya menjadi angan-angan belaka.

Bagi bangsa Indonesia, yang dijadikan sebagai sumber nilai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara adalah Pancasila.

Hal ini berarti bahwa seluruh tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara menggunakan Pancasila
7

sebagai dasar moral atau norma dan tolak ukur tentang baik buruk dan benar salahnya sikap, perbuatan dan
tingkah laku sebagai bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai intrinsik yang kebenarannya
dapat dibuktikan secara objektif, serta mengandung kebenaran yang universal.

Nilai-nilai Pancasila, merupakan kebenaran bagi bangsa indonesia karena telah teruji dalam sejarah dan
dipersepsi sebagai nilai-nilai subjektif yang menjadi sumber kekuatan dan pedoman hidup seirama dengan
proses adanya bangsa Indonesia yang dipengaruhi oleh dimensi waktu dan ruang.

Nilai-nilai tersebut tampil sebagai norma dan moral kehidupan yang ditempa dan dimatangkan oleh
pengalaman sejarah bangsa Indonesia untuk membentuk dirinya sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat
dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Nilai-nilai Pancasila itu menjadi sumber inspirasi dan cita-cita untuk diwujudkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Hakikat Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah upaya menyadarkan dan merencanakan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai
landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara

Demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Sehingga dengan mencerdaskan kehidupan
bangsa, memberi ilmu tentang tata negara, menumbuhkan kepercayaan terhadap jati diri bangsa serta moral
bangsa, maka takkan sulit untuk menjaga kelangsungan kehidupan dan kejayaan Indonesia.

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN

Bahwa di dalam kewarganegaraan juga terdapat nilai-nilai yang ada di dalam Pancasila sehingga
dengan menetapkan Pancasila sebagai bagian dari kewarganegaraan tidaklah mengerdilkan
Pancasila itu sendiri. Kemudian, berbeda dengan pendapat yang diungkapkan oleh Sudijarto di
awal tadi bahwa pendidikan kewarganegaraan tidak akan mampu mentransformasikan nilai-nilai
Pancasila

Menurut saya kewarganegaraan justru dapat mentransformasikan nilai-nilai yang ada dalam
Pancasila dalam bahasa yang berbeda. Persamaan nilai yang dapat diambil dari substansi antara
Pancasila dengan kewarganegaraan, maka dapat dirumuskan menjadi 2 hal yang utama:

1. Seperti halnya kewarganegaraan, Pancasila menghindari otoritarianisme negarara, dan usaha


mengembangkan pluralisme sebagai ciri permanen dari kebudayaan yang demokratis di Indonesia.
Pancasila tidak membuka ruang bagi penggunaan kekuasaan negara yang bersifat memaksa.

Pancasila sebagai konsepsi politis hanya berlaku pada struktur dasar masyarakat dari kehidupan
bernegara, sementara keyakinan atau nilai lain yang mungkin ada di luar yang politis sebagaimana
berlaku pada asosiasi, atau keluarga atau orang-perorang, tetap dibiarkan hidup dan harus
dihormati perkembangannya oleh negara.

Hal ini sejalan dengan kewarganegaraan yang melindungi hak dan kebebasan dari warganegara,
terutama dalam konsepkewarganegaraan multikultural maupun konsep tripartite Marshall atas hak
sipil, politik, dan sosial yang biasanya diambil sebagai langkah awal untuk segala hal yang
berkaitan dengan hak-hak kewarganegaraan.
8

2. Pancasila dapat memperkuat kebebasan, persamaan, dan hak-hak sipil dan politik dasar bagi
warga negara yang hidup dalam sebuah negara.

Gagasan fundamental Pancasila mengenai kebebasan, hak-hak sipil dan politik dasar yang harus
dihormati oleh mayoritas legislatif, seperti hak ikut dalam pemilihan dan berpartisipasi dalam politik,
kebebasan berpikir dan menyatakan pendapat, dan juga perlindungan hukum juga dijamin dalam
konsep-konsep kewarganegaraan sehingga poin kedua ini menegaskan bahwa substansi
Pancasila dan kewarganegaraan adalah sama namun dalam bahasa yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Syarbaini, Syahrial. (2003). Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Jakarta: Ghalia.

Syarbaini, Syahrial. Dkk. (2006). Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan
Mewarganegaraan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Kansil C.S. T. Pendidikan kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Jakarta: Pradnya Paramita,


2003. Hlm. 1—17
Oleh rezaharahap 

1.

Anda mungkin juga menyukai