Anda di halaman 1dari 34

Nama Anggota

Adila Hidayati PO72201201631


Afrillya Sandova PO72201201633
Cici Nabila M PO72201201636
Heskia Renata S PO72201201642
M Krisna Ihwandi PO72201201646
M Razali PO72201201647
Nur Ainun PO72201201650
Nur Annisa PO72201201651
Ratna Ningsih PO72201201655
Regi Suharibar PO72201201656
Yusri Angrayni PO72201201665

Dosen Pembimbing
Ns. Elsa Gusrianti, S.Kep.,Msi.Med

PRODI D III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG
Supositoria menurut FI edisi IV adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan
bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau urethra. Umumnya meleleh,
melunak atau melarut dalam suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak sebagai
pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal
atau sistemik.
-
Macam-macam Suppositoria berdasarkan tempat penggunaannya:
1. Rektal Suppositoria sering disebut Suppositoria saja, bentuk peluru
digunakan lewat rektal atau anus, beratnya menurut FI.ed.IV kurang lebih
2 g.
2. Vaginal Suppositoria (Ovula), bentuk bola lonjong seperti kerucut,
digunakan lewat vagina, berat umumnya 5 g.
3. Urethral Suppositoria (bacilla, bougies) digunakan lewat urethra, bentuk
batang panjang antara 7 cm - 14 cm.

Keuntungan penggunaan obat dalam Suppositoria dibanding peroral, yaitu


1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzym pencernaan dan asam lambung.
3. Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah sehingga obat dapat berefek lebih
cepat daripada penggunaan obat peroral.
4. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.
1. Tidak nyaman digunakan
2. Absorbsi obat sering kali tak teratur atau sulit diramalkan

1. Suppositoria dipakai untuk pengobatan lokal, baik dalam rektum


maupun vagina atau urethra, seperti penyakit haemorroid / wasir /
ambein dan infeksi lainnya.
2. Juga secara rektal digunakan untuk distribusi sistemik, karena dapat
diserap oleh membran mukosa dalam rektum.
3. Apabila penggunaan obat peroral tidak memungkinkan, seperti
pasien mudah muntah, tidak sadar.
4. Aksi kerja awal akan diperoleh secara cepat, karena obat diabsorpsi
melalui mukosa rektal langsung masuk ke dalam sirkulasi darah,
5. Agar terhindar dari pengrusakan obat oleh enzym di dalam saluran
gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hepar.
Bahan dasar Suppositoria yang ideal harus mempunyai
sifat sebagai berikut :
1. Padat pada suhu kamar, sehingga dapat dibentuk
dengan tangan atau dicetak, tapi akan melunak
pada suhu rektal dan dapat bercampur dengan
cairan tubuh.
2. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi
3. Dapat bercampur dengan bermacam-macam obat
4. Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukkan
perubahan warna, bau dan pemisahan obat.
5. Kadar air cukup
6. Untuk basis lemak, bilangan asam, bilangan iodium
dan bilangan penyabunan harus jelas.
.
1. Bahan dasar berlemak : Ol. Cacao (lemak
coklat)
2. Bahan dasar yang dapat bercampur atau
larut dalam air : gliserin-gelatin,
polietilenglikol (PEG)
3. Bahan dasar lain : Pembentuk emulsi A/M.
Misalnya campuran Tween 61 85 % dengan
gliserin laurat 15 %
a. Melebur pada temperature rectal
b. Tidak toksik, tidak menimbulkan iritasi dan
sensitisasi
c. Dapat dicampur dengan berbagai obat
d. Tidak terbentuk metastabil
e. Mudah dilepas dari cetakan
f. Memiliki sifat pembasahan dan emulsifikasi
g. Bilangan airnya tinggi
h. Stabil baik secara fisika ataupun kimia
i. Tidak mempengaruhi efektivitas obat
j. Memberi bentuk yang sesuai untuk memudahkan
pemakaiannya
k. Mempengaruhi pelepasan bahan aktif
1. Dengan tangan :
- Hanya dengan bahan dasar Ol.Cacao yang dapat dikerjakan
atau dibuat dengan tangan untuk skala kecil dan bila bahan
obatnya tidak tahan terhadap pemanasan
- Metode ini kurang cocok untuk iklim panas.
2. Dengan mencetak hasil leburan :
- Cetakan harus dibasahi lebih dahulu dengan Parafin cair
bagi yang memakai bahan dasar Gliserin-gelatin, tetapi untuk
Ol.Cacao dan PEG tidak dibasahi karena mengkerut pada
proses pendinginan, akan terlepas dari cetakan.
3. Dengan kompresi.
- Metode ini, proses penuangan, pendinginan dan pelepasan
Suppositoria dilakukan dengan mesin secara otomatis.
Kapasitas bisa sampai 3500 - 6000 Suppositoria / jam.
1. Dikemas sedemikian rupa sehingga tiap
Suppositoria terpisah, tidak mudah hancur atau
meleleh.
2. Biasanya dimasukkan dalam wadah dari alumunium
foil atau strip plastik sebanyak 6 sampai 12 buah,
untuk kemudian dikemas dalam dus.
3. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik di
tempat sejuk.
Pertama : Cuci tangan anda dengan air mengalir
yang bersih disertai sabun. Saran : gunakan air
bersuhu normal (25 – 27 C) agar tangan anda
tidak menjadi hangat saat membuka obat.
Peningkatan suhu dapat melelehkan sediaan
suppositoria.

Kedua : Sebelum suppositoria dibuka dari


pembungkus, pastikan suppositoria tersebut
dalam keadaan keras untuk memudahkannya
masuk dalam dubur/vaginal/uretra.
Ketiga : Buka dengan hati-hati pembungkus suppositoria
agar tidak merusak/mematahkan suppositoria.

Keempat : Tidak mematahkan suppositoria karena 1


suppositoria adalah 1 dosis obat, jika dipatahkan maka
akan menjadi ½ dosis.

Kelima : Jika diresepkan untuk digunakan ½ dosis


maka sebelum suppositoria dibuka, obat tersebut
dibagi 2 (dua) dengan cara digunting menggunakan
gunting/pisau yang sebelumnya dibersihkan (lebih
baik menggunakan alkohol untuk membersihkan
gunting/pisaunya).
Keenam : Olesi bagian ujung suppositoria menggunakan lubrikan
berbasis air (bisa dibeli di apotek) atau basahi dengan sedikit air
matang.

Ketujuh : Posisikan tubuh anda seperti pada gambar, posisi


sedikit miring ke kiri, kaki kanan dibagian atas lalu posisikan
seperti pada gambar dibawah ini.
Kedelapan : Gunakan tangan kiri untuk membuka mulut dubur lalu
tahan.

Kesembilan : Masukan suppositoria kedalam dubur dengan posisi


bagian ujung suppositoria terlebih dahulu.Masukan dengan jari
telunjuk/jari tengah tangan kanan sedalam 1 cm (anak-anak) – 5
cm (dewasa) atau seukuran telunjuk orang dewasa
Kesepuluh : Diamkan selama beberapa menit
(5-10 menit) pada posisi tetap tiduran, agar
obat meleleh dan diserap sempurna oleh
pembuluh darah dan mencegah suppositoria
keluar dari dubur.

Kesebelas : Setelah selesai cuci kembali


tangan anda dan keringkan
INJEKSI INTRAVENA
Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena
dengan menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena adalah pembuluh
darah yang menghantarkan darah ke jantung.

Dapat Dilakukan Pada (indikasi obat intravena)


 Pasien yang membutuhkan, agar obat yang di berikan dapat di berikan dengan
cepat(Jaminan bahwa konsentrasi obat yang efektif dicapai dengan cepat).
 Pasien yang terus menerus muntah–muntah
 Pasien yang tidak di perkenankan memasukkan apapun juga lewat mulutnya.
 Sesak nafas
 Epilepsi atau kejang–kejang
 Produksi efek biologis bila obat tidak dapat diabsorbsi melalui rute oral.
Kontra Indikasi Obat Intravena
 IV sangat berbahaya karena reaksinya terlalu cepat.
 Menimbulkan kecemasan.
 infeksi di pemasangan infus.
 Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini
akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt)
pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
Tujuan Injeksi:

•Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan.


•Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar

Kegunaan Injeksi Intravena


 Digunakan pada pasien yang dalam keadaan darurat, agar obat yang diberikan
dapat menimbulkan efek langsung. Contoh pada pasien epilepsi atau kejang-
kejang.
 Digunakan pada pasien yang tidak dapat diberi obat melalui oral, contoh pada
pasien terus menerus muntah
 Digunakan pada pasien yang tidak diperbolehkan memasukkan obat apapun
melalui mulutnya
LOKASI INJEKSI
01 02
vena medianan cubitus / vena saphenous
cephalika,vena basilica( ( tungkai ),vena dorsal
daerah lengan) vedis(mata kaki)

03 04
vena jugularis ( leher ) vena frontalis / temporalis di
daerah frontalis dan
temporal dari kepala
Macam-macam injeksi intravena
Pemberian obat melalui intravena (secara langsung)Cara pemberian obat melalui
vena secara langsung, diantaranya vena mediana cubiti/cephalika (lengan), vena
saphenosus (tungkai), vena jugularis (leher), vena frontalis/temporalis(kepala),
yang bertujuan agar reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah

Pemberian obat melalui intravena (secara tidak langsung)Merupakan cara


pemberian obat dengan menambahkan atau memasukkan obat ke dalam media
(wadah atau selang), yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan
mempertahankan kadar terapeutik dalam darah.
Pemberian Obat Melalui
Intravena ( Secara Langsung )
Persiapan alat :
•buku catatan pemberian obat atau kartu
obat
•kapas alkohol
•sarung tangan
•obat yang sesuai
•spuit 2ml –5 ml
•bak spuit
•baki obat
•plester
•perlak pengalas
•karet pembendung (tourniquet)
•kasa steril (bila perlu)
Prosedur Kerja :

•Cuci tangan
•Siapkan obat dengan prinsip enam benar
•Indentifikasi klien
•Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan
diberikan
•Atur klien pada posisi yang nyaman
•Pasang perlak pengalas
•Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
•Letakkan karet pembendung(torniquet)
•Pilih area penususkan yang bebas dari tanda
kekakuan, peradangan atau rasa gatal.
Menghindari gangguan absorpsi obat atau cidera
dan nyeri yang berlebihan

•Pakai sarung tangan

•Bersihkan area penusukan dengan menggunakan


kapas alkohol, dengan gerakan sirkuler dari arah
dalah keluar dengan diameter sekitar 5 cm.
Tunggu sampai kering. Metode ini dilakukan untuk
membuang sekresi dari kulit yang mengandung
mikroorganisme
•Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan non
dominan
•Buka tutup jarum
•Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penususkan
dengan tangan non dominan. Membuat kulit lebih kencang dan vena
tidak bergeser, memudahkan penusukan
•Pegang jarum pada posisi 300 sejajar vena yang akn ditusuk
perlahan pasti
•Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum kedalam
vena
•Lakukan aspirasi dengan tangan nono dominan menahan barel dari
spuit dan tangan dominan menarik plunger
•Observasi adanya draah dalam spuit
•Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan–lahan
•Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat
dimasukkkan(300) , sambil
•melakukanpenekanandenganmenggunakankapasalkoholpada
areapenusukan
Tutup area penusukkan dengan menggunakan kassa steril yang diberi
betadin
•Kembalikan posisi klien
•Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
•Buka sarung tangan
•Cuci tangan
•Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Pemberian obat melalui intravena (secara tidak langsung)

a. Pemberian obat melalui wadah


intravena

Definisi:

Memberikan obat intravena melalui


wadah merupakan pemberian obat
dengan menambahkan atau memasukkan
obat ke dalam wadah cairan intravena.
Tujuannya : untuk meminimalkan efek
samping dan mempertahankan kadar
terapeutik dalam darah.
Persiapan alat dan bahan
 Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
 Obat dalam tempatnya
 Wadah cairan (kantong atau botol)
 Kapas alkohol
Prosedur Kerja
 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
 Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat lakukan disinfeksi pada tutup obat lalu
masukkan obat ke dalam spuit, setelah itu tutup spuit untuk sementara
 Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong
 Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran
 Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian
tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam kantong atau wadah cairan
 Setelah selesai, tarik spuit dan campur larutan dengan membalikkan kantong cairan
secara perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung yang lain
 Periksa kecepatan infus
 Cuci tangan
 Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat
b. Pemberian obat melalui selang intravena

Persiapan alat dan bahan :


 Spuit dan jarum yang sesuai ukuran
 Obat dalam tempatnya
 Selang intravena
 Kapas alokohol
Prosedur Kerja
 Cuci tangan
 Jelaskan pada pasien mengenai yang akan dilakukan
 Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat lakukan disinfeksi pada
tutup obat lalu masukkan obat ke dalam spuit, setelah itu tutup spuit untuk
sementara
 Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena
 Lakukan disinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran
 Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus
bagian tengah dan masukkan obat secara perlahan-lahan ke dalam selang
intravena
 Setelah selesai, tarik spuit
 Periksa kecepatan infus
 Cuci tangan
 Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya
Kelebihan dan Kekurangan Injeksi
Intravena(IV)
Kelebihan
o Dapat digunakan untuk pasien yang tidak sadar
o Obat dapat terabsorbsi dengan sempurna
o Obat dapat bekerja cepat
o Tidak dapat mengiritasi lambung

Kekurangan
o Dapat terjadi emboli
o Dapat terjadi infeksi karena jarum yang tidak steril
o Pembuluh darah dapat pecah
o Terjadi hematoma
o Dapat terjadi alergi
o Obat tidak dapat ditarik kembali
o Membutuhkan keahlian khusus
Sumber : www.perawatkitasatu.com

Referensi :Rocca, Joanne C. La dan Shirley E. Otto.Terapi


Intravena.1998.Penerbit buku kedokteran EGC :
Jakarta.Tambayong, Jan.2002.Farmakologi untuk
Keperawatan.Widya Medika : Jakarta. Saputra, L. (2013).
Keterampilan Dasar untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Bina Rupa
Aksara. Weinstein, M,S. (2002). Buku Saku Terapi Intravena.
Jakarta: EGC.Depkes.(2012). Standar Operasional Prosedur di
Rumah Sakit. Jakarta.
FARMAKOLOGI
KELOMPOK 3

Anda mungkin juga menyukai