Anda di halaman 1dari 10

A.

Taktik, Teknik, Metode, Strategi, Pendekatan dan Model Pembelajaran


Matematika
1. Taktik Pembelajaran
Taktik adalah gaya seseorang ketika menerapkan metode atau
teknik belajar pribadi tertentu. Misalnya, dua orang menggunakan metode
bicara, tetapi strategi yang mereka gunakan mungkin sangat berbeda.
Dalam pidatonya, satu orang sering penuh humor karena dia memang
memiliki selera humor yang tinggi, dan yang lainnya kurang humor, tetapi
karena dia sangat pandai dalam bidang ini, dia menggunakan lebih banyak
alat bantu elektronik. Dalam gaya belajar, keunikan masing-masing guru
akan ditampilkan sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe
kepribadian guru yang bersangkutan. Menurut strategi ini, belajar adalah
ilmu sekaligus seni (keterampilan)(Hatimah, 2013).
2. Teknik Pembelajaran
Teknik pembelajaran dapat dianggap sebagai cara orang
menerapkan metode tertentu. Misalnya, menggunakan metode tutur di
kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak memerlukan teknik
tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan
menggunakan metode tutur di kelas dengan jumlah siswa yang banyak.
terbatas. Begitu pula cara penggunaan dalam diskusi itu perlu
klasifikasikan siswa sebagai kelas aktif dan klasifikasikan siswa sebagai
kelas pasif. Dalam hal ini, guru dapat mengubah teknik tersebut meskipun
mereka berada dalam koridor metode yang sama(Hatimah, 2013).
3. Metode Pembelajaran
Metode merupakan langkah operasi dari strategi pembelajaran
yang dipilih ketika tujuan pembelajaran tercapai, sehingga sumber belajar
yang menggunakan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis
strategi yang digunakan. Ketepatan penggunaan suatu metode akan
menunjukkan fungsi strategi dalam kegiatan pembelajaran(Hatimah,
2013).
Istilah “metode” dapat digunakan dalam segala bidang kehidupan,
karena menurut Kamus Purwadarminta (1976), secara umum metode
adalah metode yang bijaksana dan teratur untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, metode ini
merupakan cara kerja yang sistematis, yang dirancang untuk mendorong
terwujudnya suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
Metode berasal dari kata "metode" (dalam bahasa Inggris) yang berarti
cara untuk memperoleh sesuatu dengan cara tertentu(Hatimah, 2013).
Berdasarkan definisi di atas, terlihat jelas bahwa asas cara tersebut
pada prinsipnya sama, yaitu merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan,
dalam hal ini dapat menyangkut kehidupan ekonomi, sosial, politik dan
agama. Unsur-unsur metode dapat mencakup kegiatan prosedural,
sistematis, logis, terencana, dan pencapaian tujuan. Metode dalam
pembahasan ini adalah metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran dapat diartikan sebagai segala upaya
sistematis dan sadar untuk menciptakan kondisi agar kegiatan
pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Dalam
kegiatan pembelajaran ini tidak terlepas dari interaksi antara sumber
belajar dan warga belajar, oleh karena itu untuk melakukan interaksi
tersebut perlu diterapkan berbagai metode. Interaksi dalam pembelajaran
dapat tercipta sebagai interaksi satu arah, dua arah atau multi arah. Untuk
masing-masing jenis interaksi tersebut maka jelas diperlukan berbagai
metode yang tepat sehingga tujuan akhir dari pembelajaran tersebut dapat
tercapai(Hatimah, 2013).
Metode pembelajaran tidak hanya digunakan sebagai metode
penyampaian materi, karena sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran
mempunyai tugas yang sangat luas, yaitu selain untuk menyampaikan
informasi juga mempunyai tugas untuk mengatur kegiatan belajar agar
warga belajar dapat belajar. Capai tujuan pembelajaran dengan tepat. Oleh
karena itu, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai metode untuk
melaksanakan suatu rencana yang disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran (Hatimah, 2013).
Berdasarkan hal tersebut maka kedudukan metode dalam
pembelajaran mempunyai ruang lingkup sebagai cara dalam:
a. Pemberian dorongan, yaitu cara yang digunakan sumber belajar dalam
rangka memberikan dorongan kepada warga belajar untuk terus mau
belajar
b. Pengungkap tumbuhnya minat belajar, yaitu cara dalam
menumbuhkan rangsangan untuk tumbuhnya minat belajar warga
belajar yang didasarkan pada kebutuhannya
c. Penyampaian bahan belajar, yaitu cara yang digunakan sumber belajar
dalam menyampaikan bahan dalam kegiatan pembelajaran
d. Pencipta iklim belajar yang kondusif, yaitu cara untuk menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan bagi warga abelajar untuk belajar
e. Tenaga untuk melahirkan kreativitas, yaitu cara untuk menumbuhkan
kreativitas warga belajar sesuai dengan potensi yang dimilikinya
f. Pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan hasil belajar, yaitu
cara untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran
g. Pendorong dalam melengkapi kelemahan hasil belajar, cara untuk
untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapi dalam kegiatan
pembelajaran (Hatimah, 2013).
Menerapkannya menggunakan berbagai metode pembelajaran
khusus. Dengan kata lain, strategi adalah “rencana tindakan untuk
mencapai tujuan tertentu”, dan metode adalah “cara untuk mencapai
tujuan tertentu” (Wina Senjaya (2008). Oleh karena itu, metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai metode untuk mencapai tujuan
tertentu. melaksanakan rencana yang telah disiapkan. Mewujudkan tujuan
pembelajaran aktual dan praktis dalam bentuk kegiatan. Ada beberapa
metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan
strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3)
diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7)
brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya (Hatimah, 2013).

4. Strategi Pembelajaran
Strategi kegiatan pembelajaran dapat dijelaskan dalam arti sempit
dan pengertian luas. Dalam arti sempit, istilah "strategi" sama dengan
"metode", yaitu keduanya merupakan metode untuk mencapai tujuan.
Secara garis besar, seperti yang dikatakan Newman dan Logan (Abin
Syamsuddin Makmun, 2003), ia mengedepankan empat elemen strategis
dari setiap bisnis, yaitu:
a. Sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan
aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic
way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps)
yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
d. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan
patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf
keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur
tersebut adalah:
a. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni
perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
b. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan
pembelajaran yang dipandang paling efektif.
c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau
prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
d. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran
keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan
(Hatimah, 2013).
Sementara Camp (Wina Senjaya, 2008) meyakini bahwa strategi
pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan
oleh guru dan siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara
efektif dan efisien. Selain itu, dengan mengutip pemikiran J.R David,
Wina Senjaya (2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
mencakup makna perencanaan. Artinya strategi pada dasarnya masih
merupakan konsep tentang keputusan yang akan diambil dalam
pelaksanaan pembelajaran (Hatimah, 2013).
Dari sudut pandang strategis, pembelajaran juga dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu: (1) eksposur-discovery learning dan (2)
pembelajaran individu kelompok (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008).
Dari segi metode ekspresi dan pengolahan, strategi pembelajaran dapat
membedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi
pembelajaran deduktif (Hatimah, 2013).
5. Model pembelajaran
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran (Hatimah, 2013).
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha
Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990)
mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1)
model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model
personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati
demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut
diidentikkan dengan strategi pembelajaran (Hatimah, 2013).
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah
tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal
juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih
berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran,
sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara
merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan
strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan
rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau
jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah
modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan
pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak
biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang
diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria
penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir,
setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun (Hatimah, 2013).
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan
tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan
memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai
model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan,
sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang
dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak
ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang
untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian
tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun,
jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar
pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori)
pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya
guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model
pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat
kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-
model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya
semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada
(Hatimah, 2013).
6. Pendekatan Pembelajaran Matematika
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Menurut Miftahul Huda (2014:184) pendekatan pembelajaran bisa
dipahami sebagai cara-cara yang ditempuh oleh pembelajaran untuk bisa
belajar dengan efektif. Sedangkan menurut Erman, suherman (2003:6)
pendekatan pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh oleh
guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat
diadaptasikan oleh siswa.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa pendekatan
dalam proses pembelajaran merupakan aspek yang sangat penting dalam
tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Seorang guru dituntut mampu
memilih pendekatan agar sesuai dalam melaksanakan pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
Ada dua jenis pendekatan dalam pembelajaran matematika, yaitu
pendekatan yang bersifat metodologi dan pendekatan yang bersifat materi.
Pendekatan metodologik berkenaan dengan cara siswa beradaptasi konsep
yang disajikan kedalm struktur kognitifnya, yang sejalan dengan cara
guru menyajikan bahan tersebut. Pendekatan metodologik diantaranya
adalah pendekatan intuitif, analitik, sintetik, spiral, induktif, deduktif,
tematik, realistic, heuristic. Sedangkan pendekatan material yaitu
pendekatan pembelajaran matematika dimana dalam menyajikan konsep
matematika melalui konsep matematika lain yang telah dimiliki siswa.
Misalnya untuk menyajikan penjumlahan bilangan menggunakan
pendekatan garis bilangan atau himpunan, untuk menyajikan konsep titik
pada bidng dengan menggunakan vector atau diagram cartesius, untuk
menyajikan konsep penjumlahan bilangan pecahan yang tidak sejenis
digunakan gambar atau model.
1. Pendekatan Kontruktivisme
Dalam kelas kontruktivis seorang guru tidak mengajarkan kepada anak
bagaimana menyelesaikan persoalan, namun mempresentasikan masalah
dan meng’encourage’ (mendorong) siswa untuk menemukan cara mereka
sendiri dalam meyelesaikan permasalahan. Ketika siswa memberikan
jawaban, guru mencoba untuk tidak mengatakan bahwa jawabannya benar
atau tidak benar. Namun guru mendorong siswa untuk setujua atau tidak
setuju kepada ide seseorang dan saling tukar menukar ide sampai
persetujuan dicapai tentang apa yang dapat masuk akal siswa. Didalam
kelas kontruktivis, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang
berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaiannya,
debat antara satu dengan lainnya, berpikir secara kritis tentang cara
terbaik untuk menyelesaikan setiap masalah.
Pendekatan Pemecahan Masalah Matematika
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian,
Siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan
pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan
pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Jika suatu masalah
diberikan kepada seseorang dan seseorang tersebut langsung mengetahui
cara menyelesaikannya dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai masalah.
Menurut Polya (1957), solusi soal pemecahan masalah memuat empat
langkah fase penyelesaian, yaitu memahami masalah, merencanakan
penyelesaian, menyelesaiakan masalah sesuai rencana dan melakukan
pengecekan kembali terhadap semua langkah yang dikerjakan.
2. Pendekatan Open-Ended dalam pembelajaran Matematika
Penerapan problem open-ended dalam kegiatan pembelajaran adalah
ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang
berbeda dalam dalam menjawab permasalahan yang diberikan dan bukan
berorientasi pada jawaban (hasil) akhir. Siswa dihadapkan pada open-
ended tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih
menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban.
Tujuan dari pembelajaran open-ended menurut Nohda (2000) ialah untuk
membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola piker matematis
siswa melalui problem solving secara simultan. Kegiatan matematik dan
kegiatan siswa disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek yaitu : (a)
kegiatan siswa harus terbuka, (b) kegiatan matematik dalam ragam
berpikir, (c) kegiatan siswa dan kegiatan matematik merupakan satu
kesatuan.
4. Pendekatan Realistik Realistic mathematics
Education (RME), merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan
matematika. Realistic mathematics Education (RME) pertama kali
diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh
Institut Freudenthal. Teori ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang
mengatakan bahwa matematika harus berkaitan dengan realita dan
matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus
dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan.
Terdapat lima prinsip utama dalam kurikulum matematika realistic:
1) Didominasi oleh masalah- masalah dalam konteks, melayani dua hal
yaitu sebagai sumber dan sebagai terapan konsep matematika.
2) Perhatian diberikan pada pengembangan model-model, situasi, skema
dan symbol-simbol.
3) Sumbangan dari para siswa, sehingga siswa dapat membuat
pembelajaran menjadi konstruktif dan produktif, artinya siswa
memproduksi sendiri dan mengkontruksi sendiri (yang mungkin berupa
algoritma, rule atau aturan), sehingga dapat membimbing para siswa dari
level matematika informan menuju matematika formal
4) Interaktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran matematika.
5) Intertwining (membuat jalinan) antar topik atau antar pokok bahasan
atau antar strand

Anda mungkin juga menyukai