1. Kata Pengantar
2. Standar Kompetensi
Memiliki pengetahuan dan kemampuan menerapkan Hukum
Kepolisian Indonesia.
Kompetensi Dasar
1. Pengertian Hukum
2. Unsur-unsur hukum
Sebagaimana telah dijelaskan salam pengertian hukum,
bahwa hukum terdiri dari Norma dan Sanksi. Norma dapat
berbentuk perintah-perintah (imperare), larangan (prohibere)
dan kebolehan (permitere). Bila perintah tidak dilaksanakan
maka akan dikenakan sanksi (bisa berupa tindakan disiplin),
bila larangan dilanggar maka juga akan dikenakan sanksi
(mungkin bisa sangsi pidana), sedangkan kebolehan,
pertimbangannya diserahkan kepada masing-masing
individu sesuai nilai kesusilaan perorangannya.dari
beberapa perumusan tentang hukum, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa hukum meliputi beberapa unsur, yaitu :
a. Pengaturan mengenai tingkah laku manusia dalam
pergaulan masyarakat .
b. Peraturan diadakan oleh badan-badan resmi yang
berwajib.
c. Peraturan bersifat mengatur dan memaksa.
d. Adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran
peraturan tersebut.
BAB II
EKSISTENSI KEPOLISIAN
DAN SIFAT HUKUM KEPOLISIAN
BAB III
SUMBER HUKUM KEPOLISIAN
Kompetensi Dasar
1. Sumber Hukum
Dalam ilmu hukum dikenal istilah sumber hukum yang terdiri
dari sumber hukum formal dan sumber hukum meterial
a. Sumber hukum formal yaitu sumber yang menetukan
kekuatan berlakunya hukum. Dalam hal ini yang
penting adalah cara terciptanya hukum dan bentuk
dimana hukum dinyatakan.
BAB IV
AZAS-AZAS HUKUM KEPOLISIAN
DAN AZAS KEPOLISIAN
Kompetensi Dasar
3. Azas-azas Kepolisian
b. Di Indonesia
Berbeda dengan kepolisian inggris. Kepolisian Negara
republik Indonesia memiliki Tribrata sebagai pedoman
hidupnya, dan sekaligus juga sebagai landasan ideal
filsafati Kepolisian. Oleh karena itu azas Kepolisian
Negara Republik Indonesia dirangkum dalam tribrata
yang memuat nilai-nilai ideal :
1) Polisi abdi utama dari nusa dan bangsa.
2) Polisi warga Negara utama/teladan.
3) Polisi wajib menjaga ketertiban pribadi rakyat.
2) Azas Kewajiban
Azas Kewajiban merupakan azas yang memberi
wewenang untuk melakukan tindakan-tindakan
selain yang disebut dalam undang-undang dengan
pembatasan tertentu. Azas ini dijadikan pedoman
dan patokan dalam melaksanakan tindakan yang
langsung berkaitan dengan tugas pokok terutama
yang menyangkut pemeliharaan keamanan dan
ketertiban. dibelanda azas ini dinamakan
“Plichtmatigheidbeginsel“ dan di jerman disebut
“Pflichtsmaessigkeitsprinsip” yang diartikan
“memakai kewajiban hukum sebagai ukuran“. Hal
itu berarti bahwa tindakan yang dilakukan harus
berada dalam lingkungan jabatan yang menjadi
tugas pokok dalam keadaan mendesak dan
terpaksa untuk kepentingan umum, petugas
kepolisian diberikan wewenang untuk bertindak
menurut penilaiannya sendiri atau penilaian bebas
(freies Ermessen). Azas ini biasa juga dikenal
dengan isitilah “diskresi” (direction).
3) Azas partisipasi
6) Azas Oportunitas
Azas Oportunitas, di jerman digunakan dalam arti
luas sehingga mencakup juga azas kewajiban. Di
BAB V
OBYEK HUKUM KEPOLISIAN
Kompetensi Dasar
BAB VI
KONSEPSI KEPOLISIAN
Kompetensi Dasar
Dalam Tri Brata terkandung nilai filosofi polisi abdi utama dari
nusa dan bangsa, polisi warga negara (teladan) dan polisi
wajib menjaga ketertiban pribadi rakyat.
3. Fungsi Kepolisian
4. Tujuan Kepolisian
5. Peranan Kepolisian
Peranan Kepolisian dapat dilihat dari berbagai segi antara
lain peranan secara Filosofis, peranan secara Politis dan
a. Tugas Kepolisian
Tugas Kepolisian merupakan aktualisasi dari fungsi
Kepolisian dalam setiap tataran yang merupakan
lingkup pekerjaan tertentu yang bersikap tetap dan
dapat dinyatakan secara tepat teliti. Dalam Undang-
undang Kepolisian dirumuskan dalam tugas pokok Polri
(Pasal 13) dan rincian tugas-tugas (Pasal 14).
Tataran fungsi Kepolisian terdiri dari tataran preemptif,
tataran preventif, tataran represif non yustisial dan
tataran represif yustisial. Tiap tataran fungsi Kepolisian
menggunakan azas kepolisian tertentu dalam mencapai
tujuan kepolisian.
Tataran tugas preemptif merupakan tugas polisi pro aktif
untuk menghadapi potensi gangguan yang mengendap
dalam kehidupan masyarakat dan bila tidak diantisipasi
dapat menimbulkan ganguan nyata. Pola
b. Wewenang Kepolisian
Secara harafiah, wewenang diartikan sebagai hak atau
kekuasaan yang terletak dibidang publik untuk bertindak
atau untuk tidak bertindak dan menentukan keabsahan
dari tindakan. Dalam negara hukum wewenang
diberikan oleh hukum dalam bentuk Undang-undang
dan/atau peraturan perundang-undangan.
1) Azas Wewenang.
Azas wewenang adalah asas atau prinsip yang
dianut dalam pemberian wewenang untuk
melakuka tindakan kepolisian sehingga dalam
2) Lingkup Wewenang
Wewenang kepolisian dibatasi oleh lingkungan
kuasa yang terdiri dari lingkunga kuasa soal-soal
(zaken gebied), lingkungan kuasa orang (personen
gebied), lingkungan kuasa tempat atau ruang
(ruimte gebied / territoir gebied) dan lingkungan
kuasa waktu (tijds gebied).
a) Lingkungan kuasa soal-soal
Lingkungan kuasa soal-soal biasa juga disebut
sebagai matra ikhwal yang menunjuk kepada
hal ikhwal yang menjadi tugas pokok. Untuk
Kepolisian Negara Republik Indonesia
lingkungan kuasanya tersurat dalam rumusan
tujuan kepolisian dan rumusan tugas pokok
serta rumusan tugas-tugasnya didalam
Undang-undang Kepolisian.
Dalam undang-undang Kepolisan No.2 Tahun
2002 Pasal 13 tugas pokok Kepolisian Negara
republik Indonesia adalah :
(1) Memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat.
(2) Menegakan hukum.
(3) Memberikan perlindungan, pengayoman,
dan pelayanan kepada masyarakat.
Rincian dari tugas pokok tersebut
sebagai lingkungan kuasa soal-soal
dijelaskan dalam Pasal 14 ayat (1)
dan (2)
b) Lingkungan kuasa orang (personen gabied)
3) Kelompok wewenang
Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam Undang-undang Kepolisain No. 2 Tahun
2002 dikelompokan dalm 5 kelompok yaitu :
a) Wewenang secara umum pasal 15 ayat (1)
(bersumber dari kewajiban umum kepolisian).
b) Wewnang sesuai Peraturan perundang-
undangan lainnya. Pasal 15 ayat (2).
c) Wewenang dalam proses pidana. Pasal 16
ayat (1) dan (2).
d) Lingkungan kuasa tempat Pasal 17.
e) Wewenang Diskresi Pasal 18 ayat (1) san (2)
yang berbunyi :
(1) Untuk kepentingan umum, Pejabat
Kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya dapat betindak menurut
penilaiannya sendiri.
(2) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (10 hanya dapat dilakukan
dalam keadaan sangat perlu dengan
9. Hubungan-hubungan Kepolisian
Mengenai hubungan-hubungan kepolisian diatur dalam
Undang-undang Kepolisian No. 2 Tahun 2002, Bab VII.
Bantuan Hubungan dan Kerja sama.
Kompetensi Dasar
DAFTAR PUSTAKA