Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENGANTAR GIZI KESMAS

KEKURANGAN VITAMIN A

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 4

AJI ALFISYAH NUR R ( 0911015


HENDY EKA SUHERMAN ( 0911015124 )
HERAWATI ( 0911015
LAODE MUHAMMAD SYARIAT ( 0911015
MITRA ARMELIA ( 0911015
MUSTIKAWATI ARIFIN ( 0911015

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselaikan.

Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah informasi


tentang Kekurangan Vitamin A yang merupakan aspek sangat penting
dipertimbangkan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat pedesaan di
Indonesia.

Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
lebih menyempurnakan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan semoga makalah
ini bermanfaat.

Samarinda, november 2010

Tim penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Vitamin merupakan suatu zat senyawa kompleks yang berfungsi untuk
membantu pengaturan atau proses kerja tubuh. Zat ini sangat penting untuk
melakukan aktivitas, karena bila tubuh kekurangan, maka pada akhirnya
akibat kekurangan vitamin akan membuat tubuh rentan terhadap penyakit.
Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin larut dalam lemak yang
berperan penting dalam pembentukan sistem penglihatan yang baik. Terdapat
beberapa senyawa yang digolongkan ke dalam kelompok vitamin A, antara
lain retinol, retinil palmitat, dan retinil asetat. Akan tetapi, istilah vitamin A
seringkali merujuk pada senyawa retinol dibandingkan dengan senyawa lain
karena senyawa inilah yang paling banyak berperan aktif di dalam tubuh.
Vitamin A banyak ditemukan pada wortel, minyak ikan, susu, keju, dan hati.
Akibat kekurangan vitamin bisa menjadi problem yang besar, apalagi
karena vitamin merupakan salah satu zat yang paling dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Berbagai vitamin memang tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh
manusia, karena itu perlu asupan dari makanan dan buah-buahan untuk
mendapatkan vitamin tersebut.

Vitamin A dapat diperoleh pada minyak hati ikan, kuning telur, mentega,
krim dan margarin yang telah diperkaya dengan vitamin A. Sedangkan
provitamin A dapat diperoleh dari sayur-sayuran berdaun hijau gelap dan
buah-buahan berwarna kuning atau merah serta minyak kelapa.
Akibat dari kekurangan vitamin A ini bermacam-macam antara lain
terhambatnya pertumbuhan, gangguan pada kemampuan mata dalam
menerima cahaya, kelainan-kelainan pada mata seperti xerosis dan
xerophthalmia, serta meningkatnya kemungkinan menderita penyakit infeksi.
Bahkan pada anak yang mengalami kekurangan vitamin A berat angka
kematian meningkat sampai 50%.
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui tentang kekurangan vitamin A dan untuk mengetahui cara
pencegahan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Vitamin A
Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin larut dalam lemak yang
berperan penting dalam pembentukan sistem penglihatan yang baik.
Terdapat beberapa senyawa yang digolongkan ke dalam kelompok vitamin
A, antara lain retinol, retinil palmitat, dan retinil asetat. Akan tetapi, istilah
vitamin A seringkali merujuk pada senyawa retinol dibandingkan dengan
senyawa lain karena senyawa inilah yang paling banyak berperan aktif di
dalam tubuh. Vitamin A banyak ditemukan pada wortel, minyak ikan, susu,
keju, dan hati.
Peranan vitamin A dalam indra penglihatan
Vitamin A banyak berperan dalam pembentukan indra penglihatan bagi
manusia. Vitamin ini akan membantu mengkonversi sinyal molekul dari
sinar yang diterima oleh retina untuk menjadi suatu proyeksi gambar di otak
kita. Senyawa yang berperan utama dalam hal ini adalah retinol. Bersama
dengan rodopsin, senyawa retinol akan membentuk kompleks pigmen yang
sensitif terhadap cahaya untuk mentransmisikan sinyal cahaya ke otak. Oleh
karena itu, kekurangan vitamin A di dalam tubuh seringkali berakibat fatal
pada organ penglihatan.
Vitamin A dan sistem imun
Vitamin A juga dapat melindungi tubuh dari infeksi organisme asing, seperti
bakteri patogen. Mekanisme pertahanan ini termasuk ke dalam sistem imun
eksternal, karena sistem imun ini berasal dari luar tubuh. Vitamin ini akan
meningkatkan aktivitas kerja dari sel darah putih dan antibodi di dalam
tubuh sehingga tubuh menjadi lebih resisten terhadap senyawa toksin
maupun terhadap serangan mikroorganisme parasit, seperti bakteri patogen
dan virus.
Antioksidan
Beta karoten, salah satu bentuk vitamin A, merupakan senyawa dengan
aktivitas antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas. Senyawa
radikal bebas ini banyak berasal dari reaksi oksidasi di dalam tubuh maupun
dari polusi di lingkungan yang masuk ke dalam tubuh. Antioksidan di dalam
tubuh dapat mencegah kerusakan pada materi genetik (DNA dan RNA) oleh
radikal bebas sehingga laju mutasi dapat ditekan. Penurunan laju mutasi ini
akan berujung pada penurunan risiko pembentukan sel kanker. Aktivitas
antioksidan juga terkait erat dengan pencegahan proses penuaan, terutama
pada sel kulit.
Konsumsi
Vitamin A memiliki 2 bentuk aktif yang dapat dicerna tubuh, yaitu retinil
palmitat dan beta karoten. Retinil palmitat berasal dari makanan hewani,
seperti daging sapi, hati ayam, ikan, susu, dan keju. Beta karoten sendiri
berasal makanan nabati, seperti bayam, brokoli, dan wortel. Bila kekurangan
vitamin ini maka tubuh dapat mengalami gangguan pernafasan kerabunan
dan bahkan kebutaan, sedangkan kelebihan asupan vitamin A dapat
menyebabkan mual, sakit kepala, nyeri sendi, iritasi, dan kerontokkan
rambut.
2.2. kekurangan vitamin A
Vitamin merupakan bahan makanan organik yang dalam jumlah kecil
diperlukan untuk pertumbuhan normal dan kesehatan tubuh. Jumlah yang
diperlukan sehari-hari demikian kecilnya, sehingga dapat diperkirakan bahwa
vitamin bekerja sebagai katalisator. Telah dapat dibuktikan bahwa beberapa
vitamin merupakan bahan esensial pada sistem oksidasi karbohidrat, protein
dan lemak. Tubuh tidak dapat membuat vitamin akan tetapi harus
memilikinya. Terutama organ yang sedang tumbuh sangat rentan akan
kekurangan vitamin. Oleh karena itu gejala kekurangan suatu vitamin sangat
penting dalam Ilmu Kesehatan Anak. Lebih penting pula ialah mengetahui
bentuk laten dan bentuk dini dari penyakitnya. Kecurigaan akan hal ini dapat
dibuktikan dengan pemeriksaaan biokimia. Anamnesis makanan yang cermat
dapat menolong dugaan kemungkinan penyakit kekurangan. Sebaliknya
dengan munculnya banyak pabrik farmasi yang menyodorkan bermacam-
macam vitamin kepada rakyat, maka kemungkinan timbulnya
hipervitaminosis tidak dapat diabaikan pula.
Biasanya vitamin digolongkan dalam 2 golongan, yaitu:
1. Golongan yang larut dalam air, misal: vitamin B kompleks dan vitamin C
2. Golongan yang larut dalam lemak, misal: vitamin A, D, E dan K.
Kekurangan vitamin A (Xeroftalmia)
Kekurangan vitamin A dalam diet seseorang yang berlangsung lama akan
menimbulkan penyakit yang disebut kekurangan vitamin A atau xeroftalmia.
Bersama-sama dengan penyakit Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit
tersebut merupakan penyakit yang sangat penting di antara penyakit gangguan
gizi di Indonesia dan di banyak negeri yang sedang berkembang. Ia
mempunyai peranan yang penting sebagai penyebab kebutaan.
Faktor etiologis
Gejala kekurangan vitamin A akan timbul bilamana:
1. Dalam jangka waktu yang lama dalam diet terdapat kekurangan
vitamin A atau provitamin A.
2. Terdapat gangguan resorpsi vitamin A atau provitamin A.
3. Terdapat gangguan konversi provitamin A menjadi vitamin A.
4. Kerusakan hati.
5. Kelainan kelenjar tiroidea.

Peranan vitamin A pada fungsi penglihatan


Telah dapat ditentukan bahwa retina mata yang normal mengandung
pigmen yang dikenal sebagai rodopsinatau visual puple. Pigmen tersebut
mengandung vitamin A yang terikat pada protein. Jika mata menerima cahaya
maka akan terjadi konversi rodopsin menjadi visual yellow dan kemudian
visual white. Pada konversi demikian akan menghilang sebagai vitamin A.
Regenerasi visual purple hanya akan terjadi bila tersedia vitamin A. Tanpa
regenerasi maka penglihatan pada cahaya remang setelah mata menerima
cahaya yang terang akan terganggu.
Patologi
Pada kekurangan vitamin A, kelainan yang dapat timbul pada manusia ialah:
1. Buta senja.
Kelainan sebagai akibat dari gangguan regenerasi rodopsin. Merupakan
gejala pertama kekurangan vitamin A dan timbul sebelum gejala lainnya
tampak.
2. Xeroftalmia
Dimulai dengan timbulnya perubahan pada jaringan epitel yang menjadi
kering dan keras. Kadang-kadang terlihat bercak Bitot yang merupakan
bercak putih berbuih dan berbentuk segitiga, terdapat di daerah nasal atau
temporal dari kornea mata. Fotofobia dan konjungtivitis timbul lebih
dahulu disusul oleh pigmentasi coklat muda dari konjungtiva. Perubahan
jaringan epitel konjungtiva dapat menjalar ke kornea dan disusul oleh
ulserasi, perforasi dan destruksi total mata (keratomalasia). Kerusakan
demikian dapat timbul dengan cepat, sehingga diagnosis dini dari tanda-
tanda kekurangan tersebut sangat penting.
3. Kelainan kulit
Dapat ditemukan kelainan berupa hiperkeratosis folikularis dan biasanya
terdapat pada bagian lateral dari lengan, tungkai bawah dan bokong.
4. Metaplasia jaringan epitel di bagian tubuh lain seperti di trakea, pelvis
renalis, kelenjar ludah, ureter dan sebagainya.
5. Konsentrasi vitamin A dan karotin dalam plasma rendah (normal 30-50
mikrogram per-100 ml untuk vitamin A dan 60-240 gama untuk karotin).
Kebutuhan akan vitamin A.
Oleh Food and Nutrition Board of te National Research Council of the United
States of America dianjurkan pemberian vitamin A dalam diet sebagai berikut:

 Bayi : 1.500 SI
 Umur 1 – 3 tahun : 2.000 SI
 Umur 4 – 6 tahun : 2.500 SI
 Umur 7 – 9 tahun : 3.500 SI
 Umur 10 – 12 tahun : 4.500 SI
 Umur 13 – 19 tahun : 5.000 SI
Vitamin A bukan hanya berguna untuk mencegah kebutaan, tapi sanggup
memicu pertumbuhan balita dan sebagai menangkal radikal bebas.
Vitamin A juga penting untuk pemeliharaan rambut dan kulit serta berguna
membantu hormon yang berperan dalam proses reproduksi.
Dulu orang menduga bahwa untuk mencapai gizi normal, tubuh hanya
memerlukan protein, lemak, karbohidrat, dan mineral. Pendapat itu
berlangsung terus, sampai akhirnya di awal abad ke-20, seorang ahli
membuktikan bahwa orang tidak dapat hidup normal hanya dengan zat-zat gizi
tersebut.
Pada tahun 1911 diusulkan suatu zat pelengkap yang disebut vitamin. Vitamin
adalah zat organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah sangat sedikit, tapi
sangat dibutuhkan dalam usaha mempertahankan gizi normal. Semua mahkluk
hidup membutuhkan vitamin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tumbuh-
tumbuhan dapat mensintesis sendiri vitamin untuk memenuhi kebutuhannya,
sedangkan manusia dan hewan mendapatkan hampir semuanya dari makanan.
Dalam beberapa hal, tubuh manusia dapat membuat vitamin, misalnya dari
provitamin A (karoten) yang diubah menjadi vitamin A. Ada juga beberapa
vitamin yang dapat disintesis dengan pertolongan bakteri yang terdapat di
dalam usus manusia.
Vitamin dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu yang larut di
dalam air dan lemak. Contoh vitamin yang larut di dalam air adalah B
kompleks dan C, sedangkan yang larut lemak vitamin A, D, E, dan K. Dari
semua vitamin tersebut, vitamin A paling banyak menimbulkan masalah.
Salah satu dari empat masalah gizi yang dihadapi penduduk Indonesia dewasa
ini adalah kekurangan vitamin A (KVA). Vitamin A merupakan vitamin yang
paling tua dipelajari, terutama dalam hubungannya dengan masalah kebutaan.

Multimanfaat
Secara garis besar, manfaat vitamin A adalah sebagai berikut:
1. Proses penglihatan. Vitamin A dalam bentuk retinal akan bergabung
dengan opsin (suatu protein) membentuk rhodopsin, yang merupakan
pigmen penglihatan. Adanya rhodopsin itulah yang memungkinkan kita
dapat melihat. Rendahnya konsumsi menyebabkan menurunnya simpanan
vitamin A di dalam hati dan kadarnya di dalam darah. Akibat lebih lanjut
adalah berkurangnya vitamin A yang tersedia untuk retina.
2. Mengatur sistem kekebalan tubuh (imunitas). Sistem kekebalan membantu
mencegah atau melawan infeksi dengan cara membuat sel darah putih
yang dapat menghancurkan berbagai bakteri dan virus berbahaya. Vitamin
A dapat membantu limposit (salah satu tipe sel darah putih) untuk
berfungsi lebih efektif dalam melawan infeksi.
3. Mencegah kebutaan. Kekurangan vitamin A menyebabkan kelenjar tidak
mampu mengeluarkan air mata, sehingga film yang menutupi kornea
mengering. Selanjutnya kornea mengalami keratinisasi dan pengelupasan,
sehingga menjadi pecah. Infeksi tersebut menyebabkan mata
mengeluarkan nanah dan darah. Dampak lebih lanjut adalah munculnya
titik bitot (putih pada bagian hitam mata) serta terjadi gangguan yang
disebut xerosis conjunctiva, xerophthalmia, dan buta permanen.
4. Menangkal radikal bebas. Vitamin A dan betakaroten terbukti merupakan
antioksidan yang dapat melindungi sel dari serangan radikal bebas untuk
mencegah timbulnya berbagai penyakit kronis, seperti jantung dan kanker.
5. Memicu pertumbuhan. Kekurangan vitamin A menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan karena gangguan pada sintesis protein. Gejala ini sering
tampak pada anak balita. Penelitian pada hewan percobaan menunjukkan
bahwa proses pertumbuhan akan terhenti jika kebutuhan vitamin A tidak
terpenuhi.
6. Memelihara kesehatan sel-sel epitel pada saluran pernapasan. Kekurangan
atau kekurangan vitamin A menyebabkan sel-sel epitel tidak mampu
mengeluarkan mucus (lendir) dan membentuk cilia (semacam rambut)
untuk mencegah akumulasi bahan asing pada permukaan sel. Karena itu,
kekurangan vitamin A dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan
bagian atas (ISPA).
7. Membentuk dan memelihara pertumbuhan tulang dan gigi. Kekurangan
vitamin A terbukti dapat menghambat pemanjangan tulang dan
terbentuknya gigi yang sehat. Karena itu, kecukupan konsumsi vitamin A
sangat penting diperhatikan untuk anak-anak yang sedang mengalami
proses pertumbuhan dan perkembangan.
8. Memelihara kesehatan kulit dan rambut. Kekurangan vitamin A dapat
menyebabkan kulit dan rambut menjadi kasar dan kering.
9. Mendukung proses reproduksi. Vitamin A diperlukan dalam produktivitas
hormon steroid (hormon seks) dan proses spermatogenesis (pembentukan
sel sperma) yang sangat vital dalam proses pembuahan sel telur untuk
menghasilkan keturunan. Karena itu, kekurangan vitamin A menyebabkan
kemandulan.
Penyakit Infeksi
Gejala awal dari kekurangan vitamin A adalah anak tidak lagi dapat
melihat dengan jelas di sore hari, disebut sebagai buta senja. Tahapan
selanjutnya jika kekurangan vitamin A terus berlanjut adalah xerosis
konjungtiva (bagian putih mata kering, kusam, tidak bersinar), bercak bitot
(bercak seperti busa sabun), xerosis kornea (bagian hitam mata kering,
kusam, dan tidak bersinar), keratomalasia (sebagian dari hitam mata
melunak seperti bubur), ulserasi kornea (seluruh bagian hitam mata
melunak seperti bubur), xeroftalmia scars (bola mata mengecil atau
mengempis), dan akhirnya menjurus buta permanen
Kekurangan vitamin A merupakan penyebab kebutaan kedua terbesar
setelah katarak. Kekurangan vitamin A tingkat sedang dapat menghambat
pertumbuhan dan menurunkan sistem imunitas (kekebalan) terhadap
serangan penyakit infeksi.
Di dunia, sekarang ini sekitar 40 juta anak-anak menderita kekurangan
vitamin A dan 13 juta anak menunjukkan gejala klinis gangguan pada
mata. Sekitar sepertiga kematian anak-anak juga disebabkan oleh
kekurangan vitamin A.
Di Indonesia, sekitar separuh anak balita menunjukkan kekurangan
vitamin A subklinis (Malaspina, 1998). Selain itu, paling sedikit tiga juta
anak di seluruh dunia menderita xeropthalmia yang dapat merusak kornea
mata, dan 250.000 sampai 500.000 menderita buta setiap tahunnya akibat
kekurangan vitamin A.
Kebanyakan penderita tinggal di negara-negara sedang berkembang. Dari
berbagai studi terungkap bahwa kekurangan vitamin A menyebabkan
seperempat dari kematian anak di negara berkembang.
Di dunia, tidak kurang dari dua juta anak meninggal setiap tahun karena
kekurangan vitamin A. Hal tersebut terjadi karena selain menyebabkan
kebutaan, kekurangan vitamin A juga menurunkan daya pertahanan tubuh.
Dengan kondisi seperti itu, anak-anak akan mudah terserang penyakit
infeksi, seperti campak, diare, dan tuberkulosa paru. Padahal, konsumsi
vitamin A yang cukup akan meningkatkan sistem imun tubuh, sehingga
terhindar dari penyakit tersebut.
Penyebab utama kekurangan vitamin A adalah konsumsi yang kurang
pada makanan sehari-hari. Penyebab lainnya adalah meningkatnya
kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi pada kondisi fisiologis tertentu
(seperti ketika sedang hamil dan menyusui), terganggunya proses
penyerapan (malabsorpsi), atau diare dan penyakit liver kronis.
Sumber Vitamin A
Sumber vitamin A dapat dibedakan atas preformed vitamin A (vitamin A
bentuk jadi) dan provitamin A (bahan baku vitamin A). Vitamin A bentuk
jadi atau retinol bersumber dari pangan hewani, seperti daging, susu dan
olahannya (mentega dan keju), kuning telur, hati ternak dan ikan, minyak
ikan (cod, halibut, hiu).
Provitamin A atau korotenoid umumnya bersumber pada sayuran berdaun
hijau gelap (bayam, singkong, sawi hijau), wortel, waluh (labu parang),
ubi jalar kuning atau merah, buah-buahan berwarna kuning (pepaya,
mangga, apricot, peach), serta minyak sawit merah. Sayangnya, pada
proses pengolahan lebih lanjut, banyak betakaroten yang hilang, sehingga
kadarnya hanya tinggal sedikit pada minyak goreng.
Betakaroten merupakan provitamin A yang paling efektif diubah oleh
tubuh menjadi retinol (bentuk aktif vitamin A). Karotenoid lainnya, seperti
lycopene (tomat dan semangka), xanthopyl (kuning telur dan jagung),
zeaxanthin (jagung), serta lutein, walaupun memiliki aktivitas untuk
peningkatan kesehatan, bukan merupakan sumber vitamin A.
Tergantung Lemak
Tingkat penyerapan vitamin A oleh tubuh, antara lain dipengaruhi oleh
konsumsi lemak dan sumber bahan pangannya. Dalam kondisi konsumsi
lemak yang tepat, tingkat penyerapan vitamin A asal hewani dapat
mencapai sekitar 80 persen.
Kemampuan penyerapan karotenoid sangat tergantung pada keberadaan
garam empedu, umumnya mencapai sekitar separuh dari penyerapan
vitamin A asal hewani. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
sumber vitamin A hewani jauh lebih baik daripada nabati.
Mengingat tingkat penyerapan vitamin A sangat tergantung pada
kecukupan konsumsi lemak, upaya pengolahan sayuran menjadi sayur
bersantan (sayur bobor atau lodeh) dan yang ditumis dengan sedikit
minyak (oseng-oseng) akan jauh lebih baik dibandingkan dengan sayur
bening atau lalap. Diet rendah lemak yang terlalu ketat, karena alasan takut
kegemukan atau untuk menghindari penyakit jantung, perlu ditinjau ulang.
Kehadiran lemak dalam makanan sehari-hari tetap diperlukan untuk
menjaga kesehatan tubuh. Yang perlu diperhatikan adalah jenis dan jumlah
lemak dalam menu harian. Lemak dengan kandungan asam lemak tidak
jenuh ganda (PUFA), lebih bermanfaat bagi kesehatan daripada lemak
dengan kandungan asam lemak jenuh tinggi.
2.3. Penyakit akibat kekurangan vitamin A
XEROFTALMIA
Kelainan atau gangguan mata ini, dari tingkatnya yang ringan sampai
berat, sering ditemui pada anak usia balita. Sedangkan, pada bayi atau
anak usia di bawah 1 tahun, gangguan ini jarang terjadi
Jika kemudian asupan makanannya kurang atau muncul kerusakan mukosa
usus, maka penyerapan zat-zat makanannya termasuk vitamin A juga
kurang. Ini pun dapat menyebabkan defisiensi vitamin A pada anak.
Gangguan mata xeroftalmia tidak harus selalu terjadi secara berurutan.
Bisa saja pada seorang anak gangguan xeroftalmia ditemukan sudah pada
stadium 3. Hal ini tergantung pada seberapa besar defisiensi vitamin A
yang dialami. Umumnya, bila berat maka kondisi kesehatan anak pun
sangat buruk. Jadi, parah-tidaknya kelainan ini amat tergantung pada
kondisi anak yang bersangkutan.
* Xerosis konjungtiva
Konjungtiva atau selaput lendir mata atau bagian putih mata merupakan
pelindung bola mata. Seharusnya, pada mata yang sehat, selaput lendir ini
tampak bening, tidak merah, tidak berlendir dan transparan.
Jika mengalami gangguan, warna mata anak akan berubah menjadi keabu-
abuan, mata tampak kering, kusam dan tak lagi berkilau. Juga mulai
timbul kekeringan pada bagian luar mata. Kelainan ini dapat diketahui
dengan pemeriksaan sederhana, menggunakan senter dan kaca pembesar.
Di tempat prakter dokter mata, pasien akan diperiksa degan alat yang
disebut biomikroskop.
Pada stadium awal, gejalanya ada yang disertai bercak (Bitot spot) dan
tidak. Bercak yang tampak terutama di celah mata sisi luar atau di pinggir
kornea (daerah limbus), yaitu suatu bintik seperti busa sabun, yang terdiri
atas sel-sel keratin (sel tanduk).
Stadium ini bisa diobati dengan pemberian kapsul vitamin A. Mata akan
membaik dalam 2-3 hari dan kelainan akan menghilang dalam waktu dua
minggu. Selain itu, untuk membantunya akan diberikan pula tetesan air
mata buatan agar matanya tidak kering.
* Xerosis kornea
Bila kondisi anak tak bagus karena defisiensi vitamin A yang membuat
imunitasnya menurun, maka proses kerusakan yang terjadi pada mata pun
akan semakin cepat terjadi. Kekeringan pada konjungtiva atau selaput
lendirnya bisa berlanjut sampai ke kornea atau bagian hitam mata.
Kornea adalah jalan masuk cahaya ke dalam bola mata (retina) sehingga
kita dapat melihat. Pada stadium dua ini kornea tampak kering dan kasar,
serta penglihatan anak pun terganggu. Bila dilakukan pengobatan dengan
pemberian vitamin A, kornea diharapkan membaik setelah sebulan.
* Keratomalasia
Pada stadium tiga, kerusakan yang terjadi lebih parah lagi. Di kornea itu
sudah muncul ulkus atau borok. Ukurannya bisa kecil atau hanya
mengenai kurang dari 1/3 bagian kornea mata dan bisa juga besar sampai
mengenai daerah permukaannya. Yang paling parah, bila kornea sudah
mencair. Kerusakan mata seperti ini sudah permanen sifatnya. Anak akan
mengalami kebutaan dan tak bisa disembuhkan.
* Xeroftalmia Scars
Pada gangguan stadium akhir, kornea mata tampak menjadi putih. Bola
mata juga tampak mengempis. Jaringan parut yang ditinggalkan akibat
kerusakan itu akan menghalangi penglihatan anak. Ia tak bisa melihat lagi
atau buta. Kerusakan yang terjadi pun permanen, tak bisa diperbaiki.

Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR)


Tidak ada tanda-tanda spesifik defisiensi vitamin A pada bayi seperti
buta senja, kornea kering, dermatitis folikularis dan lain-lain. Pada
prinsipnya, konsentrasi serum retinol <0,35 µg/g umumnya dikatakan
sebagai indikator adanya defisiensi vitamin A, meskipun hubungan
langsung konsentrasi retinol hati dan serum tidak selalu ada. Vitamin A
memainkan peranan penting dalam diferensiasi dan pemulihan sel epitel
jalan napas. Defisiensi vitamin A akan menyebabkan perubahan progresif
epitel jalan napas. Perubahan-perubahan ini termasuk necrotizing
tracheobron-chitis pada stadium awal defisiensi dan metaplasia skuamosa
pada stadium lanjut. Perubahan patofisiologi ini akan menyebabkan: (a)
kehilangan sekresi normal sel goblet dan sel sekretori yang lain, (b)
kehilangan homeostasis air normal yang melewati epitel trakeobronkial, (c)
kehilangan silia yang merupakan predisposisi terjadinya atelektasis rekuren
dan infeksi jalan napas, dan (d) penyempitan lumen dan kehilangan
distensibilitas jalan napas yang akan mengakibatkan peningkatan resistensi
jalan napas. Bayi prematur yang rentan terhadap penyakit paru akut, subakut
dan kronik mempunyai risiko terhadap penyakit paru yang
disebutbronchopulmonary dysplasia (BPD). Diagnosis BPD berdasarkan
kebutuhan suplementasi oksigen, gejala-gejala respiratorik dan gambaran
radiologik abnormal paru yang khas yang menetap sampai setelah 28 hari
sesudah lahir. Meskipun bentuk defisiensi yang sebenarnya tidak dikenal
secara klinik, BBLSR dengan insufisiensi pernapasan berat dan atau BPD
mempunyai konsentrasi retinol plasma yang sangat rendah. Tabel 1
memperlihatkan vitamin A plasma dan retinol binding protein (RBP) pada
bayi-bayi baru lahir.

Oleh karena cadangan yang sedikit pada waktu lahir, BBLSR dengan
pertumbuhan yang cepat membutuhkan jumlah vitamin A lebih banyak dibanding
dengan bayi cukup bulan untuk menjamin penyimpanan yang adekuat dalam
jaringan. Tabel 2 memperlihatkan kebutuhan nutrisi sehari untuk BBLSR dengan
mengutamakan cara pemberian (enteral atau parenteral). Terdapat dua perbedaan
besar pada pemberian vitamin parenteral dibandingkan enteral, yaitu: (a) dengan
cara intravena, infus berkesinambungan dan (b) tidak melewati hati.
Hal ini dapat meningkatkan pengeluaran beberapa vitamin melalui ginjal, yang
disatu pihak dapat mengurangi resiko keracunan tapi di pihak lain dapat
mengubah kapasitas tempat
penyimpanan hati dan biotransformasi vitamin.

Nutrisi parenteral diindikasikan untuk dukungan nutrisi awal pada semua BBLSR
dan akan dilanjutkan sampai pem-berian enteral dapat melengkapi kekurangan
untuk meningkatkan pencapaian berat. Kebutuhan vitamin A yang
direkomendasikan bersama dengan beberapa nutrisi lain diperlihatkan pada tabel 2
Pencegahan

Pencegahan defisiensi vitamin A, per oral:

 Dewasa: 200.000 IU tiap 6 bulan


 Ibu hamil: maksimal 10.000 IU sekali sehari atau maksimal 25.000
IU 1x semingu
 Bayi <6 bulan: 50.000 IU
 Bayi 6-12 bulan: 100.000 IU tiap 4-6 bulan, bisa diberikan saat
vaksinasi campak
 >1 tahun: 200.000 IU tiap 4-6 bulan. Dosis tambahan dapat
diberikan pada anak yang sedang terkena campak.
Terapi xeroftalmia, per oral:

 Bayi <6 bulan: 50.000 IU saat terdiagnosis, diulang esok harinya


dan 2 minggu kemudian
 6-12 bulan: 100.000 IU saat terdiagnosis, diulang esok harinya dan
2 minggu kemudian
 Anak >1 tahun dan dewasa (termasuk wanita dengan gejala
xeroftalmia berat): 200.000 IU saat terdiagnosis, diulang esok
harinya dan 2 minggu kemudian
 Wanita dewasa dengan gejala xeroftalmia ringan, misalnya rabun
senja: 5000-10000 IU per hari minimal selama 4 minggu, atau
hingga 25.000 IU per minggu.
Sediaan:

 Kapsul 50.000 IU, 100.000 IU, 200.000 IU


 Larutan minyak oral: 100.000 IU
 Tablet salut gula: 10.000 IU
 Injeksi: 100.000 IU dalam ampul 2 ml
Efek samping: pada dosis besar dapat menyebabkan kelainan kongenital,
peningkatan tekanan sementara dalam rongga kepala pada dewasa, ubun-
ubun menonjol pada bayi. Dosi massif menyebabkan kulit kasar, rambut
kering, pembesaran hati, peningkatan kalsium, alkali fosfatase serum dan
laju endap darah.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akibat kekurangan vitamin bisa menjadi problem yang besar, apalagi
karena vitamin merupakan salah satu zat yang paling dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Berbagai vitamin memang tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh
manusia, karena itu perlu asupan dari makanan dan buah-buahan untuk
mendapatkan vitamin tersebut.

Vitamin A dapat diperoleh pada minyak hati ikan, kuning telur, mentega,
krim dan margarin yang telah diperkaya dengan vitamin A. Sedangkan
provitamin A dapat diperoleh dari sayur-sayuran berdaun hijau gelap dan
buah-buahan berwarna kuning atau merah serta minyak kelapa.
Kekurangan vitamin A juga dapat menyebabkan Xefophtalmia dan Bayi
Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR). Maka dari itu perhatian khusus terhadap
asupan vitamin A merupakan hal yang harus di perhatikan agar tidak terjadi
KVA
3.2 Saran
Agar tidak terjadi kekurangan vitamin A disarankan diperlukan asupan
yang cukup dari makanan dan buah-buahan. Sehingga resiko Xefophtalmia
dan Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dapat diminimalisir ataupun
dihindari.

DAFTAR PUSATAKA

Anonim A. 2008. Vitamin A lebih dari sekedar mencegah kebutaan.


http://klipingut.wordpress.com. Di akses pada 5 November 2010
Anonim B. 2009. Vitamin A dan kesehatan mata. http://www.mail-
archive.com/milis-nakita. di akases pada 5 November 2010
Anonim C. 2010. Xerhophtalmia. http://id.wikipedia.org/wiki/Xerophtalmia. di
akses pada 5 november 2010
Goetz LH. 1986. Malnutrition and immunological function with special reference to cell-
mediated immunity. Am J Physic Anthropol
Lee Rd, Thomas CF, Marietta RG, Stark WS. 1996. Vitamin A, visual pigments, and visual
receptors in Drosophila. Microscopy Research Tech
Surif, Bambang. 2008. Vitamin A untuk berat bayi lahir sangat rendah.
http://www.kalbe.co.id. Di akases pada 5 november 2010
Zamel. 2010. Malnutrien untuk tumbuh kembang anak. http://medicastore.com.
Di akses pada 5 november 2010

Anda mungkin juga menyukai