Anda di halaman 1dari 17

PENGELOLAAN KELAS

MAKALAH
Disusun Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Pembelajaran
Dosen Pengampu: Dyan Falasifa Tsani, M. Pd

Disusun oleh:

Jumadin (1908056068)

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2020
PENGELOLAAN KELAS

A. Pengertian Pengelolaan Kelas


Kelas berkonotasi sebuah ruang fisik yang biasanya digunakan untuk
kegiatan belajar mengajar. Walaupun kata “kelas” tidak selalu dipakai untuk
tempat pembelajaran. Di sekolah terdapat kelas-kelas dalam ukuran tertentu yang
dipakai untuk kegiatan belajar mengajar. Besar kecilnya kelas akan fungsional
bila dikelola dengan optimal. Dari aspek ini, para pakar pendidikan menilai
pengelolaan kelas untuk kegiatan belajar mengajar sangat dibutuhkan. Suharsimi
Arikunto mengartikan: “Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan
oleh penanggung jawab kegiatan belajar-mengajar atau yang membantu dengan
maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar
seperti yang diharapkan”.
Penanggung jawab kegiatan belajar mengajar adalah guru. Dengan
demikian yang memiliki kewenangan untuk mengelola kelas adalah guru.
Pengelolaan kelas dibutuhkan keterampilan khusus, oleh karena di dalam kelas itu
terdapat unsur material yaitu benda-benda seperti ruangan, perabot, alat pelajaran
dan manusia (siswa) sebagai obyek sekaligus subyek pendidikan. Guru dapat
mengelola kelas dengan baik dari aspek fisik tetapi, belum tentu mampu
mengelola kelas yang menyangkut peserta didik. Rumitnya pengelolaan kelas dari
aspek peserta didik karena berhubungan dengan sifat, karakter dan kondisi sosial
peserta didik. Dari sudut pandang inilah sehingga pengelolaan kelas juga
bermakna pembinaan. Ahmad Rohani mengatakan “Pengelolaan kelas adalah
menunjuk kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan
kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan raport,
penghentian tingkah laku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas,
pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu, penyelesaikan tugas oleh penetapan
norma kelompok yang produktif dan sebagainya)”.
Pengelolaan kelas merupakan usaha untuk mengatur kegiatan proses
belajar mengajar secara sistematis. Usaha tersebut diarahkan pada persiapan
materi pembelajaran, menyiapkan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang

1
belajar, mewujudkan situasi dan kondisi pembelajaran dan pengaturan waktu,
sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat
tercapai secara efektif efisien. Guru sebagai tenaga profesional dituntut mampu
mengelola kelas yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang
optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran.
Hal ini dipertegas bahwa guru tidak sekedar menyiapkan materi
pembelajaran tetapi guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara
sistem atau organisasi kelas, sehingga peserta didik dapat memanfaatkan
kemampuannya, bakat, dan energinya pada tugas-tugas individual. Upaya dalam
mendayagunakan potensi peserta didik, maka kelas mempunyai peranan dan
fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksi edukatif, agar
memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas
harus dikelola sebaik- baiknya oleh guru.
Selanjutnya, pengelolaan kelas didefinisikan juga sebagai: a) Perangkat
kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan
dan mengurangkan tingkah laku yang tidak diinginkan. b) Seperangkat kegiatan
guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio
emosional kelas yang positif. c) Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan
dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif (Kadir, 2014).
Inti dari pengelolaan kelas sebagaimana pengertian pengelolaan kelas yang
dikemukakan di atas adalah optimalisasi kelas sebagai tempat yang mampu
menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang efektif baik dari aspek kelas sebagai
lingkungan fisik maupun dari aspek peserta didik sebagai pengguna kelas.
B. Tujuan Pengelolaan Kelas
Pada pengertian pengelolaan kelas sebagaimana disebutkan di atas,
tersurat tujuan pengelolaan kelas, yaitu agar setiap peserta didik dapat belajar
efektif dan efisien. Hal yang dapat menciptakan efektivitas dan efisiensi belajar
peserta didik adalah segala sesuatu yang masuk dalam komponen kelas. Unsur
yang terdapat dalam kelas adalah peserta didik dan alat-alat belajar serta fasilitas
belajar.

2
Berkaitan dengan tujuan pengelolaan kelas, Suharsimi Arikunto
merumuskan bahwa “tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas itu
dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara
efektif dan efisien.”5 Istilah bekerja yang dipakai dalam rumusan tujuan
pengelolaan kelas ini adalah mengacu pada aktivitas peserta didik dalam
menyelesaikan tugas belajar. Sementara indikator untuk mengetahui kelas yang
tertib adalah:
1. Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti
karena tidak tahu akan tugas yang haruis dilakukan atau tidak dapat
melakukan tugas yang diberikan kepadanya.
2. Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya
setiap anak akan bekerja secepatnya agar lekas menyelesaikan tugas yang
diberikan kepadanya. Apabila ada anak yang walaupun tahu dan dapat
melaksanakan tugasnya, tetapi mengerjakannya kurang bergairah
danmengatur waktu bekerja, maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib.
Tujuan pengajaran yang dimaksud adalah “penguasaan pengetahuan oleh
anak.”7 Penguasaan pengetahuan tertentu bagi peserta didik belumlah cukup bila
penguasaan pengetahuan itu tidak efektif dan efisien. Sesuatu dianggap efektif dan
efisien dilihat dari perspektif waktu dan hasil yang diperoleh. James L. Gibson,
dkk. Mengatakan: “Efektivitas merupakan hal penting dalam produktifitas yang
dapat diartikan mencapai hasil sepenuhnya seperti yang diharapkan, setidaknya
berusaha mencapai hasil yang maksimal. Efektivitas biasanya dikaitkan pula
dengan sektor waktu. Ukuran waktu ini dibedakan antara waktu jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang. Kriteria khusus jangka pendek adalah
kriteria untuk menunjukkan hasil tindakan yang mencakup waktu satu tahun atau
kurang, sedangkan kriteria waktu jangka menengah diterapkan jika menilai
keefektifan kerja seseorang atau organisasi dalam jangka waktu yang lebih lama
misalnya lima tahun. Kriteria jangka panjang digunakan untuk menilai waktu
mendatang yang tidak terbatas”
Senada dengan pengertian di atas P. Siagian menjelaskan: “Suatu
organisasi yang keefektivannya baik jika penyelesaian pekerjaan tepat waktu

3
sebagaimana yang telah ditetapkan. Maksudnya adalah pelaksanaan suatu tugas
dinilai baik atau tidak tergantung pada kapan tugas itu diselesaikan dan tugas
sekedar menjawab pertanyaan bagaimana melaksanakannya serta biaya yang
dikeluarkan”.
Efektivitas pencapaian tujuan pengelolaan kelas dilihat dari sejumlah
kemampuan yang dimiliki peserta didik atau daya serap yang dihasilkan pada
setiap kegiatan belajar mengajar. Peserta didik dapat menyelesaikan tugas tepat
waktu, aktivitas tidak terhenti, dan secara mandiri mampu meminimalisir
problematik belajarnya. Dengan demikian, tujuan pengelolaan kelas erat
kaitannya dengan penyediaan fasilitas belajar dan kondisi yang memungkinkan
peserta didik mengembangkan kemampuannya guna mencapai hasil belajar yang
baik. Dalam hal ini, Usman mengemukakan dua macam tujuan pengelolaan kelas
yaitu:
1. Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakanan
fasilitas belajar untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar
mencapai hasil yang baik.
2. Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam
menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk
memperoleh hasil yang diharapkan.
Tujuan pengelolaan kelas tersebut di atas, bersifat spesifik karena hanya
menyentuh aspek luar peserta didik, berupa fasilitas belajar, motivasi belajar, dan
penyediaan kondisi yang mendukung aktivitas belajar peserta didik
Berdasarkan pada beberapa definisi sebelumnya memperjelas bahwa efektivitas
pengelolaan kelas adalah tingkat tercapainya tujuan dari pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas didefinisikan sebagai serangkaian tindakan yang dilakukan
guru dalam upaya menciptakan kondisi kelas agar proses belajar mengajar dapat
berjalan sesuai dengan tujuannya. Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan guru
dalam menciptakan kondisi kelas adalah melakukan komunikasi dan hubungan
interpersonal antara guru peserta didik secara timbal balik dan efektif, selain
melakukan perencanaan atau persiapan mengajar.

4
Guru sebagai pengelola kelas merupakan orang yang mempunyai peranan
yang strategis yaitu orang yang merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan di kelas, orang yang akan mengimplementasikan kegiatan yang
direncanakan dengan subjek dan objek peserta didik, orang menentukan dan
mengambil keputusan dengan strategi yang akan digunakan dengan berbagai
kegiatan di kelas, dan guru pula yang akan menentukan alternatif solusi untuk
mengatasi hambatan dan tantangan yang muncul; maka dengan beberapa
pendekatan-pendekatan yang dikemukakan, akan sangat membantu guru dalam
melaksanakan tugas pekerjaannya.
Guru dalam melakukan tugas mengajar di suatu kelas, perlu merencanakan
dan menentukan pengelolaan kelas yang bagaimana yang perlu dilakukan dengan
memperhatikan kondisi kemampuan belajar peserta didik serta materi pelajaran
yang akan diajarkan di kelas tersebut. Menyusun strategi untuk mengantisipasi
apabila hambatan dan tantangan muncul agar proses belajar mengajar tetap dapat
berjalan dan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai.
Pengelolaan kelas akan menjadi sederhana untuk dilakukan apabila guru memiliki
motivasi kerja yang tinggi, dan guru mengetahui bahwa gaya
kepemimpinansituasional akan sangat bermanfaat bagi guru dalam melakukan
tugas mengajarnya.
Dengan demikian, pengelolaan kelas tidak dapat terlepas dari motivasi
kerja guru, karena dengan motivasi kerja guru ini akan terlihat sejauhmana motif
dan motivasi guru untuk melakukan pengelolaan kelas, sedangkan dengan gaya
kepemimpinan guru yang tepat yang digunakan dalam pengelolaan kelas akan
mengoptimalkan dan memaksimalkan keberhasilan pengelolaan kelas tersebut.
Fasilitas belajar, kondisi, dan motivasi belajar sangat penting artinya guna
mengantar peserta didik mengembangkan potensi yang dimiliki secara utuh,
sehingga potensi tersebut dapat ditingkatkan dan dikembangkan terus menerus
secara mandiri. Seperti disebutkan di atas, tujuan pengelolaan kelas adalah untuk
meningkatkan mutu pembelajaran. Dengan demikian karakter kelas yang
dihasilkan karena adanya proses pengelolaan kelas yang baik akan memiliki
sekurang-kurangnya tiga ciri yaitu anak dapat belajar dalam percepatan proses dan

5
progress sehingga membutuhkan waktu yang relatif singkat, organisasi kelas dan
materi menjadi sederhana, mudah dicerna dan situasi kelas kondusif, anak dapat
belajar dengan penuh rasa percaya diri atau menganggap dirinya mampu
mengikuti pelajaran dan belajar berprestasi.
C. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas
Kita mulai dengan beberapa asumsi untuk mengembangkan prinsip-prinsip
umum suatu pengelolaan kelas yang baik. Asumsi berikut dikembangkan oleh
Good dan Brophy (1991: 199), yaitu:
1. Anak-anak itu suka mengikuti aturan karena memang mereka itu mengerti
dan menerimanya.
2. Masalah disiplin kelas dapat dikurangi manakala si anak terlibat secara
teratur dalam aktivitas (belajar) yang bermakna yang mendorong minat
dan sikapnya.
3. Manajemen atau pengelolaan (kelas) hendaklah lebih didekati dari tujuan
memaksimalkan atau menghabiskan banyaknya waktu anak untuk terlibat
dalam kegiatan produktif; daripada mendasarkan pada sudut pandangan
yang negatif menekankan pengawasan atas perilaku anak yang
menyimpang, dan
4. Tujuan guru adalah mengembangkan self control dalam diri anak dan
bukan semata-mata melakukan pengawasan yang menekan atas diri
mereka
Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, dapatlah dikembangkan prinsip-
prinsip pengelolaan kelas sebagai berikut:
1. Bahwa setiap aturan dan prosedur yang mengikat dan ditempuh haruslah
direncanakan terlebih dahulu sebelum hal itu dapat dillangsungkan.
2. Aturan-aturan yang ditetapkan dan prosedur yang ditempuh itu harus jelas
dan dibutuhkan.
3. Biarkan anak mengasumsikan tanggung jawabnya secara independent.
4. Kurangi gangguan dan keterlambatan atau penundaan.
5. Rencanakan kegiatan belajar yang independent atau individual dan juga
kegiatan belajar kelompok.

6
Prinsip-prinsip lainnya dikembangkan Bolla (1985: 5-6), yaitu:
1. Dalam setiap kegiatan pengelolaan kelas (termasuk belajar mengajar),
antusias dan kehangatan guru harus ditunjukkan
2. Setiap tutur kata, tindakan dan tugas-tugas yang diberikan kepada anak
menantang; tidak menimbulkan kebosanan tetapi justeru menimbulkan
gairah belajar yang produktif.
3. Penggunaan variasi dalam alat, media, metoda dan gaya berinteraksi
adalah kunci sukses pengelolaan kelas.
4. Kewaspadaan akan jalannya proses kegiatan belajar-mengajar dari
kemungkinan terjadinya berbagai gangguan mengharuskan guru bersikap
dan bertindak luwes.
5. Biasakanlah pemusatan pikiran secara positif dan menghindar pada hal-hal
yang negatif.
6. Pengelolaan kelas tidak bisa lepas dari kepentingan anak untuk berdisiplin
atas dirinya sendiri. Karena itu guru sepantasnya berdisiplin pada dirinya
sendiri agar di hadapan anak menjadi teladan (Permana, 2001).

D. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas


Beberapa pendekatan untuk pengelolaan kelas yang dapat dipelajari dari
berbagai sumber, dapatlah dikemukakan paling tidak mencakup pendekatan
perubahan tingkah laku, pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional,
pendekatan proses kelompok, dan pendekatan eklektik.
1. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku (Behavior Modification).
Pengelolaan kelas menurut pendekatan ini mendasarkan pada
asumsi bahwa: (1) semua tingkah laku anak, yang baik atau yang kurang
baik, merupakan hasil proses belajar, dan (2) terdapat proses psikologis
yang fundamental untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang
dimaksud.
Adapun proses psikologis yang dimaksudkan itu adalah: (1)
penguatan positif atau positive reinforcement, (2) hukuman, (3)
penghapusan, dan (4) penguatan negatif atau negative reinforcement.

7
Menurut pendekatan ini, untuk membina suatu tingkah laku anak yang
dikehendaki maka guru dituntut untuk memberi penguatan positif atau
memberi dorongan positif sebagai ganjaran dan guru dituntut pula untuk
memberi penguatan negatif yakni menghilangkan hukuman atau stimulus
negatif. Selanjutnya untuk mengurangi tingkah laku yang tidak
dikehendaki, guru dituntut untuk menggunakan hukuman atau pemberian
stimulus negatif, dan melakukan penghapusan atau pembatalan
pemberiaan ganjaran.
2. Pendekatan Penciptaan Iklim Sosio-Emosional (Socio-Emotional
Climate).
Pengelolaan kelas menurut pendekatan ini mendasarkan pada
asumsi bahwa: (1) proses pengajaran yang efektif mensyaratkan iklim
sosio-emosional yang baik atau adanya jalinan hubungan inter-personal
yang baik di antara pihak yang terlibat dengan proses pengajaran itu, dan
(2) guru merupakan key-person dalam pembentukan iklim sosio-
emosional yang dimaksudkan. Banyak saran yang dapat dipelajari guna
membantu guru menciptakan iklim soio-emosional yang kondusif bagi
efektivitas pengajaran. Namun demikian beberapa hal yang dianggap
penting adalah sikap dan kebiasaan guru untuk tampil jujur, tulus dan
terbuka; bersemangat, dinamis dan enerjik. Hal lainnya adalah kesadaran
diri; menerima dan mengerti siapa anak didiknya dengan penuh rasa
simpati.
Selain itu yang tidak kurang pentingnya adalah keterampilan
berkomunikasi secara efektif, kemampuan mengambil keputusan dengan
cepat dan akurat, kemampuan mengembangkan prosedur pemecahan
masalah, kemampuan mengembangkan rasa tanggung jawab sosial, dan
kemampuan mengembangkan iklim dan suasana belajar yang demokratis
terbuka.
3. Pendekatan Proses Kelompok (Group Processes).
Pengelolaan kelas menurut pendekatan ini mendasarkan pada
asumsi: (1) pengalaman belajar (bersekolah) berlangsung dalam konteks

8
atau kelompok sosial, dan (2) tugas guru yang pokok adalah membina dan
kelompok yang produktif dan kohesif.
Di antara banyaknya saran yang patut diperhatikan dalam
pendekatan ini, Schmuck dan Schmuck yang dikutip Entang, Joni dan
Prayitno (1985) berpendapat bahwa unsur-unsur pengelolaan kelas dalam
rangka pendekatan proses kelompok mencakup: (1) harapan yang timbal
balik yang realistik dan jelas antara siswa dan guru, (2) kepemimpinan
yang mengarahkan kegiatan kelompok untuk pencapaian tujuan-tujuan, (3)
pola dan ikatan persahabatan terbentuk yang mendukung kelompok
semakin produktif, (4) terdapat pemeliharaan norma kelompok yang
semakin produktif, menggantikan norma yang kurang produktif, (5)
terjalin komunikasi yang efektif antar anggota kelompok yang terlibat, dan
(6) terdapat derajat keterikatan yang terhadap kelompok secara
keseluruhan (cohesiveness).
4. Pendekatan Eklektik.
Pendekatan ini mendasarkan pada pemahaman atas adanya
kekuatan dan kelemahan dari kesemua pendekatan di muka. Pendekatan
eklektik lebih menunjukkan suatu penggunaan kombinasi dari beberapa
pendekatan ketimbang menggunakan satu pendekatan secara utuh. Jadi
dalam prakteknya, guru itu menggabungkan semua aspek terbaik dari
pendekatan-pendekatan yang digunakannya yang secara filosofis, teoritis
dan psikologis dibenarkan (Rachman, 1998/1999: 79). Oleh karena itu
menurut dia syarat yang perlu dipenuhi guru dalam menerapkan
pendekatan ini, adalah: (1) menguasai pendekatan-pendekatan pengelolaan
kelas, dan (2) dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan
prosedur yang sesuai dengan masalah pengelolaan kelas yang dihadapi.

E. Prosedur Pengelolaan Kelas


Prosedur itu merupakan langkah-langkah yang dapat dilakukan guru dalam
mengelola kelas. Prosedur ini menyangkut dimensi pencegahan (preventif) dan
dimensi pengatasian/penyembuhan (kuratif).

9
1. Prosedur Dimensi Pencegahan
Prosedur pencegahan merupakan tindakan yang dilakukan guru
dalam mengatur anak didik, lingkungan dan peralatan kelas, serta format
pembelajaran sehingga mendukung terhdap suasana belajar yang
menyenangkan dan pencapaian prestasi belajar yang tinggi. Dengan kata
lain, prosedur pencegahan ini menyangkut segala tindakan guru sebelum
tingkah laku yang menyimpang dan mengganggu proses pengajaran
muncul. Keberhasilan dalam tindakan pencegahan merupakan salah satu
indikator keberhasilan manajemen kelas. Konsekuensinya adalah guru
dalam menentukan langkah-langkah dalam rangka manajemen kelas harus
merupakan langkah yang efektif dan efisien untuk jangka pendek maupun
jangka panjang. Adapaun langkah-langkah pencegahannya sebagai
berikut:
a. Peningkatan kesadaran diri sebagai guru
Langkah peningkatan kesadaran diri sebagai guru
merupakan langkah yang strategis dan mendasar, karena dengan
dimilikinya kesadaran ini akan meningkatkan rasa tanggung jawab
dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar bagi guru dalam
melaksanakan tugasnya. Implikasi adanya kesadaran diri sebagai
guru akan tampak pada sikap guru yang demokratis, sikap yang
stabil, kepribadian yang harmonisdan berwibawa. Penampakan
sikap seperti itu akan menumbuhkan respon dan tanggapan positif
dari peserta didik.
b. Peningkatan kesdaran peserta didik
Interaksi positif antara guru dan peserta didik dalam proses
pembelajaran terjadi apabila dua kesadaran (kesadaran guru dan
peserta didik) bertemu. Kurangnya kesadaran peserta didik akan
menumbuhkan sikap suka marah, mudah tersinggung, yang pada
gilirannya memungkinkan peserta didik melakukan tindakan-
tindakan yang kurang terpuji yang dapat mengganggu kondisi
optimal dalam rangka pembelajaran. Untuk meningkatkan

10
kesadaran peserta didik, maka kepada mereka perlu melaksanakan
hal-hal berikut: (1) memberitahukan akan hak dan kewajibannya
sebagai peserta didik, (2) memperhatikan kebutuhan, keinginan
dan dorongan para peserta didik, (3) menciptakan suasana saling
pengertian, saling menghormatidan rasa keterbukaan antara guru
dan peserta didik.
c. Sikap jujur dan tulus dari guru
Guru hendaknya bersikap jujur dan tulus terhadap peserta
didik. Sikap ini mengandung makna bahwa guru dalam segala
tindakannnya tidak boleh berpura-pura bersikap dan bertindak apa
adanya. Sikap dan tindak laku seperti itu sangat membantu dalam
mengelola kelas. Guru dengan sikap dan kepribadiannya sangat
mempengaruhi lingkungan belajar, karena tingkah laku, cara
menyikapi dan tindakan guru merupakan stimulus yang akan
direspon atau diberikan reaksi oleh peserta didik. Kalau stimuli itu
positif maka respon atau reaksinya juga positif. Sebaliknya akalu
stimuli itu negatif maka respon atau rekasi yang akan muncul
adalah negatif. Sikap hangat, terbuka, mau mendengarkan harapan
atau keluhan para siswa, akrab dengan guru akan membuka
kemungkinan terjadinya interaksi dan komunikasi wajar antara
guru dan peserta didik.
d. Mengenal dan mengenal alternatif pengelolaan
Untuk megenal dan menemukan alternatif pengelolaan,
langkah ini menuntut guru: (1) melakukan tindakan identifikasi
berbagai penyimpangan tingkah laku peserta didik yang sifatnya
invidual maupun kelompok. Penyimpangan perilaku peserta didik
baik individual maupun kelompok tersebut termasuk
penyimpangan yang disengaja dilakukan peserta didik yang hanya
sekedar untuk menarik perhatian guru atau teman-temannya., (2)
mengenal berbagai pendekatan dalam manajemen kelas. Guru
hendaknya berusaha menggunakan pendekatan manajemen yang

11
dianggap tepat untuk mengatasi suatu situasi atau menggantinya
dengan pendekatan yang dipilihnya, (3) mempelajari pengalaman
guru-guru lainnya yang gagal atau berhasil sehingga dirinya
memiliki alternatif yang bervariasi dalam menangani berbagai
manajemen kelas.
e. Menciptakan kontrak sosial
Penciptaan kontrak sosial pada dasarnya berkaitan dengan
“standar tingkah laku” yang diharapkan seraya memberi gambaran
tentang fasilitas beserta keterbatasannyadalam memenuhi
kebutuhan peserta didik. Pemenuhan kebutuhan tersebut sifatnya
individual maupun kelompok dan memenuhi tuntutan dan
kebutuhan sekolah. Standar tingkah laku ini dibentuk melalui
kontrak sosial antara sekolah/guru dan peserta didik. Norma atau
nilai yang turunnya dari atas dan tidak dari bawah, jadi sepihak,
maka akan terjadi bahwa norma itu kurang dihormati dan ditaati.
Oleh sebab itu, dalam rangka mengelola kelas norma berupa
kontrak sosial (tata tertib) dengan sangsinya yang mengatur
kehidupan di dalam kelas, perumusannya harus dibicarkan atau
disetujui oleh guru dan peserta didik. Kebiasaan yang terjadi
dewasa ini bahwa aturan-aturan sebagai standar tingkah laku
berasal dari atas (sekolah/guru). Para peserta didik dalam hal ini
hanya menerima saja apa yang ada. Mereka tidak memiliki pilihan
lain untuk menolaknya. Konsekuensi terhadap kondisi
demikianakan memungkinkan timbulnya persoalan- persoalan
dalam pengelolaan kelas karena para peserta didik tidak merasa
turut membuat serta memiliki peraturan sekolah yang sudah ada
tersebut.
2. Prosedur Dimensi Pengatasian/Penyembuhan
Prosedur pengelolaan kelas yang bersifat kuratif merupakan
tindakan yang dilakukan guru sebagai respon untuk mengatasi tingkah
laku anak yang menyimpang atau mengganggu itu. Dalam hal ini, guru

12
dituntut untuk berusaha menumbuhkan kesadaran anak dan tanggung
jawab memperbaiki tingkah lakunya sehingga yang bersangkutan bisa
kembali berpartisipasi aktif dalam pengajaran. Usahan yang bersifat
penyembuhan (kuratif) mengikuti langkah-langkah berikut:
a. Mengidentifikasi masalah Mengidentifikasi masalahda langkah ini,
guru mengenal atau mengetahui masalah-masalah pengelolaan
kelas yang timbul dalam kelas. Berdasar masalah tersebut guru
mengidentifikasi jenis penyimpangan sekaligus mengetahui latar
belakang yang membuat peserta didik melakukan penyimpangan
tersebut.
b. Menganalisis masalah Pada langkah ini, guru menganalisis
penyimpangan peserta didik dan menyimpulkan latar belakang dan
sumber-sumber dari penyimpangan itu Selanjutnya menentukan
alternatif-alternatif penanggulangannya.
c. Menilai alternatif pemecahan masalah Pada langkah ini guru
menilai dan memilih alternatif pemecahan masalah yang dianggap
tepat untuk menanggulangi masalah.
d. Mendapatkan balikan Pada langkah ini guru melaksanakan
monitoring, dengan maksud menilai keampuhan pelaksanaan dari
alternatif pemecahan yang dipilihuntuk mencapai sasaran yang
sesuai dengan yang direncanakan.Kegiatan kilas balik ini dapat
dilaksanakan dg denganngadakan pertemuan dengan para peserta
didik.Maksud pertemuan perlu dijelaskan oleh guru sehingga
peserta didik mengetahui serta menyadari bahwa pertemuan
diusahakan dg dengannuh ketulusan, semata-mata untuk perbaikan,
baik untuk peserta didik maupun sekolah.(Permana, 2001).

F. Faktor Pendukunng dan Penghambat Pengelolaan


Faktor Pendukung dan penghambat dalam Pengelolaan kelas dalam
meningkatkan belajarsiswa adalah Faktor Intern dan Faktor Ekstren yang
didalamnya mencakup masalah tenaga pendidik, peserta didik, fasilitas

13
(lingkungan fisik), lingkungan masyarakat. Faktor Inern siswa berhubungan
dengan emosi, pikiran, perilaku, dankepribadian siswa. Sedang- kan faktor
Ekstern berhubungan dengan lingkungan tempat belajar, penempatan siswa,
pengelompokan siswa, dan jumlah siswa. Faktor guru juga mempengaruhi dalam
upayan pengelolaan kelas manyangkut masalah social emosionalnya, faktor
pendukung dan penghambat pengelolaan kelas ada dua yaitu faktor Intern siswa
dan faktor Ekstern siswa. Kondisi Sosial Emosional guru dalam kelas memiliki
pengaruh yang cukup besar terhadap kegiatan pengelolaan kelas dan kegiatan
pembelajaran, kegairahan siswa dalam mencapai tujuan.
Kondisi Sosial Emosional meliputi, a) Tipe Kepemimpinan guru. Bahwa
peran guru akan mewarnai suasana emosional didalam kelas.apa yang dilakukan
guru dalam melaksanakan pembelajaran akan memberikan dampak dan pengaruh
terhadap siswaapakah itu baik atau buruk. b) Sikap Guru. Sikap guru dalam
menghadapi siswa harus selalu terkendali dan tetap menjalin hubungan yang baik
dengan siswa yang bermasalah, c) Suara Guru.d) Pembinaan hubungan yang baik
dengan siswa. Disamping menjalin hubungan yang baik sesame guru hendaknya
hubungan juga terjalin baik dengan siswa di kelas.
Faktor lain yang diungkapkan adalah faktor Organisasional. Faktor ini
merupakan kegiatan rutin yang senantiasa dilakukan agar hambatan dalam
mengelola kelas dapat dihindari adanya kegiatan rutin disekolah dan telah di
laksanakan oleh semua siswa mampu menanamkan rasa saling menghormati dan
menghargai di sekolah. Sehingga mampu berlaku yang teratur dan memiliki
perilaku yang terpuji, seperti memberi salam, melaksanakan upacara bendera,
kehadiran, piket danlainnya kegiatan tersebut antara lain Pengaturan
Pembelajaran, Guru berhalangan Hadir, masalah tentang siswa, upacara bendera,
senam, dan lainya.
Banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi dan menghambat di dalam
Pengelolaan kelas dalam meningkatkan belajar siswa sehingga perlu diperhatikan
oleh guru. Berdasar- kan hasil penelitian maka dapat dikatakan faktor utama
pendukung dan penghambat pengelolaan kelas adalah lingkung-an Fisik, Kondisi
Sosial Emosional dan Kondisi Organisasionalbelajar yang baik. Lingkungan fisik

14
didalamnya menyangkut Pengaturan ruang belajar, pengaturan tempat duduk,
pencahayaan dan penyimpanan barang. Kondisi Sosial Emosional menyangkut
Tipe Kepemimpinan, Sikap guru, suara guru dan pembinaan hubungan yang baik
serta Kondisi social organisasional menyangkut tentang Faktor Internal peserta
didkik dan faktor eksternal peserta didik (Warsono, 2016).

15
DAFTAR PUSTAKA

Kadir, F. (2014). Keterampilan Mengelola Kelas Dan Implementasinya Dalam


Proses Pembelajaran. Jurnal Al-Ta’dib, 7(2), 16–36.
Permana, J. (2001). Pengelolaan Kelas dalam Rangka Proses Belajar Mengajar.
Bahan Training Of Trainers (TOT) Nasional, Pelatihan Supervisi
Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Dan Tsanawiyah Basic Education Project
(BEP), 17, 12.
Warsono, S. (2016). Pengelolaan Kelas Dalam Meningkatkan Belajar Siswa.
Manajer Pendidikan, 10(5), 469–476.

Anda mungkin juga menyukai