Anda di halaman 1dari 7

KP 2.6.1.

5 “Mekanisme Persalinan Normal”

Slide 2
 Pada uterus, fundus yang lebih besar secara volume sehingga itu ditempati oleh
bokong
 Uterus berbentuk seperti alpukat (runcing/kecil ke arah bawah), kemudian lebih
besar ke arah atas
 Karena secara volume, bokong dan ekstremitas lebih besar volumenya daripada
kepala sehingga ia menempati volume/ruangan/rongga yang lebih besar
 Sementara kepala dengan ukuran dan volume yang lebih kecil menempati pada
bagian bawah
 Bagian bawah adalah bagian yang lebih sempit dari bentuk uterus tadi
Slide 5
 Engagement : diameter biparietal/transversal kepala janin masuk/melewati PAP
(sudah terfiksasi kepala janin di PAP)
 Desensus : turunnya kepala, bisa terjadi oleh 1 faktor atau akibat 4 faktor secara
bersamaan, yaitu
1. Tekanan cairan amnion
2. Tekanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi
- Pada saat kontraksi tersebut, uterus itu semakin mengecil  kontraksi
tersebut mendorong bokong yang ada di atas tadi/ tekanan yang dialirkan
lewat cairan amnion sehingga janin terdorong ke bawah
3. Tekanan otot abdomen ibu
4. Ekstensi dan pelurusan tubuh janin
- Pergerakan janin sendiri juga menyebabkan terjadinya penurunan dari janin
tersebut
Slide 6
 Fleksi (mendekati dari sumbu)
- Memasuki rongga panggul, dimana ukuran paling kecil dari diameter kepala
itu dengan presentasi letak belakang kepala adalah suboksipitpbregmatika
dengan diameter 9,5 cm (dimana akan melewati spina ischiadica). Jika sudah
berada di dasar panggul sehingga kepala akan menyesuaikan dalam bentuk
fleksi maksimal
- Jika terjadi fleksi maksimal, sehingga diameter terkecil dari ukuran kepala
tidak bisa masuk  bisa menyebabkan disosia (terhambatnya penurunan
kepala)
Slide 7
 Rotasi Internal (terjadi di dalam vagina/ di jalan lahir)
- Kepala turun menemui diafragma pelvis  kombinasi elastisitas diafragma
pelvis dan tekanan intra uterin akibat pengaruh his akan menyebabkan
kepala berotasi, dimana ubun-ubun kecil berputar ke arah depan di bawah
simpisis
 Ekstensi
- Setelah kepala janin berada di dasar panggul  ubun-ubun kecil akan berada
di bawah simpisis (dimana ubun-ubun kecil ini merupakan hipomoklion dari
kepala)  kepala akan mengadakan ekstensi (menjauhi dari sumbu)  lahir
bregma (ubun-ubun besar/tulang kepala), dahi, muka, dan akhirnya dagu.
Kepala akan menengadah, dagu akan lebih jauh jaraknya dari dada
 Rotasi Eksternal (terjadi ketika kepala sudah lahir)
- Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi  menyesuaikan
kedudukan kepala dengan punggung anak
- Dengan berputarnya kepala maka bahu juga akan menyesuaikan, sehingga
bahu akan menempati sesuai jalan lahir, karena panggul yang bagian bawah
yang terbesar diameternya adalah anteroposterior (antara simpisis dengan
daerah perineum), sehingga bahu akan menyesuaikan ke daerah tersebut
- Jika tidak terjadi putaran paksi luar tersebut, bahu akan tetap melintang
sehingga dia tidak akan bisa lahir
Slide 8
 Ekspulsi
- Bahu melintasi PAP dalam keadaan miring, kemudian menyesuaikan dengan
bentuk panggul sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah lahir, bahu
berada dalam posisi depan-belakang (anteroposterior)  bahu depan lahir
lebih dahulu, baru kemudian bahu belakang
- Setelah bahu belakang lahir, kemudian akan diikuti dengan lahirnya badan,
kaki, ekstremitas lainnya

KP 2.6.1.5 “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan Normal”


Slide 1
 Faktor-faktor yang mempengaruhi dari proses persalinan normal/ hambatan proses
persalinan normal  distosia
 Penyebab :
1. Kelainan tenaga (ibu)
2. Kelainan janin
3. Kelainan jalan lahir
Slide 2
 Distosia karena kelainan tenaga
Jenis-jenis kelainan his :
1. Inersia uteri
- Inersia uteri adalah kelainan his (normalnya his bersifat fundal dominan :
fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu dibandingkan bagian-bagian
lain pada uterus tersebut)
- Penyebab : karena kontraksi uterus yang lemah, singkat, jarang (kelainan
pada kekuatan, durasi, frekuensi)
- Normalnya kontraksi dari uterus adalah semakin lama semakin kuat, semakin
lama semakin sering, semakin lama waktu kontraksinya (durasi) lebih lama
- Dibagi 2 :
a. Inersia uteri hipotonik primer  dari awal sudah terjadi gangguan dari
kontraksi tersebut
b. Inersia uteri hipotonik sekunder  pernah mencapai his yang normal baik
dari kekuatan, durasi, frekuensi, namun karena sesuatu hal terjadi
kelainan dari his tersebut sehingga kekuatan, durasi, frekuensi menjadi
tidak normal

Slide 3
 His (kontraksi) terlampau kuat : hypertonic uterine contraction
- Ini akan menyebabkan partus yang lebih cepat (tidak normal)  partus
presipitatus  proses persalinan yang singkat (kurang dari 3 jam)
- Bisa terjadi pada proses persalinan pre-term
- Risiko : akan terjadi lingkaran retraksi patologik/ lingkaran Bandl yang bisa
menimbulkan komplikasi ruptura uteri (terputusnya diskontuinitas dari
uterus/robek uterus)  berisiko perdarahan banyak dan bisa menimbulkan
syok hipovolemik pada ibu dan bayi meninggal
Slide 4
 Incoordinate uterine action
- Tidak ada koordinasi yang normal dari durasi, frekuensi, kekuatan (tidak
normal) sehingga walaupun ada his namun tidak efektif untuk menimbulkan
proses persalinan/tidak efektif untuk mengadakan pembukaan
 Uncoordinated hypertonic uterine contraction
- Rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan
hipoksia pada janin
- Kontraksi yang terlalu berlebihan akan mengganggu aliran darah ke uterus
sehingga ibunya nyeri dan kekurangan aliran darah tadi akan menyebabkan
hipoksia pada janin
Slide 5
 Penyebab kelainan pada his :
1. Primigravida : primigravida tua (hamil pertama pada usia >40 tahun)
2. Multipara (kehamilan yang sudah sering yaitu >3)
3. Herediter/keturunan
4. Emosi (gangguan psikologis)
5. Kelainan letak janin/disproporsi sefalopelvik  jika posisi janin atau ukuran dari
kepala janin dan panggul ibu tidak sesuai juga bisa menyebabkan kelainan pada
his
6. Peregangan rahim yang tidak normal
7. Kelainan uterus (kelainan anatomi : bicornuate/septum)
Slide 11
 Kelainan dalam bentuk janin :
a. Makrosomia
- Janin yang besar yaitu >4 kg  berisiko untuk proses persalinan normal 
kadang-kadang tidak bisa lahir normal, namun jika tetap dicoba proses
persalinan normal kepala bisa lahir tetapi bahu tidak bisa lahir dikenal dengan
distosia bahu
b. Hidrosefalus  ukuran/diameter kepala yang besar daripada normal dan berisi
cairan yang disebabkan oleh sumbatan atau hambatan dari sirkulasi cairan
SSP/tulang vertebre sehingga alirannya tersumbat  aliran dari kepala menjadi
tidak lancar sehingga menimbulkan cairan yang menumpuk di kepala
(hidrosefalus)
c. Kelainan bentuk janin yang lain
- Janin kembar-melekat/siam/dempet (double monster)
- Distosia abdominal : janin dengan perut yang besar (kepala dan bahu lahir,
namun perut tidak bisa lahir)
- Tumor-tumor lain pada janin
d. Prolapsus funikul (prolapse tali pusar)
Slide 12
 Posisi Oksipitalis Post Persisten (POPP)
- Juga menghambat karena diameter panggul atau diameter dari bagian
terkecil dari kepala tidak bisa melewati bagian terkecil dari panggul 
persalinan yang lama
- Biasanya bisa terjadi proses persalinan per-vaginam namun harus berbantu
dengan ekstraksi cunam/ekstraksi vakum
Slide 15
 Normal : kepala pada bagian terbawah dan bokong pada bagian fundus uteri
Slide 16
 Penangan dalam kehamilan
a. Primigravida  versi luar (merubah posisi janin tersebut menjadi presentasi
kepala)
- Versi luar sudah tidak digunakan lagi karena berisiko terjadinya ruptur pada
uterus, janin hipoksia, lepas plasenta (solusio plasenta)
- Versi luar bisa dilakukan jika janin bisa lahir normal ke bawah (per vaginam)
Slide 19
 Etiologi letak lintang :
a. Multiparitas : dinding uterus dan perut lembek
b. Prematur : <37 minggu
c. Hidramnion/Polihidramnion : air ketuban banyak dari normal
d. Kehamilan kembar
e. Panggul sempit
f. Tumor di daerah panggul/uterus
g. Plasenta previa
h. Kelainan bentuk rahim : uterus arkuatus/uterus subseptus
Slide 20
 Penangan letak lintang :
- Jika tidak berhasil versi luar maka tidak bisa proses persalinan normal (per
vaginam), sehingga harus dengan seksio sesarea
Slide 21
 Penanganan presentasi ganda :
- Boleh dilahirkan dengan per vaginam, bisa dengan reposisi
lengan/tangan/kaki
- Jika tali pusar lebih dahulu ke bawah (prolapsus funiculi)  tergantung pada
pembukaanya, jika pembukaan sudah besar/>8 bisa disegarakan proses
persalinan normal, namun jika pembukaan masih sedikit maka dilakukan
seksio sesarea karena proses persalinan masih lama sehingga bisa menekan
dari tali pusar tersebut oleh kepala sehingga darah tidak sampai ke janin
sehingga menimbulkan hipoksia berat pada janin
- Jika pembukaan lengkap : boleh dilakukan proses persalinan normal (per
vaginam)
- Janin meninggal walaupun pembukaan belum ada : diusahakan tetap
persalinan normal dengan merubah/memperbaiki posisi

Slide 26
 Pada pemeriksaan leopold 3 dan 4, jika kepala anak belum masuk ke PAP 
menandakan panggulnya sempit
 Pelvimetri klinis dan rontgenologis  dilakukan pengukuran diameter masing-
masing dan rontgen pada tulang panggul

KP 2.6.1.5 “Partograf”
Slide 1
 Partograf  mengaplikasikan proses persalinan ke dalam bentuk partograph
 Tujuan : untuk menurunkan angka kematian ibu karena proses persalinan
/mendeteksi adanya proses kemacetan dalam proses persalinan
Slide 2
 Catatan kemajuan persalinan
a. Fase laten : sebelum pembukaan 3 cm
- Proses persalinan pada fase laten lebih lama karena untuk mencapai
pembukaan 4 bisa mencapai 8 jam untuk primipara
b. Fase aktif : mulai dari pembukaan 4 sampai mencapai 10 (Setelah 10 :
pembukaannya lengkap (kala II)
- Dilatasi dari serviks (pembukaan) : 1 cm/jam  perkiraan selama proses
persalinan kurang lebih selama 10 jam
Slide 3
 Pembukaan hanya bisa dilakukan dengan pemeriksaan dalam
Slide 4
 Fase laten tidak dicatatkan lagi ke dalam patograf
 Patograf mulai dicatat setelah fase aktif pada pembukaan 4
Slide 11
 Garis waspada
- Jika lewat garis waspada, berarti sudah lewat proses persalinan sesuai
dengan waktu
 Garis bertindak : harus dirujuk/tidak bisa proses persalinan normal
 Mulai dicatat dari pembukaan 4

Anda mungkin juga menyukai