Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No.

03, September 2016, 82-86


ISSN: 2302-4496

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PEMUAIAN PANJANG SEBAGAI


MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA SUB POKOK BAHASAN SUHU DAN PEMUAIAN

Fevy Dwi Kartikarini, Prabowo


Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya
Email: fevydwikartika@ymail,com

Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kelayakan alat peraga pemuaian panjang yang
dikembangkan baik secara teoritis maupun secara empiris, hasil belajar, dan respons siswa
setelah melakukan kegiatan pembelajaran yang menggunakan alat peraga pemuaian panjang.
Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian pengembangan dan model penelitian
pengembangan yang dipilih adalah ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation,
Evaluation). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kelayakan alat peraga pemuaian
panjang yang divalidasi oleh tiga validator adalah 81,25%. Nilai tersebut menunjukkan
kelayakan alat peraga secara teoritis. Alat peraga yang telah divalidasi diujicobakan di tiga
kelas yang dipilih secara acak, hasil ujicoba yang diperoleh merupakan nilai pengetahuan, nilai
sikap, dan nilai keterampilan. Alat peraga dianggap layak secara empiris jika mampu
meningkatkan nilai pengetahuan siswa. Berdasarkan hasil pretest dan posttest dari ketiga kelas,
diketahui bahwa kelas X MIA 1, X MIA 2, dan X MIA 7 mengalami peningkatan masing-masing
0,41; 0,36; dan 0,40. Ketiga kelas menunjukkan peningkatan pada kategori sedang. Hasil belajar
terintegrasi diperoleh dengan mengakumulasikan nilai posttest pengetahuan, nilai sikap, dan
nilai keterampilan dengan bobot masing-masing adalah 5, 3, dan 2. Nilai rata-rata hasil belajar
terintegrasi untuk kelas X MIA 1, X MIA 2, dan X MIA 7 berturut-turut sebesar 74, 73, dan 73.
Respons siswa terhadap pembelajaran yang menerapkan alat peraga pemuaian panjang
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan alat peraga mendapat respons positif
dari masing-masing kelas. Respons rata-rata kelas X MIA 1 adalah 85,50%, kelas X MIA 2
adalah 84,12%, dan kelas X MIA 7 adalah 90,75%. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
dapat disimpulkan bahwa alat peraga pemuaian panjang layak sebagai media pembelajaran
fisika.

Kata Kunci: Alat Peraga, Pemuaian Panjang , Kelayakan

Abstract
The purpose of this research is to determine eligibility of thermal expansion apparatus
theoretically and empirically, study results after learning activities that uses thermal expansion
apparatus, and students response to learning that uses thermal expansion apparatus. The kind
of research is research development and the model is ADDIE (Analysis, Design, Development,
Implementation, and Evaluation). The result showed that the eligibility of thermal expansion
apparatus been validated by three validator is 81,25%. This value represents eligibility props
theoretically. Props that have been validated implemented on three class that chosen at random,
the result is knowledge value, attitude value, and skills value. Props considered to be worth
empirically if able to improve the students knowledge. Based on the results of pretest and
posttest, show that X1, X2, and X7 increased 0,41; 0,36; and 0,40. Integrated study results
obtained by posttest value, attitude value, and skill value. The average integrated value of X1,
X2, and X7 is of 74, 73, and 73. The student response to learning that apply thermal expansion
apparatus shows that learning by applying thermal expansion apparatus get positive response
from each class. The response percentage of X1 is 85,50%, X2 is 84,12%, and X7 is 90,75 %. Can
be concluded that thermal expansion apparatus is worth as learning physics media.

Key word: Props, Thermal Expansion, Eligibility

PENDAHULUAN dihadapi dalam dunia pendidikan semakin


Globalisasi tidak hanya mempengaruhi dari segi kompleks, permasalahan tersebut lebih terasa sejak
ekonomi dan budaya, akan tetapi juga dari segi munculnya pasar bebas ASEAN yang dikenal
pendidikan. Dari tahun ke tahun, tantangan yang dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),

Fevy Dwi Kartikarini, Prabowo 82


Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 03, September 2016, 82-86
ISSN: 2302-4496

untuk bisa bertahan dalam kondisi tersebut menonjolkan identitas kurikulum 2013, karena
diharapkan luaran hasil proses pendidikan melalui kegiatan inilah tiga aspek dapat dinilai
memiliki kualitas yang cukup baik. Masyarakat yaitu dari segi pengetahuan, sikap, dan
Indonesia diharapkan tidak hanya unggul dari segi keterampilan. Fisika sebagai salah satu mata
pengetahuan akan tetapi juga dari segi pelajaran IPA tidak lepas dari kegiatan pengamatan
keterampilan dan sikap. Berdasarkan alasan dan praktikum, hal ini diperkuat oleh pernyataan
tersebut, kurikulum mengalami perkembangan Muslimin Ibrahim (2013:2) kegiatan IPA terdiri dari
secara berkelanjutan. keterampilan proses dasar dan keterampilan proses
Perkembangan kurikulum menyebabkan terpadu, keterampilan proses dasar terdiri dari
perubahan paradigma pembelajaran, semula mengamati, mengukur, mengomunikasikan, dan
orientasi pembelajaran berpusat pada guru (teacher mengklasifikasikan, sedangkan keterampilan proses
center) kini beralih berpusat pada siswa (student terpadu terdiri dari merancang eksperimen,
center), metodologi yang semula lebih didominasi merumuskan hipotesis, melaksanakan eksperimen,
ekspositori beralih ke partisipatori, dan pendekatan dan menarik kesimpulan. Berdasarkan uraian
yang semula tekstual beralih menjadi kontekstual tersebut tentulah kegiatan eksperimen atau
(Trianto, 2008:7). Dalam pembelajaran CTL praktikum sangat bermanfaat apabila dikaitkan
(Contextual Teaching and Learning) siswa tidak hanya dalam kegiatan pembelajaran karena siswa mampu
belajar konsep akan tetapi juga harus mampu mendapat pengetahuannya sendiri berdasarkan
menerapkannya dalam kehidupan nyata, siswa data yang diperoleh.
dituntut untuk mampu mengaitkan informasi yang Kegiatan eksperimen atau praktikum yang
telah diperoleh dengan hal-hal yang ada diharapkan oleh para guru dan siswa kenyataannya
disekitarnya dan mampu membuktikannya dalam sering dirasakan sulit karena terbatasnya fasilitas
kegiatan laboratorium, hal ini sesuai dengan sarana dan prasarana laboratorium yang
pernyataan Trianto (2008:23) yang mana mendukung. Menurut data Balitbang Depdiknas
pembelajaran kontekstual berfokus pada tahun 2005, tercatat bahwa dari 8886 SMA
multiaspek lingkungan belajar diantaranya ruang Negeri/Swasta, yang memiliki laboratorium IPA
kelas, laboratorium, laboratorium komputer, tempat sebanyak 69%, dan yang belum memiliki
bekerja, dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa laboratorium IPA sebanyak 31%, lalu kondisi
pembelajaran CTL menuntut siswa terlibat gedung laboratorium IPA yang baik terdapat 41%,
langsung untuk membuktikan mengapliksikan rusak berat 33%, rusak ringan 26%, untuk
konsep yang telah diperoleh. Berdasarkan kerucut persentase keadaan alat atau bahan lengkap sebesar
pengalaman Edgar Dale, melalui pengalaman 27%, dan belum lengkap sebesar 73%. Penggunaan
langsung, pengetahuan tersebut akan semakin laboratorium IPA dengan frekuensi tinggi 36%,
konkret (Sadiman, Arief S., dkk., 2008:8). sedang 31%, rendah 33% (Suprayitno, 2011). Dari
Pembelajaran IPA merupakan salah satu data tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang melibatkan pengalaman laboratorium beserta alat dan bahan laboratorium
langsung, hal ini dikarenakan pembelajaran IPA tidak dapat dimanfaatkan dengan optimal termasuk
merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi alat peraga yang digunakan untuk pembelajaran
(Laksmi, Prihantoro dkk, 1986 dalam Trianto, 2008). fisika, kondisi tersebut bertentangan dengan
Pengalaman langsung inilah yang sebenarnya pernyataan Sutrisno (2016) bahwa alat peraga
mengembangkan kompetensi agar siswa mampu merupakan salah satu hal yang harus dipersiapkan
memahami alam sekitar melalui proses “mencari untuk pengembangan pembelajaran fisika yang
tahu” dan “berbuat” dan hal tersebutlah yang sesuai dengan struktur keilmuan, pola pikir, dan
membantu siswa untuk memahami pengetahuan hakekat fisika. Banyaknya alat yang belum lengkap
secara mendalam (Trianto, 2007:103). Pengalaman menuntut guru lebih kreatif untuk
langsung dalam pembelajaran dapat dilakukan mengembangkan alat peraga yang dapat digunakan
dengan mengamati demonstrasi suatu alat peraga di dalam kelas.
dan melakukan kegiatan eksperimen, kegiatan ini Berdasarkan hasil wawancara dengan guru
dianggap sebagai salah satu kegiatan yang fisika SMA Negeri 20 Surabaya, kegiatan praktikum

Fevy Dwi Kartikarini, Prabowo 83


Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 03, September 2016, 82-86
ISSN: 2302-4496

sering dilakukan terutama untuk siswa kelas X dan diperoleh dengan membagikan angket respons ke
kelas XI, sedangkan untuk kelas XII, guru fokus siswa.
untuk memberikan materi sebagai persiapan ujian Hasil validasi yang diperoleh dipersentase untuk
nasional. Kegiatan praktikum yang dilakukan di masing-masing aspek, persentase ≥61%
SMA Negeri 20 Surabaya hanya dilakukan di kelas menunjukkan kelayakan alat secara teoritis. Nilai
dan merupakan kegiatan praktikum sederhana pretest dan nilai posttest yang diperoleh dianalisis
dengan bahan dan alat sederhana. Berdasarkan dengan menghitung nilai rata-rata gain
hasil observasi laboratorium SMA Negeri 20 ternormalisasi, persamaan yang digunakan adalah
Surabaya, terdapat banyak alat peraga dalam sebagai berikut:
kondisi rusak karena tidak pernah digunakan, salah
satunya adalah alat pemuaian panjang
(Hake, 1998:65)
(Muscenbroek). Alat tersebut mampu menunjukkan
Keterangan:
peristiwa pemuaian logam yang tidak bisa teramati
= nilai rata-rata pretest
secara langsung. Supaya pembelajaran fisika sub
= nilai rata-rata posttest
pokok bahasan suhu dan pemuaian berjalan dengan
= nilai rata-rata gain ternormalisasi
baik maka alat peraga pemuaian panjang perlu
dikembangkan. Nilai gain ternormalisasi menunjukkan peningkatan
hasil belajar aspek pengetahuan dan peningkatan
METODE PENELITIAN yang terjadi menunjukkan kelayakan alat secara
Jenis penelitian yang digunakan adalah teoritis.
penelitian pengembangan dan model penelitian Nilai posttest pengetahuan, nilai sikap, dan nilai
pengembangannya adalah ADDIE (Analysis, Design, keterampilan yang diperoleh digunakan untuk
Development, Implementation, and Evaluation). menentukan nilai terintegrasi dengan bobot nilai
Penelitian dilakukan di laboratorium instrumentasi pengetahuan, nilai sikap, nilai keterampilan masing-
Jurusan Fisika UNESA dan SMA Negeri 20 masing 5, 3, dan 2. Hasil respons siswa yang
Surabaya pada semester genap tahun ajaran diperoleh dipersentase untuk masing-masing aspek,
2015/2016. persentase ≥51% menunjukkan respons positif
Alat peraga yang ingin dikembangkan dianalisis siswa.
sesuai dengan KI KD yang ada, lalu menentukan
tujuan pembelajaran yang disesuaikan dengan KI HASIL DAN PEMBAHASAN
KD tersebut, selanjutnya menganalisis kebutuhan Kelayakan Alat Peraga
siswa dengan melakukan wawancara terhadap guru Kelayakan alat peraga pemuaian panjang
fisika SMA, observasi kelas, dan observasi diperoleh secara teoritis dan empiris. Kelayakan
laboratorium. Tahap selanjutnya adalah mendesain alat peraga secara teortis diperoleh dari penilaian
alat peraga dan perangkat yang dibutuhkan untuk tiga validator, yaitu dua dosen fisika dan satu guru
pembelajaran, lalu alat yang telah dibuat ditelaah fisika. Sebelum menempuh proses validasi, alat
dan divalidasi oleh tiga validator, yaitu dua dosen peraga pemuaian panjang ditelaah dan diuji coba
fisika sebagai ahli alat dan ahli materi, serta satu terlebih dahulu. Dari hasil uji coba tersebut
guru fisika SMA. Alat yang telah divalidasi diperoleh nilai koefisien muai panjang masing-
diujicobakan ke siswa, rancangan eksperimen yang masing logam adalah sebagai berikut:
digunakan adalah one group pretest-posttest. Uji coba Tabel 1. Nilai koefisien muai panjang
dilakukan di tiga kelas yang dipilih secara acak. Soal Koefisien Muai Panjang
No. Bahan Pipa
tes yang disusun berdasarkan ranah C1-C6 (α)(/°C)
digunakan untuk menilai pengetahuan siswa 1 Aluminium 0.000102
sebelum dan setelah kegiatan pembelajaran, lembar
2 Tembaga 0.000034
observasi yang disusun berdasarkan ranah A1-A5
untuk menilai sikap siswa dan lembar observasi
berdasarkan ranah P1-P4 untuk menilai Diperoleh hasil bahwa koefisien muai panjang
keterampilan siswa. Selanjutnya respons siswa aluminium lebih besar daripada koefisien muai

Fevy Dwi Kartikarini, Prabowo 84


Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 03, September 2016, 82-86
ISSN: 2302-4496

panjang tembaga, akan tetapi nilai yang bahwa alat peraga layak digunakan sebagai media
ditunjukkan tabel 1 berbeda nilai koefisien muai pembelajaran.
panjang secara teori, perbedaan tersebut dapat Hasil Belajar Siswa
disebabkan oleh rentang perubahan nilai Siswa tidak hanya dinilai dari aspek
pertambahan panjang yang cukup besar, adanya pengetahuan saja akan tetapi juga dari aspek sikap
tegangan termal, dan pipa uji yang tidak lurus. dan keterampilan. Nilai dari ketiga aspek tersebut
Setelah proses telaah dan uji coba, alat peraga diakumulasikan sehingga diperoleh hasil belajar
tersebut divalidasi, hasil analisis validasi dari tiga terintegrasi. Berikut nilai rata-rata hasil belajar
orang validator ditunjukkan pada tabel 2. terintegrasi masing-masing kelas sampel:
Tabel 2. Hasil analisis validasi oleh tiga validator Tabel 4. Nilai rata-rata hasil belajar terintegrasi
Persentase
No. Aspek Yang Dinilai Nama Nilai Terintegrasi
(%)
1. Kesesuaian dengan konsep yang X MIA 1 (Kelas Eksperimen) 74
91,67
dipelajari X MIA 2 (Kelas Replikasi 1) 73
2. Kemampuan alat dalam
meningkatkan kompetensi peserta 83,33 X MIA 7 (Kelas Replikasi 2) 73
didik Respons Siswa Terhadap Pembelajaran
3. Kemudahan perawatan alat 83,33
Tangapan siswa diperoleh dengan membagikan
4. Keakuratan alat 75,00
5. Kemudahan pengoperasian alat 91,67 angket ke siswa. Berikut hasil analisis angket dari
6. Konstruksi alat aman bagi peserta ketiga kelas sampel:
75,00
didik Tabel 5. Hasil analisis angket siswa
7. Alat memiliki nilai estetika
75,00 Persentase
(warna dan bentuk) No Aspek yang dinilai Rata-Rata
8. Kemudahan mencari, mengambil, (%)
75,00
dan menyimpan alat
1 Alat praktikum pemuaian
Rata-Rata Persentase (%) 81,25 panjang yang telah anda
Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase 100,00
gunakan sudah sesuai dengan
kelayakan untuk setiap aspek ≥61% sehingga dapat konsep pemuaian.
dikatakan alat peraga pemuaian panjang yang 2 Alat praktikum pemuaian
panjang ini membantu anda 95,61
dikembangkan layak digunakan. memahami konsep pemuaian.
Kelayakan secara empiris diperoleh dari hasil uji 3 Alat pemuaian panjang ini
coba alat peraga yang dilakukan di sekolah. Alat membuat anda termotivasi 86,84
peraga tersebut dianggap layak jika mampu dalam belajar fisika.
meningkatkan nilai pengetahuan siswa. Berikut 4 Alat pemuaian panjang yang
92,98
dikembangkan ini menarik.
hasil rata-rata nilai pretest dan posttest untuk ketiga
5 Selama kegiatan praktikum, alat
kelas. pemuaian panjang ini dapat 80,70
Tabel 3. Hasil rata-rata nilai pretest dan posttest befungsi dengan baik.
Rata-Rata Rata-Rata 6 Alat pemuaian panjang yang
Kelas
Pretest Posttest dikembangkan ini mudah 85,96
X MIA 1 (Kelas Eksperimen) 55 73 digunakan.
X MIA 2 (Kelas Replikasi 1) 7 Alat pemuaian panjang ini aman
60 74 72,81
untuk digunakan.
X MIA 7 (Kelas Replikasi 2) 51 71 8 Alat pemuaian panjang ini
praktis untuk digunakan dalam 80,70
kegaiatan pembelajaran.
Tabel 3 menunjukkan adanya peningkatan nilai tes
9 Anda senang mengikuti
pengetahuan setelah alat peraga pemuaian panjang pembelajaran dengan
diterapkan di kegiatan pembelajaran. Nilai rata-rata menggunakan alat pemuaian 93,86
gain ternormalisasi untuk kelas X MIA 1, X MIA 2, panjang yang telah
dikembangkan ini.
dan X MIA 7 berturut-turut adalah 0,41; 0,36; 0,40.
10 Anda merasa lebih aktif dalam
Ketiga nilai tersebut menunjukkan peningkatan pembelajaran dengan
79,82
dalam kategori sedang. Hasil analisis menunjukkan menggunakan alat praktikum
pemuaian panjang ini.

Fevy Dwi Kartikarini, Prabowo 85


Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 03, September 2016, 82-86
ISSN: 2302-4496

Hasil angket menunjukkan persentase ≥51% Saran


untuk masing-masing aspek yang dinilai, hal ini Berdasarkan proses penelitian yang telah
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai
menggunakan alat peraga pemuaian panjang pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. Berikut
mendapat respons positif dari siswa. saran yang diberikan peneliti:
1. Bahan pipa logam yang digunakan pada alat
PENUTUP peraga pemuaian panjang perlu ditambah,
Temuan sehingga koefisien muai panjang yang dicari
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang lebih bervariasi.
telah dilakukan, diperoleh temuan sebagai berikut: 2. Data hasil uji coba alat sebaiknya dianalisis
1. Alat peraga pemuaian panjang yang telah menggunakan metode perhitungan dengan
dikembangkan layak digunakan sebagai media syarat mengontrol suhu awal dan suhu
pembelajaran. Kelayakan secara teoritis
akhir ketika percobaan, metode analisis ini
menunjukkan persentase lebih dari 61% untuk
menghasilkan nilai koefisien muai panjang
masing-masing aspek, persentase tersebut
yang lebih mendekati teori daripada metode
menunjukkan bahwa alat peraga layak
digunakan. Kelayakan secara empiris diperoleh analisis grafik.
setelah alat peraga diterapkan di sekolah, 3. Dalam penggunaannya di kelas, sebaiknya alat
penerapan alat pada kegiatan pembelajaran peraga pemuaian panjang ini perlu dibuat lebih
membantu siswa meningkatkan nilai banyak, sehingga kegiatan dapat dilaksanakan
pengetahuan, peningkatan yang dialami kelas X lebih maksimal.
MIA 1 adalah 0.41, kelas X MIA 2 adalah 0.36,
dan kelas X MIA 7 adalah 0.40. Peningkatan ini DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan bahwa alat peraga layak Ibrahim, Muslimin. 2013. Konsep, Miskonsepsi dan
digunakan sebagai media pembelajaran. Cara Pembelajarannya. Surabaya: UNESA
2. Hasil belajar siswa setelah menggunakan alat University Press.
peraga pemuaian panjang pada kegiatan Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam
pembelajaran merupakan akumulasi dari nilai Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.
posttest pengetahuan, nilai sikap, dan nilai Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual
keterampilan. Nilai rata-rata hasil belajar (Contextual Teaching and Learning) Di Kelas.
terintegrasi untuk kelas X MIA 1, X MIA 2, X Jakarta: Cerdas Pustaka.
MIA 7 berturut-turut sebesar 74, 73, 73. Sadiman, Arief S., dkk, 2008. Media Pendidikan:
3. Hasil angket respons siswa pada masing-masing Pengertian, Pengembangan, dan
kelas menunjukkan nilai respons ≥51%, sehingga Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo
dapat dikatakan bahwa siswa masing-masing Persada.
kelas menunjukkan respons positif terhadap Suprayitno, Totok. 2011. Pedoman Pembuatan Alat
pembelajaran fisika yang menggunakan alat Peraga Fisika untuk SMA. Jakarta:
peraga pemuaian panjang. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Simpulan Sutrisno. 2016. Pengembangan Alat Peraga
Berdasarkan hasil temuan, dapat disimpulkan Pembelajaran Fisika, (Online),
bahwa alat peraga pemuaian panjang layak http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JU
digunakan sebagai media pembelajaran pada sub R._PEND._FISIKA/196302071991031-
WASLALUDDIN/pengemb_alat_peraga_p
pokok bahasan suhu dan pemuaian, hal ini
emb_fisika.pdf, diunduh 15 Juni 2016.
ditunjukkan dengan hasil validasi alat dan
peningkatan nilai pengetahuan. Kegiatan Hake, R. R. 1998. Interactive-Engagement Versus
Traditional Methods: A Six-Thousand-Student
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga
Survey Of Mechanics Tes Data For Introductory
pemuaian panjang tersebut juga mendapat respon Physics Course, Am. J. Physics. American
positif dari siswa. Associations of Physics Teachers.

Fevy Dwi Kartikarini, Prabowo 86

Anda mungkin juga menyukai