Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

DENGAN PSC (Post Sectio Caesarea) Di Ruang Nifas RS Aura Syifa


Untuk Memenuhi Tugas PBK II Kerawatan Maternitas
Dibimbing Oleh :

Disusun Oleh :
NICO SAHRUL YANUAR ABIDIN
10218056

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
PSC (Post Sectio Caesarea )
Praktik Belajar Klinik 1

Nama Mahasiswa : Nico Sahrul yanuar abidin


Nim : 10218056
Institusi : IIK Bhakti Wiyata

Kediri, 2 September 2021


Pembimbing Istitusi Pembimbing Lahan

( ) ( )

Mengetahui,
Kepala
Program Studi S1 Keperawatan

Yanuar Eka Pujiastutik, S.Kep.,Ns.,M.Kes


LAPORAN PENDAHULUAN PCS
A. Pengertian
Suatu persalinan buatan ,di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pad dinding perut
dan dinding Rahim dengan syarat Rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500
gram (sarwono 2009)
B. Klasifikasi
 Seksio sesarea Klasik : pembedahan secara sanger
 Seksio sesario transperitonel profunda (supra cervicalis + lower segmen caesarean
section)
 Seksio sesara diikuti dengan histerektomi (caesarean hysterectomy = seksio histerektomi
 Seksio sesarea ekstraperitoneal
 Seksio sesarea vaginal (Sarwono 2009)
C. ETIOLOGI
Menurut Amin & Hardi (2015) operasi Sectio Caesarea dilakukan atas indikasi sebagai
berikut :
Indikasi yang berasal dari ibu Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, Cefalo
Pelvik Disproportion (disproporsi janin/ panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang
buruk, ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan yang
parah, komplikasi kehamilan yaitu pre eklampsia dan eklampsia berat, atas permitaan,
kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan (kista
ovarium, mioma uteri dan sebagainya).
Indikasi yang berasal dari janin Fetal distress/ gawat janin, mal persentasi dan mal posisi
kedudukan janin seperti bayi yang terlalu besar (giant baby), kelainan letak bayi seperti
sungsang dan lintang, kelainan tali pusat dengan pembukaan kecil seperti prolapsus tali
pusat, terlilit tali pusat, adapun faktor plasenta yaitu plasenta previa, solutio plasenta, 8
plasenta accreta, dan vasa previa. kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi, dan
bayi kembar (multiple pregnancy).
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan yang lebih
komprehensif yaitu perawatan post operatif dan post partum, manifestasi klinis Sectio
Caesarea menurut Dongoes 2010 yaitu :
1. Nyeri akibat ada luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus terletak di umbilicus
4. Aliran lockhea sedang bebas membeku yang tidak berlebihan
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 750 – 1000
6. Menahan batuk akibat rasa nyeri yang berlebihan
7. Biasanya terpasang kateter urinarius
8. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
9. Akibat nyeri terbatas untuk melakukan pergerakan
10. Bonding attachment pada anak yang baru lahir

E. PATOFISOLOGI
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan
bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena ketidakseimbangan ukuran
kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan yang parah, pre eklampsia dan
eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus
mulut rahim tertutup plasenta yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar,
kehamilan pada ibu yang berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar
dini, ketuban pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan sebagainya.
Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea. (Sari, 2016)
F. KOMPLIKASI

Menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2012) komplikasi Sectio Caesarea adalah


sebagai berikut :
 Infeksi Peurperal Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama
beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dan
sebagainya.
 Perdarahan Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-
cabang arteri ikut terbuka. Darah yang hilang lewat pembedahan Sectio Caesarea
dua kali lipat dibanding lewat persalinan normal.
 Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kemih, dan embolisme paru

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang
1. Pre eklampsia
a. Tes kimia darah : ureum, keratin, asam urat, menilai fungsi ginjal,
b. Tes fungsi hati: bilirubin, SGOT
c. Urinalisis : proteinuria merupakan kelainan yang khas pada pasien dengan
pre eklampsia, jika 3+ atau 4+ urine 24 jam mengandung 5 gramprotein atau
lebih pre eklampsia dinyatakan berat.
2. Sectio caesaria
a. Hemoglobin
b. Hematokrit
c. Leukosit
d. Golongan darah

H. PENATALAKSAAN
Perawatan post Sectio Caesarea menurut Rasjidi (2009) yaitu :
1. Ruang Pemulihan
Dalam ruang pemulihan prosedur yang harus dilakukan yaitu memantau dengan
cermat jumlah perdarahan dari vagina dan palpasi fundus uteri untuk memastikan
bahwa uterus berkontraksi dengan baik.
2. Pemberian Cairan Intravena
Perdarahan yang tidak disadari di vagina selama tindakan dan perdarahan yang
tersembunyi didalam uterus atau keduanya, sering menyebabkan perkiraan
kehilangan darah menjadi lebih rendah daripada sebenarnya. Cairan intravena
yang perlu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan klien yaitu larutan Ringer
Laktat atau larutan Kristaloid ditambah Dektrosa 5%. Bila kadar Hb rendah
diiberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
3. Tanda-Tanda Vital
Setelah pulih dari ansetesi, observasi pada klien dilakukan setiap setengah jam
setelah 2 jam pertama dan tiap satu jam selama minimal 4 jam setelah didapatkan
hasil yang stabil. Tanda vital yang perlu dievaluasi yaitu Tekanan darah, Nadi,
Jumlah urin, Jumlah perdarahan, Status fundus uteri, Suhu tubuh.
4. Analgesik
Pemberian analgesik dapat diberikan paling banyak setiap 3 jam untuk
mengurangi nyeri yang dirasakan. Pemberian analgesik dapat berupa Meperidin
75-100mg intramuskuler dan morfin sulfat 10- 15mg intramuskuler.
5. Pengawasan fungsi vesika urinaria dan usus
Kateter vesika urinaria biasanya dapat dilepas dalam waktu 12 jam setelah operasi
dilakukan. Sedangkan untuk makanan padat dapat diberikan kurang lebih 8 jam
stelah operasi, atau jika klien tidak mengalami komplikasi.
6. Pemeriksaan laboratorium
Hematrokit secara rutin diukur pada pagi hari stelah pembedahan. Pemeriksaan
dilakukan lebih dini apabila terdapat kehilangan darah yang banyak selama
operasi atau menunjukkan tanda-tanda lain yang mengarah ke hipovoemik.
7. Menyusui
Menyusui dilakukan pada hari 0 post Sectio Caesarea. Apabila klien memutuskan
untuk tidak menyusui, dapat diberikan bebat untuk menopang payudara yang bisa
mengurangi rasa nyeri pada payudara.
8. Pencegahan infeksi pasca operasi
Infeksi panggul pasca operasi merupakan penyebab tersering dari demam dan
tetap terjadi pada 20% wanita walaupun telah diberikan antibiotik profilaksis.
Sejumlah uji klinis acak telah membuktikan bahwa antibiotik dosis tunggal dapat
diberikan saat Sectio Caesarea untuk menrunkan angka infeksi.
9. Mobilisasi
Mobilisasai dilakukan secara bertahap meliputi miring kanan dan kiri dapat
dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi. Hari kedua post operasi penderita dapat
didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam. Kemudian posisi
tidur telentang dapat diubahmenjadi posisi setengah duduk. Selanjutnya dengan
berturrut-turut selama hari demi hari pasien dianjurkan belajar uduk selama
sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ketiga sampai
hari kelima pasca operasi sectio caesarea
10. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, meghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24-48 jam atau lebih
I. WOC
J. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI, YANG TERDIRI DARI :
a) Pengkajian
1. Pasien
Identitas pasien menyangkut nama, tanggal lahir, tempat tinggal,umur jenis kelamin
2. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan infeksi luka operasi biasanya terdapat tanda-tanda
infeksi pada pasien yaitu adanya rasa nyeri, kemerahan, tumor/pembengkakan, panas
dan juga demam
3. Riwayat kesehatan saat ini
Riwayat penyakit yang dialami pasien saat ini berdasarkan keluhan utama klien.
Biasanya pada pasien dengan infeksi luka operasi mengeluhkan nyeri dan tanda-tanda
infeksi lainnya.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat penyakit terdahulu yang pernah dialami pasien. Biaanya pada pasien dengan
infeksi luka operasi mengalami penyakit yang dilakukannya pembedahan sehingga
menyebabkan bekas luka operasi.
5. Pengobatan yang lalu dan riwayat alergi
Pengobatan apa yang dilakukan oleh pasien pada waktu lalu dan adakah riwayat alergi
6. Riwayat kesehatan keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga kita tanyakan apakah ada keluarga klien yang
mengalami sakit seperti klien.
7. Riwayat psikososial
Biasanya pada pasien dengan infeksi luka operasi sering mengalami tekanan atau stres
8. Pengkajian tanda-tanda vital
Pengkajian tanda-tanda vital yang paling dasar adalah tekanan darah, nadi, respirasi,
dan suhu.

b) Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d mengeluh nyeri d.d kondisi pembedahan
2. Konstipasi b.d kelemahan otot abdomen d.d peristaltik usus menurun
3. Gangguan Mobilitas Fisik b.d malnutrisi d.d nyeri saat bergerak
4. Resiko Infeksi b.d ketuban pecah sebelum waktunya d.d keluar cairan sebelum
waktunya
5. Defist pengetahuan b.d kurang terpapr informasi d.d menunjukan perilaku tidak sesuai
anjuran

c) Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Keperawatan Luaran (SLKI) Intervensi (Intervensi)
O
1. Nyeri akut b.d mengeluh Setelah dilakukan Manajemen nyeri
intervensi selama 2x24
nyeri d.d kondisi 1. Observasi
jam, maka tingkat nyeri
pembedahan menurun. Dengan a. Identifikasi lokasi,
kriteria hasil :
karakteristik, durasi, frekuensi,
1. Keluhan nyeri (4
cukup menurun) kualitas, intensitas nyeri
2. Gelisah (5 menurun) b. Identifikasi skala nyeri
3. Meringis (4 cukup
c. Identifikasi faktor yang
menurun)
4. Muntah (5 menurun) memperberat dan
5. Mual (3 sedang) memperingan nyeri
2. Terapeutik
a. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur,
terapimusik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
tekniki majinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
b. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
d. Fasilitasi istirahat dan tidur

3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2. Konstipasi b.d kelemahan Setelah dilakukan Manajemen Eliminasi Fekal
otot abdomen d.d peristaltik intervensi selama 2x24 1. Observasi
usus menurun jam, maka tingkat a. Identifikasi masalah usus dan
konstipasi membaik. penggunaan obat pencahar
Dengan kriteria hasil : b. Identifikasi pengobatan yang
1. Pola eliminasi berefek pada kondisi
membaik (4) gastrointestinal
2. Bentuk feses c. Monitor buang air besar (mis.
normal (5) warna, frekuensi, konsistensi,
3. Bising usus volume)
membaik (4) d. Monitor tanda dan gejala
diare, konstipasi, atau
impaksi
2. Terapeutik
a. Berikan air hangat setelah
makan
b. Jadwalkan waktu defekasi
bersama pasien
c. Sediakan makanan tinggi
serat
3. Edukasi
a. Jelaskan jenis makanan yang
membantu meningkatkan
keteraturan peristaltik usus
b. Anjurkan mencatat wama,
frekuensi, konsistensi,
volume feses
c. Anjurkan meningkatkan
aktifitas fisik, sesuai toleransi
d. Anjurkan pengurangan
asupan makanan yang
meningkatkan pembentukan
gas
e. Anjurkan mengkonsumsi
makanan yang mengandung
tinggi serat
f. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan, jika tidak ada
kontraindikasi
1. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
supositoria anal, jika perlu.
3. Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan Dukungan Ambulasi
b.d malnutrisi d.d nyeri saat intervensi selama 2x24 1. Observasi
bergerak jam, maka mobilitas a. Identifikasi adanya nyeri
fisik meningkat. Dengan b. Identifikasi toleransi fisik
kriteria hasil : melakukan ambulasi
c. Monitor frekuensi jantung dan
1. Pergerakan tekanan darah sebelum
ekstermitas (4 cukup memulai ambulasi
meningkat) d. Monitor kondisi umum selama
2. Rentang gerak melakukan ambulasi
(ROM) (3 sedang) 2. Terapeutik
3. Nyeri (5 menurun) a. Fasilitasi aktivitas ambulasi
4. Kecemasan (4 cukup dengan alat bantu (mis.
menurun) Tongkat, kruk)
5. Kelemahan fisik (5 b. Fasilitasi melakukan
menurun) mobilisasi fisik, jika perlu
c. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi.
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
b. Anjurkan melakukan
ambulasi diniAjarkan
ambulasi sederhana yang
harus dilakukan (mis.
Berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari
tempat tidur kekamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
4. Resiko Infeksi b.d ketuban Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
pecah sebelum waktunya intervensi selama 2x24 1. Observasi
d.d keluar cairan sebelum jam, maka resiko infeksi a. Monitor tanda dan gejala
waktunya menurun. Dengan infeksi lokal dan sistemik
kriteria hasil : 1. Terapeutik
1. Nyeri menurun b. Batasi jumlah pengunjung
(3) c. Berikan perawatan kulit pada
2. Bengkak menurun area edema
(3)
d. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
e. Pertahankan teknik aseptik
pada pasien berisiko tinggi
2. Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
b. Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
c. Ajarkan etika batuk
d. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
e. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
f. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
3. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu
5. Defist pengetahuan b.d Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
kurang terpapr informasi intervensi selama 2x24 1) Observasi
d.d menunjukan perilaku jam, maka deficit a. Identifikasi kesiapan dan
tidak sesuai anjuran pengetahuan meningkat. kemampuan menerima
Dengan kriteria hasil : informasi
b. Identifikasi faktor-faktor
1. Perilaku sesuai
yang dapat meningkatkan dan
anjuran
menuruiskan motivasi
meningkat(5)
perilaku hidup bersih dan
2. Perilaku sesuai
sehat
dengan pengetahuan
2) Terapeutik
meningkat (5)
3. Perilaku membaik a. Sediakan materi dan media
(5) pendidikan Kesehatan
b. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
c. Berikan kesempatan untuk
bertanya

3)Edukasi
a. Jekaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
Kesehatan
b. Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
c. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
Daftar Pustaka

Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jakarta:Medication.

Prawirohardjo, Sarwono. (2012). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka.

Sari L. (2016). Patofisiologi Sectio Caesarea. Published thesis for University of


Muhammadiyah Purwokerto

Rasjidi, Imam. (2009). Manual Seksio Sesarea & Laparatomi Kelainan Adneksa. Jakarta :
C.V Sugeng Seto

Manuaba. (2012). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan. Jakarta :EGC

SDKI. (2017). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017.Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). (2018). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st
ed.). (2019). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai