Anda di halaman 1dari 27

KESETARAAN ENERGI

Wahdini Ramli, Fatimah H. M. Adam, Rahmatiah

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA


Universitas Negeri Makassar

Abstrak

Telah dilakukan eksperimen Kesetaraan Energi dengan tujuan untuk memahami prinsip
kesetaraan (ekuivalensi) energi dan menentukan nilai kesetaraan energi panas dan energi mekanis.
Hasil pengamatan pengukuran pertama diperoleh, data terbaik pada data ke-2 yaitu pada
Tf={35,5±0,5}˚C dan t={120,0±0,1}s. Pengukuran kedua diperoleh, data terbaik pada data ke-1
yaitu pada Tf={34,5±0,5}˚C dan t={60,0±0,1}s. Pengukuran ketiga diperoleh, data terbaik pada
data ke-1 yaitu pada Tf={3,0±0,5}˚C dan t={180,0±0,1}s. Dari hasil analisis pada kegiatan 1
diperoleh Q={0,27±0,181}x103kal dan W={1,3±0,1}x103J sehingga diperoleh nilai kesetaraan
energi γ=\{5,21±0,04\}J/kal dengan persen diff 22%. Pada kegiatan 2 diperoleh
Q={0,097±0,195}x103kal dan W={0,63±0,05}x103J sehingga diperoleh nilai kesetaraan energi
γ =\{5,62 ±0,03\}J/kal dengan persen diff 29,2%. Pada kegiatan 3 diperoleh
Q={0,35±0,18}x103kal dan W={1,9±0,2}x103J sehingga diperoleh nilai kesetaraan energi
γ=\{5,70±0,03\}J/kal dengan persen diff 31%. Nilai setiap pengukuran dirata-ratakan untuk
memperoleh 1 pelaporan nilai kesetaraan energi yaitu γ́ = { 5 ,5± 0,3 } J/kal dengan persen diff
27%. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan disimpulkan prinsip kesetaraan energi yaitu
energi mekanis yang dialiri arus akan menghasilkan usaha listrik untuk memanaskan air. Energi
panas diterima oleh air dan kalorimeter sehingga temperatur sistem menjadi meningkat. Sehingga
nantinya akan didapat nilai kesetaraan yaitu berapa usaha mekanis yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu 1 kalori. Nilai kesetaraan energi berdasarkan praktikum adalah
γ́ = { 5 ,5± 0,3 } J/kal dengan perbandingan dengan teori adalah 27% perbedaannya.

Kata kunci: energi mekanis, energi panas, kalor, kesetaraan energi, usaha listrik

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana prinsip kesetaraan (ekuivalensi) energi?
2. Berapa nilai kesetaraan energi panas dan energi mekanis berdasarkan
praktikum serta perbandingannya dengan teori?

TUJUAN
1. Memahami prinsip kesetaraan (ekuivalensi) energi.
2. Menentukan nilai kesetaraan energi panas dan energi mekanis.

METODOLOGI EKSPERIMEN
Teori Singkat
Konsep suhu berakar dari ide kualitatif “panas” dan “dingin” yang
berdasarkan pada indera sentuhan. Suatu benda yang terasa panas umumnya
memiliki suhu yang lebih tinggi daripada benda serupa yang dingin. Suhu juga
behubungan dengan energi kinerik molekul dari bahan (Young, 2002: 457).
Air yang dipanaskan dalam panci akan mulai panas dan lama-kelamaan
akan mendidih. Peristiwa ini sering dijumpai dalam keseharian. Proses air menjadi
panas dan mendidih melibatkan perpindahan kalor dari sumber kalor ke
lingkungan sekitarnya. Sumber kalor adalah api, sehingga dapat dikatakan bahwa
semakin besar nyala api, maka berarti makin besar kalor yang dimiliki, atau
semakin lama dipanaskan maka semakin banyak kalor yang dilepaskan. Akibat
pemebrian kalor tersebut, maka suhu air akan mengalami kenaikan dimana
semakin lama dipanaskan maka semakin besar kenaikan suhu pada air (Herman,
2015: 1).
Kalor adalah tenaga yang mengalir dari sebuah benda ke sebuah benda lain
karena adanya perbedaan temperatur di antara kedua benda tersebut. Usaha adalah
tenaga yang ditransmisikan dari sebuah sistem ke sebuah sistem yang lain
sedemikian rupa sehingga perbedaan temperatur tidak terlibat secara langsung
(Halliday, 2001: 258).
Menurut Giancoli (2001: 364) kalor mengalir dengan sendirinya dari suatu
benda yang temperaturnya lebih tinggi ke benda lain yang temperaturnya lebih
rendah. Kalori didefenisikan sebagai kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan
temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat celcius. Secara kuantitatif, kerja 4,186
joule (J) ternyata ekuivalen dengan 1 kalori (kal) kalor. Nilai ini dikenal dengan
tara kalor mekanik :
4,186 J = 1 kal
4,186× 103 J = 1 kkal
Sebagai hasil dari percobaan ini dan yang lainnya, para ilmuan kemudian
menginterpretasikan kalor bukan sebagai suatu zat, dan bahkan bukan sebagai
suatu bentuk energi. Melainkan kalor merupakan transfer energi: ketika benda
mengalir dari benda panas ke yang lebih dingin, energi-lah yang di transfer dari
yang panas ke yang dingin. Dengan demikian kalor merupakan energi yang di
transfer dari satu benda ke yang lainnya karena adanya perbedaan temperatur.
Menurut Herman (2015: 7-8), hukum pertama termodinamika tentang
hukum kekekalan energi dijadikan dasar untuk menentukan kesetaraan energi
panas (kalori) dan energi mekanis (joule). Berikut dalam gambar diberikan
diagram percobaan joule.

Gambar 1. Diagram Percobaan Joule.


Menurut Herman (2015:2), banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu benda dapat juga diamati ketika memasak air. Untuk
mendidihkan air dalam cerek dengan kompor diperlukan selang waktu tertentu.
Semakin banyak volume air yang dididihkan, semakin lama selang waktu yang
diperlukan. Hal ini menunjukkan bahwa suhu bergantung pada besarnya kenaikan
suhu benda dan massanya.
Air dalam kalorimeter berada dalam dinding insulasi agar temperatur
sistem tidak dapat dipengaruhi oleh panas yang masuk atau keluar darinya.
Dengan pemberian beda potensial, arus listrik akan mengalir melalui amperemeter
sehingga beda potensial akan timbul pada ujung-ujung kumparan yang akan
menghasilkan usaha listrik pada sistem untuk memanaskan air. Usaha ini dikenal
sebagai kalor joule, yang dapat dinyatakan sebagai:
W=V×I×t
dimana V adalah beda potensial ujung-ujung elemen, I adalah kuat arus listrik
dalam rangkaian, dan t adalah waktu pengaliran arus ke sistem (Herman, 2015:7).
Ketika arus listrik berada dalam konduktor, energi listrik secara kontinu
diubah menjadi energi panas di dalam konduktor. Medan listrik dalam konduktor
mempercepat gerakan setiap elektron bebas untuk waktu yang singkat, membuat
suatu peningkatan energi kinetik, tapi energi tambahan ini secara cepat ditransfer
menjadi energi termal konduktor melalui tumbukan-tumbukan antara elektron dan
ion-ion kisi konduktor. Jadi, meskipun elektron terus menerus mendapatkan
energi dari medan listrik, energi ini segera ditransfer menjadi energi termal
konduktor, dan elektron-elektron mempertahankan suatu kecepatan drift yang
konstan (Tipler, 2001: 247).
Ketika muatan positif mengalir dalam konduktor, muatan ini mengalir dari
potensial tinggi ke potensial rendah searah medan listrik. Muatan lalu kehilangan
energi potensial. Kehilangan energi potensial ini muncul sebagai energi kinetik
pembawa muatan, hanya sesaat sebelum ditransfer ke material penghantar oleh
tumbukan dengan ion-ion. Kehilangan energi potensial, menyebabkan energi
termal konduktor (Tipler, 2001: 247).
Menurut Herman (2015:8), energi panas yang dilepaskan oleh elemen
listrik tersebut akan diterima oleh air dan kalorimeter sehingga temperatur sistem
menjadi meningkat. Besar energi panas Q yang dibutuhkan oleh air untuk
menaikkan temperaturnya sebanding dengan perubahan temperatur ∆ T dan massa
m, yaitu:
Q = m × c × ∆T
dimana c adalah kalor jenis air. Hasil eksperimen joule dan eksperimen-
eksperimen sesudahnya adalah bahwa dibutuhkan 4,18 satuan usaha mekanis atau
listrik (joule) untuk meningkatkan temperatur 1 g air dengan 1 oC, atau 4,18 J
energi mekanis atau listrik adalah ekuivalen dengan 1 kal energi panas.
Kita menggunakan simbol Q sebagai kuantitas panas. Ketika dihubungkan
dengan perubahan suhu yang sangat kecil dT, kemudian disebut dQ. Kuantitas
panas Q yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu massa m dari bahan
tertentu dari T1 menjadi T2 kira-kira setara dengan perubahan suhu DT = T2 – T1.
Kuantitas panas juga berbanding lurus dengan massa bahan m. Kuantitas panas
yang dibutuhkan tergantung pada sifat alami bahan; untuk menaikkan suhu satu
kg air sebesar 1 0C diperlukan panas 4190 J, tapi hanya diperlukan 910 J untuk
menaikkan satu kg alumunium sebesar 1 0C (Young, 2002: 475).
Alat dan Bahan
1. Alat
a. Kalorimeter Joule = 1 set
b. Termometer Celcius = 1 buah
c. Basicmeter = 2 buah
d. Stopwatch = 1 buah
e. Neraca Ohauss 311 g = 1 buah
f. Kabel penghubung = 4 buah
2. Bahan
Air = 250 ml

Identifikasi Variabel
1. Variabel manipulasi
a. Massa air (ma) (kg)
b. Waktu (t) (s)
2. Variabel respon
Suhu akhir (Tf) (oC)
3. Variabel kontrol
a. Suhu awal (To) (oC)
b. Tegangan (V) (Volt)
c. Kuat arus listrik (I) (A)
d. Massa kalorimeter+pengaduk (m1) (kg)

Definisi Operasional Variabel


1. Variabel manipulasi
a. Massa air adalah ukuran materi air yang digunakan untuk dipanaskan
pada kalorimeter dengan hasil yang dikurangkan dari massa
kalorimeter+air dikurangi massa kalorimeter+pengaduk yang diukur
menggunakan neraca Ohauss 311 g dengan satuan kilogram (kg) dan
simbol (ma).
b. Waktu adalah lamanya pemanasan air tiap 1 menit yang diukur
menggunakan stopwatch pada saat termometer menunjukkan skala suhu
mula-mula (acuan) dengan satuan sekon (s) dan simbol (t) .
2. Variabel respon
Suhu akhir adalah ukuran panas air ketika mencapai selang waktu 1 menit
yang diukur dengan menggunakan termometer dari skala 0oC dengan satuan
derajat celcius (oC) dan simbol (Tf) .
3. Variabel kontrol
a. Suhu awal adalah ukuran panas air yang telah ditentukan sebagai suhu
acuan yang diukur dengan menggunakan termometer dari skala 0oC
dengan satuan derajat celcius (oC) dan simbol (To).
b. Massa kalorimeter+pengaduk adalah ukuran materi kalorimer dengan
pengaduknya yang diukur menggunakan neraca Ohauss 311 g dengan
satuan kilogram (kg) dan simbol (m1).
c. Tegangan adalah beda potensial listrik pada rangkaian yang diukur
dengan menggunakan basicmeter untuk pengukuran tegangan yang
dimulai pada pengukuran terbesar hingga pengukuran dengan
penunjukan skala yang masih dapat dilihat dengan jelas pengukurannya
dengan satuan Volt (V) dengan simbol (V).
d. Kuat arus listrik adalah besarnya arus yang mengalir dari rangkaian
untuk memanaskan air yang diukur dengan menggunakan basicmeter
untuk pengukuran tegangan yang dimulai pada pengukuran terbesar
hingga pengukuran dengan penunjukan skala yang masih dapat dilihat
dengan jelas pengukurannya dengan satuan Ampere (A) dan simbol (I).
e. Massa kalorimeter+pengaduk adalah ukuran materi kalorimeter kosong
dengan pengaduk yang diukur menggunakan neraca Ohauss 311 g
dengan satuan kilogram (kg) dan simbol (m1).
Prosedur Kerja
1. Memastikan seluruh perangkat percobaan telah tersedia.
2. Merangkai percobaan joule dengan menguhubungkan basicmeter dengan
kalorimeter.
3. Mengukur massa kalorimeter kosong dengan pengaduknya menggunakan
neraca Ohauss 311 g.
4. Memasukkan air secukupnya hingga dapat mencapai kumparan kawat pada
kalorimeter.
5. Mengukur massa air yang akan dipanaskan bersama kalorimeter dan
pengaduknya.
6. Mengamati penunjukan skala pengukuran arus listrik dan tegangan pada
basicmeter. Kemudian mencatatnya pada tabel hasil pengamatan.
7. Menentukan suhu acuan pada termometer untuk menghitung penunjukan
skala tiap 1 menit dalam 10 menit. Mencatat penunjukkannya pada tabel hasil
pengamatan.
8. Mengulangi langkah 4 sampai 7 sehingga diperoleh 3 data pengukuran.

HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA


Hasil Pengamatan
NST Neraca Ohauss 311 g = 0,01 g
NST Voltmeter =1V
NST Ammeter = 0,02 A
NST Termometer = 1 oC
NST Stopwatch = 0,1 s
Tabel 1. Tabel Hasil Pengamatan Data Terbaik

Besaran yang Pengukuran ke-


diukur I II III
Massa
{61,400±0,005}x {61,400±0,005}x {61,400±0,005}
kalorimeter+penga
10-3 10-3 x10-3
duk, m1 (kg)
Massa {228,490±0,005} {242,450±0,005} {224,900±0,005
kalorimeter+air, m2 x10-3 x10-3 }x10-3
(kg)
{167,090±0,010} {181,050±0,010} {163,500±0,010}
Massa air, ma (kg)
x10-3 x10-3 x10-3
Tegangan, V (Volt) {7,5±0,5} {7,5±0,5} {7,5±0,5}
Kuat Arus, I (A) {1,40±0,02} {1,40±0,02} {1,40±0,02}
Suhu awal, To (oC) {34,0±0,5} {34,0±0,5} {34,0±0,5}
Suhu akhir, Tf (oC) {35,5±0,5} {34,5±0,5} {36,0±0,5}
Waktu, t (s) {120,0±0,1} {60,0±0,1} {180,0±0,1}
Tabel 1.a Suhu Akhir dan Waktu
Pengukuran ke- Waktu (t) (s) Suhu akhir (Tf) (oC)
{60,0±0,1} {34,5±0,5}
{120,0±0,1} {35,5±0,5}
{180,0±0,1} {36,0±0,5}
{240,0±0,1} {37,0±0,5}
{300,0±0,1} {37,5±0,5}
I {360,0±0,1} {38,0±0,5}
{420,0±0,1} {39,0±0,5}
{480,0±0,1} {39,5±0,5}
{540,0±0,1} {40,0±0,5}
{600,0±0,1} {40,5±0,5}
{60,0±0,1} {34,5±0,5}
{120,0±0,1} {35,0±0,5}
{180,0±0,1} {35,5±0,5}
{240,0±0,1} {36,0±0,5}
{300,0±0,1} {37,0±0,5}
II
{360,0±0,1} {37,5±0,5}
{420,0±0,1} {38,0±0,5}
{480,0±0,1} {38,5±0,5}
{540,0±0,1} {39,0±0,5}
{600,0±0,1} {39,5±0,5}
III {60,0±0,1} {34,5±0,5}
{120,0±0,1} {35,0±0,5}
{180,0±0,1} {36,0±0,5}
{240,0±0,1} {36,5±0,5}
{300,0±0,1} {37,0±0,5}
{360,0±0,1} {37,5±0,5}
{420,0±0,1} {38,5±0,5}
{480,0±0,1} {39,0±0,5}
{540,0±0,1} {39,5±0,5}
{600,0±0,1} {40,0±0,5}

Analisis data
A. Untuk Pengukuran 1 dengan m1
1. Jumlah kalor air
a. Kalor air
Qair = mair × cair × ∆T
Qair = 167,090 g × 1 kal/gCo × (35,5 – 34,0)oC
Qair = 167,090 kal/Co × 1,5oC
Qair = 250,635 kal
b. Ketidakpastian
Qair = mair × cair × ∆T
Karena cair bernilai konstan jadi,
Qair = mair × ∆T
∂ Qair ∂ Q air
d Qair =| |∂ m air | |
d m air +
∂∆T
d∆T

d Qair =|∆T|d m air + |m air| d∆T

d Q air ∆T m air
Q air
=
| |
Q air
d m air + | |
Q air
d∆T

d Qair d m air d∆T


Qair
= | || |
m air
+
∆T

∆ Q air ∆ m air ∆∆T


Q air
= | || |
m air
+
∆T

∆ m air ∆∆T
∆Q air = | |
m air
+
∆T
Q air
∆Q air = |0,010 g
167,090 g
+
1,0 ℃
1,5 ℃ |
250,635 kal

∆Q air =|0,000060 + 0,67|250,635 kal


∆Qair = 0,67006 × 250,635 kal
∆Qair = 167,94 kal
c. Kesalahan relatif
∆ Qair
KR = × 100 %
Qair
167,14 kal
KR= ×100 % = 67 %
250,635 kal
d. Derajat Kepercayaan
DK=100%-KR
DK=100%-67%=23%
e. Pelaporan fisika
Qair ={Qair ± ∆Qair}
Qair={0,25±0,17}x103kal
2. Jumlah kalor kalorimeter+pengaduk
a. Kalor kalorimeter+pengaduk
Qaluminium = mkalorimeter+pengaduk × caluminium × ∆T
Qaluminium = 61,400 g × 0,22 kal/goC × (35,5 – 34,0) oC
Qaluminium = 13,508 kal/oC × 1,5 oC
Qaluminium = 20,262 kal
b. Ketidakpastian
∆ m kalorimeter ∆∆T
∆ Q aluminium =| m kalorimeter
+
∆T |
Q aluminium

∆ Q aluminium =|0,010 g 1℃
61,400 g 1,5 ℃ |
+ 20,262 kal

∆ Q aluminium =|0,00016287 + 0,67|20,262 kal


∆Qaluminium = 0,67016287 × 20,262 kal
∆Qaluminium = 13,5788 kal
c. Kesalahan relatif
∆ Qaluminium
KR = × 100 %
Q aluminium
13,5788 kal
KR = × 100 % = 67 %
20,262 kal
d. Derajat Kepercayaan
DK=100%-KR
DK=100%-67%=23%
e. Pelaporan fisika
Qaluminium ={Qaluminium ± ∆Qaluminium}
Qaluminium={0,020±0,014}x103kal
3. Energi panas Q
a. Jumlah kalor
Q=Qair+Qaluminium
Q=250,635 kal+20,262 kal
Q=270,897 kal
b. Ketidakpastian
Q=Qair+Qaluminium
Q=167 ,14 kal+13,5788 kal
Q=180,7188 kal
a. Kesalahan relatif
180,7188 kal
KR = × 100 % = 67 %
270,897 kal
b. Derajat Kepercayaan
DK=100%-67%=23%
c. Pelaporan fisika
Q={0,27±0,181}x103kal
4. Usaha listrik
a. Usaha
W=V.I.t
W=7,5 V. 1,4 A. 120 s
W=1260 J
b. Ketidakpastian
W=V.I.t

dW=|∂W
∂V |dV+|
∂W
∂I |dI+|
∂W
∂t |
dt

∂V.I.t ∂V.I.t
dW=|
∂V |
dV+|
∂I |dI+|∂V.I.t
∂t |dt
dW=|I.t|dV+|V.t|dI+|V.I|dt
dW I.t V.t V.I
W
= | | | | | |
V.I.t
dV+
V.I.t
dI+
V.I.t
dt

dW 1 1 1
=| | dV+| |dI+| |dt
W V I t
∆W ∆V ∆I ∆t
W |V | |I | |t |
= + +

∆V ∆I ∆t
∆W=| + + |W
V I t
0,5 V 0,02 A 0,1 s
∆W=|
120 s |
+ + 1260 J
7,5 V 1,4 A
∆W=|0,067+0,014+0,00083|1260 J
∆W=|0,08183|1260 J
∆W=103,1058 J
f. Kesalahan relatif
∆W
KR = × 100 %
W
103,1058 kal
KR = × 100 % = 8,2 % (2 AB)
1260 kal
g. Derajat Kepercayaan
DK=100%-KR
DK=100%-8,2%=91,8%
h. Pelaporan fisika
W ={W± ∆W}
W={1,3±0,1}x103J
5. Kesetaraan energi
Tabel 2. Hubungan antara Energi Panas dengan Usaha
No
Energi Panas (Q) (kal) Usaha (W) (J)
.
1 90,299 630

2 270,897 1260

3 361,196 1890

4 541,794 2520

5 632,093 3150

6 722,392 3780

7 902,99 4410

8 993,289 5040

9 1083,588 5670

10 1173,887 6300

7000

6000
f(x) = 5.21 x − 66.66
R² = 0.99
5000
Usaha (W) (J)

4000

3000

2000

1000

0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
Energi Panas (Q) (kal)

Grafik 1. Hubungan antara Energi Panas dengan Usaha


a. Nilai kesetaraan joule tiap kalori
y=mx+c
W=Qx+c
∆W
=m=γ
∆Q
y = 5,2148x - 66,655
γ=5,2148 J/kal
b. Derajat Kepercayaan
DK= R 2 ×100%
DK=0,9921×100%=99,21%
c. Ketidakpastian Relatif
KR=100% -DK
KR=100% - 99,21% =0,79 %=3 AB
d. Ketidakpastian
∆γ
KR= ×100%
γ
KR
∆γ= γ ×
100%
0,79%
∆γ= 5,2148 J/kal × =0,0412 J/kal
100%
e. Pelaporan fisika
γ =\{ γ±∆γ\}
γ =\{5,21±0,04\}J/kal
6. Perbandingan teori
L teori - Lpraktikum
%diff = |Lrata-rata | ×100%

%diff=|4,186 J/kal-5,2148 J/kal


4,7004 J/kal |×100%
1,0288
%diff==|
4,7004 |
×100 % =22%

B. Untuk Pengukuran II dengan massa m2


1. Jumlah kalor air
a. Kalor air
Qair = 181,050 g × 1 kal/gCo × (34,5 – 34,0)oC
Qair = 181,050 kal/Co × 0,5oC
Qair = 90,525 kal
b. Ketidakpastian
∆Q air = |0,010 g
181,050 g
+
1,0 ℃
0,5 ℃ |
90,525 kal

∆Q air =|0,00005523 + 2,0|90,525 kal


∆Qair = 2,000055523 × 90,525 kal
∆Qair = 181,055 kal
c. Kesalahan relatif
181,055 kal
KR= ×100 % = 200 %
90,525 kal
d. Derajat Kepercayaan
DK=100%-200%=-100%
e. Pelaporan fisika
Qair={0,09±0,18}x103kal
2. Jumlah kalor kalorimeter+pengaduk
d. Kalor kalorimeter+pengaduk
Qaluminium = 61,400 g × 0,22 kal/goC × (34,5 – 34,0) oC
Qaluminium = 13,508 kal/oC × 0,5 oC
Qaluminium = 6,754 kal
e. Ketidakpastian

|0,010
∆ Q aluminium =
g 1℃
61,400 g 0,5 ℃ |
+ 6,754 kal

∆ Q aluminium =|0,00016287 + 2|6,754 kal


∆Qaluminium = 2,00016287 × 6,754 kal
∆Qaluminium = 13,5091 kal
f. Kesalahan relatif
13,5091 kal
KR = × 100 % = 200 %
6,754 kal
g. Derajat Kepercayaan
DK=100%-200%=-100%
h. Pelaporan fisika
Qaluminium={0,007±0,0014}x103kal

3. Energi panas Q
a. Jumlah kalor
Q=90,525 kal+6,754 kal
Q=97,279 kal
b. Ketidakpastian
Q=181,055 kal+13,5091 kal
Q=194,5641 kal
i. Kesalahan relatif
194,5641 kal
KR = × 100 % = 200 %
97,279 kal
j. Derajat Kepercayaan
DK=100%-200%=-100%
k. Pelaporan fisika
Q={0,097±0,195}x103kal
4. Usaha listrik
a. Usaha
W=7,5 V. 1,4 A. 60 s
W=630 J
b. Ketidakpastian

∆W= |0,5 V 0,02 A 0,1 s


+
7,5 V 1,4 A
+
60 s |
630 J

∆W=|0,067+0,014+0,0017|630 J
∆W=|0,0827|630 J
∆W=52,101 J
c. Kesalahan relatif
52,101 kal
KR = × 100 % = 8,3 % (2 AB)
630 kal
d. Derajat Kepercayaan
DK=100%-8,3%=91,7%
e. Pelaporan fisika
W={0,63±0,05}x103J

5. Kesetaraan energi
Tabel 3. Hubungan antara Energi Panas dengan Usaha
No
Energi Panas (Q) (kal) Usaha (W) (J)
.
1 97,279 630
2 194,558 1260
3 291,837 1890
4 389,116 2520
5 583,674 3150
6 680,953 3780
7 778,232 4410
8 875,511 5040
9 972,79 5670
10 1070,069 6300

7000

6000
f(x) = 5.62 x + 130.17
R² = 0.99
5000
Usaha (W) (J)

4000

3000

2000

1000

0
0 200 400 600 800 1000 1200
Energi Panas (Q) (kal)

Grafik 2. Hubungan antara Energi Panas dengan Usaha


a. Nilai kesetaraan joule tiap kalori
y = 5,6199x + 130,17
γ=5,6199 J/kal
b. Derajat Kepercayaan
DK=0,994×100%=99,4%
c. Ketidakpastian Relatif
KR=100% - 99,4% =0,6 %=3 AB
d. Ketidakpastian
0,6%
∆γ= 5,6199 J/kal × =0,0337 J/kal
100%
e. Pelaporan fisika
γ =\{5,62±0,03\}J/kal
6. Perbandingan teori

%diff=|4,186 J/kal-5,6199 J/kal


4,90295 J/kal |×100%
1,4339
%diff==|
4,90295 |
×100 % =29,2%

C. Untuk Pengukuran III dengan massa m3


1. Jumlah kalor air
a. Kalor air
Qair = 163,500 g × 1 kal/gCo × (36,0 – 34,0)oC
Qair = 163,500 kal/Co × 2,0oC
Qair = 327 kal
b. Ketidakpastian

∆Q air = |0,010 g
163,500 g
+
1,0 ℃
2,0 ℃ |
327 kal

∆Q air =|0,00006116 + 0,5|327 kal


∆Qair = 0,50006116 × 327 kal
∆Qair = 163,52 kal
c. Kesalahan relatif
163,52 kal
KR= ×100 % = 50 %
327 kal
d. Derajat Kepercayaan
DK=100%-50%=50%
e. Pelaporan fisika
Qair={0,33±0,16}x103kal

2. Jumlah kalor kalorimeter+pengaduk


a. Kalor kalorimeter+pengaduk
Qaluminium = 61,400 g × 0,22 kal/goC × (36,0 – 34,0) oC
Qaluminium = 13,508 kal/oC × 2,0 oC
Qaluminium = 27,016 kal
b. Ketidakpastian

|0,010
∆ Q aluminium =
g 1℃
61,400 g 2,0 ℃ |
+ 27,016 kal

∆ Q aluminium =|0,00016287 + 0,5|27,016 kal


∆Qaluminium = 0,50016287 × 27,016 kal
∆Qaluminium = 13,5124 kal
c. Kesalahan relatif
13,5124 kal
KR = × 100 % = 50 %
27,016 kal
d. Derajat Kepercayaan
DK=100%-50%=50%
e. Pelaporan fisika
Qaluminium={0,027±0,014}x103kal
3. Energi panas Q
a. Jumlah kalor
Q=327 kal+27,016 kal
Q=354,016 kal
b. Ketidakpastian
Q=163 ,52 kal+13,5124 kal
Q=177,0324 kal
f. Kesalahan relatif
177,0324 kal
KR = × 100 % = 50 %
354,016 kal
g. Derajat Kepercayaan
DK=100%-50%=50%

h. Pelaporan fisika
Q={0,35±0,18}x103kal
4. Usaha listrik
a. Usaha
W=7,5 V. 1,4 A. 180 s
W=1890 J
b. Ketidakpastian

∆W= |0,5 V 0,02 A 0,1 s


+
7,5 V 1,4 A
+
180 s |
1890 J

∆W=|0,067+0,014+0,00556|1890 J
∆W=|0,08656|1890 J
∆W=163,5984 J
c. Kesalahan relatif
163,5984 kal
KR = × 100 % = 8,7 % (2 AB)
1890 kal
d. Derajat Kepercayaan
DK=100%-8,7%=91,3%
e. Pelaporan fisika
W={1,9±0,2}x103J
5. Kesetaraan energi
Tabel 4. Hubungan antara Energi Panas dengan Usaha
No
Energi Panas (Q) (kal) Usaha (W) (J)
.
1 88,504 630

2 177,008 1260

3 354,016 1890

4 442,52 2520

5 531,024 3150

6 619,528 3780

7 796,536 4410

8 885,04 5040

9 973,544 5670

10 1062,048 6300
7000

6000
f(x) = 5.7 x + 87.54
R² = 0.99
5000

4000
Axis Title
3000

2000

1000

0
0 200 400 600 800 1000 1200
Axis Title

Grafik 3. Hubungan antara Energi Panas dengan Usaha


a. Nilai kesetaraan joule tiap kalori
y = 5,6958x + 87,541
γ=5,6958 J/kal
b. Derajat Kepercayaan
DK=0,9941×100%=99,41%
c. Ketidakpastian Relatif
KR=100% - 99,41% =0,59%=3 AB
d. Ketidakpastian
KR
∆γ= γ ×
100%
0,6%
∆γ= 5,6958 J/kal × =0,0336 J/kal
100%
e. Pelaporan fisika
γ =\{5,70±0,03\}J/kal

6. Perbandingan teori

%diff=|4,186 J/kal- 5,6958 J/kal


4,9409 J/kal |×100%
1,5098
%diff==|
4,9409 |
×100 % =31%
D. Nilai Kesetaraan yang dilaporkan
1. Nilai kesetaraan
a. Kesetaraan rata-rata
γ 1 + γ2 + γ 3
γ́ =
3
5,2148 J/kal+ 5,6199 J/kal+ 5,6958 J/kal
γ́ = =5,510 J/kal
3
b. Ketidakpastian
δ1 =|γ́ - γ 1|=|5,510- 5,2148| J/kal =0,2952 J/kal
δ2 =|γ́ - γ 2|=|5,510- 5,6199| J/kal =0,1099 J/kal
δ3 =|γ́ - γ 3|=|5,510 - 5,6958| J/kal=0,1858 J/kal
δ maks =∆ γ́ =0,2952 J/kal
c. Kesalahan relatif
∆ γ́ 0,2952 J/kal
KR= ×100%= ×100%=5,37%=2 AB
γ́ 5,510 J/kal
d. Derajat kepercayaan
DK=100%-KR=100%-5,37%=94,63%
e. Pelaporan fisika
γ́ = { 5,5±0,3 } J/kal
2. Perbandingan teori
4,186 J/kal- 5,510 J/kal
%diff= | 4,848 J/kal |
×100%

%diff== |1,4,848
324
|×100 % = 27 %
PEMBAHASAN
Pengukuran 1 dengan m1 adalah {167,090±0,010}g, diperoleh suhu akhir
Tf untuk data terbaik adalah data ke-2 yaitu {35,5±0,5}˚C dan waktu yang
dibutuhkan adalah {120,0±0,1}s. Data suhu akhir ini digunakan untuk mencari
nilai jumlah kalor. Jumlah kalor diperoleh dari penjumlahan kalor air dengan
kalor aluminium menggunakan persamaan umum kalor yaitu Q=m.c.T. Pada
analisis kalor air diperoleh Qair = 250,635 kal dengan ketidakpastian ∆Qair =
167,94 kal sehingga kesalahan relatifnya 67% dengan pelaporan fisika
Qair={0,25±0,17}x103kal. Jumlah kalor kalorimeter ditambahan pengaduk sebagai
kalor aluminium diperoleh Qaluminium = 20,262 kal dengan ketidakpastian ∆Qaluminium
= 13,5788 kal. Kesalahan relatifnya 67% dengan pelaporan fisika
Qaluminium={0,020±0,014}x103kal. Dari kedua data tersebut setelah dijumlahkan
diperoleh energi panas Q=270,897 kal dengan ketidakpastian Q=180,7188 kal.
Kesalahan relatifnya 67% dengan pelaporan fisika Q={0,27±0,181}x103kal.
Data waktu yang diperoleh digunakan untuk mencari nilai usaha listrik
dengan persamaan W=V.I.t. Dari hasil analisis diperoleh W=1260 J dengan
ketidakpastian ∆W=103 ,1058 J. Kesalahan relatifnya 8,2% dengan pelaporan
fisika W={1,3±0,1}x103J.
Jumlah kalor yang diperoleh sebagai energi panas sedangkan usaha listrik
sebagai energi mekanis. Dari 10 data yang diambil kemudian dibuatkan grafik
hubungan antara energi panas dengan usaha. Dari grafik diperoleh y=mx+c

∆W
dimana W=Qx+c. Nilai m dari grafik bernilai tan θ yaitu =γ. Dimana 
∆Q
merupakan nilai kesetaraan energi yang diperoleh berdasarkan praktikum. Dari
grafik diperoleh γ=5 ,2148 J/kal dengan ketidakpastian 0,0412 J/kal.
Ketidakpastian relatifnya adalah 0 ,79 % dengan pelaporan fisika
γ =\{5,21±0,04\}J/kal. Nilai ini jika dibandingkan dengan teori yaitu 1
kalori=4,186 J diperoleh persen perbedaan yaitu 22%.
Pengukuran II dengan m2 adalah {181,050±0,010}g, diperoleh suhu akhir
Tf untuk data terbaik adalah data ke-1 yaitu {34,5±0,5}˚C dan waktu yang
dibutuhkan adalah {60,0±0,1}s. Data suhu akhir ini digunakan untuk mencari
nilai jumlah kalor. Pada analisis kalor air diperoleh Qair = 90,525 kal dengan
ketidakpastian ∆Qair = 181,055 kal sehingga kesalahan relatifnya 200 % dengan
pelaporan fisika Qair={0,09±0,18}x103kal. Jumlah kalor kalorimeter ditambahan
pengaduk sebagai kalor aluminium diperoleh Qaluminium = 6,754 kal dengan
ketidakpastian Q=13,5091 kal. Kesalahan relatifnya 67% dengan pelaporan
fisika Qaluminium={0,007±0,0014}x103kal. Dari kedua data tersebut setelah
dijumlahkan diperoleh energi panas Q=97,279 kal dengan ketidakpastian
Q=194,5641 kal. Kesalahan relatifnya 200% dengan pelaporan fisika
Q={0,097±0,195}x103kal.
Data waktu yang diperoleh digunakan untuk mencari nilai usaha listrik
dengan persamaan W=V.I.t. Dari hasil analisis diperoleh W=630 J dengan
ketidakpastian ∆W=52,101 J. Kesalahan relatifnya 8,3% dengan pelaporan fisika
W={0,63±0,05}x103J. Dari grafik diperoleh γ=5 , 6199 J/kal dengan
ketidakpastian 0,0 337 J/kal. Ketidakpastian relatifnya adalah 0 , 6 % dengan
pelaporan fisika γ =\{5,62±0,03\}J/kal. Nilai ini jika dibandingkan dengan teori
yaitu 1 kalori=4,186 J diperoleh persen perbedaan yaitu 29,2%.
Pengukuran II dengan m2 adalah {163,500±0,010}g, diperoleh suhu akhir
Tf untuk data terbaik adalah data ke-3 yaitu {36,0±0,5}˚C dan waktu yang
dibutuhkan adalah {180,0±0,1}s. Data suhu akhir ini digunakan untuk mencari
nilai jumlah kalor. Pada analisis kalor air diperoleh Qair = 327 kal dengan
ketidakpastian ∆Qair = 163,52 kal sehingga kesalahan relatifnya 50% dengan
pelaporan fisika Qair={0,33±0,16}x103kal. Jumlah kalor kalorimeter ditambahan
pengaduk sebagai kalor aluminium diperoleh Qaluminium = 27,016 kal dengan
ketidakpastian ∆Qaluminium = 13,5124 kal. Kesalahan relatifnya 50% dengan
pelaporan fisika Qaluminium={0,027±0,014}x103kal. Dari kedua data tersebut setelah
dijumlahkan diperoleh energi panas Q=354,016 kal dengan ketidakpastian
Q=177,0324 kal. Kesalahan relatifnya 50% dengan pelaporan fisika
Q={0,35±0,18}x103kal.
Data waktu yang diperoleh digunakan untuk mencari nilai usaha listrik
dengan persamaan W=V.I.t. Dari hasil analisis diperoleh W=1890 J dengan
ketidakpastian ∆W=163 ,5984 J. Kesalahan relatifnya 8,7% dengan pelaporan
fisika W={1,9±0,2}x103J. Dari grafik diperoleh γ=5 , 6958 J/kal dengan
ketidakpastian 0,0 33 6 J/kal. Ketidakpastian relatifnya adalah 0 , 59 % dengan
pelaporan fisika γ =\{5,70±0,03\}J/kal. Nilai ini jika dibandingkan dengan teori
yaitu 1 kalori=4,186 J diperoleh persen perbedaan yaitu 31%. Nilai kesetaraan
energi yang dilaporkan merupakan hasil rata-rata untuk ketiga pengukuran
sehingga diperoleh pelaporan fisika γ́ = { 5 ,5±0,3 } J/kal dengan kesalahan relatif
5,37% dan perbandingan teori adalah 27%.
Nilai kesalahan relatif yang tinggi pada data setiap jumlah kalor
pengukuran I, II, dan III disebabkan karena data yang paling baik yang diperoleh
dari ke-10 pengambilan data memberikan data terbaik pada data-data awal. Data-
data awal ini berarti pada saat perubahan suhunya sangat kecil dari suhu awal
yaitu 34,0˚C. Seperti perubahan suhu pada pengukuran I, II, dan III berturut-turut
adalah 1,5˚C, 0,5˚C, dan 2,0˚C. Sedangkan ketidakpastian mutlak termometer
adalah 0,5˚C. Sehingga jika dibagikan untuk mencari KR tentu nilainya sangat
besar.
Nilai persen diff dari ketiga pengukuran yaitu pengukuran I, II, dan III
berturut-turut adalah 22%, 29,2%, dan 31%. Hasil praktikum yang didapatkan ini
juga cukup besar. Hal ini dikarenakan sistem pada kalorimeter yang tidak dijaga
konstan. Penutup pada kalorimeternya pun tidak rapat sehingga ada kemungkinan
kalor keluar dari sistem. Basicmeter yang digunakan juga kurang baik karena
angka nolnya tidak tepat berimpit. Sehingga dalam pengukuran kuat arus maupun
tegangannya tidak akurat. Hal-hal inilah yang mempengaruhi perolehan data
praktikum ini.

SIMPULAN DAN DISKUSI


A. Simpulan
Simpulan berdasarkan rumusan masalah yang diajukan adalah,
1. Prinsip kesetaraan (ekuivalensi) energi adalah suatu keadaan dimana nilai
energi mekanis setara dengan energi panas. Energi mekanis diperoleh dengan
pemberian beda potensial, arus listrik akan mengalir melalui amperemeter
sehingga beda potensial akan timbul pada ujung-ujung kumparan yang akan
menghasilkan usaha listrik pada sistem untuk memanaskan air. Energi panas
merupakan energi yang dilepaskan oleh elemen listrik yang diterima oleh air
dan kalorimeter sehingga temperatur sistem menjadi meningkat. Sehingga
nantinya akan didapat nilai kesetaraan yaitu berapa usaha mekanis yang
dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kalori.
2. Nilai kesetaraan energi panas dan energi mekanis berdasarkan praktikum yang
dilaporkan adalah γ́ = { 5 ,5±0,3 } J/kal dengan perbandingan teori adalah 27%
perbedaannya.
B. Diskusi
Diskusi yang kami lakukan berupa saran untuk asisten, dosen, dan
laboratorium ,
1. Saran bagi asisten
Kepada asisten kami menyarankan agar lebih memperhatikan keadaan
praktikan. Asisten hendaknya tidak meninggalkan praktikan saat
melakukan praktikum agar segala pengarahan mengenai praktikum dapat
diperoleh dengan jelas oleh praktikan.
2. Saran bagi praktikan
Kepada praktikan hendaknya mencari asisten untuk meminta respon dan
analisis pada awal waktu sebelum pengumpulan laporan agar tidak
kewalahan mengerjakan laporan praktikum. Dalam pengambilan data
juga harus berhati-hati agar tidak merusak alat maupun bahan yang
digunakan dan yang paling penting adalah praktikan harus teliti dalam
pengambilan data agar data yang diperoleh sesuai dengan teori.
3. Saran bagi dosen
Kepada dosen hendaknya membimbing lebih baik kepada para asisten
akan bagaimana cara membimbing praktikannya dalam melakukan suatu
praktikum sesuai dengan aturan-aturan yang ada.
4. Saran bagi laboratorium
Kepada laboratorium maupun petugas yang menyediakan alat dan bahan
dalam praktikum hendaknya mengawasi dan memperhatikan alat-alat
ukur atau kelengkapan yang ada di dalam laboratorium karena masih
banyak dari alat tersebut yang sudah rusak yaitu memiliki kesalahan
bersistem bahkan tak dapat/layak untuk digunakan lagi.

DAFTAR RUJUKAN

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga


Halliday, David dan Resnick, Robert. 2010. Fisika Dasar Jilid 1 Edisi Ketiga.
Ciracas: Erlangga
Herman dan asisten LFD. 2015. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 2. Makassar:
Unit Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri
Makassar.
Tipler, Paul A. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Young, Hugh D. dan Roger A. Freedman. 2002. Fisika Universitas Edisi
Kesepuluh Jilid I. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai